.
.
"Apa-apan dia. Sok tampan sekali." Yeoja berambut panjang mencibir pelan sembari mengaduk-ngaduk minumannya secara asal. Berbeda sekali dengan yeoja berambut pendek disampingnya yang matanya terlihat berbinar cerah ketika melihat 'Sosok' yang baru memasuki Cafetaria.
"Omona, kenapa dia selalu terlihat menawan." Minzy, Yeoja berambut pendek itu berujar dengan tangan menopang dagunya serta jangan lupakan mata miliknya yang tetap berbinar cerah.
Yeoja berambut panjang semakin mencibir kesal. Pasalnya sahabat disampingnya malah menatap kagum namja yang menurutnya sangat Sok!. Well, meskipun dia cukup mengerti jelas jika sahabatnya ini sangat tergila-gila terhadap namja yang sekarang sedang duduk bersama teman-temannya itu. Bukan hanya sahabatnya. Mungkin seluruh yeoja penghuni Shinki High School adalah penggemar namja itu. Sebenarnya wajar mengingat namja itu kapten basket sekolah, peraih peringkat pertama seangkatannya selama dua tahun berturut-turut, pemenang olimpiade fisika tingkat nasional tahun lalu, putra tunggal konglomerat, ditambah memiliki bentuk tubuh dan wajah yang cukup menggiurkan. Kekurangannya, namja itu hanya sedikit angkuh, bahkan nomor ponselnya saja hanya sahabatnya yang mempunyai, bisa dibayangkan? Dari ribuan siswa Shinki High School hanya empat orang yang memilikinya. Nomor ponselnya sangat langka didapatkan! Dan lagi namja itu terkesan dingin terhadap siapa saja apalagi para yeoja.
Mungkin karena ini, yeoja berambut panjang itu tidak menyukainya.
Mungkin....
.
.
Yeoja berambut panjang, Sandara Park, mengumpat kesal ketika mobilnya tidak bisa distarter. Berkali-kali dia mencoba tapi hasilnya nihil.
"Ah! Tau seperti ini. Aku ikut Minzy tadi. Hah!" Dara menghembuskan napas kasar. "Ottokhae?" Mata Dara mulai berkaca-kaca ketika melihat sekitar yang mulai sepi. Parkiran luas Shinki High School semakin terlihat menakutkan.
Yeoja manis ini membuka Kap mobil miliiknya dan mencoba mengotak-atik mesin yang sama sekali tidak dia mengerti.
"Hey, perlu bantuan?" Dara sontak mendongakkan wajahnya ketika mendengar suara berbicara padanya.
"Ah! Yonghwa Oppa?!" Pekik Dara secara tidak sadar membuat Yonghwa mengerutkan dahinya, heran.
"Mianhae, aku hanya terkejut." Yeoja manis itu tersenyum canggung. "Eumm... Oppa bisa membantu ku? Mobilku sepertinya mogok."
"Ah tentu. Sini aku lihat."
.
.
"Kau tahu? Yonghwa Oppa sangat keren ketika mengotak-atik mesin dimobil ku. Ah dia juga bilang kalau mesinnya bla bla bla...." Cerocos Dara tiada henti membuat Minzy korban curhatan yeoja itu memutar matanya malas. Pasalnya Dara telah bercerita hal ini berkali-kali terhitung semenjak dirinya menginjakan kaki dikelasnya tadi pagi.
"Dara, kau sudah menceritakan hal itu berkali-kali." Ujar Minzy jengah.
"Aku sedang senang! Kau harus tahu Minzy-ah~!"
"Yayaya aku tahu. Tapi kau juga harus tahu Dara Baby, Yonghwa oppa itu sudah mempunyai yeojachingu! Bukankah kau tau dengan baik hal ini, eoh?!" Perkataan Minzy sukses menyadarkan Dara dengan kenyataan yang terjadi.
Jung Yonghwa adalah ketua Osis di Shinki High School yang ketampanan dan kepopulerannya sejajar dengan 'Sang kapten basket'. Bedanya, Yonghwa orang yang sangat ramah kesiapa saja, tidak seperti namja itu. Sudah lama Dara menaruh hati pada namja dengan senyum mematikan itu, tetapi semenjak tahu Yonghwa berpacaran dengan Park Shinhye, yeoja sekolah sebelah, setengah tahun yang lalu. Dara mulai mengubur dalam-dalam keinginan untuk menjadi Yeojachingu sang ketua osis.
"Jangan ingatkan aku akan itu Minzy! Hah! Kau menghancurkan hariku sungguh!" Ucapan Dara semakin membuat Minzy memutar matanya malas.
"Makanya Dara, lihat yang pasti-pasti saja. seperti kapten basket kita mungkin. Kim Jaejoong tentu saja jauh lebih baik dari Jung Yonghwa mu!" Kali ini giliran Dara yang memutar matanya malas.
"AWAS!!"
"MINGGIR!"
"YA!!!"
Terlambat! Semua terjadi begitu cepat. Bola basket sukses mendarat sempurna diwajah manis Sandara Park dan membuat dirinya tersungkur jatuh dengan tidak elitenya. Minzy memekik keras melihat kejadian ini.
Sang tersangka berlari kecil menghampiri Dara. Dengan tatapan angkuh andalannya dia berkata, "kalau jalan lihatlah yang benar!" Dan mengambil bola basket disamping yeoja manis itu. Lalu berlalu dengan santainya. Mengabaikan Dara yang shock setengah mati diperlakukan seperti itu.
Hell No!!
'Apanya jalan lihat yang benar??!!!' Rasanya Dara ingin berteriak keras melontarkan kata-kata ini. Sayangnya tidak bisa. Semua itu tercekat ditenggorokannya. Dilihatnya sekitar, banyak siswa yang melihat kejadian itu. Ada yang menatapnya prihatin dan tidak banyak juga yang menertawainya.
Mata Dara mulai berkaca-kaca. Setengah malu, kesal, marah menjadi satu. Dirinya sontak langsung berdiri dan berlari kencang meninggalkan pinggiran lapangan basket dan Minzy, mengabaikan panggilan khawatir sahabatnya.
.
.
"Brengsek! Dia pikir dia siapa?! Dia pikir kepalaku apa? Dia pikir ini tidak sakit? Hah!!" Dara berteriak kencang diatap sekolah sembari mengusap airmatanya kasar.
"Bodoh! Mana mau orang menyebalkan sepertinya meminta maaf!! Jelas-jelas dia yang salah kenapa disini aku yang seakan salah! Aku kan korban! Menyebalkannnnnn~!!!! Hiks~ Hiks~!" Sekali lagi Dara berteriak kencang sembari menangis. Dia tidak perlu khawatir akan ada yang memorgokinya. Atap sekolahnya ini sangat sepi. Bahkan cenderung tidak pernah didatangi orang. Bagaimana didatangi kalo diatap itu sangat panas, gersang dan suasananya tidak nyaman. Tetapi yeoja manis ini malah memilih mengeluarkan semua unek-uneknya disini. Mungkin agar bisa berteriak sesuka hati tanpa ada yang mengetahuinya.
"HUWAA! SUNGGUH! AKU SANGAT MEMBENCINYA!! KIM JAEJOONG MENYEBALKAN!!!! SOK TAMPAN, JELEK, KURUS!! ARGHHHH!!!"
.
.
Beberapa hari setelah kejadian itu Dara memulai kegiatan seperti biasanya. Meneriakan dan mengeluarkan semua unek-unek memang membuat perasaan menjadi lega. Keluar dari atap sekolah. Dara sudah kembali seperti semula. Meski perasaan dongkol setengah mati kepada kapten basket, Jaejoong, masih berkobar-kobar.
Saat ini Dara sedang berada ditempat peminjaman novel dan komik langganannya daerah Gangnam dan secara tidak sengaja melihat namja paling menyebalkan menurutnya ada disana juga.
"Maaf tuan, silahkan tulis nomor ponsel anda disini." Ucapan seorang pegawai tempat peminjaman novel sontak membuat dara langsung menoleh cepat. Entah kenapa mendadak lampu neon berterbangan dikepala yeoja manis ini ketika mendengar 'Nomor Ponsel'.
Setelah dipastikan Jaejoong pergi dari tempat peminjaman. Dara langsung mengambil novel secara asal dan menuju loket peminjaman.
'Ternyata ini yang tidak boleh disebar-sebar. Eumm Jaejoong sunbae mari kita lihat! Keke.' Batin Dara tertawa nista.
.
.
Sesampainya dirumah yeoja manis berkulit putih pucat segera melepas card ponselnya dan menggantinya dengan yang baru dia beli tadi sepulangnya dari tempat peminjaman Novel dan Komik. Setelah diotak-atik dengan menambahkan nada tunggu baru, walpaper, isi kontak baru dsb. Yeoja manis ini langsung mengambil kertas yang ada didalam tasnya.
0936 45 8881 Call
Disconnected
Call
Disconnected
Begitu seterusnya sampai berulang-ulang.
Mari tinggalkan Dara yang masih berkutat dengan handphone mungilnya di jam yang telah menunjukkan pukul dua dini hari dengan tertawa senang seperti habis memenangkan lottre.
.
.
'Siapa?'
Dara tersenyum sendiri melihat pesan masuk diponselnya.
'Ah maaf, sepertinya aku salah nomor. Mianhae telah mengganggumu semalam.'
Modus lama memang. Pura-pura salah sambung. Tidak apalah.
'Oh. Ini siapa?'
Dara mengabaikan pesan masuk berikutnya. Pasalnya Seongsaenim matematikanya telah datang. Dan hari ini akan ada ujian mendadak.
Suasana kelas yang sunyi tiba-tiba ramai ketika terdengar ringtone ponsel berbunyi. Para siswa yang awalnya tenang mengerjakan ujian mulai terusik. Suara ringtone itu terdengar nyaring dan tiada henti. Padahal jelas-jelas seongsaenim matematika sangat killer. Dan membenci apa-apa yang mengganggu kelasnya.
"Ponsel siapa yang berbunyi?" Pertanyaan Han seongsaenim membuat beberapa siswa menggelengkan kepalanya secara tidak sadar.
"Dara bukankah itu ponsel mu?" Suara Minzy menyadarkaan Dara yang sedang asyik mengerjakan soal-soalnya.
"Ponsel? Bukan punya.. OMO!!!"
"Sandara Park! Keluar. Sekarang!" Han Seongsaenim mendesis tajam.
'SIAPA YANG BERANI MENELPONKU?!!! Errr!' Teriak Dara kencang didalam hatinya
.
.
"KIM JAEJOONG LAGI?!! Lagi lagi dia! Hah! Dia benar-benar menyebalkan! Kenapa dia selalu merusak hidupku? Wae?!!!" Tanya dara lebih pada dirinya sendiri ketika melihat panggilan masuk yang membuatnya keluar dari kelas itu adalah nomor baru yang semalam dikerjainya.
"Apanya yang Kim Jaejoong lagi?" Dara langsung menegang ketika mendengar suara berat namja dihadapannya. Posisi Dara saat ini sedang menunduk melihat ponselnya dan tidak melihat keadaan sekitar.
Secara perlahan yeoja manis ini mendongakkan kepalanya dan wajah menawan milik Jaejoong langsung muncul dihadapannya.
"Ku rasa ada yang harus kau jelaskan Dara-sshi." Dengan gaya coolnya Jaejoong berujar. "Ku tunggu kau ditempat pertama kali menangis disekolah ini sepulang sekolah." Jaejoong langsung meninggalkan Dara yang masih mematung ditempat, masih dengan gaya cool andalannya.
'Mati aku! God!'
.
.
Sudah hampir dua jam Dara menunggu Jaejoong di Lapangan basket sekolahnya. Dia sudah bertekad untuk mengaku dan meminta maaf pada Jaejoong. Salahnya juga sih mengganggu orang tengah malam. Tapi kenapa sampai saat ini batang hidung Jaejoong belum kelihatan juga yah?
Apa jangan-jangan jaejoong mengerjainya?
Mata dara mulai berkaca-kaca lagi. Pasalnya hari mulai senja dan sekolah mulai sepi.
"Tempat pertama kali aku menangis disekolah kan disini. aku menangis saat terkena bola basket Jaejoong kan? Dan itu disini! Apa aku salah tempat?" Dara sibuk menggerutu dan berfikir.
CKLEK
Entah bagaimana ceritanya saat ini Dara telah berada diatap sekolah.
"Akhirnya kau datang juga."
"Jaejoong-sshi? Kau disini? Aku menunggu mu dilapangan basket sampai dua jam!" Pekik Dara kesal.
"Siapa yang menyuruhmu disana?" Jaejoong berkata dengan posisi tubuh tetap menghadap pagar pembatas dan Dara berada dibelakangnya.
"Kau bilang kau menunggu di-"
"Sudah kau sebar kemana saja nomor ponselku?" Tanya jaejoong memotong ucapan Dara.
"Eum. Aku belum menyebarkannya. Sungguh aku tidak bohong." Dara berujar serius sembari mengacungkan dua jarinya.
Terdengar sedikit helaan nafas lega dari bibir mungil namja bermata doeeyes itu.
"Baguslah."
Dara mulai melangkah maju dan berdiri disamping Jaejoong. "Eum, aku minta maaf Jaejoong-sshi telah mengganggu mu semalam."
Jaejoong hanya diam membuat Dara gelisah.
"Habisnya kau menyebalkan. Sudah melemparku dengan bola basket tidak minta maaf pula. Yasudah waktu kau di tempat peminjaman novel dan komik aku curi saja nomor ponselmu. Habis aku sebal jadi aku berniat membalas dendam dengan menerormu. Tapi sungguh. Aku tidak bermaksud menyebarkan nomormu. Well, aku tahu itu sangat privasi untukmu. Jadi aku minta maaf. Dan kau juga harus minta maaf padaku karna telah melakukan dua kesalahan. Satu melempar bola basket, dua membuat aku dikeluarkan dari kelas." Ucapan panjang lebar Dara ditanggapi kerutan dahi oleh jaejoong.
Setelah itu jaejoong sedikit tersenyum tipis. Yeoja disampingnya ini mencari pembelaan untuk kesalahannya.
Hening...
Diamnya Jaejoong makin membuat Dara gelisah. Yeoja manis ini menggigit bibirnya, takut Jaejoong akan memarahi atau menghakiminya. Bukannya apa, Jaejoong adalah salah satu Flower Boys disekolahnya dan segala hal bisa dilakukan oleh seorang Flower Boys. Benar begitu bukan?
Tetapi perkataan Jaejoong setelah ini membuat angan-angan pembullyannya buyar.
"Sebenarnya aku mengejarmu waktu itu. Karna aku tidak tega melihat kau berkaca-kaca seperti ingin menangis padahal hanya terkena lemparan bola basket." Jaejoong memberi jeda ucapannya. "Kau menangis pertama kali diatap bukan di lapangan. Dilapangan kau hanya berkaca-kaca. Baiklah, aku merasa sangat bersalah akan hal itu. Maafkan aku."
Dara menoleh dan berdecak takjub, tidak menyangka Jaejoong bisa berbicara sepanjang itu dan meminta maaf padanya. CATAT! Minta Maaf guys~
"Oke! Mari saling memaafkan!" Yeoja manis itu langsung menjulurkan tangannya ke jaejoong.
Jaejoong diam sebentar sebelum menerima uluran tangan Dara.
"Tidak buruk juga bersalaman." Ujar Jaejoong masih dengan gaya coolnya.
"YA! Kau ini!"
"Dara-sshi, sepertinya aku tertarik padamu." Jaejoong menoleh dan tersenyum sangat lembut.
.
.
-Beberapa bulan kemudian-
"Joongie Oppa, ngomong-ngomong aku lupa menanyakannya padamu dulu. Waktu itu kau tau darimana kalau yang menelpon itu aku?" Tanya Dara dengan bergelayut manja dilengan kiri Jaejoong, karena seingat yeoja mungil ini saat itu dirinya memakai nomor ponsel baru dan belum ada yang mengetahui nomornya.
Ngomong-ngomong Semenjak kejadian diatap beberapa bulan yang lalu Dara dan Jaejoong semakin dekat. Dan akhirnya mereka resmi berpacaran sekarang. Sulit dibayangkan memang.
Jaejoong mengambil ponselnya dan menekan tombol call 'Baby Dara'
"Jangan diangkat." Ucap Jaejoong ketika melihat Dara berniat mengangkat ponsel miliknya.
Dara mengerutkan keningnya bingung.
"Dengarkan!" Jaejoong menekan tombol Speaker di ponselnya dan....
"Annyeong, Sandara Park in here. Tidak diangkat yah? Mian ne Dara sekarang lagi sibuk. telpon nanti lagi ne atau tinggalkan pesan saja~ uuuuu gomawoyo. Paipai~"
.
.
-Dara POV-
"Itu Siapa?" Tanya ku pada Minzy yang dua hari lalu menjadi sahabatku setelah menginjakkan kaki pertama kali di Shinki High School.
"Itu Kim Jaejoong. Dia sunbae kita loh. Tampan bukan? Aku sudah mencari infonya kemarin. Ah sepertinya aku tergila-gila padanya." Aku mengabaikan ucapan Minzy. Hanya yang aku tangkap namja beberapa meter di hadapanku bernama Kim Jaejoong.
Tatapan kami -aku dan Jaejoong- bertemu membuat detak jantungku berdetak cepat.
'Omo ada yang salah dengan jantungku!' Wajahku memerah dengan cepat. Tetapi, beberapa detik kemudian Kim Jaejoong memalingkan wajahnya dengan senyum meremehkan.
'Sial! Sombong sekali namja itu! Menyebalkan! Namja menyebalkan! Ugh!'
Aku tersenyum mengingat pertemuan pertama ku dengan kekasihku. Awalnya aku memang menyukainya, berhubung dia sangat menyebalkan aku jadi sempat membencinya. Entah bagaimana ceritanya kami bisa berpacaran. Semenjak mengetahui status kami seisi sekolah sempat gempar bahkan Minzy sempat shock setengah mati ketika tahu kenyataan ini. Tetapi, sekarang Minzy sudah menerima dan mendukung hubunganku.
Ngomong-ngomong aku sangat berterimakasih kepada ponsel mungilku. Berkat nada tunggu imutku itu Kim Jaejoong mengenalku dan bisa dibilang itulah awal mula kisah kami dimulai. Meski awalnya karna bola basket sih, tetapi aku tetap keukeuh jika Kim Jaejoong melirikku karena nada tunggu diponselku.
Benar begitu bukan?
So?
Can I say if I get miracle from My Handphone?
.
.
"Dara-sshi, sepertinya aku tertarik padamu."
"Aku bahkan sudah tertarik padamu jauh sebelum kau tertarik padaku, Jaejoong-sshi."
.
.
FIN
.
.
Please Click Button 'Love', Comment, Like and Share after read it ^^
Gomawo^^
Jadi...
Bagian mana yang kalian sukai? :D