home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Getting The Trust Back

Getting The Trust Back

Share:
Author : jyna13
Published : 08 Dec 2013, Updated : 08 Dec 2013
Cast : Junho, & Original Character
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |1050 Views |0 Loves
Getting the Trust Back
CHAPTER 1 : Chapter 1


 

 

2008

Seorang perempuan berdiri terpaku dengan apa yang ada di hadapannya. Ia sekarang sedang berada di ruangan gelap yang menayangkan video seorang laki-laki yang duduk di kursi dengan gitar di pangkuannya. Laki-laki yang sudah ia kenal selama bertahun-tahun. Meskipun dilanda kebingungan, perempuan ini terus tersenyum seolah tahu apa yang akan terjadi. “Apakah kau tahu apa itu cinta?” ucap laki-laki di layar itu sambil menarik ujung bibirnya dan menghasilkan senyum yang memikat, yang kira-kira bisa menjadi magnet bagi para perempuan yang melihatnya. “Aku juga awalnya tidak tahu, sebelum aku bertemu denganmu.

 

Laki-laki itu kemudian mulai bernyanyi dan memainkan gitarnya, sambil sesekali melirik ke arah kamera, dan membuat hati perempuan itu luluh. Suaranya yang merdu keluar begitu saja dari mulutnya. Gitar yang dimainkannya berdenting dengan sangat melodis, seperti permainan harpa dari surga. “Some people think that the physical things define what’s within.

 

Kedua mata perempuan itu tetap terpaku pada segala gerak-gerik yang dilakukan laki-laki itu, dengan buliran-buliran cairan bening keluar begitu saja dari kedua matanya. Terharu dengan segala perlakuan manis yang sebelumnya tak terbayangkan akan dilakukan oleh laki-laki di dalam tayangan itu. “Some people want it all. But I don’t want nothing at all. If it ain’t you, baby. If I ain’t got you, baby.” Suara laki-laki dari video itu terus berdendang merdu dan membuat hati perempuan itu bergetar. Suara itu seperti merembes masuk ke dalam hatinya yang penuh oleh kebahagiaan. Ia menggigit bibirnya sendiri, sambil mengusap buliran airmata yang terus berjatuhan.

 

Tiba-tiba saja dari arah belakang perempuan itu terdengar suara dari laki-laki itu yang bernyanyi dari belakang tubuhnya. “Some people want diamond rings. Some just want everything. But everything means nothing, if I ain’t got you.” Suara merdu itu terdengar begitu nyata, membuat perempuan itu membalikkan badannya dan menemukan sesosok laki-laki yang sudah tak asing lagi, yaitu laki-laki yang berada di video itu. Laki-laki itu memakai kemeja putih berjas, dengan celana bahan berwarna hitam, serta pantofel hitam satu-satunya yang ia punya. Ia membawa sebuket bunga mawar berwarna merah dan putih di tangannya. Ia berjalan mendekat, selagi perempuan di hadapannya terpaku oleh sosoknya. Ketika jarak mereka sudah sekitar tiga puluh senti, ia pun membuka mulutnya dan mengatakan sesuatu.

 

“Jung Hyeyun, I love you.” Ucapnya sambil tersenyum. “Would you be the one I spend the rest of my life with?” ucap laki-laki itu dengan bahasa inggrisnya yang tak lancar, namun ia sudah mati-matian latihan untuk mengucapkan kata-kata ini. Kalimat itu dijawab dengan anggukan penuh airmata bahagia dari perempuan yang merupakan setengah nyawanya itu.

 

“I love you too, Lee Junho.” Ucapnya sambil sesegukan. “And I would like to be the one you asked me to.” Kata perempuan itu sambil menyeka air matanya dan mengambil buket bunga mawar dari tangan laki-laki itu. Laki-laki itu hanya tersenyum bahagia dan kemudian memeluk perempuan yang sekarang sudah resmi menjadi miliknya.

 

2012

Matahari sudah hampir berada di atas kepala, dan Hyeyun baru saja terbangun dari tidurnya yang tak pernah begitu lelap sejak saat itu. Ia kemudian memutuskan untuk duduk sebentar di atas kasur itu sambil memijat kepalanya yang agak pusing, mencoba melupakan hal yang terjadi beberapa minggu yang lalu dan membiasakan diri dengan segala hal baru yang akan di lewatinya di masa mendatang, tapi ia sudah merasa kacau. “Aku benci ini.” Desahnya pelan sambil mencoba berjalan ke arah dapur untuk mengisi perutnya yang kosong akibat tak makan dari kemarin malam. Dengan terhuyung-huyung, ia pun berhasil membuka pintu kulkasnya dan hanya menemukan beberapa butir telur dan dua pack nugget siap goreng. Ia hanya menghela napas dan kemudian menutup pintu kulkasnya dengan kasar.

 

Hyeyun pun memutuskan untuk mengambil sereal yang terletak di lemari tempel di atas microwave dan mengambil susu dari kulkas, sekedar untuk mengisi perut agar ia tidak kelaparan. Ia meletakkan kedua boks itu asal di meja setelah menuangkannya sesuai dengan takaran yang ia butuhkan. Kepalanya berdenyut lagi, memunculkan berbagai memori dari masa lalu yang sedang ia coba untuk lupakan. Kilatan ingatan itu terasa begitu menyakitkan, namun terlalu sulit untuk dilupakan. Masih teringat betapa hancur hatinya ketika laki-laki yang paling ia sayangi setelah ayahnya tiada itu, mengkhianatinya.

 

Hati Hyeyun panas melihat apa yang ada di depan matanya. Laki-laki yang selama ini ia percayai, berjalan berdua dengan seorang wanita lain, yang jelas jelas bukan kakak perempuannya. Meskipun Junho memakai masker dan kacamata hitam sebagai penyamaran, ia bisa langsung tahu bahwa itu adalah lelaki yang telah bersamanya selama empat tahun. Ia seperti ingin pingsan ketika melihat tempat apa yang mereka tuju, toko perhiasan; yang nampaknya mereka kunjungi untuk membeli cincin pasangan. Ketika Hyeyun mengikuti lebih jauh, kakinya lemas, seolah tak sanggu berdiri lagi. Kini mereka ada di restoran mewah, duduk berempat dengan kedua orang yang nampaknya adalah orang tua kedua gadis itu, dan Junho merengkuh pundak perempuan itu mesra, seperti apa yang biasa ia lakukan pada dirinya.

 

Hyeyun mematung melihat pemandangan menyakitkan itu lewat kaca jendela restoran dengan airmata mengucur deras, yang bisa dilihat oleh sebagian besar pengunjung restoran. Dan benar saja, Junho yang bisa melihat Hyeyun lewat jendela, langsung bangkit dari kursinya dan berniat untuk mengejar perempuan itu. Hyeyun yang menyadari bahwa Junho sekarang sedang menuju ke arahnya, memutuskan untuk pergi menjauh. “Jung Hyeyun!” panggil suara yang sudah tidak asing lagi dari arah belakang Hyeyun. “Tunggu dulu, ini bukan seperti yang kau pikirkan!” ucapnya mencoba menjelaskan pada gadis yang merupakan satu-satunya alasan mengapa ia sekarang bertahan untuk ada dan dikenal, menjadi seorang penyanyi,

 

PLAK! Tamparan itu melayang begitu saja ke arah pipi pria dengan masker itu sesaat setelah Hyeyun membalikkan badannya, membuat beberapa orang di sekitar mereka menengok, penasaran dengan apa yang terjadi. Air mata membasahi pipinya yang bersemu kemerahan. “Tak ada yang perlu kau jelaskan. Mulai sekarang, anggap kita tak pernah kenal.” Ucapan itu spontan membuat Junho terpaku sambil memegang pipinya yang perih, meskipun tidak seperih hatinya saat ini. Ia hanya bisa mematung melihat punggung Hyeyun yang menjauh.

 

“Enyahlah dari pikiranku.” Rutuk Hyeyun pada dirinya sendiri setelah semua kejadian itu terulang dalam pikirannya, bagaikan film yang tak pernah bisa terselesaikan. Ia memukul kepalanya sendiri sambil mencoba menelan sereal yang daritadi dikunyahnya dan tak habis-habis.

 

***

 

Hyeyun baru saja ingin meninggalkan kampus, ketika ia melihat dua orang aneh berpakaian macam mafia berdiri di samping gerbang universitasnya. Dengan pakaian jas hitam rapi, kacamata hitam, dan masker, membuat Hyeyun sedikit bergidik ketakutan dengan perasaan aneh, seperti familiar dengan postur tubuh kedua orang tersebut. Mereka yang menyadari kehadiran Hyeyun, langsung mendekatinya. “Bodoh.” Desis Hyeyun ketika mengetahui siapa kedua orang itu setelah melihat dengan lebih dekat.

 

***

 

“Demi Tuhan, apa yang kalian lakukan?” Umpat Hyeyun sambil membanting kasar pintu mobil yang baru saja ia masuki, sedikit pelampiasan kekesalan. Mereka menaiki mobil hitam yang dibawa oleh dua laki laki berpakaian mafia itu, yang tak lain adalah Chansung dan Wooyoung. “Kalian seperti orang bodoh dengan pakaian aneh itu, hampir saja aku mau memanggil security untuk mengusir kalian berdua.” Katanya sambil melipat tangan, menyandarkan diri di jok belakang mobil, sementara Chansung menyetir mobil dan Wooyoung duduk di jok depan. “Bagaimana jika orang orang tahu kalau kalian artis terkenal?”

 

“Kau tak tahu seberapa buruk keadaannya saat ini, Hyeyun-ah.” Ucap Chansung terengah-engah sambil fokus pada jalan di depannya, mengabaikan ucapan Hyeyun yang tadi baru saja dikatakan. Ia telah melepas blazer yang membuatnya panas dan masker yang menutupi akses hidungnya untuk bernapas. “Kau harus kami paksa sebelum ia bertindak lebih jauh.”

 

“Ayolah, oppa. Kau tahu, aku tak mau diberi penjelasan lagi oleh manusia yang telah mengkhianatiku.” Dengusnya kesal sambil menengok kearah jendela. “Kami sudah berakhir.” Desisnya dengan suara seolah tak peduli, meskipun masih terdengar nada kesedihan di tiap katanya.

 

“Hyeyun-ah, sungguh, tidak mungkin kami diizinkan untuk keluar dan menemuimu apabila keadaan Junho tidak mengkhawatirkan.” Wooyoung menghela napas sambil melepas dasinya, dan kemudian menumpu dagunya dan memandang dengan pandangan kosong ke arah jendela. “Setidaknya, beri dia kesempatan untuk menjelaskan apa yang ia belum sempat jelaskan. Aku tahu secara tersirat bahwa kau tak ingin ini semua berakhir, dalam hati kecilmu kau masih menginginkannya kembali.”

 

Kata-kata Wooyoung membuat Hyeyun terdiam. Ia tak bisa menyangkal bahwa sebagian besar hatinya masih menginginkan keberadaan Junho, meskipun sebagian kecil hatinya membenci laki-laki itu habis-habisan. Ia masih tidak bisa terbiasa untuk hidup tanpa laki-laki itu. Ia sadar bahwa ia masih mencintai dan membutuhkan sosok Lee Junho untuk terus ada di hidupnya.

 

***

 

“Kenapa membawaku kesini?” Hyeyun merasa aneh ketika kedua orang itu membawanya ke gedung JYP, meskipun ia sudah sering berada disana dan para staff sudah mengetahui siapa dia. “Bukankah Junho ada di dorm?” katanya sambil tetap mengikuti langkah Chansung dan Wooyoung yang sudah terlampau jauh di depannya, seperti sangat tergesa-gesa dengan setiap langkah besar yang mereka ambil. “Chansung-oppa, Wooyoung-oppa, tunggu!” ucapnya sambil mempercepat langkahnya.

 

Hyeyun menelan ludah ketika kini ia sudah berada di pintu tempat latihan dance 2PM. Entah apa yang membuatnya merasa gugup, atau mungkin ia gugup karena dalam hitungan kurang dari satu menit ia akan melihat lagi orang yang sedang mati-matian ia coba untuk lupakan. Chansung melihat kearahnya dan menaikkan sebelah alisnya, dan kemudian ia membuka pintu, mempersilahkan Hyeyun untuk masuk dan melihat seberapa buruk kondisi Junho seperti apa yang telah digambarkan Chansung dan Wooyoung sebelumnya.

 

Akhirnya Hyeyun masuk dan orang yang pertama ia lihat adalah Nichkhun dengan muka cemas sedang duduk di lantai dengan segelas kopi di tangannya, kemudian Taecyeon sedang membaca majalah namun perhatiannya terfokus pada seorang laki-laki yang sedang menari-nari di tengah sendirian dengan Minjun di sebelahnya yang terus meneriaki laki-laki itu dengan sisa tenaganya untuk berhenti. Yang tak lain dan tak bukan adalah Lee Junho. Taecyeon yang menyadari kehadiran Hyeyun langsung berkata seakan baru saja terjadi keajaiban, “Hyeyun-ah…”

 

Mendengar nama itu membuat laki-laki yang sepertinya kehilangan kesadarannya itu, menengokkan kepalanya. “Hyeyun-ah!” katanya dengan semangat sebelum akhirnya ia roboh ke lantai tak sadarkan diri.

 

***

 

Hyeyun menangis sambil memegang tangan laki-laki yang tergeletak tak sadarkan diri diatas kasur. Ia lah yang membuat laki-laki itu tidak makan selama dua hari penuh dan latihan tanpa henti. Ia juga lah yang membuat laki-laki itu menjadi seperti orang gila dan tak bisa diajak bicara oleh siapapun. Ia merasa seperti orang jahat yang telah bertindak semaunya sebelum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Junho, yang ternyata sedang berjalan bersama perempuan yang merupakan sepupu Junho yang baru datang dari luar negeri, dan sedang mencari cincin untuk tunangannya. Semua ini diceritakan oleh Chansung sesaat setelah mereka sampai di dorm. “Kenapa kau tak berusaha untuk menjelaskannya kepadaku..Hiks.” ucapnya di sela tangisannya, sambil tetap memegang tangan Junho.

 

“Kau kenapa?” Tiba-tiba Junho sudah terbangun dari pingsannya dan sekarang ia menghapus airmata Hyeyun yang bercucuran dengan sebelah tangannya. “Jangan menangis karenaku.”

 

“Bodoh!” desis Hyeyun setengah membentak, dengan airmata dari matanya tetap mengalir deras. “Kenapa kau melakukan semua ini?” amarah dengan kekhawatiran bercampur menjadi satu. “Aku tak mungkin menangis bila aku tak mencintaimu….” Desahnya tertahan.

 

Junho akhirnya memposisikan dirinya untuk duduk dan kemudian memeluk Hyeyun untuk sekedar menenangkannya. Hyeyun yang pada awalnya ingin menolak pelukannya, tak bisa menahan kuasa bahwa sebenarnya ia merindukan pelukan hangat itu di tubuhnya. Ia menangis di dada Junho. “Maafkan aku.” Desah Junho pelan sambil mengusap-usap kepala perempuan itu. “Aku seharusnya menjelaskan ini semua kepadamu terlebih dahulu dari awal.”

 

Laki-laki yang masih sedikit pucat itu melepas pelukannya dan menghadapkan wajahnya persis ke depan wajah perempuan itu. Sambil memegang pundak perempuan di hadapannya, ia berkata, “Maukah kau kembali lagi bersamaku, dan memberitahu segala rahasia yang ada diantara kita agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi untuk yang kedua kalinya? Aku tidak tahu bila hidup tanpamu rasanya sesulit dan sesakit ini.”

 

“Aku juga tak bisa hidup tanpamu.” Laki-laki itu tersenyum ketika melihat Hyeyun menjawab dengan lirih. Seketika saja Junho mendekatkan wajahnya untuk mengecup bibir manis perempuan yang sekarang sudah kembali lagi di sampingnya.

 

Prolog:

“Aku tidak tahu bila hidup tanpamu rasanya sesulit dan sesakit ini…” tiba-tiba terdengar suara dari arah pintu, yang ternyata adalah Taecyeon yang melihat semua kejadian tadi. “Hai Lee Junho, Jung Hyeyun.”

 

“Sejak kapan kau disini?” desis Hyeyun sinis. Tanpa menyadari jika Taecyeon memegang handycam di tangannya, merekam semua peristiwa yang daritadi berlangsung.

 

“Sejak kau berteriak ‘Bodoh!’ dan itu mengundang perhatianku.” Ucapnya sambil tersenyum, karena mereka berdua tidak segera sadar kalau Taecyeon merekam semua kejadian itu.

 

“Ya! Hyung! Apa yang kau lakukan dengan handycam itu?” teriak Junho dengan keras sambil mengejar Taecyeon yang sedang tertawa puas dengan apa yang baru saja ia kerjakan.

 

 

 

-----------------------------------------------------------

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK