home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction

YOU

Share:
Author : Rezkyka
Published : 08 Jan 2014, Updated : 21 Aug 2016
Cast : Kim Myun Ji (oc), Lee Jinki, Choi Minho, Jung Yong Hwa, Seo Hyun, Choi Sulli
Tags :
Status : Complete
3 Subscribes |128946 Views |13 Loves
YOU
CHAPTER 1 : Bab I

Myun Ji menatap langit-langit halte sambil meniup poninya yang mulai panjang. Entah sudah berapa kali ia melakukan hal ini, gadis itu juga tak henti-hentinya merutuki nama seseorang yang telah membuatnya menunggu… satu jam?! Astaga! keluh Myun Ji dalam hati kemudian kembali menurunkan lengan yang terdapat jam dipergelangannya. Ia hanya bisa meniupkan poninya lagi. Huuhh..

Sekarang mata gadis itu melirik awan yang sepertinya ingin memberitahukan sesuatu. Binggo! Sebentar lagi hujan, mati kau Jinki. Myun Ji kembali membatin. Ia mengepalkan tangan dan menepuknya dengan tangan yang lain. Sepertinya asap mulai keluar dari telinga gadis berambut gelombang itu, wajahnya menandakan amarah. Myun Ji akhirnya menghela nafas pasrah, ia harus benar-benar pergi sekarang kalau tidak ingin terjebak hujan.

Byur!

Belum sempat Myun Ji beranjak pergi hujan yang ditakutkannya turun sebelum ia benar-benar duduk manis dirumahnya. Ia kembali merapatkan kaki dan mengencangkan genggaman pada tasnya, entahlah ia ingin kembali marah tapi hatinya begitu lelah suara hujan juga seperti menaminya yang hanya duduk sendiri menunggu yang seharusnya memang tidak harusnya ditunggu.

Tangan Myun Ji terangkat, telapakanya merasakan sensasi dingin air hujan yang ia tangkap dari jari - jari lentiknya. Bosan juga seperti ini. Haruskah diakhiri? sekian kalinya Myun Ji kembali membatin dan kali ini seperti terlihat pasrah.

“maaf” ketika sibuk melamun tiba-tiba muncul di hadapannya seorang pria sipit berkemeja putih dimana kemanjanya telah berubah menjadi kemeja transparan akibat tersiram air hujan. Tidak mau mendengarkan pria itu lebih lanjut Myun Ji memilih berdiri dengan cepat untuk meninggalkan pria itu, pria yang ditunggunya sejak tadi. Myun Ji yang masih mengenakan pakaian kantor itu bergegas meninggalkan Jinki dengan susah payah karena rok dan high heels-nya dan Jinki malah tersenyum lebar kearahnya.

“hey! Akukan sudah minta maaf” Jinki meraih lengan kekasihnya. Myun Ji membalikkan badan dan melihat seyuman Jinki. Mata gadis itu menyipit, kenapa ia harus menyukai pria seperti Jinki yang tidak pernah mengerti dirinya.

“dengar, aku sudah lelah-“

“baiklah aku juga lelah” potong Jinki sebelum Myun Ji melanjutkan kalimatnya. Jinki menarik bibirnya membentuk sebuah senyuman, membuat Myun Ji makin geram. Tapi setelahnya Jinki malah berlutut, Myun Ji hanya dapat bersumpah kalau ia tidak akan termakan rayuan pria dihadapnnya ini.

“aku datang kerumahmu dulu tadi, lalu bertemu dengan orangtuamu” Jinki menunduk. “lalu aku katakan pada mereka bahwa aku sudah tidak ingin menjadi kekasih anak mereka lagi” Myun Ji menatap Jinki tidak percaya.

“lalu mereka tanya mengapa, Aku hanya menjawab” Jinki mendongak dan menatap mata Myun Ji yang mentapnya nanar “Aku tidak ingin menjadi kekasihnya tapi aku ingin menjadi suaminya, maka.. biarkan aku tidak hanya akan mencintainya tapi juga menyayanginya, melindunginya, menemaninya seumur hidupku” Jinki mengeluarkan dan membuka sebuah kotak berukuran kecil dengan warna plum lalu memperlihatkan isi di dalam kotak cantik itu kepada gadis yang ia cintai. Myun Ji membulatkan matanya.

“aku akan sangat senang jika kau ingin mambantuku mengabulkan keinginanku tadi, semua keputusan aku serahkan padamu” Jinki kembali tersenyum. Senyum yang membuat hati Myun Ji bahagia dan membuat nafas Myun Ji lega.

 Ternyata Air mata Myun Ji sudah deras membasahi pipinya entah sejak kapan. Walau hujan saat itu sangat deras, tapi suara Jinki terdengar jelas dan sangat indah, dia melamarku? Myun Ji menutup mulutnya dengan rasa haru.

Walau ia masih mengingat sumpahnya tadi, tapi sumpah itu sepertinya tidak berlaku hari ini. Myun  Ji dan Jinki terdiam sesaat lalu tertawa bersama. Bukannya berhenti, tawa mereka malah makin keras. Lucu saja, halte yang becek, hujan yang turun deras dan Jinki yang basah kuyup dan memberi Myun Ji cincin. Entahlah ini seperti mimpi, benar-benar seperti mimpi. Jinki melamarnya hari ini.

-

Myun Ji membuka lembar demi lembar, berusaha menahan tangisnya agar make up diwajahnya tidak luntur. Sebuah album foto tergeggam erat ditangan Myun Ji, album foto itu mengisahkan dirinya dari masa saat ia kecil hingga sekarang. Dari yang dulu ia memakai pakaian extra small menjadi gaun putih yang indah. Hari ini, ia akan menikah. Harapan semua wanita yang sudah matang akan umurnya. Ia merasa hidupnya akan benar-benar sempurna hari itu.

Myun Ji menengok ke sebuah kaca berukuran besar yang memaparkan bayangan dirinya. Dengan polesan make up natural sesuai dengan gaun putih yang akan menjadi saksi hari sacral  upacara hari ini. Senyumnya memudar ketika mendengar ketukan pintu. Pasti waktunya sudah tiba, jantungnya berdegup kencang. Aku harap tidak akan ada serangan jantung hari ini. Myun Ji mengeratkan genggamannya pada sebuket bunga mawar putih yang harumnya mulai tercium olehnya.

Sesosok wanita dengan gaun merah marun selutut terlihat dibalik pintu, dandanannya sungguh elegan dan dewasa. Itu calon kakak ipar Myun Ji. Jinhya. Tunggu, apa dia sakit? Wajahnya pucat. Myun Ji memperhatikan gerakan Jinhya. Ia terus menunduk selama berjalan mendekati Myun Ji.

“ada apa?” Tanyanya takut-takut, ia tidak ingin dengar kabar buruk apapun di hari pernikahannya. Tidak ku mohon. Ucap Myun Ji dalam hati.

Dilihatnya Jinhya mendongak, “cantik sekali” Jinhya menyentuh pipi Myun Ji lembut.

“apa?” Myun Ji memastikan pendengarannya. “kau tahu, aku sangat bahagia kalian bisa menikah, aku sampai menangis semalaman” wanita dengan rambut lurus terurai itu menyeka ujung matanya.

“Eonnie,” Myun Ji menggenggam tangan Jinhya, wanita dihadapannya ini adalah salah satu saksi bagaimana hubungannya dengan  Jinki yang sudah berjalan lima tahun lamanya. Ia bagai kakak kandung bagi Myun Ji, tempatnya berbagi suka dan duka selain dengan Jinki.

“aku hanya tidak menyangka Ia sudah besar, padahal aku merasa baru kemarin aku menyuapinya sekarang ia akan jadi kepala keluarga, anak itu” Myun Ji memperhatikan setiap ekspresi yang terlihat diwajah Jinhya.

Tangan Jinhya kemudian terangkat untuk kembali memegang pipi Myun Ji “aku yakin Jinki adalah orang yang tepat, ia akan selalu melindungimu meski tingkahnya kadang kekanakan, tapi ia benar-benar pria yang bisa diandalkan, percaya padaku” Myun Ji hanya mengangguk, tidak berani berbicara takut air matanya akan jatuh.

“Hah! sudah jam segini, awas saja kalau anak itu bangun kesiangan dihari pernikahannya” gerutu Jinhya dan keduanya pun larut dalam tawa.

Beberapa saat kemudian terdengar suara ribut diluar, setelahnya terlihat Yong Hwa -teman Myun Ji dan Jinki sejak sekolah menengah pertama-. Tapi wajahnya terlihat panik apalagi melihat Myun Ji dan Jinhya yang ternyata tengah tertawa bersama. Ia jadi tak tega.

Hya[1]! siapa yang memperbolehkanmu masuk ke ruangan pengantin wanita?” seru Myun Ji dan kembali tertawa.

“Jinki,” ucapnya terpotong. Myun Ji berusaha menajamkan telinganya, terdengar dari nada Yong Hwa mengucapkan nama Jinki agak berbeda.

“ada apa?” sergah Jinhya.

“kecelakaan”

-

“Myu..Myun Ji?” seorang wanita sebaya dengan dress selutut berwarna nila menghampiri Myun Ji. Seo Hyun, teman baik Myun Ji. Memperhatikan dengan cemas sahabatnya yang terus menunduk, sesekali terlihat urat-urat ditangannya ketika Myun Ji meremas gaun putihnya. Tepat disampingnya berdiri kokoh sebuah pintu bercat putih dengan keterangan ‘Unit Gawat Darurat’ diatasnya.

Seo Hyun duduk disamping Myun Ji. “apa ini?” ucap Myun Ji lirih. Seo Hyun menoleh menajamkan pendengarannya, ia semakin khawatir karena belum melihat air mata yang harusnya sudah deras di pipi gadis itu. “apa kau percaya?” kini Myun Ji menatap Seo Hyun. Kemudian menatap pintu disampingnya. “di balik pintu itu, ada Jinki? Kau percaya? Kau bilang ia sedang dalam perjalanankan? Kita akan menikah? Tunggu, kenapa aku disini? Harusnya aku..” Myun Ji beranjak pergi tapi segera dihalang Seo Hyun dengan pelukan yang sangat erat. Ia tidak tau harus bicara apa pada Myun Ji, air matanya pun sudah deras.

Myun Ji mulai gemetar badannya mulai merosot ke lantai bersama Seo Hyun yang masih memeluknya dengan erat. “apa yang harus aku lakukan?” ucap Myun Ji yang mulai terisak. “apa yang harus aku lakukan?!!” Myun Ji mulai berteriak. Bibirnya bergetar sambil menangis.

Mendengar teriakan itu Yong Hwa dan Jinhya yang berlari menuju sumber suara. Terlihat Myun Ji yang menutup wajahnya dan Seo Hyun yang masih dengan isakkannya memeluk Myun Ji. Harusnya mereka semua, terutama Myun Ji bahagia hari ini, kan? Kenapa seperti ini?

-

Ini sudah satu minggu tapi Jinki belum juga membuka matanya, pendeteksi detak jantung seperti alat perusak telinga bagi Myun Ji. Sangat mengganggu. Myun Ji memangku dagu dipinggir ranjang Jinki.

“tidak bisakah kau bangun dan bilang kau hanya bercanda? Aku berjanji tidak akan memukulmu” Myun Ji tidak melepaskan pandangannya dari wajah pucat Jinki.

“apa kau tidak dengar? Aku tidak akan memukulmu Lee Jinki!” Myun Ji mulai menggoyangkan tubuh Jinki. “ini sudah satu minggu dan kau membuat pernikahan kita gagal kau ingin membuatku marah?!” Myun Ji menutup wajahya, mengusapnya pelan berharap kesedihannya berkurang. Padahal seminggu yang lalu ia merasa wanita paling bahagia, tapi sekarang? Ini sudah lain cerita. Jinki koma.

Myun Ji mengenggam tangan Jinki, menggenggamnya dengan erat. Berharap ini akan menjadi kekuatan Jinki untuk dapat membuka matanya tapi ini aneh, tangan Jinki terasa seperti bergerak, jarinya bergeser, Myun Ji berusaha untuk tidak membuat gerakan. Jantungnya berdegup kencang dan hatinya berucap doa. Benar, mata Jinki terbuka perlahan meski menutup lagi dan tidak berapa lama kemudian Jinki membuka kembali matanya.

“Jinki?” ucap Myun Ji tidak percaya. Terima kasih Tuhan. Myun Ji mengusap wajahnya. “kau balik – baik saja? Aku akan panggilkan Dokter” setelah Myun Ji bergerak memencet tombol merah dekat ranjang, tangan Jinki menanggkap lengannya.

“dimana ini?” kemudian tangannya yang lain menyentuh keningnya dan meringis. “aku kecelakaan?” pertanyaan retorik itu membuat Myun Ji tersenyum. Ia benar – benar merindukan pria ini rupanya. “lalu kau siapa?” senyum Myun Ji memudar ia segera melepaskan genggaman tangan Jinki dengan kasar.

“baru sadar masih saja bisa bercanda!” Myun Ji melipat tangan, ia yakin benar setelah ini ia akan mendengar tawa dari Jinki.

“bisa berikan aku minum?” dia tidak tertawa, Myun Ji mematung sesaat. Jinki mengangkat tubuhnya sambil memegang kepalanya yang dililit perban putih. Myun Ji segera memberikan sedikit pertolongan untuk membantu Jinki duduk setelah itu Myun Ji mengambil segelas air yang berada dimeja. Pikiran Myun Ji melayang, suasananya menjadi aneh. Setelah meneguk minumnya Jinki kembali menatap Myun Ji dengan tatapan tanpa ekspresi “kau belum menjawab pertanyaanku” ucapnya lagi sambil menghabiskan air di dalam gelas dengan sekali teguk.

ne[2]?” Myun Ji mencoba menajamkan pendengarannya.

“Iya, kau siapa?” Jinki kembali bertanya dengan acuh.

Hya! Kau minta di pukul ya?” Myun Ji menepuk lengan Jinki, “kau sudah membuatku seperti orang bodoh selama semiggu dan kau masih bisa bercanda?! Keterlaluan!” Myun Ji mulai memukuli Jinki dengan bantal.

Hya! Agassi, [3]Kenapa kau memukulku?” Jinki menangkap kedua tangan Myun Ji.

“apa? Agassi?” Myun Ji menatap Jinki heran. Beberapa detik kemudian Dokter Park dan seorang suster masuk ke ruangan Jinki. Myun Ji beranjak dari duduknya lalu berdiri disamping ranjang Jinki. Dokter Park adalah teman ayah Jinki, jadi Myun Ji kenal dengan Dokter setengah botak itu. Dokter Park memeriksa mata dan detak jantung Jinki, Myun Ji benar – benar memperhatikan apa yang Dokter Park itu lakukan.

“luar biasa! semua normal” Myun Ji sedikit kaget mendengarnya “Aku yakin kau akan segera sembuh hanya tinggal menunggu luka di kepalamu kering, melakukan beberapa pemeriksaan dan melemaskan otot – otot kakimu yang sudah tidak kau gerakkan selama seminggu”

“jadi aku koma selama seminggu?” Tanya Jinki yang hanya dibalas senyuman oleh Dokter Park. Kemudian Dokter bertubuh tinggi itu membalikan badan kearah Myun Ji. “selamat Myun Ji-ssi[4] calon suami mu sudah sadar” Dokter Park menepuk pundak Myun Ji.

“Dokter bicara apa? Dokter mengenali gadis ini?” pertanyaan Jinki membuat tangan Dokter Park berhenti di udara juga membuat membuat Myun Ji mebulatkan matanya. Dengan cepat sang Dokter membalikan badanya kembali.

“kau tidak mengenalnya Jinki? Aku tahu kau suka bercanda, tapi jangan mengenai ini Lee Jinki” Dokter Park sedikit geram.

“Anda kenapa Dokter? Aku hanya bertanya, Anda dan wanita itu selalu menganggapku bercanda, memang aku suka bercanda?! Lagi pula siapa itu Lee Jinki?!” Myun Ji menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya sudah mulai berkaca-kaca. Cobaan apalagi ini? “kenapa kalian diam? Dan kenapa Agassi itu menangis? Kalian benar-benar aneh!”

“suster, siapkan ruang ronsen kita akan melakukan pemeriksaan” ucap Dokter Park dengan sedikit khawatir.

“Dokter, Anda bilang saya baik – baik saja, kenapa harus di ronsen? Dengar Dokter, namaku Minho dan aku harus segera pergi menemui adikku” Dokter Park dan Myun Ji tercengang. “Dok-“ tiba-tiba Jinki terdiam dan matanya membulat. “kaca! suster ambil kaca itu” entah kenapa Jinki menangkap sesuatu yang aneh dari kaca diatas meja yang berdiri dengan menyender pada tempat tisu.

Myun Ji ikut mengarahkan pandangannya. Itu kaca miliknya, ia lupa menaruh lagi kedalam tas sehabis membasuh mukanya, tentunya sebelum Jinki sadar. Jinki meraih kaca itu, tangannya gemetar hebat setelah bayangan dirinya memantul pada kaca itu. Ia meraba wajahnya. “tidak! Ini tidak mungkin, tidak!” Myun Ji mendekat kearah Jinki tetapi pria itu semakin tidak terkendali, ia mulai menarik – narik rambutnya. “apa yang terjadi padaku!”

“Jinki hentikan!” Myun Ji memeluk Jinki sambil berusaha melepaskan tarikan tangan Jinki yang terus menjabak rambutnya.

-

“aku tahu ini sulit bagimu tapi kau harus bersabar” Dokter Park memainkan jari-jarinya dan memandang Myun Ji dengan sendu. Myun Ji membalasnya dengan tersenyum, sudut matanya masih basah dan ujian hidup masih bersamanya, mungkin hanya tersenyum yang dapat ia lakukan sekarang.

“terima kasih Dokter,  saya permisi” Myun Ji bangkit dan beranjak pergi. Setelah Myun Ji keluar dari ruangannya Dokter Park kemudian menyenderkan tubunya pada kursi putarnya.

Myun Ji menarik nafas panjang dan mulai mendorong pintu kamar Jinki dengan punggungnya “waktunya minum obat!” ucap Myun Ji dengan membawa nampan yang berisikan air putih dan obat berwarna-warni. Melihat seorang suster yang membawa obat untuk Jinki, Myun Ji segera menghampiri suster itu dan mengambil alih tugasnya “biar aku saja” ucapnya sebelum suster itu masuk dan memberikan obat itu pada Jinki.

Myun Ji menaruh obat itu disamping ranjang Jinki “mulai sekarang aku yang menggantikan suster untuk menyuruhmu minum obat setiap hari” Myun Ji masih sibuk memilih obat tapi tidak satu patah kata pun ia dengar dari bibir Jinki.

Myun Ji memutar kepalanya kearah Jinki yang sedang duduk memunggunginya, matanya menatap awan yang di halang jendela kamar, kepalanya sedikit mendongak untuk melihat kearah jendela yang jauh lebih tinggi darinya. Myun Ji meletakan obat itu kembali dan berjalan mendekati Jinki. Berharap Jinki tidak merasa terganggu dengan kehadirannya, Myun Ji berusaha dengan pelan mendekati Jinki untuk ikut duduk disampinya.

“kau..” Myun Ji membasahi bibirnya, baru satu kata yang ia keluarkan tapi ruangan itu seperti memberi gema yang besar. Sejujurnya Myun Ji belum pernah berbicara dengan Jinki segugup ini bahkan saat Jinki menyatakan cintanya “ehm, aku..” Myun Ji masih tidak berani menatap Jinki.

“apa kata Dokter?” tiba-tiba Jinki bersuara, suaranya terdengar serak “kau habis bertemu dengan Dokter, kan?” Jinki memutar kepalanya kearah Myun Ji. Gadis itu mendongak dan ikut memutar kepalanya kearah Jinki, sayangnya Jinki kembali memandang jendela berbingkai putih itu, seolah tidak ingin menatapnya.

Benar saja, Myun Ji melihat sudut mata Jinki yang mengeluarkan air, pantas suaranya bergetar Jinki tidak ingin Myun Ji melihat matanya yang memerah. Jantung Myun Ji bedetak dengan cepat, apa yang harus ia katakan?

“dengar baik – baik” Jinki menghadapkan badanya kearah Myun Ji, “aku tahu kau tidak akan percaya, tapi aku bukan orang yang kau maksud” mata Jinki dan Myun Ji bertemu. Myun Ji hanya dapat berpikir keras dengan ekspresi terheran-heran. Tapi sebelum mereka melanjutkan pembicaraan beberapa orang masuk ke ruangan Jinki.

“JINKI!” suara berisik mulai memasuki ruang bercat putih itu. Siapa lagi, itu suara Jinhya dan teman-teman Jinki.

nae dongsaeng![5]” Jinhya berhambur memeluk Jinki. Wajah gembira terpampang dari wajah Jinhya, Younghwa dan Seo Hyun. “kau tahu tadi Noona tidak enak badan, mendengar kau sadar aku merasakan badanku sehat kembali!” Jinhya melepaskan pelukkannya.

Hya Lee Jinki, cepat kembali ke kantor atau kau mau teman – teman kita seperti mayat hidup” sambung Young Hwa dengan tawa bahagianya. Seo Hyun memeluk bahu Myun Ji wajahnya begitu cerah, senyumnya mengembang melihat Myun Ji dan Jinki bergantian.

“kalian siapa?” suasana haru dan bahagia redup seketika. Jinhya hanya merasa ia salah mendengar

“Jinki,”

“ada yang belum aku ceritakan” Myun Ji memotong kalimat Jinhya dan sekarang semua mata kecuali Jinki melihat kearah Myun Ji meminta penjelasan. Sebenarnya Myun Ji tidak mau mengulang kata-kata Dokter Park yang seperti mencabik hatinya, tapi mau bagaimana lagi.

-

Jinhya menyenderkan tubuhnya pada penyangga kursi. Jarinya bermain memijat pelipis, rasa pening yang ia rasakan tadi pagi kembali datang. Myun Ji hanya mengaduk cangkir tehnya dan menundukkan kepalanya dalam. Ini pertama kali Myun Ji ke kantin rumah sakit selama Jinki di rawat.

Myun Ji dan Jihyan tenggelam dalam pemikiran mereka masing – masing. Jinhya mendongakkan kepalanya, meliat Myun Ji yang tertunduk dan mengaduk cangkir tehnya yang jelas-jelas sudah tidak hangat lagi. Ini memang berat bagi Jinhya, tapi untuk Myun Ji ini sangat sangatlah berat. Harusnya ia yang paling bisa menguatkan gadis dihadapannya itu. Jinhya meraih tangan Myun Ji dan menggenggmnya.

“aku yakin Jinki kita akan kembali, kita bisa membantunya mengembalikan ingatannya, ne?”

“tapi aku merasa agak aneh, Jinki selalu bilang bahwa dia bukan dirinya” Jinhya memasang ekspresi heran “aku juga tidak tahu, tetapi sebelum kalian datang Jinki bilang kalau dia bukan orang yang aku maksud” Myun Ji merasa otaknya akan meledak sekarang.

“Dokter Park tidak mengatakan apa-apa?”

“Dokter hanya bilang Jinki mengalami shock atas kecelakaanya dan kemungkinan kelainan syaraf akan ada pemeriksaan lebih lanjut, Dokter hanya mengatakan hal-hal yang tidak aku mengerti  yang jelas ingatan Jinki sulit kembali” Jinya kembali menguatkan genggamannya. Myun Ji memandang Jinhya dan ikut menggenggam tangan wanita yang sudah ia anggap seperti kakak kandungnya sendiri. Mereka seperti saling memberikan energi pengganti air mata yang telah berlinang semenjak Jinki kecelakaan, koma dan seperti sekarang ini.

-

“dia bilang ingin beristirahat, jadi kami keluar” ujar Young Hwa yang menutup pintu kamar rawat Jinki setibanya Myun Ji dan Jinhya datang.

“pulanglah dan istirahat aku yang akan menjaga Jinki” Jinhya mengelus pundak Myun Ji. Gadis berambut panjang itu memasang ekspresi khawatir, dia belum bisa tenang untuk meninggalkan Jinki sekarang.

“aku akan menemani Noona disini kau pulang saja dengan Seo Hyun” Young Hwa mengulas senyum di wajahnya. Pria berambut coklat gelap itu seperti malaikat, sejak Jinki koma dia sangat membantu Myun Ji, jadi rasanya kalau Young Hwa yang meminta dia tidak bisa menolak.

“aku akan mengantarmu pulang, kajja[6]!” Seo Hyun menggandeng tangan Myun Ji, tangan Myun Ji begitu dingin atau entah tangannya sedang sedikit hangat. Seo Hyun dan Myun Ji menunduk memberi hormat sejenak kepada Jinhya lalu segera pergi.

“biar aku yang menyetir” Myun Ji mengambil kunci dari tangan Seo Hyun dan membuka pintu kursi kemudi, dengan cepat Seo Hyun menutup pintu itu kembali.

“tidak, aku tidak akan membiarkanmu menyetir” uajrnya sambil melipat tangan.

“aku baik-baik saja, biarkan aku yang menyetir” pinta Myun Ji, mungkin dengan menyetir ia bisa menghilangkan sedikit bayangan Jinki. Seo Hyun menggeleng dan menjulurkan tangannya meminta kunci itu kembali dengan terpaksa Myun Ji menyerahkannya.

Mobil mulai berjalan meninggalkan rumah sakit “kau akan kembali ke kantor?” Tanya Seo Hyun yang masih sibuk memperhatikan jalan Seoul yang agak ramai di hari weekend ini.

“tidak sampai Jinki keluar dari rumah sakit” ucap Myun Ji mantap. Seo Hyun menggangguk, ia memaklumi keinginan Myun Ji. Tapi rasanya ada satu hal yang ingin sekali Seo Hyun tanyakan, sejenak Seo Hyun mengalihkan pandangan kearah Myun Ji. Haruskah ia tanyakan? Kemudian pandangannya kembali fokus pada jalan.

“ketika aku dan Yong Hwa didalam kamar, Jinki agak berbeda maksudku kalau memang dia hilang ingatan setidaknya ia masih Jinki yang kami kenal bukan? Apa Dokter bilang sesuatu padamu?” Seo Hyun terpaksa menanyakannya dia juga sangat takut kalau benturan di kepala Jinki sangat parah.

Myun Ji menggeleng “Dokter bilang sikapnya berubah karena shock yang dia alami pasca kecelakaan, sisanya aku tidak paham apa yang Dokter katakan” setelah percakapan itu, tidak ada kata-kata yang keluar dari bibir keduanya hingga mobil SUV putih itu tiba didepan rumah Myun Ji.

Seo Hyun melirik Myun Ji yang masih tertunduk, lama-lama diamati bahu gadis itu terlihat bergetar. Seo Hyun segera meraih pundak gadis itu dan memeluknya. Harusnya sahabatnya itu sudah bahagia sekarang tapi.. tidak ada orang yang pernah tahu apa yang akan terjadi besok kan?

“tenanglah Myun Ji, ini hanya ujian yang harus kau dan Jinki lewatkan untuk mendapat kebahagiaan yang besar, kau harus bersabar” Seo Hyun menepuk bahu Myun Ji, ia berharap ujian ini akan segera berakhir dan dapat melihat sahabatnya meraih kebahagiaan itu.

Dan setelah ini mungkin Tuhan akan tunjukan padaku satu hal. Aku tidak tahu apa itu, tapi aku tahu, bukan hanya hidupku tapi ini menentukan hidup dan takdir orang lain nantinya.



[1] Hya! = Hey!

[2] Ne? = ya/apa?

[3] Agassi = Nona

[4] Ssi = partikel dalam bahasa Korea untuk menunjukkan rasa hormat, yang berarti “Saudara/Saudari”

[5] Nae dongsaeng = adikku

[6] Kajja = Ayo

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK