home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > A Reason

A Reason

Share:
Author : ayurini59
Published : 06 Dec 2013, Updated : 14 Dec 2013
Cast : Kim Jongin (Kai) and OC
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |2498 Views |0 Loves
A Reason
CHAPTER 1 : A Reason (Oneshot - END)

-KAI-

Di sudut ruangan itu, aku melihat seorang yeoja tengah meneguk beberapa gelas soju. Sepertinya, yeoja itu sedang dalam depresi berat yang mana membuatnya melakukan hal seperti itu. Lantas, akupun meninggalkan dance floor dan menghampiri dirinya.

Aku duduk di sebelah yeoja itu dan segera memesan satu gelas soju agar ia tidak merasa bahwa aku mendekatinya secara sengaja. Sesekali, kutolehkan kepalaku ke arahnya yang masih asyik meminum soju.

“Agasshi..” sapaku ragu sambil menepuk pelan pundaknya, memastikan bahwa ia masih sadar.

Benar saja, yeoja itu menoleh ke arahku dengan tatapan sendu. Ia kemudian meneguk segelas soju lagi tanpa memerdulikan keberadaanku yang memanggilnya. Sampai akhirnya aku mencegah yeoja itu untuk meneguk soju yang berada di genggamannya sekarang.

“Yaaak! Jangan larang aku!” serunya.

Tanganku tetap memegang gelas soju itu lantas meminumnya tanpa menunggu persetujuan dari yeoja yang memesan soju tersebut. Dengan kasar, kuletakkan gelas tersebut di hadapan yeoja itu.

“Kau sudah minum beberapa gelas daritadi. Apa kau mau membunuh dirimu sendiri?!” aku benar-benar tidak tahan melihat kondisi yeoja itu.

“Kalau aku mati, apa pedulimu?!” ucapnya balik bertanya.

“Peduliku? Kita sesama manusia, sudah sepantasnya aku mengingatkanmu!” jawabku tak mau kalah.

“Sudah, lebih baik kuantar kau pulang sekarang. Beritahu alamatmu sehingga aku bisa mengantarmu pulang” ajakku sambil menarik pelan yeoja tersebut agar beranjak dari kursinya sekarang.

“Ani!!!” elaknya yang lalu menepis lenganku kasar.

“Tapi, aku tidak mungkin meninggalkanmu sendiri di sini”

“Kutanya, apa pedulimu?!”

Tanpa banyak bicara, aku langsung menghampirinya lagi dan menggendongnya ala bride style sehingga ia memberikan banyak perlawanan padaku. Sampai akhirnya ia terdiam dan duduk dengan bibir yang mengkerucut di jok yang terdapat tepat di sebelahku.

Kemudian, segera kunyalakan mesin mobil itu dan melaju dengan kecepatan sedang. Sesekali, kutolehkan pandanganku ke arah yeoja yang kini melipat tangannya ditambah dengan raut wajahnya yang terlihat kesal.

“Karena kau tidak membiarkanku untuk mengantarmu, maka aku akan membawamu ke rumahku” jelasku dan ia hanya menatapku tidak biasa.

©©©

Dan kini, yeoja itu sedang duduk di pinggir tempat tidurku. Sedangkan, aku baru saja keluar dari kamar mandi dengan kondisi tubuh topless.

“Bersihkanlah dirimu” ujarku padanya.

Seketika itu juga, aku melempar handuk putih yang tadi kukenakan padanya. Dan ia melempar pandang ke arahku dengan pandangan heran. Entah apa yang ia pikirkan sekarang. lalu, aku berjalan menuju lemari pakaian dan mengambil piyama untuk kuserahkan kepada yeoja itu.

“Pakailah ini. Jika butuh pakaian lain, ambillah di lemari eommaku di sebelah sana. Kalau ada yang kau butuhkan lagi, panggil saja aku. Aku ada di ruang tengah. Kau bisa memakai tempat tidurku selama berada di sini” jelasku dan ia hanya menatapku lekat-lekat.

-EUNSOO-

Aku menatap lekat sosok namja yang kini berjalan keluar dari kamarnya. Sedangkan tanganku masih diam menerima piyama yang namja itu berikan padaku. Sesaat aku teringat bahwasanya namja itu menyuruhku untuk membersihkan diriku.

Akupun melangkahkan kakiku menuju kamar mandi dan mengisi bath tube yang berada di hadapanku dengan air hangat dan sabun. Setelah kurasa cukup, akupun berendam di dalamnya.

Sama seperti sebelumnya, aku masih saja memikirkan namja tersebut. Namja yang bahkan belum memperkenalkan dirinya, tetapi malah menolongku.

Bahkan, aku tidak perlu menjelaskan mengapa aku tidak mau pulang ke rumah. Itu karena keadaan rumah yang seperti neraka. Kedua orang tua yang mengekangku dan malah menjodohkanku dengan seorang namja yang bahkan tidak mendapatkan persetujuan dariku terlebih dahulu. Jangankan sebuah persetujuan. Bahkan, mereka tidak memperbolehkanku untuk mengetahui siapa yang menjadi calon suamiku itu.

-KAI-

Segera kuselipkan kembali handphoneku ke dalam saku celana. Kemudian menatap kembali layar kaca dihadapanku. Sebuah bayangan berjalan ke arahku dan kemudian duduk di sebelahku. Geum Eun Soo, nama yang baru kuketahui adalah nama dari seorang yeoja yang kutolong di bar tadi.

“Kau belum memperkenalkan dirimu” ucap EunSoo padaku.

“Eo? Panggil saja aku Kai”

“Baiklah, Kai-ssi”

“Bagaimana kalau kau memanggilku dengan sebutan oppa?” tanyaku.

“Aku bahkan baru mengenalmu. Jadi, jangan meminta yang macam-macam seperti itu” balas EunSoo kemudian.

“Geum Eun Soo” lanjutnya, namun aku tidak membalas ucapannya itu.

Aku mematikan tv tersebut dan berkata pada yeoja itu, “Tidurlah, aku juga akan tidur”

“Ne” jawab EunSoo singkat.

Kemudian, aku melihatnya berjalan menuju ruang kamar masih dengan handuk yang menutupi kepalanya.

©©©

Pagi ini, aku menyiapkan sarapan pagi untuk kami berdua. Tepat sekali, saat piring terakhir sudah kuletakkan di atas meja, yeoja itu datang.

“Makanlah” ucapku yang lalu menarikkan kursi untuknya.

“Gomawo” balasnya singkat kemudian duduk di kursi yang sudah kusiapkan.

Akupun juga berjalan ke arah kursi yang berada tepat di hadapan EunSoo. Ia menatapku ragu sebelum akhirnya mengangkat sendok di tangan kirinya dan mulai menyuap satu sendok nasi goreng tersebut untuk dirinya.

Aku menyelesaikan sarapan lebih dulu dari EunSoo. Membuatku bisa melihatnya makan dengan leluasa. Kutopang wajahku dengan tangan kananku dan mulai menatapnya dengan teliti (?)

Lamunanku tersadar sesaat setelah ia berkata, “Kenapa kau melihatku seperti itu?”

Refleks, topangan wajahku tidak berada pada fungsi awalnya. Hampir saja kepalaku mengenai meja kayu ini.

“Ani, aku hanya ingin melihatmu makan. Apa itu salah?” balasku bertanya.

Sebuah gelengan pelan yang ditimbulkan olehnya, “Eung..Tidak juga” ucapnya kemudian.

“Kenapa kau menolongku, hm?” tanya EunSoo tiba-tiba.

“Eh?” akupun berdiri dari dudukku dan pergi ke dapur untuk membuat minuman.

“Mau teh atau kopi?” alihku.

Namun, ia malah tidak menjawab tawaranku. Aku tahu, pasti ia menunggu jawaban dariku. Setelah membuat secangkir kopi dan segelas teh, akupun kembali ke ruang makan.

“Kubuatkan teh untukmu” ucapku sambil menyodorkan gelas berisi teh tersebut ke arah EunSoo yang kini tersenyum menerimanya.

“Apa yang tadi kau tanyakan?”

-EUNSOO-

“Apa yang tadi kau tanyakan?” Kai membuka suaranya lagi saat aku baru saja mencoba meneguk teh yang ia berikan.

“Bukan apa-apa” ucapku sambil menyunggingkan sederet senyuman padanya.

Sebenanrya bukan masalah kenapa ia menerimaku untuk tinggal di sini. Tapi, aku ini kan yeoja yang bahkan baru bertemu dengannya semalam.

Kudengar sebuah ringtone yang bisa dibilang samar terlantun begitu saja. Ternyata, ringtone itu berasal dari handphone milik Kai. Kemudian, ia menggapai handphone tersebut dan menatap lekat layar dari benda mungil tersebut.

“Cepat habiskan tehnya. Kita akan pergi”

Sontak, kubulatkan mataku mendengar kata-katanya tersebut. “MWO?!”

“Aku lupa kalau aku ada janji dengan KyungSoo hyung”

“Siapa dia?” tanyaku.

“Dia sunbae sekaligus teman karibku, kajja!”

Satu tarikan tersebut membuatku meninggalkan kursi yang beberapa menit lalu kududuki. Entah aku bingung feeling apa yang aku dapatkan sekarang. Tapi, perasaan aneh mulai menggerayangi pikiranku. Segera kutepis perasaan tersebut jauh-jauh.

Ia menarikku dan menyuruhku untuk memasuki mobil.

“Kau mau membawaku kemana?”

“SMA-ku dulu. KyungSoo hyung mengirimiku pesan singkat yang isinya mengingatkanku bahwa hari ini ada reuni SMA. Jadi, mungkin akan pulang sore atau malam. Dan aku tidak mungkin meninggalkanmu sendirian di rumah” jelas Kai panjang lebar.

Aku tidak berniat untuk berkomentar tentang penjelasan Kai barusan. Namun, ia menambahkan pembicaraannya lagi.

“Maukah kau bekerjasama denganku?”

©©©

“Kalian serasi sekali” ucap seorang namja yag kemudian bersalaman dengan Kai.

“Perkenalkan, ini yeojachinguku hyung. Namanya Geum Eun Soo” jelas Kai.

Lengan kami saling bertaut. Kerjasama sebagai pacarnya. No problem, just one day.

“Do Kyung Soo imnida” KyungSoo-ssi memperkenalkan dirinya dan mengajakku bersalaman.

“Kau beruntung mendapatkannya” ucap KyungSoo-ssi seolah memberi selamat kepadaku karena mendapatkan Kai.

Kemudian, Kai menyuruhku untuk duduk dan menunggu dirinya. Ia bilang ingin bertemu teman-temannya sekaligus mengambilkan minuman untukku.

-KAI-

Kubilang padanya untuk menungguku di kursi yang kutunjuk tadi dengan alasan ingin bertemu dengan teman dan membawakannya minuman. Sebenarnya, aku hanya ingin membicarakan suatu hal pada KyungSoo hyung sekarang.

“Hyung…” lirihku dalam memanggil namanya.

Namja itu membalikkan badannya ke arahku, “Waeyo?”

“Ani. Hanya saja, aku ingin bercerita padamu mengenai yeoja itu”

Wajah KyungSoo hyung mendadak serius mendengar kalimat terakhir yang kulontarkan padanya. Segera kutarik dirinya menuju ruangan dimana tidak akan ada yang mendengar pembicaraan kami.

“Aku pernah bercerita kan tentang siapa yang akan menjadi calon istriku?’

“Ya, kau bilang kau menolak perjodohan itu. Lanjutkan ceritamu” pintanya.

“Dan ternyata, calon istriku itu dikabarkan hilang entah kemana”

“Apa hubungannya dengan yeoja itu?”

“Permasalahannya berawal saat aku menemukan yeoja itu di bar semalam. Ia….”

KyungSoo hyung terlihat mengangguk-anggukan kepala saat mendengar ceritaku. Meski begitu, kuharap ia mengerti maksudku.

“Jadi?”

“Entahlah hyung, aku tidak tahu harus bagaimana seharusnya”

©©©

Benar saja, reuni tersebut memakan waktu hingga malam hari. Membuatku ingin sekali sampai di rumah secepatnya dan menenggelamkan tubuhku di kasur yang empuk.

“Teman-temanmu mengasyikkan” ucapnya di sela-sela perjalanan pulang.

“Kau suka berteman dengan mereka? Syukurlah” balasku yang kemudian tersenyum ke arahnya.

Butuh waktu sekitar 20 menit lagi untuk sampai rumah. Dan sialnya, jalanan malam ini macet. Membuatku harus ekstra terjaga. Kulirik sekilas yeoja yang duduk di sampingku. Ia kini sedang menatap keluar jendela mobil.

Sedangkan, aku mulai melihat ke arah langit. Bulan purnama dan beberapa bintang bertumpah ruah di sana. Sebuah pemandangan yang indah.

“Mmmh” sebuah gumaman yang membuatku beralih dari pemandangan langit menuju ke sumber suara.

EunSoo terlihat lebih rileks dari sebelumnya. Posisinya berubah, kepalanya agak tertunduk dan matanya mulai terpejam. Sepertinya, ia benar-benar capek hari ini. Aku hanya tersenyum melihat dirinya.

15 menit lebih lama dari biasanya. Akhirnya, kami sampai di rumah. Kuparkir mobilku di halaman rumah. Kemudian, perlahan menggendong EunSoo keluar dari mobil dan tak lupa mengunci pintu mobil sebelum kami masuk ke dalam rumah.

Kuperhatikan seluk beluk wajahnya yang putih itu. Dia cantik juga kalau dilihat lebih lama. Bibirnya yang berwarna merah alami seakan menggodaku untuk segera menciumnya. Kenapa aku baru sadar?

Segera kutepis pikiran seperti itu dan membaringkannya di tempat tidur. Kutarik selimut tebal berwarna cokelat tersebut sehingga menutupi tubuhnya dan meninggalkan bagian kepalanya saja. Karena, aku memiliki alasan lain. Aku ingin melihat wajahnya lebih lama.

Kutarik kursi kecil yang berada di depan meja komputerku. Kemudian menempatkannya tepat di sebelah tempat tidur. Kuberikan sekilas senyumku meskipun ia tak dapat melihatnya. Kubelai rambutnya perlahan sambil tersenyum.

©©©

“Enggh..” gumamku yang kemudian membuka mata secara perlahan.

Jadi, semalam… aku tertidur di sebelahnya? Kulepas tangannya yang masih melekat di pundakku. Kemudian, mengecup pelan keningnya sebelum akhirnya aku keluar dari kamar ini.

Seperti biasa, aku membersihkan tubuhku dan kemudian memasakkan menu sederhana untuk sarapan. Telur dadar dengan bacon sudah siap disantap untuk dua orang pagi ini. Tiba-tiba, terbersit di pikiranku untuk mengajaknya menuju pantai siang ini. Mungkin sedikit refreshing? Yeoja itu baru saja keluar dari kamar saat aku sudah duduk di kursi ruang makan.

“EunSoo-ah, cucilah mukamu dan bergabung denganku” suruhku dan kemudian ia berlari kecil menuju kamar mandi dan keluar tidak lama kemudian.

Yeoja itu kemudian duduk dan menatap piringnya, “Telur dan Bacon, eo?”

Alisku bertaut, “Waeyo? Mmm, kau tidak menyukainya?”

“Aaah, bukan begitu. Tapi, kenapa kau bisa mengetahui menu sarapan favoritku?” tanyanya kemudian.

“Feeling” jawabku singkat sambil menyunggingkan senyumanku.

Kemudian EunSoo mulai melahap makanan yang berada di hadapannya. Kuambil sapu tangan yang sengaja kuselipkan di kantong celanaku. Mengusapnya ke bagian mulut EunSoo, “Kau makan dengan berantakan”

“Ah, mianhae. Aku memang seperti anak kecil” ujar EunSoo sambil menampakkan rasa malunya padaku dengan jelas.

Aku melipat tanganku dan menyenderkan tubuhku ke badan kursi sambil melihat EunSoo melanjutkan acara sarapannya.

“Bagaimana kalau siang ini, kita ke pantai?”

“Mwo?”

©©©

Ia menggunakan bikini berwarna hitam ditambah bawahan berupa rok kain tipis selutut. Kepalanya ditutup menggunakan topi yang warnanya senada dengan pasir di pantai ini. Sedangkan aku, aku mengenakan celana boxer berwarna merah dengan kacamata hitam favoritku. Kamipun duduk di bawah pohon kelapa sambil menikmati panorama laut biru bercahaya di hadapan kami.

“Hari yang cerah” ucapku basa-basi.

“Ne, kau benar Kai-ssi” balasnya.

“Hey, kau masih memanggilku dengan –ssi? Ayolah, panggil aku oppa. Apa sesulit itu?”

Tanpa membalas pertanyaanku, ia kemudian berdiri dari dudukannya kemudian menatapku seolah ia ingin menggodaku.

-EUNSOO-

Come on EunSoo, buatlah ini menjadi sedikit sulit untuknya, batinku dalam hati.

Kemudian akupun mulai berlari dan ia mendelik melihatku melakukan itu. Sengaja kuhentikan lariku dan menengok ke arahnya.

“Kai-ssi, kalau kau menginginkanku untuk memanggilmu dengan oppa, tangkaplah aku terlebih dahulu” kemudian aku hanya berlari sambil tertawa.

“Tunggu aku, aku pasti akan menangkapmu. Lihat saja!!!” seru Kai membalas tantanganku.

Aku membalikkan tubuhku seketika dan mencoba berlari mundur. Aku masih terus melihat namja berkulit agak gelap yang mencoba untuk menangkapku itu. Setidaknya, ia terlihat keren saat ini.

Ia mulai melepas kacamata hitamnya dan menggenggamnya erat tanpa menghentikan larinya. Tak terlihat wajah capek dari namja itu. Apa ia sudah terbiasa berlari?

“EunSoo-ya! Awas!!!”

“Mwo?!”

BUK.

“Aaaaash, appo” rengekku.

Aku tidak memperhatikan bahwa ada batu berukuran agak besar di antara pasir-pasir tersebut. Aku terus meringis memegangi bagian tubuhku yang sakit. Kai bergerak mendekatiku dan menatapku dengan tatapan cemas.

“Gwaenchanayo?”

“Argh, ini sangat sakit Kai-ssi”

“Begitu?”

“Yaaaak! Bantu aku, jeballll”

“Bahkan, aku hanya orang asing bagimu kan? Buktinya, kau masih memanggilku dengan sebutan –ssi” ujar Kai beralasan dengan senyuman yang errr…menggoda(?)

“Ne, ne!!! Kai oppa, jeballl!!!!” ringisku lebih hebat dari sebelumnya

Kulihat namja itu tersenyum penuh kemenangan dan kemudian mulai menggendongku.

“Kau mau membawaku kemana?”

“Laut”

“Yaaaaak!” lawanku sebisa mungkin. Tapi, bagian yang terasa sakit itu sudah sangat cukup mengurangi aksi perlawananku itu.

Benar saja, namja itu benar-benar menurunkanku tepat di bibir pantai.

“Bagaimana rasanya?”

“Hangat?” balasku ragu.

“Kau ini lucu sekali” ucap Kai yang kemudian menyipratiku dengan air.

“Oppa! Kau ini jahil sekali. Aku jadi sebal denganmu”

Namun, namja itu malah tidak menggubrisku dan tambah asyik menyipratiku dengan air laut super asin itu.

“OPPA!!!!” seruku.

“OP-mmmmhh” mataku masih mendelik dengan apa yang dapat kulihat sekarang.

Sebuah sensasi yang baru pertama kali kurasakan. Sebuah ciuman yang mungkin bergairah dan btentunya basah. Aku mendadak diam mendapat perlakuan seperti itu dari namja tersebut. Dan bodohnya, tanpa kusadari aku malah menikmati permainannya dan tidak sengaja membalas ciumannya.

Saat ia mengakhiri permainannya itu, ia hanya tersenyum kepadaku. Kemudian tangannya mencapai puncak kepalaku dan menepuknya pelan serta membelainya lembut.

Oppa, kenapa kau melakukan itu?, tanyaku dalam hati.

“Kajja, kita pulang”

Akupun menerima uluran tangannya dan segera bangkit dari dudukanku. Mengikuti langkahnya menuju mobil untuk segera pulang.

©©©

“Apa kau selalu menonton film action saat malam hari?” aku baru saja keluar dari kamar mandi dan menghampirinya yang sedang duduk sambil menonton sebuah film yang ditayangkan oleh sebuah stasiun tv swasta.

“Itu genre favoritku” jelasnya.

Akupun membuka kulkas dan mengambil satu piring cake yang kulihat. Kemudian membawanya untuk dimakan sambil menemani Kai yang sedang asyiknya menonton film action.

Saat aku sudah duduk di sebelahnya, ia melirikku sekilas. “Kau mau, oppa?” tawarku.

“Ani, habiskan saja^^”

“Ne” balasku singkat.

Saat semua cake habis kusantap, Kai menatapku lagi.

“Kau benar-benar seperti anak kecil” ucapnya yang kemudian seperti biasanya. Mengeluarkan sapu tangannya dan mengusap sisa makanan yang belepotan di sekitar mulutku.

Kurasa mukaku bersemu merah saat ia melakukan hal itu. Akupun menggapai tangannya dan kemudian membersihkan mulutku sendiri dengan sapu tangannya.

“Oppa…” lirihku dan ia hanya membalasnya dengan gumaman tanpa melepaskan pandangannya ke layar kaca.

“Kenapa… Kau menciumku?”

-KAI-

“Kenapa… Kau menciumku?”

“Eh? Tidurlah, jangan bertanya yang macam-macam seperti itu” balasku datar.

Kenapa aku menciumnya? Bahkan, aku tidak sadar akan hal yang sudah aku lakukan padanya tadi. Kudengar ia mendengus kesal dan kemudian melangkah berat ke kamar yang biasa ia gunakan.

Kuambil kembali handphoneku dan mencoba melihat sekali lagi wajah yang terpampang di pesan multimedia yang kuterima beberapa hari lalu. Kemudian tersenyum pahit.

Mungkin sudah saatnya…

 -EUNSOO-

Tidak seperti biasanya, hari ini aku bangun lebih pagi dari biasanya. Hingga, sebuah niatan muncul di benakku. Aku ingin membuatkan sarapan untuk Kai.

Akupun keluar dari kamar dan berniat menghampiri Kai. Aku melihat dia tertidur dengan menggenggam handphonenya. Sebuah rasa penasaran terlewat begitu saja di pikiranku.

Segera kuambil handphone tersebut dengan hati-hati. Tidak! Tidak mungkin!

Handphone tersebut terjatuh begitu saja dari tanganku dan aku juga terduduk saking tersentaknya melihat tampilan yang muncul di layar handphone tersebut.

Kai yang beberapa menit lalu masih tertidur nyenyak, tiba-tiba terbangun karena mendengar suara bisng. Dan tentunya, karena aku juga menangis.

“EunSoo-ya?”

“Apa maksudnya ini? Apa alasannya kau menjagaku selama ini? Apa ada hubungannya?!!!” tanyaku histeris.

Ting…Tong…

“Akan kubuka pintunya” kemudian namja itu berjalan ke arah pintu depan dan membuka pintu tersebut. Di sana, muncullah sepasang suami-istri dengan raut wajah bahagia.

“EunSoo…” ucap wanita paruh baya itu yang lalu berjalan ke arahku dan memelukku erat. Sedangkan, pria yang mendampingi wanita itu mengikutinya dari belakang.

“Ayo pulang” ucap pria yang tidak lain adalah appaku. Dan wanita paruh baya yang memelukku, adalah eommaku.

FLASHBACK

-KAI-

Aku benar-benar harus memikirkan kata-kata ahjumma Geum saat itu. Segera menghubunginya jika aku sudah menemui EunSoo. Tapi, hal itu kutunda beberapa hari. Jika tidak kuberitahu sekarang, itu sama saja aku membuat keluarganya semakin khawatir.

Akupun memandang kembali pesan multimedia tersebut kemudian mengeditnya. Kutulis di bawah foto itu, “EunSoo… Gadis itu, aku sudah menemukannya

Kemudian entah apa yang membawaku menuju tatapan kosong nan gelap. Aku tertidur.

FLASHBACK – KAI PoV END

©©©

Aku melihat bayangan tubuhku dengan sebuah penutup kepala dan gaun putih panjang serta sebuket bunga mawar putih yang kupegang dari sebuah kaca yang berada tepat di hadapanku.

Tiba-tiba pintu terbuka dan muncullah sosok namja yang sangat kukenal.

“Oppa, mengapa kau di sini? Harusnya, kau berada di altar dan menungguku” ucapku pelan.

Kemudian namja tersebut menghampiriku. Kedua tangannya tertumpu di pundakku. Ia tersenyum, “Tentu saja ingin melihat calon anaeku”

“Oppa, aku tidak menyangka jika akhirnya akan seperti ini” ujarku.

“Jadi, kau sudah mengetahui alasan mengapa aku sangat menerimamu dan menjagamu saat itu?”

“Ne, oppa” aku mengangguk bahagia mendengar pertanyaannya.

FLASHBACK

-KAI-

Aku berada di ruang tengah dan menyalakan tv. Kudengar ada film action yang ditayangkan malam ini. Tiba-tiba handphoneku berdering. Dan sebuah nomor yang tidak asing menghubungiku.

“Yeoboseyo…”

“Kai? Ini ummanya EunSoo. Kau tahu dimana dia?”

“Aniyo, jumma. Memangnya kemana dia?”

“Calon istrimu… Ia kabur dari rumah sore tadi”

“Mwo?!”

“Ne, dia kabur dan tidak meninggalkan surat sama sekali. Kami benar-benar khawatir, Kai”

“Baiklah, aku akan mencarinya. Akan kukabari jika aku telah menemukannya. Kalau boleh, bisakah aku mendapatkan fotonya?”

“Tentu saja, ahjumma akan mengirimkannya untukmu”

“Arasseoyo, jumma”

“Gomawo, Kai”

Kemudian, sambungan itu terputus dan tidak lama kemudian, aku sudah mendapatkan pesan multimedia dari seseorang yang sama dengan orang yang baru saja menghubungiku.

“Geum Eun Soo” lirihku mengeja nama yang tertulis dibawah foto seorang yeoja berambut lurus sedang  berwarna hitam. Persis seperti yang kutemui di bar. Jadi, dia yang akan menjadi calon istriku?

FLASHBACK END

©©©

-KAI-

Aku tersenyum bahagia melihat Geum Eun Soo, seorang yang akan menjadi pendamping hidupku. Yeoja itu, dengan anggunnya berjalan menuju altar.

“Kau begitu cantik” bisikku.

“Kau juga tampan seperti biasanya oppa”

“Bisa dimulai?” tanya pendeta memastikan.

“Ne” ucapku mantap.

Kamipun saling berhadapan satu sama lain. Kugenggam erat tangannya untuk meminimalisir ketegangan dalam diriku.

“Kim Jong In. Bersediakah engkau mengasihi istrimu, Geum Eun Soo baik dalam keadaan suka ataupun duka, sakit ataupun sehat, juga senang ataupun sedih?”

“Ne, aku bersedia untuk mengasihi istriku, Geum Eun Soo. Baik dalam keadaan suka ataupun duka, sakit ataupun sehat, juga senang ataupun sedih”

Aku menatap wajahnya yang merona dan aku hanya ikut tersenyum karenanya.

“Geum Eun Soo. Bersediakah engkau mengasihi suamimu, Kim Jong In baik dalam keadaan suka ataupun duka, sakit ataupun sehat, juga senang ataupun sedih?”

“Aku bersedia mengasihi suamiku, Kim Jong In dalam keadaan apapun”

Aku memandang kembali dirinya dan mulai melingkari cincin berlian tersebut ke jari manis di tangan kanannya. Begitupun sebaliknya.

“Aku benar-benar mencintaimu” ucapku sambil tersenyum

“Na do, yeobo”

Kemudian, kudekatkan diriku dan menciumnya lembut. Aku benar-benar merasa menjadi namja paling bahagia saat ini. Saat aku menikahi seseorang yang berhasil merebut hatiku entah bagaimana caranya. Semua berjalan begitu saja. Saranghae nae anae, Geum Eun Soo.

A REASON – THE END

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK