“Yoboseyo?”
Hening. Hanya ada suara angin yang terdengar. Sejenak Yerin berpikir ini adalah ulah iseng seseorang. Segera dia lihat siapa yang meneleponnya. Im Jaebum.
Neowa nuni majuchin geu sungan (That moment our eyes met)
Geu jamkkani neomu gileosseo (That felt so long)
Neomaneul gidaryeoon geu sigan (The time I’ve waited for you, only you)
Jogeumdo akkapji anhasseo (It was worthy to do)
Lantunan lagu dari 2PM ini tanpa sadar membuat Yerin tersenyum. Dia tahu ini bukan sekedar ulah iseng dari seorang Im Jaebum. Lelaki itu sedang mengutarakan perasaannya.
-00-
Yerin memainkan ujung sepatunya pelan. Tidak peduli jika sepatunya rusak. Dia sudah menunggu selama tiga puluh menit sendirian. Hanya demi sebuah es krim. Dan seorang lelaki bernama Jaebum.
Yerin menggembungkan pipinya kesal. Kalau tahu Jaebum akan selama ini, lebih baik dia ikut membeli es krim bersama lelaki itu. Menyesal karena telah membiarkan Jaebum membuatnya menunggu. Harusnya dia tadi menerima ajakan Jaebum saja.
Yerin melihat ke seberang jalan dan tersenyum. Jaebum berdiri di sana, juga sedang tersenyum ke arahnya. Kedua tangannya membawa es krim kesukaan Yerin. Tanpa suara, Jaebum menggumamkan kata ‘tunggu’ pada Yerin.
-00-
Jaebum memakaikan topi rajut jerami ke kepala Yerin. Tersenyum puas saat melihat topi itu terpasang pas di kepala Yerin.
“Apakah aku cantik?” tanya Yerin yang sedikit mengkhawatirkan penampilannya. Dirinya tidak biasa memakai topi model ini.
“Tentu saja,” jawab Jaebum sambil mengangkat kedua jempol tangannya.
Masih sambil tersenyum, Jaebum mengambil semprotan air di atas meja. Menggoda Yerin dengan menyemprotkan sedikit air ke wajah sang gadis. Membuatnya mendapatkan pukulan ringan di lengan kanannya.
“Lihat ini,” kata Jaebum.
Yerin takjub melihat apa yang terjadi hadapannya. Jaebum menyemprotkan air ke udara. Saat kristal air itu bertabrakan dengan sinar matahari, Yerin bisa melihat pelangi kecil di sana. Membuatnya tersenyum lebar.
-00-
Jaebum memotong bahan-bahan di depannya dengan cekatan. Siapa pun yang melihatnya pasti akan salah mengira dia adalah seorang chef handal. Tidak, ini baru pertama kalinya dia memasak sendiri.
Di meja makan, Yerin menatap Jaebum cemas sambil meminum heavenly blush drink to go yang diambilnya dari lemari es. Tak biasanya lelaki itu memasak. Memang beberapa kali Jaebum membantunya di dapur. Tapi ini baru pertama kalinya Jaebum melakukan semua sendiri. Dan dia bersikeras agar Yerin duduk manis sembari menunggu masakannya siap.
Beberapa menit kemudian, Jaebum mendatangi Yerin sambil membawa dua buah piring. Pada akhirnya dia berhasil membuat dua piring pasta. Walaupun jarinya sempat teriris pisau dan membuat Yerin sedikit panik.
Jaebum memberi isyarat agar Yerin memakan pasta buatannya. Gadis itu mengambil garpunya dan mulai memakan pasta buatan Jaebum itu.
-00-
Yerin merenggangkan tangannya. Melakukan gerakan pemanasan sebelum memulai latihannya. Di belakang Yerin, Jaebum juga tampak melakukan hal yang sama. Mengikuti semua gerakan Yerin. Seakan-akan gadis itu adalah instruktur dance-nya.
Jaebum bangkit berdiri saat Yerin jatuh terduduk. Kelelahan. Padahal gadis itu hanya melakukan pemanasan. Kadang Yerin memang sangat membenci staminanya yang kurang.
“Ya, apa yang kau lakukan?” tanya Yerin sambil tertawa kecil. Jaebum saat ini mulai menari di hadapannya. Mulai dari kkab dance hingga beberapa gerakan b-boy yang memang dikuasai Jaebum.
Yerin tertawa saat akhirnya Jaebum terjatuh saat melakukan handstand. Jaebum hanya mengusap tangannya yang sakit karena dijadikan tumpuan saat terjatuh. Tetapi wajahnya merengut kesal. Tidak suka jika Yerin menertawai dirinya.
Seperti tidak melihat raut wajah Jaebum, Yerin terus tertawa. Membuat Jaebum yang semula merengut menjadi tersenyum melihat gadis yang disukainya itu tertawa lepas.
-00-
“Yerin-ah, mianhae,” kata Jaebum sambil meletakkan tasnya.
Yerin hanya diam. Dia juga baru datang lima menit yang lalu. Bahkan kopi yang dipesannya masih mengepulkan uap. Untuk apa Jaebum meminta maaf?
“Gwenchanayo,” kata Yerin. Tersenyum.
Jaebum menghela napas lega. Lalu mulai bercerita tentang banyak hal. Mulai dari tes yang baru dia kerjakan, tentang koreografi baru yang dia terima, teman-temannya, dan hal lainnya. Sedang Yerin hanya diam mendengarkan.
Gadis berambut panjang itu tersenyum kecil. Sedikit heran dengan Jaebum yang bisa bercerita dengan cepat. Sampai-sampai Yerin curiga ada motor yang tersimpan di dalam mulut Jaebum.
“Ah..,” gumam Jaebum pelan setelah meminum kopinya. Ternyata, tanpa sadar dirinya telah menuangkan gula dan cream terlalu banyak ke dalam kopi miliknya. Membuat kopi itu terasa aneh.
Ingin rasanya Yerin tertawa, tapi ditahannya. Tidak baik menertawakan Jaebum di tempat umum. Walaupun keadaan cafe itu tergolong sepi.
-00-
“Kau ini perempuan, tapi sudah sesiang ini kau belum mandi?”
Itulah yang dikatakan Jaebum saat menyeret Yerin ke kamar mandi. Ini hari minggu dan Yerin malas bergerak bahkan untuk sekedar mencuci wajahnya.
Dengan cekatan, Jaebum menggosok gigi putih Yerin. Sedangkan gadis itu pasrah saja dengan apa yang dilakukan Jaebum. Toh dia juga menyukainya.
“Kalau begini ‘kan, kau jadi makin cantik,” kata Jaebum saat selesai ‘memandikan’ Yerin.
Dan Yerin sekali lagi tersenyum.
-00-
I wonder if you are watching me from somewhere
Even if I regret, it’s too late- I can’t see you anymore
The tears of the shadows of my memories are watching over that place
-00-
Yerin terdiam. Perlahan menjatuhkan smartphone dari telinganya. Lantunan lagu itu sudah tidak ada. Tidak ada lagi yang akan memutarkan lagu itu untuknya. Bahkan sebenarnya tidak ada yang meneleponnya saat itu.
-00-
Sebuah bus menghalangi pandangan Yerin. Yerin masih tersenyum saat bus itu melaju. Tapi, senyumnya perlahan luntur saat melihat seseorang disana. Peniel berjalan ke arahnya dengan tatapan khawatir. Bukan Jaebum.
“Kkaja, ayo kita pulang,” lirih Peniel sambil menggamit lengan Yerin.
-00-
Pelangi itu sudah tidak ada. Tidak ada lagi kristal air di udara. Bahkan lelaki di samping Yerin pun sudah tidak ada.
Senyum mulai luntur dari wajah Yerin. Digantikan dengan tatapan penuh kesedihan. Tidak, Yerin tidak menangis. Air matanya sudah habis sejak berhari-hari yang lalu. Yang tersisa sekarang hanyalah tatapannya itu.
-00-
Seulong menatap Yerin khawatir. Gadis itu tidak menghabiskan pastanya. Hanya terdiam sambil menatap bangku kosong di hadapannya.
Pria berbadan tegap itu berjalan ke arah Yerin. Ingin membimbing gadis itu kembali ke kamarnya. Perlahan, dirangkulnya pundak Yerin dan dibimbingnya gadis itu ke kamarnya.
Yang Seulong tidak tahu, setetes air mata jatuh dari mata indah milik Yerin.
-00-
Tawa Yerin perlahan berhenti. Ditatapnya kaca di hadapannya. Hanya terdapat pantulan dirinya sendiri. Padahal beberapa saat lalu, Jaebum duduk bersender di kaca itu. Sekarang hanya dirinya yang ada di ruangan itu.
Yerin memeluk kedua kakinya erat. Berusaha untuk tidak menangis. Tapi apa daya, pertahanannya akhirnya juga rubuh. Sungai kecil mulai terbentuk di pipinya saat dia mulai menundukkan kepalanya.
-00-
Sosok Jaebum perlahan menghilang. Suaranya digantikan oleh suara orang-orang yang sedang mengobrol. Yang ada hanyalah Yerin dengan dua cangkir kopi di atas meja. Kopi yang bahkan belum disentuhnya sejak dia memesannya.
-00-
Peniel menyingkirkan handuk di kepala Yerin. Gadis itu tidak berkata apa-apa. Bahkan sekedar menatapnya pun tidak. Perlahan, Peniel merengkuh Yerin ke dalam pelukannya. Berusaha menenangkan Yerin.
“Mau mengunjungi Jaebum?” lirihnya pelan. Dan Peniel bisa merasakan Yerin mengangguk pelan di dalam dekapannya.
-00-
Suara debur ombak memenuhi indera pendengaran Yerin. Angin laut yang sedikit lembab menyapu lembut wajahnya. Dress yang dikenakannya sedikit berkibar terkena angin. Cuaca sedang sedikit tidak bersahabat hari ini.
“Oppa, bisa tinggalkan aku sendiri?” gumam Yerin.
Peniel menatap Yerin khawatir. Sedikit ragu meninggalkan dia sendirian di tepi pantai seperti ini. Perlahan, lelaki itu menanggalkan jaketnya dan memakaikannya di pundak Yerin.
“Jangan melakukan sesuatu yang aneh. Aku tunggu di mobil,” kata Peniel sebelum meninggalkan Yerin. Menuju mobilnya yang terparkir di tepi jalan.
Yerin menatap hamparan laut luas di hadapannya. Sebulan yang lalu, di tempat ini, dirinya kehilangan seseorang yang dicintainya. Saat Jaebum sedang berselancar, dia tidak pernah kembali. Tubuhnya hilang di tengah lautan. Yang ditemukan hanyalah papan selancar miliknya dengan noda darah di ujungnya.
“Jaebum oppa?” lirih Yerin saat melihat Jaebum di kejauhan. Lelaki itu tersenyum padanya.
Yerin memejamkan matanya. Ingin memastikan apa yang dia lihat itu benar. Dirinya perlahan membuka mata. Yang terlihat hanyalah deburan ombak yang semakin besar.
Gadis itu jatuh terduduk. Bahunya berguncang pelan. Lama-lama semakin kencang. Dia menangis hebat. Berharap bisa melihat Jaebum untuk yang terakhir kalinya dan mengucapkan selamat tinggal.
“Bogoshipda,” gumam Yerin di sela-sela tangisnya yang semakin hebat.