home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Cause You're My Future

Cause You're My Future

Share:
Author : jyna13
Published : 07 Dec 2013, Updated : 07 Dec 2013
Cast : Minjun (Jun-K) 2PM & Fei Miss A
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |1837 Views |0 Loves
Cause You're My Future
CHAPTER 1 : Chapter 1

 

 

 

At Night..

Aku hanya bisa terduduk sambil menangis dalam diam. Suara benda-benda yang pecah karena di lempar serta teriakan yang menggema seolah menemani ku dalam kegelapan malam ini. Dengan mata kepala ku sendiri aku melihat kedua orang tua ku bertengkar entah apa masalah nya. Ibu ku menangis kencang sambil sesekali melempar barang yang ada didekatnya ke segala arah, sedangkan ayah ku terus berteriak tidak peduli dengan aroma alkohol yang keluar dari mulutnya. Aku benci dengan pemandangan seperti ini. Dulu keluarga ku begitu harmonis dengan kedua orang tua yang begitu menyayangi ku tapi sekarang semua berubah. Dua tahun yang lalu tepat saat umur ku sepuluh tahun aku mengalami sebuah kecelakaan hebat, leher ku tertusuk pisau oleh sekelompok berandalan kota. Beruntung saat itu Tuhan masih menyelamatkan ku hanya saja Tuhan mengambil sesuatu yang penting dari tubuh ku yaitu suara ku. Sejak kejadian itu hubungan keluarga ku semakin meregang. Ayah ku menjadi sering mabuk-mabuk’an dan ibu ku yang kadang menjadi lampiasan kemarahan ayah ku kala ia mabuk.

 Lagi-lagi tidak ada yang bisa aku lakukan ketika orang tua ku bertengkar. Ingin rasanya aku berteriak dan menyuruh mereka untuk berhenti tapi apa daya aku bisu.

“LEBIH BAIK SEKARANG KAMU PERGI DARI SINI ! BAWA SERTA ANAK BISU MU ITU !”

Aku tersentak ketika kalimat itu keluar dari bibir ayah ku. Sebegitu benci nya kah ia dengan diri ku ? bahkan aku sendiri terlalu takut untuk menjawab pertanyaan yang terus berputar di otak ku itu.

“BAIK. KAMI AKAN PERGI DARI RUMAH INI SEKARANG !”

Tidak.. aku tidak pernah berpikir bahwa keluarga ku akan hancur seperti  saat ini. Apa Tuhan tidak pernah mendengarkan doa yang aku panjatkan setiap malam sebelum aku tidur ?. Tak cukupkah setelah Tuhan berhasil mengambil suara ku kini giliran-Nya untuk mengambil keluarga ku.

Aku melihat ibu ku menghampiri ku dengan wajah yang menyedihkan. Tangannya menghapus air mata yang mengalir disudut mata ku.

“Minjun, Ayo kita pergi dari rumah ini. Kita akan pergi ke   Daegu, tempat nenek mu tinggal”

Aku mengangguk pasrah mendengar ucapan ibu ku. Aku mengikutinya ketika ibu ku mulai menggenggam tangan ku dan mengajak ku untuk pergi dari rumah yang menjadi saksi bisu hidup ku selama dua belas tahun.

----------------------------

5 Tahun kekudian......

In The Evening..

Sudah lima tahun berlalu sejak kejadian itu. Kini aku sudah tumbuh menjadi pria yang tampan dan gagah. Aku bersekolah layaknya anak-anak lainnya. Beruntung di sekolah ku yang sekarang tidak banyak yang menghina ku karena aku bisu.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu. Aku segera merapikan perlengkapan sekolah ku yang tergeletak diatas meja.

Seorang teman sekelas ku mengajak ku untuk pulang bersama. Aku tersenyum sebentar kemudian mengeluarkan sebuah buku kecil yang selalu tersimpan di dalam kantung celana ku. Aku menuliskan sesuatu disana.

‘Maaf.. tapi hari ini aku harus membeli sesuatu terlebih dahulu’

Beginilah cara ku berkomunikasi dengan orang-orang disekitar ku. Menggunakan tulisan. Aku juga mempelajari bahasa isyarat tapi sayang nya hanya sedikit orang yang mengerti bahasa isyarat jadi aku memutuskan untuk berkomunikasi dengan menggunakan tulisan. Sedikit menghabiskan banyak waktu tapi cukup efisien.

Aku menatap kearah teman ku itu sambil menyatukan kedua telapak tangan ku didepan dada. Isyarat bahwa aku benar-benar menyesal.

“Baiklah.. hati-hati di jalan ya.” Katanya, kemudian ia pergi meninggalkan ku yang kini sendirian di ruang kelas.

------------------------------

Aku mengeratkan jaket yang sedang aku pakai untuk sekedar memberi kehangatan pada tubuh ku. Cuaca di Daegu sore ini memang cukup dingin dari biasanya. Ahh... sepertinya musim dingin sebentar lagi akan tiba. Aku mempercepat langkah ku menuju supermarket langganan ku. Hingga-

BRUK !

Entah karena kurang hati-hati atau apa. Aku tidak sengaja menabrak seorang gadis dan tanpa sengaja menjatuhkan kantung belanja yang dibawa gadis itu.  Aku dapat menduga bahwa gadis itu baru saja selesai membeli kebutuhan pokok.

“Maaf. Aku kurang hati-hati” begitu ucap gadis cantik itu.

Aku tersenyum pelan kearah gadis itu. Bukannya membalas senyuman ku gadis itu malah meraba-raba tanah mencari sesuatu.

“Hmm.. Apakah kamu bisa membantu ku mengambil barang belanjaan ku yang terjatuh. Aku tidak bisa menemukannya.”

Aku terkejut mendengar penuturan gadis tersebut. Bagaimana bisa gadis itu tidak menekukan barang belanjaannya yang terdiri dari beberapa sayuran dan juga makanan kaleng. Barang-barang itu kan tepat berada didepannya. Aku melihatnya meraba-raba tanah hanya untuk mencari  barang belanjaannya itu. Penasaran, aku mendekat padanya. Menatap matanya hingga aku menemukan sesuatu yang berbeda–

Mata itu.. mata milik gadis itu terdapat selaput putih tepat di pupilnya. Mata itu kungkin menatap ku namun mata itu benar-benar tidak menatap ku. Mata itu memang berkedip, tapi segala ekspresi di mata itu terhalang oleh selaput putih. Aku yakin bahwa tidak ada yang dapat dilihat gadis itu selain warna hitam pekat.

Gadis itu buta.

Aku memegang tangan gadis itu kekudian menulis sesuatu ditangannya dengan jari telunjuk ku.

‘Barang belanjaan mu ada berada di tangan ku. Tidak perlu cemas karena aku sudah memungut semuanya’

Aku dapat melihat ekspresi kaget dari wajah cantiknya. “err.. kamu..” ucapannya menggantung. Namun aku tahu pasti apa yang ingin gadis itu tanyakan.

‘Iyaa.. Aku bisu’ begitu tulis ku ditelapak tangannya

“Maaf. Aku tidak bermaksud” ucap gadis itu terdengar sangat menyesal.

‘Tidak masalah.. harusnya aku yang minta maaf karena menabrak mu.’ tulis ku lagi.

Aku dapat melihat seutas senyuman terukir di bibir merahnya. Aku ikut tersenyum walau aku tahu ia tidak dapat melihatnya.

Aku menuliskan sebuah pertanyaan di tangannya ,

‘Siapa nama mu ?’

“Nama ku Wang FeiFei, kamu bisa memanggilku Fei. Siapa nama mu?” tanyanya

‘Namaku Minjun. Hmm.. Fei, kau mau kemana ? boleh aku membantu mu membawakan barang belanjaan mu ?’

Gadis bernama Fei itu terdiam. Tak lama ia kembali membuka suara nya, “Maaf.. walau aku buta tapi aku tidak ingin merepotkan orang lain. Aku bisa pulang sendiri Minjun-shii” tolaknya halus.

Aku mendesah kecewa, kemudian aku menulis lagi di telapak tangan milik .

 ‘Anggap saja ini sebagai permintaan maaf ku. Katakan padaku dimana alamat rumah mu ? tenang saja aku tidak bermaksud jahat pada mu’

“Baiklah jika kau memaksa Minjun-shii. Rumah ku hanya berjarak satu stasiun dari sini.”

---------------- ---------------

Kereta sore ini begitu penuh dengan orang-orang yang pulang kerja dan pelajar. Aku mendengus sebal ketika tidak menekukan bangku kosong untuk tempat ku dan Fei duduk. Aku mengambil telapak tangan Fei dan menulis sesuatu disana.

‘Bangku di kereta penuh. Ku rasa kita harus berdiri sampai stasiun berikutnya’

“Begitu kah Minjun-shii ? baiklah aku tidak keberatan jika harus berdiri.” ujar Fei.

Suasana kereta begitu sesak. Tak jarang aku terdorong oleh orang-orang sekitar ku. Aku melihat kearah Fei yang berada di depan ku. Wajahnya seperti meringis karena tubuhnya tergencet oleh tubuh orang-orang di kereta. Naluri ku langsung menarik Fei dan membawa nya kedalam pelukan ku.

“Minjun-shii –“ lirihnya

Tidak apa Fei. Aku akan lebih aman jika berada di dekat ku. ‘  tulis ku lagi di telapak tangannya

Aku semakin mengeratkan pelukan ku, membuat tubuh ringkih Fei menempel di tubuh ku. Tanpa aku sadari Fei sudah menyenderkan kepalanya di dada bidang ku, sedangkan diri ku mengendus pelan rambut Fei yang begitu harum dan memabukkan. Hembusan nafas hangat ku di kepala Fei membuatnya tersenyum geli. Kami berdua seakan tidak peduli dengan tatapan mata orang-orang yang memperhatikan kami sedari tadi.

------------------------

In The Morning..

Sudah hampir seminggu aku berkenalan dengan gadis bernama Fei. Satu hal yang aku ketahui tentang Fei. Hidupnya lebih menyedihkan dari hidup ku. Fei terlahir dalam keadaan buta sejak awal, orang tua nya pun meninggal setahun setelah ia lahir karena kecelakaan dan ia dititipkan oleh bibi nya yang berada di Daegu tapi beberapa bulan yang lalu bibi nya baru saja meninggal karena penyakit. Alhasil Fei hanya tinggal sendirian di rumah milik bibi nya yang tergolong cukup besar. Ironis memang..

Kini aku berada di sebuah taman bersama Fei. Entah bagaimana mula nya aku bisa mengajak Fei ke sebuah taman. Sekilas pemandangan kami saat ini seperti pasangan yang sedang berkencan,

“Minjun-shii, kita sekarang berada di mana ?” tanya nya sambil mengerjapkan matanya. Terkesan sangat ikut bagiku.

Kita berada di sebuah taman di tengah kota Fei. Kamu tidak keberatan kan aku mengajak mu kemari? ‘ tanya ku mengukirnya di telapak tangan Fei.

Aku dapat melihatnya tersenyum lirih, “Seandainya aku bisa melihat. Pasti dihadapan ku banyak hal-hal yang indah.”

Aku dapat merasakan tubuhnya bergetar menahan tangis. Aku memeluknya, mendekapnya erat dan mengusap pelan tubuhnya. Aku dapat merasakan bahu ku basah karena air mata milik Fei. Oh, Tuhan.. seandainya aku bisa, aku ingin memberi semua penglihatan ku pada Fei. Yaa.. seandainya aku bisa.

Aku biarkan Fei melepas pelukan ku. Tangannya menghapus sisa-sisa air mata yang berada di kelopak matanya.

“Ahh, maafkan aku. Aku malah menjadi melankolis seperti ini. ”

‘Tidak  apa Fei. Aku mengerti perasaan mu. Fei, apa ada sesuatu yang kau inginkan untuk saat ini ?‘ ukir ku ditelapak tangannya.

Aku melihatnya nampak berfikir sejenak, “ Aku ingin melihat wajah mu dan mendengar suara ku Minjun-shii.”

Pegangan tangan ku di telapak tangan Fei melemah. Kalimat Fei begitu membuat ku tertohok. Bagaimana bisa ia mendengar suara ku sedangkan aku bisu dan bagaimana pula ia melihat wajah ku sedangkan ia buta. Tentu saja itu tidak kungkin terkabul.

Jika boleh jujur, aku ingin sekali berbicara. Mengatakan pada gadis cantik disamping ku itu bahwa aku beruntung karena telah mengenalnya. Aku memang belum yakin dengan perasaan ku pada Fei hanya saja berada di dekatnya membuat jantung ku berdebar dua kali lebih cepat dan perut ku seperti terdapat ribuan kupu-kupu yang menggelitik. Apakah itu tanda bahwa aku kulai mencintai nya ?

“ Minjun-shii, kamu masih disana ?” tanyanya

Aku kembali menuliskan sesuatu di tangannya, ‘Aku disini Fei. Aku akan tetap berada di samping mu’    

----------- -------

At Night..

Sebulan sudah aku mengenal Fei. Aku semakin yakin dengan perasaan ku padanya. Perasaan cinta yang begitu besar pada Fei. Malam ini aku mekutuskan untuk mengajak Fei kesebuah restaurant mewah. Yaa.. sekarang adalah saat yang tepat untuk menyatakan perasaan ku pada Fei. Terdengar aneh memang mengingat Fei yang sama sekali belum pernah melihat wajah ku. Apa kungkin Fei akan menerima cinta ku ?

Kalian menikmati makan malam yang telah dihidangkan. Aku tidak henti-hentinya menatap wajah Fei. Cantik dan begitu manis.

“kamu memandangi ku?”

Aku sama sekali tidak berniat untuk melepaskan pandangan ku dari wajahnya dan kekudian aku menuliskan beberapa kata di telapak tangannya yang langsung membuat wajah Fei merah padam. Entah karena malu atau apa.

‘Kanu terlihat sangat manis malam ini’ tulis ku

Aku dapat melihat rona merah yang menjalar di kedua pipinya, aku terkekeh melihat gadis dihadapan ku itu merona malu.

 “ Hmm.. ngomong-ngomong kenapa aku mengajak ku makan malam bersama ? . Tidak biasanya aku mengajak ku seperti ini.” ucapnya bingung.

Aku tersenyum kemudian kembali menuliskan sebuah kalimat panjang di telapak tangan Fei.

‘Sejak mengenal mu, aku merasa semakin menghargai hidup. Aku merasa sangat senang bisa bersama mu, Wang FeiFei. aku.. ‘

Aku mengantungkan tulisan ku ditangannya. Aku menarik nafas dalam-dalam. Hati ku terus berdoa pada Tuhan agar Ia mau memberikan kekuatanNya padaku. Setidaknya untuk kali ini saja aku ingin mengucapkan kata cinta itu dengan suara ku sendiri, bukan dengan tulisan. Aku menarik nafas lagi, ada sedikit keraguan di benak ku. Bisakah aku bersuara padahal aku bisu ?. ‘Tuhan.. untuk kali ini saja biarkan aku mengucapkan kata itu dengan suara ku sendiri. Ku mohon Tuhan.’ Doa ku pada Tuhan.

“Saa..llaa..nngg..eee...”

Aku berhasil mengatakannya walapun aku tidak yakin apakah ia mengerti maksud dari ucapan ku atau tidak. Aku sedikit terkejut ketika melihat cairan bening menggenangi mata indahnya. Ia menangis. Apa seburuk itukah suara ku hingga ia menangis ?

“Apa itu tadi suaramu? Apa tadi aku mengatakan ‘Saranghae’? kamu mencintai ku?“ ribuan pertanyaan keluar dari mulutnya.

Aku menulis sesuatu lagi ditangannya, ‘Aku mencintai mu. Jadilah kekasih ku’

Seutas senyuman kebahagiaan terukir dari bibir nya, “Aku juga mencintai mu, Aku mencintai mu. “ ucapnya terus menerus .

‘Terima kasih karena kamu mau mencintai ku, Fei”

------------------------

In The Morning

Aku membiarkan kepala Fei yang bersandar di pundak ku. Sesekali aku mencium pucuk kepalanya meresapi wangi shampo milik Fei. Tangan kanan ku menggengam erat tangan kiri Fei seolah tidak ingin melepaskannya.

“Kamu tahu, aku ingin sekali bisa melihat. Aku ingin melihat wajah laki-laki yang telah mengambil seluruh hati ku ini. “ ucap Fei

‘Apa tidak ada cara untuk menyembuhkan mata ku ?’ tulis ku di lengan Fei.

Aku melihat Fei mengangguk ragu, “Ada satu, tapi itu sangat sulit.”

‘Bisakah kau memberi tahu ku ?’ tanya ku mengukir kalimat itu di lengannya

“Harus ada orang yang bersedia mendonorkan matanya padaku. Hanya dengan cara seperti itu aku bisa melihat. Tapi, sudahlah.. aku cukup bahagia dengan hidup ku yang sekarang ini. “ jawabnya tersenyum.

Aku dapat merasakan harapan yang sangat tinggi dari setiap untaian kata yang diucapkan Fei. Betapa besarnya keinginan Fei untuk melihat dunia. Seandainya saja aku bisa menolongnya.

-------------------------

In The Evening..

Sebuah pelukan langsung menyambut ku ketika aku berkunjung kerumah Fei. Sinar kebahagiaan terus terpancar dari wajah cantiknya. Aku sungguh beruntung gadis itu adalah milik ku.

“Coba tebak. Beberapa jam yang lalu aku baru saja mendapat panggilan telfon dari rumah sakit. Mereka bilang kalau mereka telah menemukan orang yang mau mendonorkan matanya padaku. Ahh.. aku sungguh bahagia sekali. Sebentar lagi aku akan bisa melihat.” ujar Fei semangat.

Aku mengacak-acak pelan rambut Fei kekudian seperti biasa menulis beberapa kata ditangannya.

‘Syukurlah jika begitu. Kapan operasi itu akan dilakukan ?’

“Dokter bilang seminggu lagi. Aku sungguh tidak sabar menantinya.”

‘Aku juga turut senang mendengarnya.’

----------------------

Seminggu sudah berlalu. Kini aku dan Fei sudah berada di rumah sakit. Tentunya dengan Fei yang sudah memakai pakaian operasinya. Aku bisa melihatnya menggigit bibir bawahnya karena takut.

‘Semua akan baik-baik saja. Sebentar lagi harapan mu untuk melihat dunia akan segera terwujud.’ Tulis ku di telapak tangan Fei. Mencoba untuk memberi dukungan sepenuhnya kepada kekasih ku itu.

Ia mengangguk pelan, “Setelah ini aku pasti akan menjadi orang paling beruntung didunia ini” ucapnya sebelum dokter membawa Fei kedalam ruang operasi.

Aku menatap pintu ruang operasi dengan wajah tersenyum. Aku menoleh ketika seseorang menepuk pelan bahu ku.

“Kau siap ?” tanyanya yang di balas oleh anggukan kepala ku.

---------------------------

Tiga hari pasca operasi bukannya membuat Fei senang malah membuatnya semakin murung. Orang yang paling ia cintai sama sekali belum pernah menjenguknya di rumah sakit. Terakhir kali ia merasakan genggaman tangan Minjun adalah sebelum ia masuk ruang operasi setelah itu ia tidak pernah merasakannya lagi.

“Kamu dimana Minjun” ucapnya lirih

Hari ini adalah hari dimana perban yang membalut matanya akan dibuka. Ia ingin sekali orang yang pertama kali dilihatnya adalah Minjun, tapi sepertinya itu tidak mungkin karena ia sama sekali tidak merasakan kehadiran Minjun disisinya.

Fei menolehkan kepalanya ketika mendengar suara pintu di buka.

“Fei.. Hari ini saya akan membuka perban dimata mu.” ujar seseorang yang Fei yakini adalah dokter yang merawatnya.

Tidak perlu waktu lama hingga dokter itu selesai membuka perban.

“ Peralahan buka mata mu Fei” titahnya

Fei membuka matanya. Ia merasa asing dengan sinar-sinar yang menyilaukan. Air mata mengalir menetes turun menuju pipinya. Beginikah rasanya dapat melihat.

“ Aku bisa melihat. Terima kasih dokter terima kasih..” ucap Fei senang

“Jangan mengucapkan terima kasih padaku. Ucapkan terima kasih ku pada orang yang telah mendonorkan matanya untuk ku.” Jawab dokter itu

“Bisakah aku bertemu dengannya, dok ?”

“Maaf.. tapi saya tidak tahu dimana ia sekarang.”

-----------------------

Fei menatap perempuan paruh baya yang berdiri disamping ranjang rumah sakitnya. Wajah wanita itu terlihat cantik walaupun diusia yang tidak lagi terbilang muda. Fei tersenyum pelan.

“Bibi siapa ?” tanya Fei.

“Bibi adalah ibu Minjun. Kau ingat Fei ? Bagaimana keadaan mu?”

DEG

Jantung Fei seolah berhenti. Jadi wanita ini adalah ibu dari Minjun, ibu dari orang yang paling dicintainya.

“Dimana Minjun? kenapa dia tidak menjenguk ku ?”

Bibi itu hanya tersenyum kemudian mengeluarkan secarik kertas dari dalam tasnya.

“Bacalah.. dan kamu akan mengerti sekuanya.”

Fei membuka kertas itu perlahan. Ia terkejut membaca nama yang tercantum di kertas itu. Surat ini Minjun yang menulisnya.

Fei my chagiya, bagaimana keadaan mu sekarang ? bagaimana dengan dunia yang selama ini ku lihat ? indah bukan. Aku senang karena akhirnya kamu bisa melihat apa yang selama ini ku lihat. kamu pasti senang sekali bukan ?

Maafkan aku karena aku tidak bisa menemani mu. Bukan karena aku tidak mau, tapi karena aku takut kamu akan membenci ku setelah ini. Sekarang aku tidak hanya bisu tapi aku juga buta.

Fei-chagi.. gantikan aku untuk melihat dunia ini. Kamu pasti mengerti kan apa maksud ku ?

Aku mencintai mu.

Minjun.

Air mata mengalir turun membasahi pipi fei. Ia menangis. Tak pernah ia bayangkan bahwa orang yang mendonorkan mata padanya adalah orang yang paling ia cintai.

 “Bibi katakan pada ku, dimana Minjun  sekarang ? aku harus bertemu dengannya “

“Dia berada di taman rumah sakit ini.”

--------------YeWook-------------

Aku mendudukan diriku di bangku taman rumah sakit. Menikmati semilir angin yang berhembus menerpa wajah ku. Sekarang tidak ada lagi dunia indah yang dulu aku lihat. Hanya ada kegelapan yang menyelimuti hari ku. Aku selalu bertanya-tanya dalam hati, sudah benarkah jalan yang telah aku pilih ini.

“MINJUN..”

Aku mendengar seseorang meneriaki nama ku. Suara yang sama persis dengan suara yang sering aku dengar dahulu. Aku berharap suara itu memang suara milik Fei. Tapi aku tidak ingin terlalu berharap lebih.

Aku dapat merasakan tangan halus memeluk ku, “ Jangan tinggalkan aku. Aku tidak peduli kamu bisu, buta ataupun lumpuh sekalipun. Aku hanya mencintai mu. Ku mohon jangan pergi lagi.”

Aku menggerakan tangan ku dan menulis sesuatu ditangan orang itu, ‘Fei , kaukah itu?’

“Iyaa.. ini aku, Fei-ku. Kenapa kamu melakukan ini padaku? Kenapa kamu memberikan mata mu padaku ?” tanyanya dengan air mata yang mengalir. Tentu saja aku tidak bisa melihatnya.

Aku menulis sesuatu ditangan Fei, ‘Karena kamu adalah masa depan ku.’

Cinta mampu membuat ku melakukan apapun hanya untuk kebahagian orang yang kau cintai. jadi jangan sia-siakan orang yang telah mencintai mu walau ia tidak sempurna karena nanti cinta yang akan membuat semuanya terlihat sempurna.

-TAMAT-

 

 

-----------------------------------------------

Tentang Penulis,

Namaku adalah Permata Mardianti (@permamadianti). Aku lahir di Jakarta, 28 Maret 1995. Aku hanyalah seorang JYP Stan yang sangat menyukai 2PM. Aku seorang mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi yang bercita-cita menjadi Jurnalis agar bisa mewawancarai 2PM semua part dari JYP Nation . Hobiku menulis fanfiction dan mendengarkan musik.

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK