Jam kuliah telah berakhir. Aku berjalan lesu menuju rumah. Entahlah, hari ini aku sangat malas untuk melakukan aktivitas. Namun di tengah perjalanan, aku melihat orang-orang berkerumun. Tentu saja rasa penasaran menghinggapiku. Aku langsung menuju tempat tersebut dan aku tercengang. Pantas saja banyak perempuan yang berkumpul mengelilingi mereka. Big Bang! Merekalah alasan dari keramaian yang terjadi di Hongdae ini. Wajahku langsung berubah ceria seketika. Apakah aku sedang bermimpi? Sayang sekali Hyerim ada urusan mendadak. Jika tidak, pasti ia sudah menjadi bagian dari kerumunan ini.
Ah, aku masih belum dapat melihat mereka dengan jelas. Tanpa pikir panjang aku langsung mendesak para VIP, sebutan untuk fans Big Bang, agar bisa sampai ke tempat yang lebih dekat dengan Big Bang. Ternyata aku cukup kuat, aku sampai ke tempat yang sangat berdekatan dengan Big Bang. Mereka sedang syuting acara yang disiarkan oleh KBS2 TV yang bernama Guerilla Date. Dalam hati aku berteriak senang. Bayangkan saja, Big Bang benar-benar berada di hadapanku!
Tidak lama kemudian, pemandu acara tersebut menarik tanganku. Aku tidak tahu alasannya, aku tidak mendengarkan pertanyaan yang dilontarkan pemandu acara tersebut. Aku terlalu sibuk memandangi wajah idolaku. G-Dragon! Yang jelas, satu-satunya alasan mengapa ia menarik tanganku adalah karena aku ikut-ikutan menunjuk tangan dan teriak histeris seperti para VIP lainnya. Ini benar-benar seperti mimpi bagiku.
“Siapa namamu?”
“Euu.. Yoojin imnida.”
“Ok, Yoojin-ssi jadi mengapa kau memilih Seungri sebagai anggota Big Bang yang paling kau idolakan?”
“Ye?” Pertanyaan apa itu? Mengapa host tersebut menyebut Seungri bukan G-Dragon? Aduh, sepertinya aku telah salah mengangkat tanganku. Bukan pertanyaan ini yang aku inginkan. Semua mata tertuju padaku, mengharapkan sebuah jawaban dari pertanyaan tersebut.
“Maaf, sepertinya aku telah salah menangkap pertanyaanmu.”
“Ye? Lalu mengapa kau mengangkat tanganmu saat aku melontarkan pertanyaan tersebut?
“Aku pikir kau bertanya siapa anggota Big Bang yang paling aku gemari...” Kilahku. Semua anggota Big Bang tertawa terkecuali Seungri dan tentu saja para VIP yang paling menggemari Seungri. Mereka terlihat tidak senang karena menganggap bahwa aku telah mencuri kesempatan mereka untuk bisa lebih dekat dengan Seungri.
“Jika bukan Seungri lalu siapa anggota Big Bang yang paling kau idolakan?”
“G-Dragon (GD) oppa...” Sedetik kemudian, GD bertepuk tangan kegirangan karena telah mengalahkan Seungri. Ia menghampiri Seungri dan meminta maaf kepadanya dengan senyuman mengejek.
Seungri langsung menghampiriku dan berkata, “Ya! Apakah kau gila? Bagaimana bisa kau lebih memilih Jiyong hyung dibandingkan aku!” Lalu aku tertawa dan membungkuk sebagai tanda minta maaf. Nada bicaranya memang membentak tapi sebenarnya dari ekspresi wajahnya, ia hanya bercanda.
Dengan sigap GD menghampiri Seungri, “Ya! Kau tidak boleh bersikap begitu kepada putriku! Terimalah kenyataan bahwa aku lebih terkenal darimu...” Perkataan itu membuatku sesak napas. Putri? Ok, aku tau perkataan itu hanyalah bagian candaan mereka tapi tetap saja aku sesak napas mendengarnya. Seorang G-Dragon menyebutku putri!
Setelah perkataan GD tersebut, Seungri hanya menundukkan kepalanya dengan ekspresi wajah yang terlihat seperti orang depresi. Ya, aku sering melihat ekspresi ini dalam sebuah variety show yang hanya dapat kulihat lewat televisi. Tapi sekarang, aku melihat adegan seperti ini secara langsung. Aku hanya cengar-cengir, padahal dalam hati aku tertawa geli.
***
Syuting Guerilla Date telah berakhir, satu persatu orang menghilang untuk menjalankan aktivitasnya kembali yang tertunda karena menonton Big Bang. Namun sulit sekali bagiku untuk melangkah menuju rumah. Aku tidak ingin meninggalkan tempat ini, tempat dimana aku bertemu dengan GD oppa. Aargh! Aku menggeleng-gelengkan kepalaku agar aku tersadar dan kembali ke dunia nyata.
Sudah saatnya aku pergi, masih banyak aktivitas yang perlu kulakukan. Ayo Yoojin, kamu harus pulang ke rumah...
...
Aku melangkah dengan perlahan menuju rumah. Eh, apa ini? Ucapku dalam hati saat menginjak sebuah benda. Aku lekas mengambil benda tersebut untuk mengetahui benda apakah itu. Kalung? Kalung dengan lambang ‘JD’ terkait di dalamnya. Eh, bukannya ini kalung yang dipakai GD oppa tadi? Aku mengingat-ingat kembali penampilan GD tadi. Iya benar, ini kalung GD oppa! Kyaaa!! Apakah aku harus mengembalikannya? Tapi bagaimana caranya? Ah sudahlah, lebih baik aku simpan. Kupikir ini bukanlah barang yang berharga untuknya.
Kini aku melangkah dengan senang karena mendapatkan kalung idolaku. Tidak henti-hentinya aku tersenyum. Mungkin orang-orang disekelilingku melihatku seperti orang yang tidak waras. Hahaha, abaikan sajalah.
Beberapa saat kemudian aku teringat akan syuting tadi. Aku teringat saat bagaimana GD oppa selalu menggenggam kalung ini seperti tidak mau kehilangannya. Jadi apakah itu berarti kalung ini sangat berharga untuknya? Aduh, kenapa hatiku jadi bimbang lagi sih! Kesenangan ini hanya aku dapat sesaat saja.
Setelah beberapa saat aku terdiam dan terus memikirkan apa yang harus kulakukan, akhirnya aku melangkah kembali menuju lokasi syuting Guerilla Date tadi dan memutuskan untuk menunggu GD oppa. Mungkin ini sudah gila, untuk apa aku menunggu seseorang yang tidak pasti akan kedatangannya. Tapi hatiku terus berkata bahwa GD oppa akan kembali untuk mencari kalung ini. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Paling tidak aku akan menunggunya sampai pukul sembilan malam.
Sejam telah berlalu tapi aku tidak melihat tanda-tanda kedatangan GD oppa. Mungkin dugaanku salah, mungkin kalung ini tidak berarti apa-apa untuknya. Tapi mengapa aku tetap ingin menunggunya? Satu jam, hanya satu jam lagi. Kalau dia tidak datang juga, baru aku akan pulang.
Ternyata dia memang tidak datang untuk mencari kalung ini. Sudah saatnya aku pulang. Aku terus menatapi kalung itu sambil berjalan menuju rumah. Masa sih kamu tidak berharga untuk GD oppa!!?? Gerutuku yang setengah kesal karena penantianku tidak menghasilkan apapun.
Saat aku akan memasukkan kalung itu ke dalam tas, aku melihat seseorang mencari-cari sesuatu dengan ekspresi kebingungan. Dan itu adalah... GD oppa!! Meskipun ia memakai masker dan sebuah topi yang melingkar dikepalanya, aku masih dapat mengenalinya. Baju yang ia kenakan sekarang masih sama dengan baju yang ia pakai tadi. Tanpa pikir panjang aku langsung menghampirinya. “G-Dragon oppa?”
Dengan ekspresi kaget dan juga gugup ia menjawab, “Bu..bukan, sepertinya anda telah salah mengenali orang?”
“Benarkah? Padahal aku ingin mengembalikan kalungnya yang terjatuh tadi... Maaf, ternyata aku salah mengenali orang...” Aku membalikkan badanku dan kembali berjalan dengan harapan bahwa pria itu akan memanggilku kembali. Aku sangat yakin bahwa pria itu adalah G-Dragon.
“Tunggu!!”
Tepat seperti dugaanku, pria itu menahanku dengan mecengkram tangannya ke pundakku. Aku tersenyum senang.
“Wae?” Tanyaku dengan wajah polos.
“Umm, apakah benar kau menemukan kalung? Darimana kau tahu bahwa kalung itu adalah milik G-Dragon? Memang bentuk kalung itu seperti apa?”
Oh, dia mau memancing supaya aku mengatakan semuanya. Tidak semudah itu oppa. Ucapku dalam hati sambil tersenyum licik.
“Wah, pertanyaanmu banyak sekali. Untuk apa kau ingin mengetahui semua itu? Kau kan bukan G-Dragon...”
“Ah tidak. Aku ingin tahu, karena aku juga kehilangan kalung. Mungkin saja kalung yang kau temukan itu bukan kalung miliknya, tapi kalungku.”
“Memangnya kalung milikmu bentuknya seperti apa?” Kali ini giliran aku yang bertanya.
“Bentuknya hanya sebuah inisial ‘JD’.”
Tidak salah lagi, dia memang benar-benar G-Dragon oppa. Tapi aku belum bisa menunjukkan kalung tersebut kalau dia belum mengakui identitas sebenarnya. “Wah, sayangnya aku tidak menemukan kalung dengan bentuk seperti itu. Sepertinya kau kurang beruntung.” Ekpresi wajah pria itu mulai berubah, aku dapat melihatnya meskipun ia memakai masker.
“Tapi bukankah tadi kau bilang bahwa kalung tersebut milik G-Dragon? Kenapa kau begitu yakin kalau kalung itu memang benar miliknya? Memangnya kalung tersebut bentuknya seperti apa?” Pertanyaan itu kembali ia lontarkan.
“Tentu saja aku yakin. Kalung tersebut memiliki bandul dengan gambar tengkorak kecil, tadi saat syuting, aku melihatnya dengan jarak yang sangat dekat.” Sepertinya dia sudah mulai terpancing untuk membongkar identitasnya.
“Haha, kau pasti berbohong. Hari ini aku tidak memakai kalung berbentuk tengkorak.”
“Aku? Apakah ini berarti kau mengakui bahwa kau adalah G-Dragon oppa?” Yes, akhirnya aku berhasil membongkar identitasnya.
Sekarang ia tampak sangat panik. “Emm, tidak... Emm, bukan... bukan itu maksudku... emm...” Ia benar-benar kehabisan kata-kata. Dalam hati aku hanya tertawa geli melihat ekpresinya.
“Oppa, apakah kau masih tidak mau membongkar identitasmu?” Pertanyaanku hanya dijawabnya dengan keheningan dan tentu saja masih dengan ekpresi salah tingkah.
Kemudian aku melihat jam tanganku, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat, “Omo, ternyata sudah larut malam, aku harus segera pulang.” Aku kembali membalikkan badanku. Sebenarnya ini hanya taktik supaya G-Dragon oppa segera memberitahu identitasnya.
“Tunggu... Baiklah, kau sudah mengetahui siapa aku. Tolong jangan bercanda lagi denganku. Apakah benar kau menemukan kalungku?” Akhirnya, pernyataan itu keluar juga dari mulutnya.
“Hahaha, apakah sesusah itu memberitahukan identitasmu oppa?” Ucapku sambil mengeluarkan kalung berinisial ‘JD’ dari tasku.
“Apakah kalung ini yang kau cari oppa?”
Tanpa pikir panjang, ia mengambil kalung itu dari genggamanku. Dengan wajah yang sangat senang sambil menatap kalung itu, tiba-tiba ia memelukku! Iya, aku tidak bohong! Seorang G-Dragon memelukku!! Saat memelukku, ia berkata terima kasih tepat di telingaku. Apakah ini semua mimpi!? Walaupun hanya sesaat, tapi pelukan itu berhasil membuat tubuhku membeku. Kali ini gantian aku yang salah tingkah. Aku tidak tahu harus berbuat apa.
Aku kembali tersadar, ini semua bukan mimpi. G-Dragon benar-benar berdiri di hadapanku dengan wajah senang seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Tapi, mengapa ia begitu senang saat aku menunjukkan kalung itu kepadanya? Aku benar-benar penasaran. Ah, kenapa tidak aku tanyakan saja kepadanya.
“Oppa, mengapa kau begitu senang saat aku menunjukkan kalung itu kepadamu? Apakah kalung itu sangat berarti untukmu?”
“Tentu saja! Kalung ini sangat berarti untukku. Kalung seperti ini hanya ada satu, tidak dapat digantikan oleh kalung yang lain.”
“Bukankah kalung seperti itu bisa kau buat lagi?” Tanyaku dengan nada polos.
“Ya, kau memang benar. Tapi jika kalung ini hilang, dia tidak akan bisa memberikannya lagi kepadaku...” Ekspresi wajah senangnya kini telah berubah menjadi ekpresi sedih.
“Dia?”
“Ah, tidak. Bukan apa-apa.”
Ok, sepertinya itu adalah kisah yang menyedihkan. Lebih baik aku tidak mengungkitnya lagi.
“Oppa, aku harus segera pulang. Hari sudah malam.”
“Aaa, tunggu!”
Ini sudah ketiga kalinya dia berbicara ‘tunggu’ kepadaku. Sepertinya dia tidak ingin aku pergi.
.....
Aigo, aku terlalu banyak berkhayal. ㅋㅋㅋㅋ
“Ye?”
“Aku belum tahu siapa namamu?”
“Son Yoojin imnida.”
“Kenapa tadi kau berbohong soal bentuk dari kalung itu?”
“Maaf oppa, tapi tadi kau yang mulai berbohong duluan soal identitasmu.” Tak lupa aku menjulurkan lidah untuk meledeknya.
“Ya!! Beraninya kamu berbuat seperti itu kepadaku?” Ucapnya dengan nada kesal.
“Oppa! Kau tidak boleh membentak orang yang sudah menolongmu ini!?” Aku balik membentaknya. Entah kenapa aku merasa seperti sudah lama mengenalnya.
Ia membalas dengan senyumannya yang manis dan.... dan dia melakukan sesuatu yang membuatku kembali membeku. G-Dragon oppa mengusap kepalaku!!!
“Yoojin-ah terima kasih ya telah mengembalikan kalungku ini...” Ucapannya ini benar-benar membuatku tersipu malu dan ia mengakhiri kalimatnya dengan senyuman. Sepertinya aku benar-benar sedang bermimpi.
...
“Ah iya. Bukankah kau mau pulang. Ini memang sudah larut malam. Bagaimana kalau oppa antar kamu pulang?”
Is it real? G-Dragon oppa mengajak aku pulang bareng!!! Aku langsung menggeleng-gelengkan kepalaku supaya tersadar dari lamunanku.
“Emm, tidak usah oppa. Kau terlihat sangat lelah, jadwalmu pasti sangat padat. Lagipula, rumahku tidak jauh dari sini.”
“Tidak apa-apa. Aku tidak akan membiarkan penolongku pulang sendirian di tengah malam seperti ini.”
Oppa kenapa kau selalu membuat jantungku berdebar-debar seperti ini?
“Hahaha, oppa jangan terlalu berlebihan. Biasanya aku juga pulang sendirian.”
“Apapun yang kamu katakan, aku tetap akan mengantarmu pulang!”
Pada akhirnya aku hanya menghela napas dan berjalan menuju rumah dengannya. Tentu saja aku sangat senang, tapi aku juga merasa tidak enak. Aku merasa dia terlalu memperlakukanku secara istimewa.
...
“Aaaa!” Tiba-tiba G-Dragon oppa mengeluarkan suara yang berhasil membuatku kaget.
“Oppa, kau membuatku kaget dengan teriakanmu itu!” Bentakku sambil mengelus dada.
“Mian, aku hanya ingin bertanya. Apakah kau menungguku dari syuting berakhir sampai larut malam begini?”
Aku hanya membalasnya dengan anggukan kepala.
“Woah! Jeongmal? Mengapa kau melakukannya? Di luar kan sangat dingin dan kau hanya mengenakan jaket yang tipis. Kau bisa sakit.” Ia berkata sambil memegang dahiku dan memegang jaketku yang tipis ini. Kali ini aku sudah mulai terbiasa dengan aksi-aksi mengejutkan yang dilakukan olehnya. Walaupun, tidak dipungkiri, hatiku masih berdetak lebih cepat dari biasanya.
“Ah, oppa benar! Kalau begitu oppa harus membayarnya dengan cara mentraktirku.” Ucapku bercanda supaya GD oppa tidak khawatir dengan keadaanku.
“Baiklah, aku akan mentraktirmu. Tapi tidak hari ini, karena sekarang sudah sangat larut. Kau harus segera pulang.”
“Oppa, aku hanya bercanda. Mengapa kau menganggapnya dengan serius? Itu tidak perlu oppa. Aku baik-baik saja kok.”
“Tapi bagaimana? Aku benar-benar ingin mentraktirmu.”
Aku tidak tahu harus membalasnya dengan perkataan apa, jadi aku hanya membalasnya dengan senyum simpul.
...
“Oppa...” Belum selesai aku berbicara, GD oppa menghentikan perkataanku dengan memakaikan jaket yang dikenakannya ke badanku. Sementara aku tercengang, ia terus melanjutkan berjalan.
Beberapa detik kemudian, ekspresi kagetku berubah. Aku tertawa geli dengan perlakuan GD oppa ini. Aku segera menghampirinya dan memberikannya kembali jaket miliknya.
“Wae? Apakah kau mengkhawatirkan keadaanku? Nan gwenchanayo Yoojin-ah. Aku sangat kuat dengan cuaca dingin seperti ini.” Ucapnya dengan wajah yang cool.
“Benarkah? Tapi aku memberikan kembali jaketmu bukan karena aku mengkhawatirkanmu oppa.”
GD oppa tampak bingung dengan perkataanku.
“Kita sudah sampai di depan rumahku, oppa.”
GD oppa hanya terdiam, sepertinya dia sedikit malu. Hahaha
“Sayang sekali oppa. Usahamu untuk terlihat cool di depanku tidak berhasil.” Ucapku sambil menjulurkan lidahku kepadanya. “Wah oppa, wajahmu jadi memerah.” Kataku dengan menunjuk wajahnya. Aku tersenyum usil. GD oppa menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.
“Yoojin-ah, kau berani meledek oppa?” Katanya sambil mencubit pipiku.
“Aaa...aaa... sakit oppa!!!”
“Itulah akibat jika kau meledekku. Cepat masuk ke dalam, sudah hampir pukul sebelas. Pasti besok kau telat bangun.”
“Hahaha, kau benar G-Dragon oppa. Tapi untungnya besok aku kuliah siang, jadi tidak apa-apa kalau aku bangunnya siang”
“Panggil saja aku Jiyong oppa. Sampai bertemu besok Yoojin-ah.” Perlahan ia pun menghilang dari hadapanku.
Apa? Apakah aku tidak salah dengar? Sepertinya aku mendengar ia berkata ‘sampai bertemu besok’. Ah, kata-katanya itu terus menghinggapi pikiranku.