Sung Yeol’s POV :
Mataku terasa panas sekali melihat Myung Soo duduk berdekatan dengan Ji Yeon. Padahal, akhirnya aku harus menerima kenyataan kalau memang mereka berdua saling menyukai. Aish! Sung Jong, aku butuh si maknae ganjen itu untuk memadamkan api yang tidak jelas dari mana asalnya yang sekarang sedang membakar hatiku.
“Hyung~ Aku pulang duluan.” kataku tanpa semangat sama sekali.
“Hey, pulang bersama saja. Make up mu belum dihapus.” kata Woo Hyun-hyung tanpa beralih mata dari cermin.
“Aku bersihkan sendiri nanti. Aku pulang naik taksi saja.” kataku sambil bangkit dari tempat duduk dan berjalan menuju pintu keluar tanpa melirik sedikitpun ke arah Myung Soo dan Ji Yeon yang sedang duduk berdua.
Begitu aku keluar dari ruang tunggu, sosok yang paling ribut yang pernah ku kenal tiba-tiba muncul dan mengejutkanku. Ya, dia Yun Hee, stalker Infinite yang paling eksis di Korea dan dia sangat disayangi semua member kecuali aku. Kenapa? Karena dia sangat kurang ajar terhadapku, bahkan dia tidak pernah ragu menjitak kepalaku jika aku meledeknya, walau saat hendak melakukan itu ia butuh usaha ekstra karena tubuhnya yang tidak lebih tinggi dari daguku.
“Oh! Yeol, apa Ji Yeon ada di dalam?” tanyanya sambil engos-engosan karena habis lari-lari kayak dikejar pocong.
Aku menatapnya malas dan diam saja, karena dua hal, satu, karena aku sebal terhadapnya, kedua, karena aku malas mengingat-ingat Ji Yeon dan Myung Soo saat ini.
“Aish~ Biar aku lihat sendiri.” katanya sambil menerabas masuk ke dalam ruang tunggu.
Aku baru saja mau beranjak pergi, tapi si Yun Hee keluar dari ruang tunggu dan menarik lenganku hingga aku berbalik menghadapnya. Aduh! ini bocah mau apa sih? Tadi tanya tentang Ji Yeon, sekarang pake nge-block, udah tahu orang mau pulang. *Udah tahu belum ya?*
“Wae?!” kataku setengah berteriak karena kesal.
“Aku temani pulang ya.” katanya dengan wajah yang langsung memelas.
“Tidak perlu.” jawabku singkat dan malas.
Aku menghempaskan cengkraman tanganya yang mungil dan tidak bisa menjangkau diameter lenganku itu.
Lagi, dia berjalan membalapku. Gadis yang paling menyebalkan menurutku ini, berjalan mundur sambil menghadap ke arahku.
“Ya, aku temani ya? Ya! Ya!” wajahnya mendadak begitu mirip dengan kucing yang sudah tidak makan selama 1 abad.
Hal ini dengan sukses membuatku mengiyakan permintaan tak jelas dari bocah satu ini. Sambil menatapnya malas, aku memberi keputusan.
“Terserah kau saja.” kataku singkat dan jelas, datar.
Ku lihat wajahnya langsung berbinar seperti habis menang lotre. Cho Yun Hee, sekarang dia berjalan di belakangku, seperti bayangan saja.
Sung Yeol’s POV END.
*****
Yun Hee’s POV :
Aku langsung berlari ke arah ruang tunggu begitu aku tahu Ji Yeon ada di sana. Aish! Entah kenapa dan sejak kapan aku begitu khawatir dengan Sung Yeol. Manusia bodoh satu itu pasti cemburu. Kenapa hanya aku yang menyadari bahwa Sung Yeol menyukai Ji Yeon? Tapi, yang lebih menjadi pertanyaan adalah, MENGAPA AKU HARUS PERDULI PADANYA? Hal itu bukan hal yang harus aku pikirkan sekarang, yang jelas kini kakiku sudah berlari secepat mungkin ke arah ruang tunggu di mana Infinite berada.
Tepat sekali, dia keluar dari ruang tunggu saat aku tiba di sana.
“Oh! Yeol, apa Ji Yeon ada di dalam?” tanyaku dengan ekpresi yang sudah pasti seperti orang bodoh, karena lagi engos-engosan.
Dia menatapku malas dan diam saja. Entah bagaimana dia bisa menciptakan ekpressi wajah se-menyebalkan itu.
“Aish~ Biar aku lihat sendiri.” kataku sambil menerabas masuk ke dalam ruang tunggu untuk memastikan keberadaan Ji Yeon.
Begitu masuk, mataku langsung melacak keberadaan Ji Yeon yang ku temukan sedang duduk berdua dengan Myung Soo. Apapun yang mereka berdua lakukan, itu sudah pasti membuat si pabo Yeol cemburu.
Tanpa menyapa member Infinite yang aku rasa hendak menyapa karena kedatanganku, aku langsung keluar lagi. Entah bagaimana hingga aku berfikir untuk mencengkram dan menarik lengan Sung Yeol yang tidak bisa ku gapai seutuhnya karena tanganku yang mungil ini. Kini dia berbalik ke arahku, berdiri menghadapku, besar juga tenagaku. Ini posisi yang sangat ingin aku hindari, berdiri tepat di hadapannya. Aku pendek, sedangkan dia tinggi, wajahku tepat di depan dadanya. Yun Hee, apa perlu kau beli obat peninggi badan?
“Wae?!” katanya setengah berteriak dan terdengar frustasi.
“Aku temani pulang ya.” kataku sambil mendongak dengan wajah yang langsung memelas.
“Tidak perlu.” jawabnya singkat dan jelas.
Dia menghempaskan cengkraman tanganku dan berbalik hendak pergi.
Entah bagaimana aku membalapnya dan berjalan mundur sambil menghadap ke arahnya. Kenapa aku begitu bersi keras? Entahlah.
“Ya, aku temani ya? Ya! Ya!” aku memelas dengan wajah yang ku usahakan terlihat seperti benar-benar mengiba. Intinya, aku sendiri tidak sanggup membayangkan se-menyedihkan apa wajahku saat itu. Gengsi? Hal itu tidak terlintas di pikiranku, sama sekali tidak.
“Terserah kau saja.” katanya singkat.
Walau terlihat terpaksa, dia mengiyakan kemauanku. Barulah wajahku yang asli keluar, seorang stalker yang wajahnya selalu berbinar dan terang benderang. Kata orang aku periang, makanya wajah senangku itu sungguhlah berlebihan. Sekarang aku berjalan di belakang namja pabo ini.
*****
Selama perjalanan menuju dorm, orang yang hobinya teriak to the max ini hanya diam seperti orang bisu. Dengan wajah yang luar biasa terlihat frustasi, dia terus menatap ke arah jendela taksi. Aku tidak yakin apa dia benar-benar sedang melihat deretan gedung sepanjang jalan, atau melihat pantulan wajahnya di kaca jendela berlapis film hitam itu, sambil berfikir : “Kurang ganteng apa sih diriku ini? Masa Ji Yeon lebih milih Myung Soo?”
Dan tanpa sadar, aku memperhatikan pantulan wajah si Sung Yeol di kaca jendela. Aku rasa aku bisa membaca isi otaknya yang lagi frustasi dan cemburu karena harus melihat gadis yang dia suka dengan namja lain, Myung Soo.
<chiiiiitttt> Tiba-tiba taksi yang kami tumpangi nge-rem mendadak dan sukses membuatku terhantuk ke depan, Sung Yeol juga.
“Aw! Ada apa, Paman?” tanyaku sambil mengelus keningku yang sedikit terasa sakit karena menhantam jok kursi depan.
“Waeyo? Ada apa?” Sung Yeol juga penasaran tapi sepertinya dia terlihat tidak merasa sakit.
“Maaf. Sepertinya aku menabrak sesuatu.” kata Ajussi itu.
“M..mwo?” kataku terkejut dan langsung keluar untuk memastikan apa yang ditabrak oleh taksi yang kami. “Omo!” aku melihat seekor anak anjing tergolek lemah dan berlumuran darah. Ku beranikan diri untuk memeriksa denyut jantungnya, anak anjing ini masih hidup. Tanpa berfikir banyak, aku langsung melepas jaketku untuk membungkus anak anjing itu.
Saat aku masuk ke dalam taksi dengan menggendong anak anjing berlumuran darah itu, Sung Yeol menatapku heran sekaligus shock.
“Paman, kita ke klinik hewan. Cepat!” kataku panik dan khawatir.
“Yak~ Tapi aku mau pulang.” kata Sung Yeol dan langsung aku balas dengan tatapan kesal. “B..baiklah..Jangan menatapku seperti itu..” katanya tampak ngeri dengan tatapanku yang mungkin saat itu terlihat seperti tatapan Nyi Blorong atau mungkin Suzzana?
*****
Kami sampai di klinik hewan, aku langsung turun dari taksi.
“Paman, tolong antarkan orang ini pulang dengan selamat ya.”
“Apa? Tidak bisa! Aaku mau lihat keadaan anak anjing ini dulu.” kata Sung Yeol menolak, lalu turun juga dari taksi dan membayar ongkos taksi.
“Anda boleh pergi, Paman. Biar aku yang mengurus semua.” kataku.
“Terima kasih ya, Nona. Sampaikan maafku pada anak anjing ini jika ia sudah lebih baik.” Ku lihat supir taksi itu tampak merasa bersalah.
“Sama-sama, Paman.” aku langsung berlari masuk ke klinik untuk menyerahkan anak anjing ini agar segera mendapat pertolongan.
Yun Hee’s POV END.
*****
Author’s POV :
Yun Hee dan Sung Yeol duduk di lobi klinik, menunggu hasil pemeriksaan, apakah anak anjing itu selamat atau tidak. Di tengah rasa khawatirnya terhadap keselamatan nyawa anak anjing itu, Yun Hee teringat ada Sung Yeol yang juga sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Yun Hee memperhatikan Sung Yeol yang duduk di sebelahnya, dia terlihat sangat lelah hingga sesekali kepalanya terhantuk karena ingin tidur.
“Gwenchana?” tanya Yun Hee sambil mencuil lengan Sung Yeol.
“Oh? Oh? Apa sudah selesai?” respon Sung Yeol.
“Belum. Maaf ya. Kau terlihat sangat lelah. Tadi harusnya kau langsung pulang. Dasar bodoh!” omel Yun Hee begitu saja.
“Mwo? Bodoh? Apa memanggilku bodoh sangat menyenangkan bagimu?”
“Ne~ sangat menyenangkan!” kata Yun Hee sambil mengangkat jempolnya dan tersenyum meledek.
“Aieuh~ lihat itu! Tangan masih berlumur darah! Dasar ceroboh!” omel Sung Yeol balik, membuat Yun Hee membulatkan matanya. “Sini!” Sung Yeol menarik Yun Hee ke arah wastafel.
“Aku bisa cuci sendiri.” kata Yun Hee.
Sung Yeol tidak menghiraukan kata-kata Yun Hee. Ia sibuk membersihkan tangan Yun Hee, mengoleskan sabun, menggosoknya pelan tapi pasti, hingga membilasnya dengan air. Kini tangan Yun Hee sudah bersih.
“Aku membantumu mencuci tangan, karena aku tahu kau itu ceroboh. Nanti kalau tidak bersih dan kau menyentuh bajuku, aku yang repot.” kata Sung Yeol dengan tatapan meledek Yun Hee.
“Orang ini!” Yun Hee menatap Sung Yeol sebal.
Akhirnya Dokter yang mengobati anak anjing tadi keluar. Yun Hee dan Sung Yeol langsung menghampirinya.
“Bagaimana Dokter? Apa anak anjing itu tidak apa-apa?” tanya Yun Hee penasaran dan khawatir tentunya.
“Ini berkat do’a kalian. Anak anjing itu selamat. Sekarang dia dalam perawatan. Dia hanya mengalami cedera tulang pada kaki kanan depannya. Tapi, itu akan sembuh seiring berjalan waktu.”
“Whua~ syukurlah.” Yun Hee melonjak girang dan tanpa sadar memukul-mukul lengan Sung Yeol.
“Hey!” Sung Yeol menghentikan kegiatan abnormalnya si Yun Hee.
“Hehe~ Mian.” Yun Hee cengar-cengir melihat Sung Yeol yang menatapnya sebal seperti ekpressi awal.
“Kalian boleh pulang, biarkan dia di sini sampai keadaannya stabil.” kata Dokter itu lalu memperhatikan Sung Yeol dengan seksama. “Kau Lee Sung Yeol?” tanyanya sambil menatap Sung Yeol penuh selidik.
“Oh? N..ne.” Sung Yeol yang terlanjur dikenali pun mengaku.
“Whua~ Kebetulan sekali. Boleh aku meminta tanda tanganmu? Putriku sangat mengagumimu.” kata Dokter itu terang-terangan.
Yun Hee menatap Dokter itu dengan tatapan terkejut.
“Benarkah? Baiklah. Akan aku berikan tanda tanganku. Dimana?” tanya Sung Yeol seramah mungkin.
“Di sini.” kata Dokter itu sembari memberikan sebuah liontin yang ia pakai, dan di dalamnya ada sebuah foto, foto putrinya saat masih kecil.
“Di sini?” Sung Yeol menandatangani sisi belakang foto yang ada di dalam liontin tersebut.
“Terima kasih ya.” kata Dokter berusia paruh baya tersebut sambil memberi wink ke Yun Hee. Jelas membuat Sung Yeol bingung. Sedangkan Yun Hee hanya menghela nafas.
“Sekarang ayo kita pulang.” kata Yun Hee.
“Ini sudah malam. Kau langsung pulang ke rumahmu saja. Aku bisa pulang sendiri.” kata Sung Yeol seperti sedang memberi nasihat.
“Wae? Memangnya kenapa kalau sudah malam? Lagipula, rumahku tidak jauh dari dorm kalian. Jadi pulang bersama saja. Ayo!” ajak Yun Hee sambil menarik tangan Sung Yeol.
“Bocah ini.” Sung Yeol berdecak sebal, tapi ia pasrah.
*****
Sementara itu, member Infinite yang lain masih asyik mengobrol di ruang tunggu sehabis tampil ON AIR di salah satu stasiun TV ternama Korea Selatan, MNet. Sung Jong yang juga merangkap sebagai MC di acara tersebut mulai bergabung setelah tugasnya selesai.
“Loh, Sung Yeol-hyung mana?” tanya Sung Jong yang tidak menemukan Sung Yeol di antara 5 namja dan 1 yeoja yang merupakan sahabatnya, Ji Yeon.
“Dia sudah pulang duluan.” jawab Sung Gyu.
“Hari ini dia aneh sekali.” celetuk Hoya tiba-tiba.
“Wae? Aku juga merasa hari ini juga aneh.” kata Sung Jong sambil menyambar minuman yang hendak di minum Myung Soo.
“Yak!” Myung Soo menatap Sung Jong sebal. Tapi, Ji Yeon langsung memberikan miliknya untuk Myung Soo.
“Hihihi.” Dong Woo hanya tertawa geli melihat kemesraan antara Myung Soo dan Ji Yeon yang entah statusnya masih siaga atau sudah waspada?
“Kembali ke Sung Yeol, aku tidak tahu apa yang terjadi. Tapi dia sedikit aneh hari ini.” kata Woo Hyun mendukung pernyataan Hoya.
“Bukankah Hyung memang selalu aneh?” sahut Myung Soo santai.
“Kalau aku merasa aneh karena aku tidak melihat tanda-tanda kehadiran Yun Hee hari ini.” kata Sung Jong.
“Oh, ya! Tadi dia sempat kemari, tapi sangat cepat seperti kilat. Begitu masuk langsung keluar.” kata Sung Gyu sambil mengingat.
“Benarkah? Ah~ Aku merindukan bocah itu.” kata Sung Jong dengan tampang manyunnya.
“Kan ada aku Jong-i.” ledek Dong Woo sambil menggoda.
“Lalu, kenapa Sung Yeol bersikap aneh ya? Apa dia sakit?” gumam Hoya lagi, membuat Ji Yeon bereaksi kali ini.
“Nanti aku akan coba bertanya padanya. Mungkin dia mau jujur padaku.” kata Ji Yeon dengan senyumnya yang cantik, dahsyat dan sukses membuat Myung Soo mengusak manja rambut Ji Yeon sebagai wujud kegemasannya.
“Aigoo~ Apa ini acara We Got Married?” ledek Sung Gyu diikuti sorak sorai semua member yang melihat skinship antara Myung Soo dan Ji Yeon.
*****
Sung Yeol dan Yun Hee akhirnya sampai di dorm Infinite. Sung Yeol langsung menyuruh Yun Hee untuk pulang, atau lebih sadisnya, dia ngusir.
“Sudah! Pulang sana!” kata Sung Yeol sambil mendorong kening Yun Hee dengan jari telunjuknya.
“Aku lapar.” lagi-lagi Yun Hee memelas.
Author’s POV END.
*****
Yun Hee’s POV :
Akhirnya kami sampai di dorm Infinite, sesuai dugaanku, si pabo choding ini langsung mengusirku. Eh, eh, dia mendorong keningku dengan telunjuknya, oh, dia mau pamer betapa lentik dan panjang jari tangannya? Tunggu! Aku tidak tahu mengapa aku masih belum mau meninggalkannya sendirian.
“Aku lapar.” kalimat itu terucap begitu saja, begitu juga ekpressi wajah gelandanganku. Muncul lagi!
“Mwo?” Sung Yeol menatapku bingung.
“Aku lapar. Makan dulu baru aku pulang.” kataku dengan wajah yang masih dan masih memelas.
Kulihat dia menghela nafas. “Kita lihat apa di kulkas ada makanan.”
“Yes!!!” teriakku dalam hati. Hey! Kenapa aku senang?
Aku masuk ke dalam dorm, Sung Yeol langsung memeriksa isi kulkas.
“Ada kimchi, dan ada nasi, kau buat nasi goreng kimchi saja. Aku mau tidur, saat pulang, jangan lupa matikan lampu dapur.” katanya seperti memberi pesan terhadap anak kecil yang di tinggalkan orang tuanya, membuatku mengedipkan mata sesekali mencoba mencerna kata-katanya.
“Ne~ Araso..” jawabku dengan manis.
“Kalau lupa! Aku gantung kau besok..” ancamnya dengan tampang yang terlihat sangat kusut karena cinta.
Ku lihat dia berjalan ke dalam kamarnya dan langsung berbaring di atas tempat tidurnya tanpa mengganti pakaian dan membersihkan make-up nya terlebih dulu. Aku jadi bingung, setelah membuat alasan bahwa aku lapar, apa aku harus benar-benar makan?
Aku mengintip ke arah kamar dengan hati-hati, memastikan apa Sung Yeol benar-benar tidur atau tidak? Ah, aku tunggu saja sekitar setengah jam lagi. Dan sekarang aku kembali mengecek apakah ia benar-benar tertidur? Aku yakin pasti sudah. Karena dia terlihat lelah sekali. Entah dorongan dari mana, aku berinisiatif membersihkan make-up nya. Ah, anggap saja ini feedback karena tadi dia sudah mencuci tanganku.
Dengan sangat hati-hati aku membersihkan make-up nya dengan handuk yang ku basahi dengan air hangat. Itu aku lakukan agar ia tidak terbangun karena terkejut dengan air dingin. Semoga ia tidak terbangun.
“Kau ini pabo! Kenapa kau tidak bilang saja jika kau menyukai Ji Yeon?” gumamku pelan pada Sung Yeol yang sedang tidur. “Pabo! Pabo!” ejekku dengan leluasa karena ia sedang tidur. “Apa aku perlu mengajarimu cara menyatakan cinta?” kataku sambil terus membersihkan wajah Sung Yeol pelan-pelan dan sangat hati-hati agar ia tidak terbangun. “Ah~ Apa kau tidak malu jika belajar pada seorang stalker menyebalkan seperti aku? Makanya kau harus kuat! Belajar sendiri untuk bisa memenangkan hati seorang gadis.“ celotehku. “Tapi, jangan sampai kau menyakiti hati Myung Soo. Karena kalian adalah sebuah keluarga. Aku tidak ingin Infinite ku pecah hanya karena seorang wanita! Pikirkan Inspirit!” kataku seperti sedang mengomeli Sung Yeol. “Kau memang pabo~“ aku terhenti saat hendak membersihkan bibir Sung Yeol. Deg! Jantungku berirama tidak karuan. Aku terdiam sesaat. Dan kemudian aku tersadar. “Andwe! Apa yang aku pikirkan?!” gumamku dalam hati. Aku menghela nafas. “Baiklah pabo, kita sudah impas. Wajahmu sudah bersih sekarang. Mimpi buruk ya~” kataku lalu bangkit dari sisinya dan bersiap-siap pulang.
Sesuai pesan dari pabo Yeol, aku mematikan lampu dapur. Lalu pulang dengan perasaan yang cukup melegakan karena bisa memastikan Sung Yeol tidur dengan baik. Tapi, tadi itu kenapa ya?
Yun Hee’s POV END
*****
Sung Yeol’s POV :
Aku sudah lelah sekali. Ku putuskan untuk membiarkan Yun Hee makan sendirian. Aku mau tidur! Tidak perduli apakah make-up masih menempel, atau pakaianku yang cocok untuk manggung dibanding untuk tidur, aku langsung berbaring dan memejamkan mataku. Mencoba mengusir perasaan sebalku pada Myung Soo yang berhasil mendapatkan hati Ji Yeon, gadis yang aku sukai.
Sudah setengah jam aku memejamkan mata, tapi aku masih belum bisa terlelap. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang hangat membasuh wajahku. Apa ini? Aku hendak membuka mataku, tapi aku takut tidak bisa tidur. Ku putuskan untuk tetap terpejam dan membiarkan seseorang yang kini duduk di sebelahku membersihkan make-up ku.
Hingga akhirnya ku dengar suaranya pelan. Yun Hee? Dia belum pulang. Aku ingin membuka mata, tapi entah kenapa aku tidak punya daya itu walau aku tahu yang berada di sampingku adalah bocah menyebalkan yang akrab di sapa Yun oleh semua member kecuali aku. Dia pintar juga, menggunakan air hangat, mungkin karena dia tidak ingin membuatku terbangun karena terlalu terkejut dengan air dingin.
“Kau ini pabo! Kenapa kau tidak bilang saja jika kau menyukai Ji Yeon?” ku dengar suaranya mengomel pelan. Hah?! Dia tahu aku menyukai Ji Yeon? Dari mana????? “Pabo! Pabo! Apa aku perlu mengajarimu cara menyatakan cinta?” dia masih berceloteh pelan seolah berbicara pada orang yang tidak bisa menjawab kalimatnya. “Ah~ Apa kau tidak malu jika belajar pada seorang stalker menyebalkan seperti aku?” Kau benar, kau itu memang menyebalkan. “Makanya kau harus kuat, belajar sendiri untuk bisa memenangkan hati seorang gadis!“ celotehnya lagi. “Tapi, jangan sampai kau menyakiti hati Myung Soo. Karena kalian adalah sebuah keluarga. Aku tidak ingin Infinite ku pecah hanya karena seorang wanit! Pikirkan Inspirit!” Dia terus mengomel, tapi mengapa aku betah diomeli seperti ini oleh bocah macam dia. “Kau memang pabo~“ tiba-tiba aktivitasnya terhenti. Aku merasa handuk hangat itu terhenti cukup lama di pipi bagian bawahku. Namun kemudian ia kembali membersihkan wajahku, aku merasakan dia mengusap bibirku pelan dengan handuk hangat itu. “Baiklah pabo, kita sudah impas. Wajahmu sudah bersih sekarang! Mimpi buruk ya~” katanya membuatku ingin menjitak kelapanya, eh, kepalanya.
Mimpi buruk katanya? Dia sepertinya sangat bahagia jika aku sengsara. Tapi, ternyata dia sangat memperhatikan kami. Loh? Kenapa ini? Mendadak aku sedikit merubah penilaianku pada Yun Hee. Dia cukup baik. Ah, anio, dia memang baik. Tapi, tetap saja, bagiku dia menyebalkan!
Aku tertidur, entah kapan member lain pulang. Yang jelas aku terlelap selepas Yun Hee membersihkan make-up ku dan pulang.
*****
“Sung Yeol-a, ireona!!” sayup-sayup ku dengar suara Sung Gyu-hyung.
“Eo~” aku bangkit dari tempat tidurku. Ku lihat di seberangku Sung Gyu-hyung membangunkan Sung Jong juga.
Sedangkan Hoya-hyung, aku tebak sudah bangun lebih dulu dari kami.
“Ayo, cepat bangun dan mandi. Lalu buat sarapan ya! Ini jadwal Sung Brother untuk menyiapkan sarapan.” kata Sung Gyu-hyung dengan matanya yang entah sudah melek atau masih merem?
“Ne Hyung~” jawab ku dan Sung Jong kompak.
Aku bergegas mandi dan menyiapkan sarapan bersama Sung Jong dan Sung Gyu-hyung. Ya, akrabnya, Sung Brother!
*****
“Jal mottgessumnida!” seru kami bersama sambil menyantap sarapan.
Mendadak aku baru sadar bahwa kimchi kami utuh, berarti tadi malam Yun Hee tidak jadi makan. Bocah itu!
“Hyung, kenapa tidur tidak mengganti pakaian dulu?” tanya Myung Soo.
“Aku ngantuk sekali, tidak sempat.” jawabku sekenanya.
“Aneh. Tidak sempat mengganti pakaian, tapi membersihkan make-up.” komentar Woo Hyun-hyung.
“Bukan aku yang membersihkannya.” aku keceplosan.
“Eo? Memang siapa?” Hoya terlihat penasaran.
“Mungkin~ Sung Jong.” kataku sambil nyengir kuda.
“Andwe! Sekalipun aku sedang baik hati, aku akan membiarkan make-up itu menempel di wajahmu yang tampan itu, biar kau kalah tampan olehku kelak!” jawab Sung Jong dengan tampang judesnya yang ampun-ampunan.
“Nadu! Aku juga tidak mau wajahku disentuh oleh ‘yeoja’ sinting sepertimu!” kataku tak mau kalah.
“Aieuh~ sarapan dulu baru bertengkar.” omel Dong Woo-hyung.
“Sudah. Ini bukan masalah penting. Tidak usah dibahas.” timpal Sung Gyu-hyung dengan mata yang tidak jelas terbuka atau tertutup itu.
“Oh, ya. Ngomong-ngomong kemarin kau kenapa Yeol?” tanya Hoya.
“Kenapa apanya?” aku balik bertanya sambil terus melahap sarapanku.
“Kemarin pulang lebih dulu dan kau tidak rusuh seperti biasanya.” terang Woo Hyun-hyung yang mungkin memperhatikan perubahanku.
“Eo~ Benar. Memang ada apa sih, Hyung?” tanya Myung Soo menatapku dengan wajah inosennya.
Sungguh! Bocah ini adalah member yang paling ku sayangi. Masa sih hanya karena wanita aku harus membencinya? Aku kembali teringat oleh kata-kata Yun Hee semalam.
“Tidak apa-apa.” aku tersenyum lebar, berharap agar semua member berfikir aku baik-baik saja.
“Yakin? Kalau begitu keluarkan teriakan to the max mu..” pancing Hoya.
“Kyaaaaaaaa~~~uhuhuhukkkk..” aku langsung teriak tapi bodohnya karena sedang makan aku jadi tersedak. *Sung Yeol bodoh!*
“Pabo! Pabo!” omel Sung Jong sambil memberikan segelas air padaku.
“Gomapta Maknae~” kataku sambil tersenyum lebar.
Tunggu! Aku langsung sadar, Sung Jong edan ini mengatai aku apa? Pabo? Yak! Mengapa mendadak anak ini mirip sekali dengan bocah menyebalkan itu. Sung Jong dan Yun Hee, dua mahluk yang sangat menyebalkan.
Sung Yeol’s POV END.
*****
Author’s POV :
Selesai sarapan, semua member Infinite langsung ke tempat latihan. Di sana, Yun Hee sudah stand by seperti biasanya untuk menyemangati mereka, membuatkan makanan dan menyediakan minuman selama Infinite latihan. Stalker satu ini memang sangat setia. Saking setianya nggak sedikit Inspirit yang nge-bully dirinya.
“Yun Hee-a!!” teriak Sung Jong girang saat melihat Yun Hee sedang berbincang dengan manajer Infinite.
“Omo~ Sung Jong-i~” Yun Hee juga berteriak gaje persis Sung Jong.
“Aigoo! Aigoo~ dua bocah ini!” gumam Sung Yeol sebal dalam hati saat melihat Sung Jong dan Yun Hee pelukan seperti teletubies.
“Yun Hee-a, Annyeong!” sapa Sung Gyu sambil mengusak rambut Yun Hee yang hitam mengkilat kayak sepatu abis disemur? Disemir!
“Annyeong Oppa-deul~” sapa Yun Hee sambil membungkuk 45 derajat kecuali pada Sung Yeol. Ya, itu hal yang biasa terjadi antara mereka.
“Kau kemana saja kemarin, Yun Hee?” tanya Woo Hyun dengan ekpressi kangennya yang kagak nahan.
“Emh~ kemarin..aku..oh! Kemarin ada hal yang harus aku tangani.”
“Oh, tugas kuliah ya? Apa sulit? Perlu kami bantu?” tawar Hoya.
“Anio, Oppa. Bukan. Hanya ada dua mahluk hidup yang sangat membutuhkanku kemarin. Hehehe..” kata Yun Hee sambil cengar cengir.
Sung Yeol langsung menoleh saat mendengar kalimat Yun Hee barusan. Dua mahluk? Maksudnya anak anjing itu dan dirinya. Apa? Sangat membutuhkannya? Sung Yeol melirik Yun Hee dengan picingan mata yang seolah mengajak perang. Yun Hee hanya tersenyum meledek ke arah Sung Yeol.
“Hari ini kau masak apa, Yun Hee?” tanya Dong Woo sambil memeriksa kotak makanan yang dibawa Yun Hee.
“Eitz~ latihan dulu yang serius dan benar. Baru menikmati makanan ini.” kata Yun Hee sambil menyentil tangan Dong Woo yang sudah mau main gledah kotak makanan saja.
“Kau ini!” Myung Soo mencubit pipi Yun Hee dengan gemas.
“Yak! Appho!” rengek Yun Hee dengan wajah imutnya. “Hehehe.”
“Ck~ lihat bocah itu! Benar-benar!” gumam Sung Yeol dalam hati sambil menatap sebal Yun Hee.
*****
Selesai latihan, semua member menyantap makanan yang disiapkan oleh Yun Hee. Semua! Tanpa terkecuali Sung Yeol yang mau tidak mau juga ikut makan karena ia pasti lapar. Sepanjang ia menyantap makanan buatan Yun Hee, sudah pasti ia harus tetap berlagak bahwa ia tidak terlalu lahap menyantap makanan buatan gadis yang menurutnya menyebalkan itu.
“Enak tidak?” tanya Yun Hee pada Sung Jong.
“Totally PERFECT!” jawab Dong Woo walau nggak ditanya.
“ENAK BANGET YUN!!!” Sung Jong terlihat lahap menyantap makanannya.
“Gomapta uri Yu~n..” kata Woo Hyun dengan aegyonya yang khas.
“Whua~ kalau seperti ini, yang nantinya menikah dengan uri Yu~n pasti sangat beruntung!” Hoya berandai-andai sambil melahap makanannya.
“Aigo~ Tidak seperti itu juga Oppa. Itu relatif.” Yun Hee merendah.
“Anieo. Hoya-hyung benar. Pasti orang itu sangat beruntung.” kata Myung Soo sambil mengusak rambut Yun Hee.
“Jinja~” Sung Yeol hanya menggeleng sebal melihat sikap Myung Soo. “Ji Yeon atau Yun Hee?” tanyanya dalam hati seolah tidak percaya dengan perasaan Myung Soo terhadap Ji Yeon.
“Choding, enak kan?” tanya Sung Gyu tiba-tiba.
“M..mwol?” Sung Yeol sedikit tersedak. “Uhuk..uhuk..Ti..” sesaat, Sung Yeol melihat wajah Yun Hee yang terlihat begitu inosen secara tiba-tibadi matanya. “M..Massittseoyo.” kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut seorang Lee Sung Yeol terhadap Cho Yun Hee.
“Kau sudah melakukan hal yang benar.” Sung Gyu menepuk pundak Sung Yeol karena tindakan Sung Yeol yang tidak cari ribut seperti biasanya.
“Kalau kalian akur, aku bisa awet muda~” canda Woo Hyun yang sebenarnya menyindir Sung Gyu.
“Yaega! Shut up! ” Sung Gyu menatap sebal Woo Hyun.
Semua member tertawa melihat leader Gyu yang sedang teraniaya. Yun Hee juga tersenyum, tapi, Yun Hee tersenyum untuk Sung Yeol yang sedang tertawa. Yun Hee merasa senang, akhirnya Sung Yeol kembali tertawa.
“Syukurlah. Dia sudah gembira lagi.” gumam Yun Hee dalam hati.
Sung Yeol melihat Yun Hee tersenyum ke arahnya. Yun Hee langsung memalingkan wajahnya. Sung Yeol kembali tertawa lagi.
*****
Ponsel Myung Soo berdering....
[to be continue]