Halo!
Sebelum kau melanjutkan membaca suratku ini, akan kuingatkan bahwa aku bukan penulis surat ulung, dan bukan seorang yang pandai memainkan kata-kata. Jadi tolong jangan ketawakan surat gagal ini, Okay?
Aku laki-laki yang duduk di belakangmu di kelas. Semoga kau tahu siapa aku, Minyoung. Karena kau memang sudah pernah berbicara denganku, meski hanya sebanyak dua kali. Pertama; saat kau meminjam catatan sejarahku. Kedua; saat kau ingin meminjamkan buku fantasi milikmu.
Karena kau sudah mencoba menawarkan novel fantasi kepunyaanmu, aku yakin kau sudah tahu benar siapa aku dan bagaimana aku, meski sebenarnya jarang sekali kita berbicara tentang kepribadian masing-masing—atau bahkan tidak pernah.
//
Ingatan ketika pertama kali kau berbicara padaku benar-benar membekas dalam ingatan. Bagaimana suaramu, bagaimana kau tersenyum, dan bagaimana kau memujiku. "Kwon, boleh aku pinjam catatan sejarahmu?" Tiba-tiba kau menoleh ke arahku.
Novelku nyaris saja terjatuh ketika suaramu masuk ke dalam lubang telingaku. "Te-tentu saja." Sahutku sambil mengaduk isi tasku untuk mencari buku catatan sejarahku dengan kikuk.
Dan saat aku membalikkan badan dengan buku catatan sejarahku, kau memandangku sambil terkikik tanpa suara. Ya Tuhan, Minyoung.. Sebenarnya kau malaikat, atau apa? Kenapa kau bisa tersenyum semanis itu.
"Terima kasih, Kwon. Katanya kau sangat ahli dalam sejarah, ya?"
“Tidak juga, masih banyak yang lebih ahli dalam sejarah, Min. Di atas langit masih ada langit.” Andai saja tatapan mata dan senyuman seseorang dapat membunuh seseorang, aku pasti sudah mati bahagia saat itu.
//
Jujur saja, aku bukan tipikal seorang laki-laki yang mudah terpikat hatinya pada seorang perempuan begitu saja. Perempuan yang dapat memikat hatiku—aku yakin—dia sangat luar biasa. Dan kau luar biasa, Lee Minyoung.
Tiap kali kita berpandangan satu sama lain, aku merasa diriku melambung tinggi hingga langit ketujuh, perutku dipenuhi oleh kupu-kupu yang menari-nari kesana dan kemari, tanganku seolah menggengam pelangi, dan jantungku diterjang badai topan yang membuatnya nyaris melompat keluar.
Imajinasiku terlalu tinggi, ya? Tapi begitulah yang ada. Asal kau tahu, Minyoung, membuat yang tidak ada menjadi ada itu lebih dari menyenangkan. Berimajinasi memiliki sayap dan terbang tinggi, oh, sangat menyenangkan.
Apa ini yang dinamakan jatuh cinta? Entahlah. Ini pertama kalinya selama empat belas tahun diriku hidup di dunia. Merasakan fantasi-fantasi yang hanya ada dalam buku berubah menjadi kenyataan manis.
//
Sering kali aku meraih pensilku, lalu menganggapnya sebagai tongkat sihir yang mampu melakukan segalanya hanya dengan mengayunkannya dan mengucapkan mantera. Sangat mengasyikkan sekali.
"Wingardium leviosa!" Bisikku disela-sela Taecyeon-seonsaengnim 'ceramah' di depan kelas. Aku mengayunkan 'tongkat' milikku dan mengarahkannya persis ke arahmu.
Diriku bebas melakukan apa saja, karena kau ada dibawah pengaruh manteraku. Aku bebas membuatmu naik kemana saja yang aku mau. Tenang saja, aku tidak akan melukaimu. Mau kah jika kau kujatuhkan? Aku tidak akan menjatuhkanmu di atas kepala Taecyeon-seonsaengnim. Aku juga tidak akan menjatuhkanmu di atas tong sampah. Tetapi aku akan menjatuhkanmu dalam hatiku. Bagaimana? Kau mau?
Hei? Kenapa aku bisa menulis seperti ini? Ini pasti karena kamu, Lee Minyoung!
Semoga kau belum punya pacar :)
Salam,
Jo Kwon
Tentang Penulis.
Bernama lengkap Tirza Oktarina Setiabudi. Gadis kelahiran Blora, Jawa Tengah tiga belas tahun lalu ini selalu meluangkan waktu untuk menulis fanfiction, mendengarkan musik, membaca, dan fangirling ditengah kesibukan sekolahnya.