"Ayo lempar kesini, Seulmi!" seru Haeri pada Seulmi yang memang sedang memegang bola basket di tangannya.
Ia tidak bisa berpikir. Seulmi merasa terlalu didesak dengan teriakan Haeri hingga akhirnya ia melempar bola tersebut ke arah yang berlawanan. Ia bisa melihat Haeri kesal dengan tingkahnya. Namun, Seulmi tidak mau ambil pusing. Haeri pasti akan memaafkan. Tapi, kemana bola itu?
Duk.
Seulmi memandang ke arah dimana ia melempar bola basket tadi. Tepat sekali. Bola tersebut mengenai seorang pria yang ia yakini adalah sunbae atau seniornya.
"Jwesonghamnida (Maaf), sunbae!" teriak Seulmi yang kemudian kabur sebelum senior itu menghampirinya.
Seulmi senang bisa meloloskan dirinya dari sunbae yang terkena lemparan bola tadi. Memang tidak bertanggung jawab. Tapi bagaimana lagi? Seulmi sudah terlanjur takut akan diomeli oleh sunbaenya tersebut. Jadi, iapun memilih untuk kabur saja.
Ia mengetahui dengan siapa ia berhadapan. Park Chanyeol. Seorang siswa yang sangat terkenal di sekolah tersebut. Wajah yang tampan, tubuh yang tinggi tegap dan begitu sempurna dirinya. Tapi, entah apa yang membuat Seulmi tetap saja tidak memiliki rasa suka dengan namja bernama Chanyeol tersebut.
- oOo -
Seulmi membereskan buku-buku dan memasukkannya ke dalam tas. Ia sudah tidak memikirkan kejadian yang tadi. Bahkan ia sangat optimis bahwa Chanyeol tidak akan mengingat kejadian tadi. Tapi asumsinya salah. Seulmi menemui pria itu berdiri dengan punggung yang menyandar di gerbang sekolah. Pikirannya berputar ke kejadian di jam olahraga tadi.
Kenapa sunbae ada di depan gerbang seperti itu?! Aku 'kan jadi tidak enak hati karena kejadian tadi. Seulmi, kau benar-benar bodoh!
Seulmi menjerit dalam hatinya. Ia merutuki kebodohannya. Tapi apa boleh buat? Ia tetap saja harus melewati gerbang tersebut jika ingin pulang secepatnya. Tidak ada jalan lain. Ia jika tidak mungkin harus menunggu sampai Chanyeol pergi darisana. Kecuali jika ingin benar-benar menginap.
"Hei! Ya, kau yang ada di sana. Kemarilah," Chanyeol memanggil satu-satunya orang yang ada di hadapannya. Seulmi.
Seulmi merasa bahwa dirinya lebih baik mati hari ini daripada harus berhadapan dengan Chanyeol karena insiden tadi.
Seulmi, kau akan mati hari ini.
"A-ada apa, sunbae?" tanya Seulmi gugup.
"Soal yang tadi, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak sengaja. Kumohon sunbae, maafkan aku."
"Kau ini terlalu berlebihan. Begini saja, kalau kau benar-benar ingin kumaafkan, bagaimana kalau besok kau menemaniku jalan?"
Seulmi menelan air liurnya, merasa tidak percaya dengan apa yang Chanyeol ucapkan. Mana mungkin ini terjadi dengan dirinya. Bahkan karena sebuah bola basket.
"Eh? Apa sunbae yakin?"
"Kau 'kan tidak mungkin menculikku," canda Chanyeol.
"Harusnya aku yang bicara seperti itu," gumam Seulmi tidak jelas.
Chanyeol yang notabene memperhatikan Seulmi dapat menangkap apa yang gadis itu ucapkan, "Kau barusan bilang apa?"
Pertanyaan tersebut membuat Seulmi menutup mulutnya. Takut ia akan salah bicara lagi di depan pria tersebut, "Ani (tidak), sunbae."
"Baiklah, kalau begitu besok setengah lima sore. Aku tunggu disini."
Sebelum Chanyeol benar-benar beranjak, Seulmi menahan pria itu, "Ada yang ingin aku tanyakan," entah apa yang membuat Seulmi memilih untuk bicara seperti itu.
Tatapan Chanyeol mengisyaratkan bahwa ia boleh bertanya saat itu juga. Dengan nada gugup seperti sebelumnya, ia nekat bertanya, "A-apa pacar sunbae tidak akan marah jika sunbae jalan denganku?"
Chanyeol tertawa mendengar pertanyaan Seulmi dan kemudian menepuk pelan pundak Seulmi, "Aku belum memiliki pacar."
Seulmi terperangah. Ia merasa tidak percaya, "Mana mungkin sunbae tidak memiliki pacar?" tanyanya kemudian.
"Kau ini ingin banyak tahu juga ya, aku curiga kau ini tertarik denganku!" Chanyeol kemudian tertawa untuk yang kedua kalinya.
"Ah, tidak. Sunbae jangan terlalu percaya diri," Seulmi mengelak pernyataan Chanyeol dengan cepat.
"Haha, lagipula kau itu bukan tipeku. Jadi aku tidak ambil pusing."
"Aku juga tidak!"
"Kenapa? Aku ini namja baik-baik. Aku juga tampan."
"Aku ingin pulang, sunbae," dengan sedikit kasar, Seulmi melepaskan tangan Chanyeol yang masih bersarang di pundaknya. Kemudian, ia berjalan sedikit cepat dengan maksud ingin menghindari Chanyeol yang kemungkinan bisa saja mengejarnya.
Namun, yang ia dapati hanya teriakan dari pria itu, "Jangan lupa, besok setengah lima!"