Seorang gadis duduk di sebuah kursi –mirip dengan singgasana. Ia sedang termenung, menghadap ke jendela dimana cahaya masuk dan menyinari sebagian dari dirinya. Gadis itu bukan gadis biasa. Ia adalah putri tunggal kerajaan yang dipimpin oleh ayahnya sendiri. Kerajaan Arasmith.
Sedangkan, di sudut lain ruangan tersebut, berdirilah seorang pemuda yang kerap kali memperhatikan gadis yang sedang termenung tersebut. Tugasnya memanglah menjaga putri agar tetap aman dan selalu berada dalam pengawasannya. Pemuda itu seorang bodyguard.
"Kau tahu tidak? Aku sangat muak terkurung di ruangan seperti ini," keluh gadis itu kepada pemuda yang masih setia berdiri di tempatnya.
Pemuda itu tidak ada niatan untuk menanggapi keluhan gadis tersebut, putri Krystal.
"Selain itu, aku harus mengikuti berbagai macam kegiatan yang bahkan aku tidak suka."
"Tapi, itu demi kebaikan tuan putri," pemuda itu kemudian angkat bicara.
Gadis tersebut menoleh ke arah pemuda itu. Kemudian mendesis, seolah ia tidak suka dengan komentar yang dikeluarkan sang bodyguard.
"Kau tidak tahu bagaimana rasanya. Aku ingin seperti yang lainnya. Berjalan bebas dan melakukan apa yang aku mau. Tidak terkekang seperti ini," jelas Krystal.
Pemuda bernama Minhyuk itu berjalan menuju jendela yang sedaritadi menjadi bahan pemandangan Krystal –orang yang dijaganya. Kemudian menutup tirai panjang yang membuat Krystal memutar bola matanya karena kesal.
"Buka kembali tirainya!" titah Krystal yang tidak digubris oleh Minhyuk.
"Yaaa Minhyuk!" sungut Krystal.
Minhyuk tertawa, "Wajahmu kaku sekali, Krys."
"Panggil aku tuan putri!" seru Krystal.
"Sudahlah, kau ini terlalu terobsesi sekali. Aku sakit perut mendengarnya. Hei, kalau kau ingin melakukan apa yang kau lakukan, bermimpilah. Setidaknya, bebanmu pasti akan berkurang," Minhyuk menyarankan.
"Kalau yang lain melihat kau seperti ini, kau tidak akan menemuiku lagi, Minhyuk. Bersikaplah sopan kepada tuan putri."
"Hei hei, kau tidak memperhatikan kata-kataku ya, Krystal? Aku dan kau seumuran. Jadi, tidak masalah kan?" Minhyuk kemudian tertawa. Namun Krystal hanya melipat kedua tangannya dan mengeluarkan wajah cemberutnya.
"Baiklah tuan putri yang manja," ujar Minhyuk menggoda dan dibalas dengan senyuman oleh Krystal.
"Kau ini memang menyebalkan. Tadi kau bicara apa?"
"Tentang mimpi. Kau tahu kan? Berimajinasi tentang apa yang ingin kau lakukan. Hal itu menyenangkan. Meskipun kau akan kesal jika mimpi itu tidak terwujud."
Krystal memikirkan kata-kata Minhyuk, "Memangnya apa mimpi terbesarmu?"
"Aku ingin menjadi seorang penari."
"Seorang putri yang pandai menari? Itu bukanlah hal yang buruk. Lalu, apa masalahnya?"
"Ayahku pasti tidak mengizinkan. Kau tahu sendiri dia orang yang seperti apa kan?"
Minhyuk mengangguk, "Setidaknya kau masih bisa berlatih tanpa sepengetahuannya kan?"
"Tapi..." Krystal menggantung kata-katanya. Lain lagi dengan Minhyuk yang masih memperhatikan Krystal.
"Mimpiku tidak hanya itu."
"Lalu?" Minhyuk membalas cepat pertanyaan Krystal.
"Sekali waktu, aku ingin keluar dari istana ini."
"Raja tidak akan mengizinkanmu meskipun aku ikut." Minhyuk berkomentar, membuat Krystal sedih mendengarnya. Krystal tahu jadinya akan seperti ini. Apapun yang ia impikan, pasti tidak bisa ia kabulkan.
"Tapi, aku bisa membantumu."
