I’M YOURS
“Subin-ya, Subin kau benar-benar tidak bisa datang?” tanya Yonghwa pada Subin lewat ponsel. “mau bagaimana lagi, aku masih ada pekerjaan kak” jawab Subin dengan nada sedih. “hm, baiklah” kata Yonghwa kecewa sambil mematikan ponselnya.
“kuenya sudah kau beli?” tanya Minho pada Subin. “sudah” jawab Subin gembira di dalam mobil kakaknya. “tadi Yonghwa oppa menelepon, memintaku supaya datang ke acara ulang tahunnya di dorm CN.Blue, tapi aku bilang pekerjaanku belum selesai jadi aku tidak bisa datang” jelas Subin pada Minho sambil tertawa. “kau, benar-benar jahat Subin” puji Minho pada adik bungsunya tersebut. subin hanya tertawa mendengar pujian atau tepatnya sindiran untuknya.
Rumah CN.Blue
“saengilchukahamnida saengilchukahamnida saranghanda uri leader saengilchukahamnida. Selamat ulangtahun selamat ulang tahun selamat ulang tahun Yonghwa selamat ulang tahun” terdengar nyanyian dari rumah CN.Blue menyanyikan lagu ulang tahun untuk Yonghwa. Tiba-tiba bel rumah CN.Blue berbunyi. Yonghwa dengan segera membukakan pintu rumah dan seketika terkejut.
“Subin ! Minho hyung ! kak Minho ! kata kalian, kalian tidak bisa datang” kata Yonghwa heran ketika melihat Subin dan Minho di depan pintu rumah CN.Blue. “kejutan !” teriak Subin sambil menyerahkan kue kepada Yonghwa. Minho hanya tertawa. “semua itu ide adikmu ini” kata Minho sambil menunjuk Subin. Subin hanya tersenyum bangga karena idenya berhasil. Tanpa pikir panjang Minho langsung melemparkan kue yang di pegang Subin kewajah Yonghwa. “oppa ! kenapa tidak memberitahuku tentang rencana yang ini??” tanya Subin tidak terima kue yang di belinya berakir di wajah Yonghwa bukan di perut Yonghwa. “kejutaaan !” kata Minho sambil berlari menjauhi kejaran Yonghwa. Yonghwa yang lelah mengejar Minho langsung mengalihkan pandangannya untuk mengejar Subin. “omo ! oppa. Kakak aku tidak merencanakan yang ini ! kejar kak Minho saja” kata Subin sambil berlari menghindari Yonghwa yang penuh dengan krim kue. Member CN.Blue yang mendengan keributan langsung keluar rumah dan ikut melempar Yonghwa mulai dari krim kue sampai dengan air. “Minhyuk-ssi. Minhyuk tolong fotokan aku bersama kakak dan adikku” pinta Yonghwa sambil memberikan ponselnya pada anggota CN.BLUE yang paling muda. “ne~. Baiklah” kata Minhyuk mengambil ponsel Yonghwa. “sekarang giliran aku dengan member CN.BLUE yang lain” kata Yonghwa menyerahkan ponselnya pada Subin. “arraseo” jawab Subin sambil memotret Yonghwa dan anggota CN.BLUE yang lain. Subin yang iseng memeriksa ponsel kakaknya ternyata ada sms yang baru masuk dari Seohyun SNSD. “kakak ! istrimu mengucapkan selamat ulang tahun” jerit Subin hampir di dengan oleh anggota CN.BLUE yang lain. Sontak Minho dan member CN.BLUE menggoda Yonghwa. “aissh ! jinnja ! kau ! membuatku malu Subin” kata Yonghwa dengan muka yang memerah. Yonghwa langsung mengejar adik perempuannya dan berusaha untuk membalas adiknya tersebut. subin yang terkejut langsung lari meminta pertolonganpada kakaknya Minho. “maafkan aku kak, aku tidak sengaja” kata Subin bersembunyi di balik punggung Minho. Minho hanya tertawa melihat kedua adiknya berlari seperti orang gila. Tawa Minho hilang ketika melihat Subin terjatuh menabrak orang lain. Minho yang melihat adiknya terjatuh langsung menghapiri adiknya.
“gwanchana? Kau baik-baik saja?” tanya Minho sambil menarik tangan adiknya. “aduh kakiku” kata Subin kesakitan memangangi kakinya. Yonghwa yang sadar adiknya menabrak orang yang salah langsung menanyakan keadaan orang yang di tabrak Subin. “ Lee Joon – ssi. Lee joon kau baik-baik saja?” tanya Yonghwa pada orang yang di tabrak Subin. “gwenchana, aku tidak papa” jawab Joon pada Yonghwa. “wah aku jadi ingat waktu kalian kecil, kalian kan sering bertabrakan seperti ini” kata Minho kepada Joon dan Subin. “ani !tidak “ kata Joon dan Subin serempak.
“mau apa kau kesini?!” tanya Subin jengkel pada Joon. “jelas aku ingin bertemu Yonghwa” kata Joon membela diri. “lain kali kalau jalan jangan suka melihat kebelakang!” balas Subin sambil cemberut. “kau juga ! kalau lari jangan dengan muka yang penuh dengan .. apa itu? Krim kue” ejek Joon pada Subin. “kaau !” kata Subin tidak terima wajahnya di hina oleh Joon. “wae? Kenapa?” kata Joon tidak mau kalah dari Subin. Tiba-tiba terdengan bunyi kamera dari samping Joon dan Subin. “oppa ! kakak ! kenapa kebiasaanmu belum berubah!” kata Subin memarahi Minho. “hyung ! haruskah kau selalu memfoto kami saat sedang berkelahi?” kata Joon ikut memarahi Minho. “itu kebiasaan, mau bagaimana lagi” kata Minho dengan wajah yang tidak mau di salahkan. “aish ! kalian ! diamlah ! ayo masuk kedalam kita makan malam bersama” kata Yonghwa menarik Joon untuk masuk kedalam rumah CN.BLUE sebelum Subin dan Joon bertengkar seperti anjing dan kucing.
“Mau kemana?” tanya Subin pada Minho ketika Subin melihat kakaknya membawa koper ke meja makan. “jepang” kata Minho sambil memakan roti. “berapa lama?” tanya Subin ambil meminum susunya. “2 bulan” kata Minho enteng pada Subin. “mwo ?! selama itu? Aku bagaimana?” tanya Subin hampir menyemburkan susunya kemuka Minho yang putih. “bagaimna lagi namanya juga pekerjaan, apa kau mau aku minta Joon untuk menjagamu disini?” tanya Minho sambil menggoda Subin. “oppa ! kakak ! apa yang kau bicarakan? Aku dan Joon? Disini? Berdua?” tanya Subin pada Minho tidak percaya dengan rencana kakaknya. “iya ? memangnya kenapa? Kalian waktu kecilkan suka tidur siang berdua” kata Minho pada Subin. “itu waktu kecil sekarang?” kata Subin dengab wajah yang memerah. “ah sudahlah, aku pergi ya jaga dirimu baik-baik” kata Minho sambil mencium kening adiknya.
“Joon-ssi. Joon tolong jaga adikku ya” kata Minho pada Poselnya. “hyung ! kakak, apa yang kakak katakan?” tanya Joon heran pada perkataan Minho. “aku akan ke jepang 2 bulan jadi tolong jaga subin sebentar” kata Minho pada Joon. “ani ! tidak , menjaga subin? Bisa-bisa piring di rumahmu habis karena aku dan subin berkelahi sambil melempar piring” kata Joon dengan nada bicara yang lucu. “tidak papa, nanti aku pulang membawa piring baru, oke pesawatku akan take off annyeog joon-ssi. Selamat tinggal joon” kata Minho menutup ponselnya. Joon heran melihat ponselnya. “apa yang harus aku lakukan” kata Joon dengan pelan.
TING TONG bel rumah Subin berbunyi ketika subin akan mulai memasak. “mengganggu saja” gerutu Subin sambil berjalan menuju pintu utama rumahnya. Seketika Subin menjerit seperti orang gila. “kau ! apa yang kau lakukan disini?!” jerit Subin ketika melihat Joon ada di depan pintu rumahnya. “ng.. ng.. aku di perintahakan Minho hyung, untuk mengecek keadaanmu” kata Joon kaku sambil masuk kerumah Subin. “yaa ! hei !” kata Subin sambil mengejar Joon yang sudah masuk kedalam rumahnya. “bau apa ini?” taya Joon sambil mengerinyitkan keningnya. “omo ! ya ampun. Masakanku !!!” teriak Subin sambil berlari kearah dapur dan meninggalkan Joon. “masakanku.. “keluh Subin sambil membuang masakannya ke dalam tong sampah. “aku rasa aku tau kenapa Minho hyung menyuruhku untuk melihatmu” kata Joon sambil mengejek Subin. Tiba tiba ponsel Subin berdering.
“yeboseo? Hallo? Engg oppa ? tidak aku baik baik saja. Ya Joon di sini.” Kata Subin terus menjawab pertayaan kakaknya lewat ponsel. “kenapa kakak menyuruhnya untuk menjagaku? Aku bukan anak kecil” kata Subin sambil melirik sinis kearah Joon. Joon hanya tertawa. Joon yang merasa geli dengan wajah Subin langsung merebut ponsel Subin dan berbicara pada salah satu kakak Subin.
“oh... Minho hyung kau tau apa yang hampir di lakukan adikmu? Dia hampir membakar rumahmu” kata Joon ambil melihat kearah Subin. Subin yang sadar dirinya dalam bahaya langsung merebut kembali ponselnya dan berbicara pada kakaknya. “kakak ! jangan dengarkan dia ! dia berbohong aku hanya tidak sengaja membuat masakanku hangus. Hanya itu.” Kata Subin dengan wajah tertunduk. Joon yang melihat wajah Subin mulai merasa bersalah terhadap tindakannya barusan subin pun menutup teleponnya. Dan melihat ke arah Joon. “kau ! keluar!” kata Subin sambil maju kearah Joon beberapa langkah. Joon yang tidak takut dengan Subin malah makin mendekat kearah Subin. “kalau aku tidak mau bagaimana?” kata Joon pada Subin dengan jarak yang sangat dekat. Tiba-tiba terdengar suara aneh yang memecah kemarahan mereka.
“hahahaa... apa itu? Kalau akau tidak salah dengar itu suara perutmu? Ahahahaaa...” kata Joon mengejek Subin. “ya aku lapar dan sekarang gara-gara kau akau kehilangan makan malamku” kata Subin dengan wajah yang masih marah. “baiklah, aku akan memasak untukmu” kata Joon sambil melepas jas yang di pakainya dan menggulung lengan kemejanya. “kau ? direktur perusahaan sepertimu ?! bisa memasak? Yang benar saja” kata Subin meledek Joon. “kau belum tau hasil masakanku bukan?” tantang Joon pada Subin sambil melotot kepada Subin. “baiklah buktikan!” kata Subin pada Joon sambil menjauh dari Joon dan Subin memutuskan untuk menonton televisi. Subin yang mendengar suara pisau dan suara minyak goreng langsung mengintip diam-diam ke arah dapur.
“kenapa mengintipku? Aku tampan bukan kalau sedang memasak?” kata Joon mengagetkan Subin. “siapa ? kau ? tampan?” kata Subin dengan kikuk. “kalau aku tidak tampan kau tidak akan memandangi wajahku tanpa berkedip seperti itu” kata Joon sambil menghentikan aktivitasnya yang sedang memotong sayuran. “jangan banyak bicara ! cepat masak. Aku lapar” kata Subin sambil melangkah meninggalkan dapur.
“waaaa ! Jooniee ! masakanmu memang enak” kata Subin sambil menyuapkan nasi kedalam mulutnya. Joon hanya terdiam dan melihat Subin dengan lekat. “kenapa ? ada sesuatu di wajahku?” tanya Subin sambil memegang wajahnya untuk memeriksa apa yang aneh di wajahnya. “ani , tidak. Hanya saja kau tidak pernah memanggilku seperti itu sejak kita masuk SMP” kata Joon sambil melanjutkan makannya. Subin yang sedang asik meyuap langsung meletakkan sendoknya dan berhenti mengunyah. Tatapan Joon dan Subin bertemu dan mereka berpandangan cukup lama.
“ehem.. aku sudah siap makan” kata Subin memecah keheningan. “aku juga” kata Joon dengan kikuk. “aku akan mencuci piring” kata Subin pada Joon sambil mengambil piring di hadapan Joon. “aku akan membantumu” kata Joon mengikuti Subin ke dapur.
“dasar pendek” kata Joon mengejek Subin karena tidak bisa meletakkan piring di rak yang paling atas. “dasar sombong ! kau juga tidak tinggi” kata Subin sambil terus menjangkau rak yang paling atas. Subin yang tidak mau di ejek Joon langsung mengambil kursi plastik yang ada di dekatnya dan membuat kursi itu menjadi pijakannyaa supaya dia bisa menjangkau rak piring tersebut. Tiba-tiba, “waa.. waaa....” kata Subin ketika kursi yang di pijaknya tiba-tiba bergoyang dan akan terjatuh. Joon yang melihat kursi yang di pijak Subin bergoyang langsung berusaha menolong Subin dengan cara menangkap Subin. Tapi hal yang tidak di perhitungkan Joon adalah posisi kakinya yang salah saat menangkap Subin. Akhirnya Subin menghimpit Joon. “awww....”rintih Subin. “joon ? gwenchanayo? Kau baik-baik saja?” tanya Subin khawatir pada Joon. “kakiku.. “ rintih Joon sambil memegang kakinya. Subin yang merasa khawatir pada Joon langsung membawa Joon ke Rumah Sakit.
Rumah Sakit
“patah?!” teriak Joon dan Subin mengagetkan Dokter Park. “ada apa dengan kalian? Kalian baru saja membuat jantungku berdetak lebih kencang.” Kata Dokter Park pada Subin dan Joon. “kalau paman terkena serangan jantung, keponakan paman ini akan memberikan paman pengobatan gratis” kata Joon sambil menunjuk Subin. “oh, paman lupa kalau kau ahli jantung. Bagaimana perkerjaanmu?” tanya Dokter Park ada Subin. “aku baik-baik saja paman” jawab Subin pada pamannya. “jadi tulang laki-laki sombong dan sok tampan ini patah?!” tanya Subin pada pamannya tidak percaya. “ya ! hei ! kau sepertinya senang sekali kalau aku menderita!” teriak Joon pada Subin sambil memasang wajah yang lucu. “aku sudah lama menunggu ini !” kata Subin dengan wajah seram. Dokter Park hanya tertawa melihat Joon dan Subin berkelahi seperti anak kecil. “kalau begini aku jadi ingat waktu kalian kecil” kata dokter Park menghentikan pertengkaran Joon dan Subin. “jangan katakan itu paman” kata Joon memandang Dokter Park. “ahahaha... itu sangat lucu” kata Dokter Park sambil tertawa. “wow ! jangan yang itu paman!” kata Subin memohon pada pamannya.
“waktu itu kalian berumur 7 tahun. Hari itu juga aku akan menikah dengan istriku. Aku ingat sekali bagaiman kalian ingin memakai baju yang sama seperti yang aku pakai dengan istriku. Dan aku masih punya foto itu” kata Dokter Park pada Joon dan Subin. Dan itu sukses membuat wajah Joon dan Subin memerah seperti tomat.
Rumah Joon.
“turun” kata Subin pada Joon ketika sudah sampai di rumah Joon. “kau buta? Atau pura-pura buta?” tanya Joon pada Subin dengan tatapan ingin membunuh Subin. “ani ! tidak! Aku bisa melihat mu dengan jelas. Kau laki-laki sombong yang merasa dirinya tampan. Aku benarkan?” kata Subin dengan wajah lugu. Joon melihat keluar jendela dan menghembuskan nafasnya. “Subin yang jelek dan tidak pernah memiliki pacar kau tidak lihat kakiku bagaimana? Ini semuanya karena kau !” kata Joon dengan sedikit berteriak. Subin langsung menendang kaki Joon yang di perban dengan kakinya. “aww ! kau mau mati ?! sakit !” kata Joon sambil meniup-niup kakinya. Subin yang tidak mendengarkan perkataan Joon langsung keluar dari mobil dan membantu Joon keluar dari mobil Subin.
TING TONG !
“Jooniee” pekik seorang perempuan yang anggun dan masih memakai pakaian kerja. “apa yang terjadi padamu?” tanya perempuan itu pada Joon. “ah .. Subin ! apa kabar? Wah kau tambah cantik” puji perempuan tersebut setelah melihat Subin berdiri di samping Joon. “nuna ! kakak ! kakiku patah” kata Joon sambil memperlihatkan kakinya yang di perban. “kenapa bisa begitu?”tanya kakak perempuan Joon pada Joon. Joon hanya melirik Subin dan memajukan bibirnya seperti bebek. “kalian bertengkar lagi?tapi Subin kau hebat bisa membuat kaki laki-laki ini patah” kata kakak perempuan Joon pada Subin. “nuna !” teriak Joon sambil melotot kearah kakak perempuannya. Subin dan kakak perempuan Joon hanya tertawa. Joon yang melihat kakak perempuannya dan Subin menertawakannya langsung berusaha untuk menuju kamarnya yang berada di lantai dua. “bagaimana ? butuh bantuan?” tanya Subin melihat Joon yang hanya memandangi tangga yang ada di rumahnya. “aku menyesal membangun rumah dengan banyak tangga.” Kata Joon memandangi kakak perempuannya seperti anak kecil. “ya sudah besok kau membuat rumah dengan lift saja ya” kata kakka perempuan Joon sambil tertawa. Joon hanya bisa cemberut melihat kakak perempuannya dan Subin menertawakannya.
Subin sedang bersiap-siap untuk berangkat kerumah sakit. Tiba-tiba ponsel Subin berdering.
“hallo?” kata Subin sambil mengangkat ponselnya. “baiklah aku akan menemui eonni di restoran itu setelah selesai bekerja” kata Subin mematikan ponselnya. Subin heran kenapa kakak Joon tiba-tiba menelefonnya dan mengajak bertemu.
Rumah Sakit Seoul
“Subin !” tiba-tiba ada yang memanggil Subin sambil berlari. “Doo Joon?” kata Subin sambil mengerinyitkan dahinya mencoba mengenali laki-laki yang barusan memangggilnya. “kau sudah pulang dari jepang? Kapan?” tanya Subin pada laki-laki tampan berjas tersebut. “kemaren, Subin aku merindukanmu” kata Doo Joon sambil memegang pundak Subin. “aku juga merindukanmu” kata Subin sambil tersenyum manis pada Doo Joon.
“baiklah, nanti kita bicara lagi aku ada operasi siang ini” kata Subin sambil melihat Doo Joon. “semoga berhasil” kata Doo Joon pada Subin. Doo Joon hanya tersenyum melihat gadis yang sejak dulu di cintainya sekarang sudah menjadi dokter jantung yang hebat.
“mwo ?! apaa ? amerika?” teriak Joon pada kakak perempuannya. “aku juga tidak tau tapi ini mendadak, dan aku juga harus menggantikanmu karena kakimu itu” kata kakak perempuan Joon sambil menunjuk kaki Joon. “bagaimana denganku? Siapa yang akan merawatku?” kata Joon merengek pada kakak perempuannya. “ada seseorang, seseorang yang bertaggung jawa karena kakimu” kata kakak perempuan Joon dengan genit. “nuguya ? siapa?” tanya Joon pada kakak perempuannya. Mata Joon membesar ketika dia tau siapa yang akan merawatnya. “andwae ! andwae andwae! Jangan jangan jangan! Jangan bilang kakak menyuruh perempuan itu untuk menjagaku!” kata Joon sambil mengacak-ngacak rambutnya. “satu lagi selama aku ke luar negri jaga anakku ya, Lauren” kata kakak perempuan Joon yang sukses membuat Joon syok.
Restoran
“eonnie ?!” panggil Subin ketika melihat kakak perempuan Joon yang sedang menunggunya. Kakak perempuan Joon hanya tersenyum manis kearah Subin. “ada apa?” tanya Subin pada kakak perempuan Joon ketika duduk di hadapan Kakak perempuan Joon. “Subin – ya , kakak akan keluar negri untuk sebulan dan kakak ingin meminta bantuanmu” kata kakak perempuan Joon. “apa iu?” tanya Subin sambil meminum minumannya. “tolong jaga anakku beserta pamannya ya” kata kakak perempuan Joon membuat minuman yang di minum Subin nyaris keluar ke tempat asalnya masuk. “mwo ?! aku tidak keberatan untuk menjaga Lauren tapi kalo pamannya?! Laki-laki sombong itu? Tidak ! maldo andwae. Benar-benar tidak mau!” kata Subin dengan wajah serius. “tolonglah Subin” pinta kakak perempuan Joon. “tidak mau” kata Subin dengan wajah yang masih serius. Kakak perempuan Joon menghela nafas dan meminum minumannya. “sebenarnya aku tidak mau mengatakan ini, tapi menurutku kalau kau tidak menimpa Joon, Joon tidak akan seperti sekarang ini dan dia bisa menjaga Lauren dan aku tidak perlu berangkat ke Amerika besok” kata kakak perempuan Joon pada Subin. Subin hanya terdiam dan menundukan kepalanya. Subin merasa perkataan kakak perempuan Joon ada benarnya juga.
“baiklah, aku mengerti. Aku akan mengurus mereka selama eonnie, kakak di luar negri” kata Subin mengangkat kepalnya. “Subin – ya , gomawoyo, terimakasih” kata kakak perempuan Joon sambil memegang tangan Subin.subin merasa akan banyak perubahan atau lebih tepatnya sesuatu yang luar biasa akan terjadi.
Subin memarkirkan mobinya di halaman rumahnya ketika dia melihat seorang laki-laki duduk di kursi taman rumahnya.
“Doo Joonie ?! sedang apa kau di sini?” tanya Subin ketika melihat Doo Joon di depan rumahnya. “aku hanya rindu denganmu” kata Doo Joon sambil memeluk Subin. Subin hanya menghela nafas dan mencoba melepaskan pelukan Doo Joon. Doo Joon Hanya terdiam dan melihat kedua mata Subin. “tidak bisakah kita seperti dulu?” tanya Doo Joon sambil melihat Subin. Subin hanya tesenyum dan menggeleng pelan. “kenapa? Kita hanya break bukan putus” kata Doo Joon tidak mau kehilangan gadis yang sudah menjadi miliknya selama 3 tahun. Subin hanya terdiam melihat mata Doo Joon. Mata Doo Joon hangat setidaknya begitulah yang Subin tau Dari mantan Kekasihnya ini. “aku tidak ingin kehilanganmu, aku mencintaimu Subin” kata Doo Joon sambil membuyarkan lamunan Subin. “Doo Joon, dulu aku sudah mengatakan padamu, kala kau tetap ke Jepang aku akan memutuskan hubungan kita, tapi kau tetap pergi dan kita memutuskan untuk tetap bertemankan?” tanya Subin pada Doo Joon. Doo Joon hanya terdiam. “tidak adakah kesempatan kedua untukku?” tanya Doo Joon kepada Subin. Subin hanya terdiam.
Subin hanya terdiam di depan leptopnya. Pikirannya melayang ketika dia teringat hubungannya dengan Doo Joon.
“maaf aku terlambat” kata Doo Joon pada Subin. “oppa, kakak kenapa kau terlambat” kata Subin dengan wajah yang memerah karena dingin. “tadi ada pasien yang kritis jadi aku harus lembur” kata Doo Joon sambil tersenyum melihat pacarnya. “eungg” kata Subin sambil mengangguk. “kaja. Ayo pergi” kata Doo Joon sambil mengambil tangan Subin dan menggenggamnya. “kau tidak pakai sarung tangan?” tanya Doo Joon terkejut ketika melihat tangan Subin. “eng? Oh ya aku lupa” kata Subin cengengesan pada Doo Joon. “kau ini bagiamana? Kalau sakit aku tidak bisa melihatmu di rumah sakit” kata Doo Joon dengan wajah yang lucu. “kau kan bisa menjengukku di rumah” kata Subin sambil mencubit pipi Doo Joon. “kalau begitu....” kata Doo joon pada Subin sambil melepaskan sarung tangan yang dimilikinya dan memasangkan salah satunya di tangan Subin. “oppa...” kata Subin terkejut. “kenapa?” tanya Doo Joon berhenti memasangkan sarung tangan miliknya pada Subin. “nanti kau kedinginan ” kata Subin pada Doo Joon. “tidak akan” kata Doo Joon pada Subin. Doo Joon langsung menggenggam tangan kanan Subin yang tidak memakai sarung tangan dengan tangan kirinya yang juga tidak memakai sarung tangan karena dia berikan pada Subin. “ apa yang akan kau lakukan?” tanya Subin tidak mengerti tindakan Doo Joon. “ini yang akan ku lakukan” kata Doo Joon sambil memasukan tangan Subin dan Tangannya yang tidak memakai sarung tangan kedalam kantung baju hangat milik Doo Joon. “hangat kan?” kata Doo Joon pada Subin sambil mendekatkan wajahnya kearah Subin. “ bagaimana? Sarung tangan kita couple an kan?” kata Doo Joon pada Subin. “oppa gomawo. Kakak terimakasih” kata Subin pada Doo Joon. Subin hanya tersenyum manis melihat kelakuan pacarnya tersebut.
Lamunan Subin buyar ketika ponselnya berdering.
“yeoboseo? halo?” kata Subin menjawab ponselnya. “aku akan kesana” kata Subin sambil menutup ponselnya dan bergegas mengambil kunci mobilnya.
Rumah Doo Joon
“kau kenapa?” kata Subin pada Doo Joon yang sedang mabuk. “kenapa kau disini?” tanya Doo Joon pada Subin dengan wajah yang sembab. “tadi pembantumu meneleponku katanya kau mabuk sambil memanggil namaku” kata Subin sambil membantu Doo Joon berdiri. “subin- yaa, subin kau bahkan tidak memanggilku oppa lagi” kata Doo Joon tiba-tiba pada Subin. Subin hanya diam dan tidak mau menjawab pertanyaan dari Doo Joon yang sedang mabuk. Subin yang badannya jelas-jelas lebih kecil dari Doo Joon tidak sanggup untuk membawa Doo Joon ke kamarnya jatuh menimpa Doo Joon. Subin langsung bergegas berdiri mencoba menegakkan badan Doo Joon kembali.
“kenapa kau begini? Sebelum kau kejepang kau tidak suka minum. Apa yang terjadi padamu?” tanya Subin ada Doo Joon yang sedang tertidur pulas. Subin yang kelelahan langsung tertidur di samping tempat tidur Doo Joon.
Tiba-tiba Doo Joon membuka matanya dan melihat kearah Subin. Air mata Doo Joon mengalir dengan deras tanpa mengeluarkan suara.
Subin terbangun dan melihat ada selimut di atas badannya. Subin melihat kearah kasur. Doo Joon tidak ada.
“kau sudah bangun?” tanya Doo Joon pada Subin. Subin hanya tersenyum melihat Doo Joon. “turunlah kita sarapan bersama” kata Doo Joon pada Subin. “aku membuatkanmu makanan kesukaanmu” kata Doo Joon sambil menunjukan sebuah roti dengan telur dadar di atasnya. “gomawo, terimakasih” kata Subin sambil duduk di meja makan rumah Doo Joon. “kau yang membuat ini?” tanya Subin tidak percaya. “ eh? i.. iya aku yang membuat ini? Kenapa? Kau tidak percaya aku bisa memasak?” tanya Doo Joon dengan wajah yang lucu pada Subin. Subin hanya tertawa melihat ekspresi wajah Doo Joon. “sebenarnya aku di bantu bibi Kim sedikit” kata Doo Joon jujur bahwa dia di bantu pembantunya pada Subin. “ahahahaha... sudah kuduga sejak kapan oppa bisa memasak” kata Subin sambil tertawa. Doo Joon yang mendengar kata kata sebutan Subin untuk dirinya barusan sukses membuatnya terdiam “kau memanggilku apa?” tanya Doo Joon tidak percaya pada Subin. “oppa, kau kan memang lebih tua dari ku jadi aku harus hormat padamu” kata Subin pada Doo Joon mencari alasan. Doo Joon hanya tersenyum pahit mendengar perkataan Subin. Subin yang merasa jantungnya ingin meledak karena tanpa sadar mengucapkan kata oppa pada Doo Joon. “ADA APA DENGANKU? KENAPA AKU MENYEBUTKAN KATA-KATA ITU?” kata Subin mengutuki hatinya. “habiskan makananmu. Kita akan berangkat kerja bersama” kata Doo Joon pada Subin. “mobilku?” tanya Subin pada Doo Joon. “tingalkan saja di sini nanti sewaktu pulang kau kerumahku menggambil mobilmu” kata Doo Joon pada Subin. “aku belum ganti baju” kata Subin kembali mencari alasan. “aku akan menemanimu ke rumahmu dan kau bisa mengganti bajumu” kata Doo Joon menjawab pertanyaan Subin. Subin hanya terdiam.
“nah, Joonie kau sudah bawa semua pakaianmu?” kata kakak perempuan Joon. “mau kemana? Kerumah Subin? Aku tidak mau, biar aku disini saja menjaga Lauren aku bisa” kata Joon pada kakak perempuannya. “untuk berjalan saja kau susah bagaimana kau mau mengantarkan lauren ke sekolah” kata kakak perempuan Joon pada Joon. Joon hanya menghela nafas. “arraseo, aku mengerti” kata Joon sambil mengambil tongkatnya untuk menuju kekamarnya.
“ibu, kita akan kemana?” tanya Lauren pada ibunya. “kita akan kerumah pacar pamanmu” kata kakak perempuan Joon sambil melirik Joon. “nuna, kakak apa yang kau katakan pada anakmu?!” kata Joon dengan wajah yang aneh. “jangan percaya ibumu Lauren, paman tidak punya pacar” kata Joon membela dirinya. Joon hanya berharap kakaknya cepat kembali dari amerika dan dia bebas dari Situasi seperti ini.
Rumah Subin
“cepatlah nanti kita terlambat” kata Doo Joon berteriak kearah kamar Subin. “kau ini ! kan sudah aku bilang biar aku pergi sendiri” kata Subin dengan suara yang menggema di kamar mandi. Doo Joon hanya tertawa membayangkan ekspresi wajah Subin yang tidak mau di salahkan. Doo Joon berjalan mengelilingi rumah Subin dan dia melihat sebuah bingkai foto. Doo Joon ingat sekali bingkai foto ini. Dia yang memberikan bingkai foto ini pada Subin dan ada foto Doo Joon dan Subin di sana ketika mereka masih pacaran. Doo Joon hanya tersenyum dan dia yakin bahwa dia akan memiliki gadis ini lagi.
TING TONG !
Bunyi bel rumah Subin mengagetkan Doo Joon. “subin cepatlah ada tamu” kata Doo Joon berteriak kearah kamar Subin. “yaa aku akan turun, tolong buka pintunya Doo Jooniee dan biarkan tamunya masuk” kata Subin dengan suara di buat seperti anak kecil. “aissh ! dasar” kata Doo Joon dengan senyum mengambang di bibirnya. Doo joon berjalan kearah Pintu rumah Subin dan membukanya.
Di depan Doo Joon berdiri seorang wanita yang anggun dan memakai pakaian seperti wanita karir dan ada seorang laki-laki yang menggunakan tongkat dan seorang gadis kecil yang manis. “eh? Kau siapa?” kata kakak perempuan Joon dengan muka yang aneh. “Doo Joon imnida, nama saya Doo Joon saya teman Kerja Subin” kata Doo Joon memperkenalkan diri pada kakak perempuan Joon. Joon yang dari tadi di belakang kakaknya hanya terdiam melihat Doo Joon.
“Sedang apa laki-laki ini di rumah Subin” kata hati Joon.
“aku kira kau pacarnya Subin” kata kakak perempuan Joon sambil melirik Joon. Doo Joon hanya tersenyum. “kau tenang saja Joonie masih ada peluang untuk mendapatkan hati Subin” kata kakak perempuan Joon sambil mengacak ngacak rambut adik laki-lakinya tersebut. “nuna, kakak ! apa yang kau bicarakan?!” hardik Joon pada kakak perempuannya sendiri. Doo joon yang mendengar perkataan kakak perempuan Joon langsung melirik laki-laki yang memakai tongkat tersebut. pandangan Doo Joon dan Lee Joon pun bertemu dan mereka saling bepadangan dengan pandangan yang aneh.
“ oh, Laeuren-aa, lauren!! Apa kabar bibi sangat rindu padamu” kata Subin sambil lari di tangga menuju lantai dasar. “bibi Subin...” paggil Lauren sambil berlari kearah Subin. “nah, Subin- yaa, subin jaga adik ku dan Lauren yaa, aku pergi dulu daahh” kata kakak perempuan Joon seketika setelah melihat Subin dan Lauren berpelukan. “dah ibu..” kata Lauren sambil melambaikan tangannya kearah ibunya yang sedang menaiki mobil.
“kau sudah makan?” tanya Subin pada Lauren. Lauren hanya menggangguk.
“dimana kamar Yonghwa?” tanya Joon pada Subin. “mau apa kau ke kamar kakaku” tanya Subin mengertinyitkan dahi. “aku mau istirahat, jadi kau maunya aku tidur di kamarmu?” tanya Joon dengan nada genit yang sukses membuat Doo Joon mengepalkan tangannya. “kau ! apa yang kau bicarakan?! Dasar laki-laki mesum!” kata Subin sambil melemparkan bantal ke arah Joon. Lauren hanya tertawa melihat Subin dan Joon berkelahi. Tapi tidak dengan Doo Joon, Doo Joon hanya memandangi Subin dan Joon berkelahi seperti anak kecil, kemudiam Doo Joon berfikir apakah laki-laki ini yang membuat Subin tidak bisa menerimanya kembali.
“siapa laki-laki itu?” tanya Doo Joon di dalam mobil ketika Subin dan Doo Joon berangkat ke rumah sakit. “temanku~” jawab Subin singkat pada Doo Joon. Doo Joon hanya mengangguk. “wae? Kenapa? Kau cemburu?” tanya Subin dengan nada bicara seperti detektif. “ani, tidak” kata Doo Joon dengan wajah memerah. Subin yang melihat wajah Doo Joon yang dianggapnya lucu hanya tertawa dan terus menggoda Doo Joon.
Rumah sakit Seoul
Doo Joon dan Subin sedang berjalan menuju lobi rumah sakit, dan tiba-tiba ada suara yang memanggil nama Doo Joon. “Doo Joon ... !!!” panggil suara tersebut. doo Joon dan Subin langsung melihat kebelakang dan melihat seorang gadis yang sangat cantik menggunakan gaun di bawah lutut.
“Ji Hyun?” tanya Doo Joon sambil melihat perempuan tersebut. “oppa ?!” pangggil perempuan tersebut kepada Doo Joon. “sedang apa kau disini?” Tanya Doo Joon pada perempuan yang di panggilnya Ji Hyun tersebut. “bogisipeo, aku merindukanmu” kata Ji Hyun manja pada Doo Joon. Doo Joon yang menyadari ada Subin di sampingnya langsung melepaskan pegangan Ji Hyun dari tangannya. “Subin-aa, subin ini Ji Hyun temanku aku bertemu dengannya di jepang” kata Doo Joon memperkenalkan Ji Hyun pada Subin. “oh, Shin Ji Hyun imnida, nama saya Ji Hyun.” Kata Ji Hyun mengakta tangannya supaya bisa di terima Subin. Subin menerima tangan Ji Hyun dengan senyuman yang hambar. “Jung Subin imnida, nama saya Subin” kata Subin pada Ji Hyun. “baiklah aku harus kembali bekerja, senang bertemu denganmu Ji Hyun” kata Subin sambil meninggalkan Doo Joon dan Ji Hyun. Doo Joon yang sudah mengenal Subin lebih dari 4 tahun tau kalau Subin tidak suka melihat Doo Joon dengan orang lain, apalagi itu seorang perempuan. Doo Joon tersenyum melihat punggung Subin yang mulai menjauh meninggalkan Doo Joon Dan Ji Hyun, Doo Joon semakin yakin kalau Subin masih mencintainya. Perasaan Subin tdak tenang melihat Doo Joon dengan wanita lain. “siapa sebenarnya perempuan itu? Apakah dia pacar Doo Joon oppa ?” pikir Subin dalam hati. “kenapa aku harus mempunyai perasaan seperti ini?! Ahh” jerit Subin di kantornya sendiri.
Ponsel Subin berdering ketika dia akan keluar rumah sakit. “ada apa?” tanya Subin cuek. “kau lapar? Ya sudah cari makan di luar sana!” kata Subin sambil berteriak. “arraseo ! aku tau kakimu, Lauren suka makan apa?” tanya Subin lagi. “tentu saja aku menanyakan Lauren buat apa aku peduli denganmu! Lagipula kau kan sudah besar !” kata Subin dengan suara yang makin besar. “ah, kau sudah aku akan ke supermarket!” kata Subin sambil mematikan ponselnya.
“maaf, lama menunggu tadi Ji Hyun mengajakku makan malam di luar” kata Doo Joon pada Subin di balik kaca mobilnya. Subin hanya tersenyum. “antar aku ke supermarket ya, aku ingin membelikan Lauren makanan” kata Subin pada Doo Joon. Doo Joon hanya mengangguk.
Supermarket
Subin sibuk mencari apa yang di katakan Joon padanya di telepon tadi. “aish ! laki-laki yang menyusahkan, untung dia bukan pacarku, kasihan sekali yang menjadi pacarnya nanti” kata Subin menggerutu sendiri. tiba-tiba Doo Joon datang dari belakangn Subin. “itu, bukan untuk lauren kan?” tanya Doo Joon pada Subin ketika Doo Joon melihat Subin mengambil sebuah pisau Cukur. “oh, ini untuk Joon” kata Subin pada Doo Joon polos. Wajah Doo Joon yang mendengar nama Joon langsung berubah drastis dari cerah menjadi muram. Subin yang menyadari perubahan wajah Doo Joon langsung bertanya. “wae?, kenapa?” tanya Subin pada Doo Joon. “kau tidak papa tinggal dengannya saja, apa aku harus menemanimu di rumahmu?” tanya Doo Joon pada Subin. “tidak usah, Joon itu laki-laki yang baik, kami berteman sejak kecil, jadi kalau dia macam macam denganku aku hanya harus menendang kakinya yang patah itu. Lagi pula kakinya seperti itu ketika dia mencoba menolongku” kata Subin dengan wajah murung. Doo Joon menjadi tambah cemburu dengan Joon. “kau menyukainya?” tanya Doo Joon pada Subin yang membuat Subin terkejut. “kenapa bertanya seperti itu?” tanya Subin heran pada Doo Joon. “tidak boleh?” tanya Doo Joon seperti orang asing kepada Subin. “bukan urusanmu, aku juga tidak mengurus kau kenal gadis lainkan di Jepang! ” kata Subin dengan hambar sambil meninggalkan Doo Joon dan terus mendorong kereta belanjaannya. Subin berusaha menghapus air matanya yang telah di tahannya dari tadi.
“mianhae, maafkan aku” kata Doo Joon di dalam mobil. Subin hanya diam. “kenapa tidak menjawab?” tanya Doo Joon sambil melihat wajah Subin. Air mata Subin mengalir kembali. “kenapa menangis?” kata Doo Joon sambil menghentikan mobilnya ketepi badan jalan dan melihat Subin yang sedang menangis. “kau jahat ! kenapa punya pacar tidak memperkenalkannya kepada ku? Tadi aku seperti orang bodoh kau tau !” kata Subin mengeluarkan unek di hatinya. “pacar? Siapa? Aku tidak pernah punya pacar ! aku hanya menunggumu untuk memberikan kesempatan kepadaku” kata Doo Joon sambil menghapus air mata Di pipi Subin. “kojimal, kau bohong!” kata Subin sambil melepaskan tangan Doo Joon dari pipi Subin. “saranghae” kata Doo Joon seketika membuat Subin melihat laki-laki yang pernah mengisi hatinya selama 3 tahun belakangan. Subin hanya diam tidak bisa menjawab. Subin bingung tapi Subin sadar dia masih mencintai Doo Joon, karena di cemburu ketika melihat Ji Hyun memegang lengan Doo Joon dengan manja. Subin tiba-tiba mengangkat kepalanya dan tersenyum kearah Doo Joon. “oppa.. Doo Joon oppa” kata Subin yang membuat Doo Joon memeluk Subin. “kita akan mulai dari awal lagi” kata Doo Joon sambil mncium kening Subin. Subin hanya berharap keputusannya ini tidak salah.
Rumah Subin
“aku pulang” kata Subin di depan pintu rumahnya. “bibi sudah pulang? Bibi membawa apa? Apakah itu untukku?” tanya Lauren pada Subin sambil memeluk Subin. “iyaa, ayo kita makan, kau sudah makan?” tanya Subin pada Lauren. Lauren hanya menggeleng. Subin melihat sekeliling rumahnya. “mana pamanmu?” tanya Subin pada Lauren. “di taman belakang sedang bekerja” kata Lauren pada Subin sambil tersenyum. Subin membalas senyuman Lauren. Subin yang melihat Lauren teringat akan dirinya sendiri selalu di tinggalkan orang yang di sayanginya untuk bekerja, awalnya Subin tidak bisa menerima kenyataan tersebut, tapi semakin bertambahnya usia, Subin mengerti kalau yang di lakukan kakak-kakaknya adalah demi dia.
“ayo makan, bibi sudah buatkan makanan kesukaanmu” kata Subin sambil menyerahkan garpu anak-anak milik Lauren. “selamat makan bibi” kata Lauren sambil membungkukan badannya sedikit kearah Subin. Subin hanya tersenyum. Subin kembali mencari keberadaan laki-laki yang menyebalkan itu, “kemana dia?” tanya Subin pada dirinya sediri.
Taman belakang Rumah Subin
Subin yang melihat Joon sedang sibuk dengan leptopnya hanya tertegun melihat laki-laki yang dulu adalah teman masa kecilnya yang hanya bisa bermain mobil-mobilan sekarang sudah memimpin perusahaan keluarganya.
“mau sampai kapan kau melihatku? Apakah aku begitu tampan?” tanya Joon sambil melirik kearah Subin. Subin yang terkejut seketika langsung menjatuhkan vas bunga yang ada di sampingnya. “awas..!” kata Joon pada Subin. “ah, ini semua karena kau!” kata Subin menuju ketempat Joon dan langsung membereskan vas bunga yang telah di pecahkannya. “untung suasana hatiku sedang bagus kalau tidak aku akan menyuruhmu mengganti vas bunga ini” kata Subin pada Joon. “mengganti? Jelas-jelas itu kesalahanmu, kenapa aku?” tanya Joon sambil menyuapkan makanan yang di berikan Subin. “sudahlah, makan saja makananmu itu” kata Subin pada Joon. Setelah Subin membereskan pecahan vas bunga tersebut Subin langsung duduk di sebelah Joon.
“apa yang kau kerjakan?” tanya Subin pada Joon. “pekerjaan” kata Joon singkat. Subin yang mendengar Joon menjawab begitu singkat langsung memukul kepala Joon. “aw, apa yang kau lakukan, katanya kau sedang senang kenapa sekarang kau memukul kepalaku?” tanya Joon seperti anak kecil. “oh, iya aku lupa kalau aku sedang senang, mianhae. Maaf” kata Subin langsung mengelus kepala Joon. Subin kembali tersenyum. “kau gila ya? Kenapa senyum senyum sediri begitu?” tanya Joon penasaran karena melihat Subin yang senyum senyum sendiri. “Jonnie ! pokoknya aku senang!” kata Subin sambil bersandar ke bahu Joon. “kenapa ? kau dapat pacar?” tanya Joon dengan wajah was-was karena takut mendengar jawaban apa yang akan keluar dari mulut Subin. “ne, ya” kata Subin singkat yang membuat jantung Joon seperti akan lepas dari posisi awalnya. Wajah Joon hanya memerah menahan air mata yang akan keluar dari matanya. Untungnya Subin tidak bisa melihat air mata Joon yang jatuh membasahi pipinya. “chukaeyo, selamat” kata Joon sambil menghapus air matanya. “gomawo joonie, terimakasih Joonie” kata Subin sambil bangun dari bahu Joon. “kenapa dengan matamu?” tanya Subin ketika melihat mata Joon yang merah. “kenapa? Merah ya?” tanya Joon pada Subin. Subin menganguk penuh semangat sekaligus khawatir terjadi sesuatu pada temannya itu. “ah, aku lupa kalau aku bekerja harus memakai obat tetes mata dulu kalau tidak begini jadinya” kata Joon pada Subin mencari alasan. “ohh, sini aku ambilkan obat tetes matamu? Diamana?” tanya Subin pada Joon. “tidak usah aku bisa memakainya sendiri” kata Joon pada Subin. “jinnja? Sungguh? Baiklah aku masuk dulu ya” kata Subin pada Joon sambil meninggalkan Joon. Setelah Subin meninggalkan Joon, Joon mengeluarkan sebuah kotak kecil yang sangat cantik. Joon hanya tersenyum pahit melihat kotak tersebut. “sepertinya ini tidak berguna” kata Joon sambil menyimpan kembali kotak kecil tersebut dan mengambil tongkatnya dan menuju kamarnya.
“eomma! Aku juga mau memakai gaun seperti yang di pakai bibi” kata Subin kecil merengek kearah ibunya. “kalau kau mau memakai gaun ini kau harus memiliki pasangan terlebih dahulu” kata ibu Subin pada Subin. “aku sudah punya pasangan bu, joonie oppa dia pasanganku” kata Subin dengan bangga. Tiba-tiba Joon kecil muncul di belakang ibu Subin. “bibi tolong kabulkan permintaan Subin” kata Joon kecil pada ibu Subin. “baiklah, kalian memang serasi ibu akan mencarikan baju pengantin yang seukuran kalian tunggu sebentar ya” kata ibu Subin pada Joon dan Subin. Subin dan Joon saling berpandangan dan tersenyum tangan mungil mereka pun berpegangan sepeti tidak mau di pisahkan.
“woaaa yeppeo ! kalian cocok sekali memakai pakaian pengantin ini!” kata ibu Joon melihat Joon dan Subin memakai pakaian pengantin kecil. “apa waktu besar kalian akan mamakai pakaian ini juga?” tanya ayah Joon pada Joon dan Subin. Joon kecil dan Subin kecil mengangguk pasti dan saling berpegangan tangan. Seluruh keluarga Joon dan Subin tertawa dan tidak ketinggalan kedua kakak laki-laki Subin juga ikut tertawa sambil mengambil gambar mereka di kamera. Joon dan Subin saling berpandangan dan tersenyum.
Subin terbangun dari tidurnya dan langsung melihat jam, 03.00 pagi. “kenapa bisa mimpi yang seperti itu?” tanya Subin pada dirinya sendiri. subin beranjak dari tempat tidurnya dan pergi kearah kamar tidur Joon. Subin melihat Lauren tidak memakai selimut. Subin yang takut lauren kedinginan langsung mengambilkan Lauren selimut dan menyelimuti Lauren. Pandagan Subin beralih pada Joon dan melihat kaki Joon yang di perban. Subin membenarkan selimut Joon yang tidak sepenuhnya menyelimutinya. “dasar ...” kata Subin sambil membenarkan selimut Joon. Subin hanya tersenyum dan mengingat kembali mimpinya. Subin merasa ada perasaan aneh di hatinya perasaan yang di takutkannya muncul selama ini. Kenapa munculnya sekarang? Batin Subin. “ingat Subin, kau sudah punya Doo Joo oppa” kata Subin pada hatinya. Subin langsung keluar dari kamar Joon dan menuju kekamarnya. Tapi mata Subin tidak mau terpejam.
“sial aku terlambat bangun ”kata Subin mengutuki dirinya sendiri. subin sesegera mungkin menuju kamar mandinya dan ketika Subin menghidupkan keran di kamar mandinya, keran tersebut tidak mengelurkan air. “aish ! aku sudah terlambat” kata Subin dengan kesal. Subin langsung menuju kamar mandi bawah dan bergegas membuka pintu. Tiba-tiba terdengar suara dari kamar mandi tersebut.
“yaa ! hei ! apa yang kau lakukan ?! kau ingin mengintipku mandi ya?!” tanya Joon pada Subin dari dalam kamar mandi. “omo ! maaf aku tidak tau kalau kau di dalam” kata Subin dengan cepat menutup kamar mandi. “untung aku sudah selesai mandi , kalau tidak ... “kata Joon sambil keluar dari kamar mandi. “aku kan sudah minta maaf” kata Subin dengan wajah sembab karena bangun tidur. “lagi pula ini rumahku aku bebas mau berbuat apa, mau kekamar mandi ini ke dapur mau kemanapun itu hakku” kata Subin tidak mau kalah. “sepertinya yang mesum itu kau bukan aku” kata Joon pada Subin. “kau mau kakimu itu patah kedua duanya?!” ancam Subin pada Joon. “aniya, tidak !” kata Joon sambil bergegas pegi meninggalkan Subin. Joon bergegas menuju kamarnya ketika bel rumah Subin berbunyi. Joon bimbang apakah dia harus memakai baju dulu atau membuka pintu. Joon memutuskan membuka pintu dan seorang laki-laki berdiri di depan pintu.
Doo Joon yang melihat Joon hanya memakai Handuk di bagian bawah badannya langsung menganga. “kau kenapa? Tidak pernah melihat laki-laki memakai haduk ya?” tanya Joon polos pada Doo Joon. “mana Subin?” tanya Doo Joon pada Joon. “mandi” kata Joon meniggalkan Doo Joon di depan pintu. “mwo? Apaa ? mandi?” pekik Doo Joon kaget. “iya mandi, memangnya salah kalau dia mandi?” tanya Joon pada Doo Joon. Doo Joon hanya diam dan mulai menyingkirkan pikirannya yang negatif.
Subin keluar dari kamar mandi dengan tergesa gesa.
“Joon !! kau sudah memandikan Lauree...” belum siap Subin memanggil Joon Subin sudah terkejut melihat Doo Joon yang memandanginya dengan aneh. “ oppa ! sedang apa kau disini?” tanya Subin pada Doo Joon. “menjemputmu” kata Doo Joon singkat.
“kenapa tidak kau saja yang memandikan Lauren” perintah Joon pada Subin setengah berteriak. “aku sudah terlambat” kata Subin pada Joon. “kau tidak bisa melihat kondisiku?” tanya Joon ada Subin. “dasar laki-laki tidak bertanggung jawab!” kata Subin meneriaki kamar Joon. “sebentar ya oppa” kata Subin pada Doo Joon. Doo Joon hanya tersenyum.
“nah lauren pakai bajumu dulu ya nanti bibi akan menyisir rambutmu” kata Subin yang masih memakai handuk di kepalanya. “iya bibi” kata Lauren patuh. Subin segera ke kamarnya untuk memakai bajunya. Tiba-tiba pintu kamar Subin di ketuk. “bibi aku sudah siap memakai baju” teriak Lauren dari luar pintu kamar Subin. “chakaman, sebentar bibi sebentar lagi siap” kata Subin. Subin yang sudah siap memakai baju dan berdandan langsung membuka pintu kamarnya dan menyisir rambut Lauren.
“wah, lauren kau semakin cantik” kata Joon pada Lauren setelah melihat Lauren yang memakai seragam Taman Kanak-kanak. “bibi yang mengikat rambutku, bahkan ibu tidak pernah mengikat rambutku” kata Lauren polos. Wajah Joon dan Subin langsug berubah dan mereka berpandangan. Doo Joon yang dari tadi memperhatikan tatapan mereka merasa risih dan semakin curiga kepada Joon. Joon langsung mengalihkan pandangannya kepada Lauren. Joon merendahkan dirinya sehingga bisa setinggi Lauren. “ibu bekerja, jadi Lauren jangan pernah benci pada ibu, arraseo? Mengerti?” tanya Joon ada Lauren. Lauren hanya menggangguk dan tersenyum manis pada pamannya tersebut. Subin melihat Joon bangga. Subin tidak menyadari kalau dari tadi Doo Joon ada di sampingnya.
“kau tidak kerja?” tanya Subin pada Joon. “nanti supirku akan menjemput” jawab Joon pada Subin.
“ayo pergi” kata Doo Joon mendahului Subin. Subin yang merasa Doo Joon marah padanya langsung mengikuti Doo Joon di belakang dan menggandeng Lauren ke mobil Doo Joon.
“kau seperti ibu Lauren” kata Doo Joon singkat ketika mereka sudah mengantar Lauren ke taman kanak – kanak . “benarkah? Wah. Sepertinya aku tinggal menunggu lamaran dari seorang laki-laki, benarkan?” goda Subin pada Doo Joon. Doo Joon tersenyum melihat gadis yang di hadapannya tersebut. kecurigaan di hati Doo Joon hilang setelah melihat mata Subin. Doo Joon semakin mencintai gadis di hadapannya ini, tidak akan di membiarkan siapapun merebut gadis di hadapannya ini. Sampai sampi dia tidak menyadari ada mobil di depan mereka yang akan menabrak mobil Doo Joon dari arah berlawanan.
Rumah sakit Seoul
“kau tidak papa Subin?” tanya Yonghwa kakak laki-laki Subin pada Subin. “oppa? Yonghwa oppa? Kak Yonghwa?” kata Subin sambil memegang kepalanya. “kau tadi kecelakaan, bagaimana kondisimu? Apa yang sakit?” tanya Minho pada Subin. “Minho oppa juga disini?” tanya Subin pada Minho. Seketika kepala Subin sakit dan seketika bayangan kecelakaan tadi terbayang di kepalanya. “mana Doo Joon oppa? Mana?” tanya Subin pada kedua kakaknya. Tapi kedua kakaknya hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan adik mereka. Entah mengapa Subin bisa menyimpulkan sendiri apa yang telah terjadi kepada Doo Joon. “ andwae?! Doo Joon oppa !!!” kata Subin seperti orang gila. Subin hanya menangis sekuat kuatnya. “Doo Joon mengalami luka di kepalanya, dan dia mengalami pendarahan yang sangat parah” kata Minho pada Subin sambil menenangkan adiknya yang terus menangis. “Doo Joon oppa... oppaaaa..... ,Doo Joon oppaa !!!!!” teriak Subin. Subiin terus menangis sampai air matanya tidak bisa mengalir lagi. Seketika itu badan Subin lemas dan dia tidak sadarkan diri.
“kau sudah sadar?” tanya Joon pada Subin. Subin hanya diam dan tidak mau menjawab.
Tiba-tiba datang seorang dokter menghampiri Subin dan menyerahkan sebuah kotak kecil yang sangat cantik kepada Subin. “ini di temukan di dalam saku Pasien Doo Joon” kata dokter tersebut. Joon menerima kotak tersebut dan menyerahkannya pada Subin. Subin menerima kotak tersebut dengan menitikkan air mata. Joon yang melihat air mata gadis yang dicintainya iu jatuh untuk laki-laki lain membuat hati Joon sakit. Joon berusaha untuk tidak memperlihatkan sakit hatinya di depan Subin. Apalagi sekarang Subin sedang berduka.
“Doo Joon oppa memberikan aku kalung Joonie, kalung” kata Subin sambil menangis. Joon yang tidak tahan lagi melihat Subin menderita langsung maju dan memeluk gadis tersebut. “Dia akan memberikan aku kalung , lihat di kotaknya ada namaku” kata Subin lagi sambil terus menangis. “Doo Joon oppa ... oppa ....” kata Subin sambil memeluk Joon. Joon yang sedari tadi menahan air matanya tidak sanggup menahan lagi. “ jangan menangis lagi Subin, Doo Joon sudah bahagia di sana” kata Joon menghibur Subin. “Jooniee....... dia, Doo Joon oppa benar benar mencintaiku..” kata Subin sambil terus menangis dan memegang kalung yang akan di berikan Doo Joon padanya.
Pemakaan Doo Joon
Subin berdiri di depan makam Doo Joon dengan memegang bunga di tangannya. “oppa, lihat aku memakai kalung yang akan kau berikan kepadaku. Cantik, aku suka” kata Subin berbicara dengan makam Doo Joon. “tapi aku akan lebih suka jika kau memberikan langsung padaku” kata Subin sambil menghapus air matanya yang mengalir. “oppa, saranghae. Kakak aku mencintaimu” kata Subin sambil meletakan bunga di makam Doo Joon.
Rumah Subin
“kau sudah pulang?” tanya Joon pada Subin. Subin hanya mengangguk pelan. “kau sudah makan?” tanya Joon pada Subin dengan nada lembut. Subin menggeleng pelan. “aku akan masak untukmu” kata Joon pada Subin sambil mengambil tongkatnya dan menuju dapur. “oh ya, kak Minho dan Yonghwa tadi pagi sudah pergi mereka titip salam buatmu” kata Joon sambil mengintip keruang Tivi. Subin hanya diam dan tidak menjawab. Subin fokus pada kalung yang melingkar di lehernya. Subin tersenyum pahit. Subin pergi kedapur untuk mengintip Joon, subin melihat Joon dengan Susah payah menuju ke kompor karena kakinya yang patah. Subin tersenyum dan membantu Joon memasak.
“eung? Kau mau membantuku?” tanya Joon pada Subin. “tidak mungkin aku membiarkan laki-laki dengan tongkat di tangan untuk memasak makanan untukku” kata Subin pada Joon. “mana Lauren?” tanya Subin pada Joon. “tidur siang” jawab Joon singkat. Subin hanya mengangguk paham.
“enak” kata Subin makan dengan lahap. “tentu saja enak kalau aku yang memasak pasti enak” kata Joon bangga. Subin hanya menjulurkan lidahnya tanda tidak setuju dengan pernyataan Joon. Joon hanya tersenyum. Joon kembali melihat Subin dan bersyukur Subin tidak larut dalam kesedihannya. Joon berfikir “apakah kalau dia mati Subin akan menangis seperti ini? Apakah Subin akan bersedih seperti ini? Demiku?” Kata Joon dalam hati. Joon hanya tersenyum pahit dan melanjutkan makannya.
“bagaimana kakimu?” tanya Subin mengagetkan Joon. “kata paman Park aku harus mulai berlatih berjalan” kata Joon tetap makan. Subin hanya mengangguk. “besok hari apa?” tanya Subin pada Joon. “minggu. Kenapa?” tanya Joon pad Subin. “besok kita piknik ke taman kau mau?” tanya Subin pada Joon. “taman? Piknik?” tanya Joon memastikan kalau pendengarannya tidak salah. “iya, kenapa? Kau tidak mau?” tanya Subin. Joon hanya terdiam. “sekalian membawa mu untuk latihan berjalan” kata Subin. “baiklah, ajak Lauren kan?” tanya Joon pada Subin. “tentu saja ! aku tidak mau berdua dengan orang mesum sepertimu, arraseo? Mengerti?” kata Subin pada Joon dengan tertawa. “kau in?!” kata Joon yang sambil cemberut. Tapi ketika meihat Subin tersenyum Joon ikut tersenyum dan melupakan marahnya.
“Joonie, besok kita akan piknik, kau senang? Besok ibu libur dan ayah juga pulang dari jepang jadi kita akan bersenang senang” kata ibu Joon sambil memegang tangan kecil Joon. “ibu janji? Tidak akan gaga lagi kali ini?” tanya Joon dengan wajah lucu. Ibu Joon hanya mengangguk dan tersenyum kearah anak bungsunya tersebut.
“Joonie, ayah tidak bisa ikut kita pergi berdua saja, bagaimana?” tanya Ibu Joon. Joon hanya terdiam. “apa ku mau menunda piknik ini?” tanya Ibu Joon. Joon menggeleng dengan cepat , joon takut Ibu dan ayahnya akan sibuk kembali dantidak ada waktu untuknya. “baiklah kita akan pergi berdua” kata Ibu Joon dengan semangat.
Joon tidak tau kalau piknik itu adalah piknik terakhirnya dengan ibunya. Mobil yang di naiki Joon dan ibunya menabrak pohon setelah rem mobil mereka tidak berfungsi.
“ibu.... eommaaaa... jangan tinggalkan aku, aku janji tidak akan memaksa piknik lagi .. aku janji” kata Joon pada ibunya yang penuh dengan darah.
“ibu... ibu.. aku janji...” kata Joon di dalam tidurmya. “eommaaa ! ibu” teriak Joon sambil bangun dari mimpi buruknya. Joon bangun dan pergi keluar kamarnya untuk mencari air putih. Saat Joon sedang menuju dapur Joon melihat Subin sedang menangis sendirian di taman belakang rumahnya. Joon mendekat kearah Subin dan duduk di sebelah Subin. Subin yang menyadari ada Joon di sampingnya langsung menghapus air matanya.
“kenapa?” tanya Joon pada Subin. “gwenchana.. aku tidak papa” kata Subin pada Joon sambil tersenyum di paksakan. “kau teringat Doo Joon lagi?” kata Joon sambil melihat langit. Subin hanya terdiam sambil memegang kalung yang di berikan Doo Joon padaya. “kalau kau seperti ini dia juga akan semakin sedih, kau tau?” tanya Joon pada Subin. Seketika itu Subin berhenti menagis. “Subin – yaa, subin... “kata Joon pada Subin. “ne? Ya?” jawab Subin pada Joon. “apakah, kalau aku mati kau juga akan menangis seperti ini? Apakah kau juga akan terbangun setiap malam dan mengingatku?” tanya Joon pada Subin sambil tetap melihat langist. Subin yang tidak mengerti pertanyaan Joon hanya terdiam. “sudahlah, sana kembali kekamarmu udara malam tidak baik bagimu nanti asmamu kambuh” kata Joon pergi meninggalkan Subin di taman belakang rumah Subin. Subin hanya memandang punggung Joon yang semakin menjauh meninggalkannya.
Taman
“nah, Lauren kita sudah sampai” kata Subin melirik ke kursi belakang mobilnya. Subin turun dari mobilnya dan membantu Lauren untuk turun. Subin heran melihat Joon yang tidak mau turun juga. “kau mau aku juga membantumu turun?” tanya Subin sambil mengejek Joon. “aku tidak mau ikut piknik” kata Joon pada Subin dan membuat Subin bingung. “kenapa? Kau tidak suka tempatnya?” tanya Subin pada Joon yang masih di mobil. “baiklah, baiklah aku turun” kata Joon sambil berusah payah untuk keluar dari mobil Subin. “apa yang kau tunggu? Bantu aku ! aku tidak bisa keluar” kata Joon pada Subin. Subin hanya tertawa dan membantu Joon untuk keluar dari mobilhya.
“sudah jangan lihat aku kalian makan saja” kata Joon pada Subin dan Lauren yang dari tadi melihatnya berjalan seperti kakek – kakek . “paman ! kau pasti bisa !” kata Lauren menyemangati pamannya yang sedang berusaha untuk menyembuhkan kakinya. “kau pasti bisa” kata Subin pada Joon. Joon yang menjadi semangat langsung berjalan dengan semangat dan kaki Joon mulai bisa berjalan normal walaupun masih sakit. “awas, awas batu” kata Subin mengingatkan Joon kalau ada batu yang menghalangi jalannya. Subin terlambat , seketika Joon terjatuh dan membuat Subin dan Lauren tertawa. Joon yang melihat Subin dan Lauren tertawa ikut tertawa. “bantu aku !” kata Joon pada Subin. “aku? Kenapa aku?” tanya Subin pada Joon dengan heran. “ Karena kau terlambat memberitahuku” kata Joon dengan sinis. Subin berdiri dari tempat duduknya dan mencoba membantu Joon untuk berdiri tapi Subin malah jatuh bersama Joon. Itu membuat Joon dan Subin tertawa dengan keras. “kau berat” kata Subin pada Joon. “kau saja yang lemah” kata Joon tidak mau b