Aku berjuang untuk mencarimu yang tak bisa ku lihat. Aku berjuang untuk mencarimu yang tak bisa ku dengar.
Keegoisanku yang hanya memikirkan tentang diriku sendiri. Aku yang tak mengerti perasaanmu dan mengabaikannya.
***
Sehun mengayuh sepedanya perlahan. Ia berhenti di sebuah toko bunga yang terletak di pinggir jalan. Membeli sebuket bunga cantik dengan dominasi mawar berwarna merah jambu di dalamnya. Tak lupa ia meminta sang penjual untuk memasangkan pita dengan warna yang senada dengan mawarnya.
“Warna kesukaanmu.” Batin Sehun.
***
Sehun masih terlelap dalam tidurnya. Sampai sebuah jemari lentik bermain-main di pipi dan bibirnya. Membuat Sehun sedikit kegelian. Ditariknya jemari itu kedalam genggamannya. Masuk kedalam selimut yang masih menutupi tubuhnya.
“Aishh..” Suara lembut itu sukses membuat Sehun terkekeh dengan mata yang masih terpejam.
“Ayo bangun Sehunnie!” Ucap gadis yang tengah berbaring dibelakang tubuh Sehun itu. Berusaha melepaskan jemarinya yang di genggam oleh Sehun di dalam selimut.
“Andwae! Siapa suruh kau mengganggu tidurku.” Ujar Sehun santai tanpa melepaskan genggamannya. Sehun malah mempereratnya. Membuat gadis itu berusaha lebih keras untuk melepaskan genggaman Sehun.
“Kau harus bangun! Bukankah kau ada kuliah pagi hari ini?” Jawab sang gadis yang dengan susah payah bangun dari tempat tidur Sehun. Ia baru saja berhasil melepaskan jemarinya dari tawanan Sehun.
“Siapa peduli?” Jawab Sehun yang makin mempererat selimutnya. Menutupi seluruh tubuhnya.
“Baiklah jika kau tak mau bangun. Aku tak akan mau lagi menemanimu pergi bermain basket!” Ancam sang gadis yang tengah berkacak pinggang di hadapan Sehun.
“Neo, jinjja!..” tanpa banyak bicara lagi Sehun langsung bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi yang berada di samping kamarnya. Ternyata ancaman dari gadis itu berhasil membuat Sehun tak berkutik.
Sehun memang bukanlah seorang atlet basket, ia hanya gemar bermain basket bersama teman sekampusnya. Tanpa gadis itu, Sehun tak akan bisa pergi bermain basket karena ayahnya melarangnya. Ayahnya benci Sehun bermain basket, membuang waktu katanya. Maka dari itu Sehun selalu mengajak gadis itu sebagai alasan agar ayahnya tak mengetahuinya.
***
“Hyebin-ah, aku lapar.” Teriak Sehun dari kamarnya. Ia baru saja selesai ganti baju.
“Kemarilah.” sahut gadis yang dipanggil Hyebin itu dari dapur.
“Kau masak apa hari ini?” Tanya Sehun yang langsung duduk di meja makan dan melempar asal tas kuliahnya.
“Sandwhich.” Jawab Hyebin tanpa mengalihkan pandangannya dari piring berisi roti isi di tangannya.
“Sandwhich lagi? Apa tak ada menu lain selain sandwich yang bisa kau masak untuk sarapanku? Bahkan anak sd saja bisa membuat ini tanpa bantuan ibunya.” Ujar Sehun sebal yang merasa bosan karena hampir setiap hari sarapannya hanyalah roti isi, meski dengan varian yang berbeda-beda.
“Ya, aku memang belajar membuat sandwich ketika aku masih di sekolah dasar saat ibuku sibuk dan tak bisa membuatkanku sarapan.” Jawab Hyebin yang kemudian membanting piring berisisi roti isi yang ia buat di atas meja.
“Bahkan kau yang sudah di tingkat perguruan tinggi tahun ke dua saja tidak bisa membuatnya sendiri.” Lanjut Hyebin.
“Siapa bilang aku tak bisa membuat sandwich sendiri? Aku bahkan bisa memasak bulgogi saat aku smp.” Sehun yang sebal karna ucapan Hyebin tak kalah ketus menjawab.
“Jeongmal? Baiklah, mulai besok membuat sarapan adalah tugasmu!” Ucap Hyebin sambil memasukan sepotong kecil roti ke dalam mulutnya.
“Mwoya..” Sehun membulatkan matanya mendengar ucapan Hyebin barusan. Ia terjebak dengan ucapannya sendiri sekarang.
***
Sehun tengah berkumpul bersama kawan-kawannya di taman. Sehun dan kawan-kawannya memang termasuk kumpulan mahasiswa tampan di kampus itu. Tak sedikit gadis-gadis yang menggilai pria-pria tampan itu. Termasuk Sehun.
“Kai sunbaenim! Aku membuatkan pasta ini spesial untukmu. Dan spageti ini untuk Sehun sunbaenim.” Ucap seorang gadis berambut sebahu yang datang bersama dua orang teman gadisnya yang lain. Membawa kotak makan besar lengkap dengan peralatan makannya. ketiga gadis itu langsung duduk di sebelah Sehun dan dua kawannya, Kai dan Tao.
“Untukku mana?” Tanya salah satu kawan Sehun yang bernama Tao. Dia keturunan China, atlet wushu. Cukup untuk menarik perhatian gadis-gadis di kampus bukan.
“Pizza sayur spesial untukmu Tao sunbaenim. Tema makan siang kami kali ini memang masakan Italy. Kami belajar membuat ini bersama kemarin. Semoga kalian menyukainya.” Jawab salah satu gadis paling mungil yang duduk diantara Kai dan Sehun.
Sehun, Kai dan Tao hanya tersenyum mendengar penjelasan gadis-gadis itu. Sebenarnya mereka tak pernah tertarik dengan tipe gadis agresif seperti itu. Mereka hanya menikmati apa yang diberikan oleh para gadis. Lumayan untuk mengisi perut.
“Sehun-ah, bukankah itu Hyebin tunanganmu?” Ujar Kai menunjuk pada salah satu gadis bertubuh semampai yang tengah berkumpul dengan beberapa gadis lain di depan kelas.
Sehun hanya menoleh sekilas tanpa menanggapi apa yang Kai katakan. Dia lebih memilih untuk meneruskan makan siangnya. Tao ikut memperhatikan Hyebin yang berjalan menuju arah kantin. Gadis yang cantik, sangat cantik batinnya. Beruntungnya Sehun mendapatkan gadis seperti itu.
“Bukankah kau sudah hampir dua tahun bertunangan dengannya. Bahkan kalian telah tinggal bersama hampir satu tahun ini, tapi kenapa kau masih terlihat dingin sekali padanya? Dia cantik, cerdas dan berasal dari keluarga terpandang. Hampir sempurna.” Puji Tao yang tak habis pikir bagaimana bisa Sehun mengabaikan gadis langkah seperti Hyebin. Kai ikut mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan oleh Tao.
“Mollayo.” Jawab Sehun singkat. Dia sekilas menerawang tapi kemudian berusaha mengabaikan apa yang dikatakan oleh kedua sahabatnya itu.
“Pertunangan kami hanya bagian dari bisnis orang tua kami. Aku menyetujui untuk tinggal bersama dengannya karena aku sudah cukup muak tinggal bersama dengan orang tuaku. Terlalu banyak aturan.” Lanjut Sehun yang barusaja menyelesaikan makan siangnya.
“Tapi sepertinya kau menikmatinya. Kau hanya berpura-pura mengabaikannya ketika didepan kami bukan? Aku tau, tinggal bersama hampir satu tahun dan kau masih bertahan, pasti kalian telah melewati hari-hari yang menyenangkan berdua dengannya bukan?” Kai mulai menggoda Sehun dengan memberikan pertanyaan yang memojokan Sehun secara bertubi-tubi.
“Aishh.. Kenapa kalian sekarang jadi tukang gosip begini? Peduli apa dengan apa yang kami lakukan berdua. Itu urusanku dengan Hyun Hye Bin, bukan urusan kalian.” Ucap Sehun sebal.
Meski Sehun terlihat begitu dingin kepada Hyebin tunangannya dan menganggap bahwa pertunangan mereka adalah bagian dari bisnis orang tua mereka tapi Sehun dan Hyebin tak pernah mencoba untuk menutupi status pertunangan mereka. Hampir seisi kampus tahu bahwa Hyebin adalah tunangan Sehun dan mereka telah tinggal bersama. Setiap hari mereka pergi dan pulang bersama. Tak sedikit pula yang iri dengan pertunangan keduanya.
Hyebin adalah salah satu mahasiswi berprestasi bahkan sejak ia duduk di bangku sekolah menengah. Dia juga aktif di berbagai organisasi di kampus mereka. Wajah yang cantik juga membuat Hyebin tak kalah di kejar-kejar oleh para lelaki di kampusnya, tak jauh berbeda dengan Sehun yang selalu membuat gadis-gadis histeris melihat ketampanannya.
***
“Kau mulai pulang telat lagi.” Ujar Hyebin yang telah menunggu Sehun sejak sore hari namun Sehun baru pulang ketika sudah hampir tengah malam. Bahkan Sehun tak menjawab puluhan telepon dan pesan singkat dari Hyebin. Seperti biasa.
Sehun hanya melirik Hyebin sekilas yang tengah berdiri disamping pintu kamarnya. Sehun lalu masuk begitu saja tanpa sepatah kata pun. Hyebin hanya mengendus kesal. Hyebin hampir saja menendang pintu kamar Sehun, namun ia urungkan niatnya itu dan lebih memilih untuk kembali ke kamarnya sendiri.