Good Person
Angin musim semi berhembus pelan. Semburat jingga kemerahan terlihat di arah barat. Hangang park terlihat ramai oleh para pejalan kaki dan beberapa orang bersepeda yang ingin menikmati kecantikan sungai Han dan melihat sunset di pinggir sungai Han ini. Sinar dari lampu-lampu taman menambah suasana romantis dan hangat di taman kebanggaan warga Seoul ini.
Namja itu sedang duduk di pinggir air mancur. Matanya menatap beberapa anak yang bermain di air mancur dengan riangnya, namun pikirannya melayang jauh.
“Joongki Oppa! Mwohae?” tanya seseorang mengagetkan namja itu. Seketika ia menoleh, dan mendapati seorang yeoja imut dengan rambut sebahu duduk di sampingnya. Joongki tersenyum tipis menatap yeoja yang sudah ia kenal sejak TK itu dan sudah seperti adiknya sendiri.
“Eobseo, aku hanya sedang bosan di rumah. Dan sepertinya Hangang park ini cocok untuk menghilangkan penat. Kau sendiri kenapa bisa disini?” ucap Joongki sambil tetap menatap lurus ke air mancur. Yeoja itu menganggukkan kepalanya mengerti, “Tadi aku ke rumah oppa, tapi kau tak ada. Eomma-mu yang memberitahuku kau ada disini.”
“Geurae, kau ada perlu denganku, Sooyeon-ah?”
“Ani, aku hanya ingin mengajak Oppa bersepeda sore seperti biasa,” jawab Sooyeon dengan senyuman manis di bibirnya. Joongki mengacak-acak rambut Sooyeon gemas.
“Geumanhae, lihat! Rambutku jadi berantakan begini, Oppa.” Sooyeon memanyunkan bibirnya. Joongki hanya tertawa melihat tingkah Sooyeon yang merajuk seperti anak kecil. Mereka pun menghabiskan waktu petang di Hangang Park sambil mengobrol dan sesekali bercanda.
‘You bring happiness to the days when I wait for you, the nights when I miss you..’
***
Ting tong ting tong...
Bel tanda selesai kegiatan pembelajaran berbunyi. Semua murid segera membereskan bukunya dan bergegas pulang. Joongki mengambil ranselnya dan memakainya. Ia melangkah keluar kelas bersama beberapa teman sekelasnya. Mereka berjalan melewati koridor Paran High School yang panjang ini. Keadaan koridor sudah mulai sepi. Hanya tinggal beberapa murid yang sedang mengobrol dan membersihkan kelas.
Ketika melewati kelas ‘2nd Grade A’, Joongki melihat Sooyeon. Yeoja itu sedang berbincang serius dengan seorang namja. Joongki hendak memanggil Sooyeon, tapi tiba-tiba ia melihat Sooyeon berlari keluar kelas dengan mata berkaca-kaca seperti menahan tangis.
“Sooyeon-ah, Neo gwaenchanha?” panggil Joongki cemas. Sooyeon tetap berlari tanpa menghiraukan perkataan Joongki. ‘Pasti ada yang tidak beres dengan Sooyeon, Aku akan menanyakannya nanti.’ Batin Joongki.
Joongki terus berjalan bersama teman-temannya menuju cafe langganan mereka. Entah mengapa, perasaannya masih tidak enak melihat Sooyeon yang tadi tiba-tiba berlari dan terlihat seperti menangis.
“Joongki-ya, waeyo? Tumben sekali kau terlihat murung dan tak bersemangat begitu?” tanya Junho membuyarkan lamunan Joongki. Joongki masih bergeming.
“Ah, pasti ini karena Sooyeon, ne? Dwaesseo, dia kan sudah punya namjachingu. Kau tak perlu menghawatirkannya,” ujar Jongin santai.
Joongki tersenyum getir mendengar kata ‘namjachingu’ yang diucapkan Jongin. Tapi memang ada benarnya juga ucapan Jongin, walaupun Sooyeon sudah dianggap seperti adiknya sendiri, Sooyeon sudah punya namjachingu yang sangat dicintainya.
“Geurae, nan gwaenchanha.” Joongki mengambil sekaleng cola dan meneguknya perlahan untuk meredam rasa khawatirnya.
‘But I know these are just my feelings, I can tell you’re in a different place..’ ***
Matahari sudah berganti tugas dengan bulan. Malam ini, terlihat tidak seindah malam-malam biasanya. Tidak ada bintang-bintang yang menemani bulan. Hanya awan-awan kumulus yang membuat malam ini semakin gelap. Joongki duduk di beranda kamarnya yang berada di lantai 2 rumahnya, sambil memainkan gitarnya. Tangannya dengan lihai memetik senar gitar dan mulutnya mulai menyanyikan sebuah lagu yang ia ciptakan untuk seseorang yang sudah lama ia cintai.
“When you laugh I feel good too
Even when you say it’s just pretend
The days when I wait for you
The nights when I miss you
You bring happiness to these moments
Even when I’m alone, It’s okay
If I just can see you
I’m always behind you
Always looking out for you
But, It seems like I have to share...”
Joongki menghentikan permainan gitarnya ketika melihat Sooyeon berdiri di depan rumahnya sambil tersenyum manis. Matanya masih terlihat sembab, tapi ia mencoba untuk menyembunyikannya dari Joongki.
“Joongki Oppa! Turunlah! Ayo kita ke taman!” teriak Sooyeon bersemangat. Lagi-lagi sudut bibir Joongki terangkat menbentuk segaris lengkung yang manis ketika melihat yeoja itu. Joongki segera menaruh gitarnya dan berlari keluar menemui Sooyeon.
Joongki dan Sooyeon jalan beriringan menuju taman dekat kompleks mereka. Sooyeon masih menunjukkan keceriaannya seperti biasa. Seolah-olah dia tidak punya masalah. Sebelum ke taman, mereka mampir ke Family Mart untuk membeli es krim.
Sooyeon duduk di ayunan sambil memakan es krim rasa strawberry kesukaannya. Joongki hanya ikut duduk di ayunan sebelah Sooyeon dan memakan es krim rasa semangkanya dengan tenang.
“Sooyeon-ah, neo gwaenchanha? Tadi ku lihat kau menangis, Waeyo?” Joongki membuka percakapan. Sooyeon sedikit terkejut, ia menghentikan makan es krimnya dan menatap Joongki lembut, “Gwaenchanha, Oppa.” ucap Sooyeon lembut.
“Geurae? Matamu tidak bisa membohongiku, Sooyeon-ah. Katakanlah, kau ada masalah dengan Ilwoo?” tanya Joongki cemas. Sooyeon membuang muka, tak berani menatap Joongki. “Katakan padaku, apa yang sudah dilakukan namjachingu-mu itu? Apa dia melukai hatimu?” tanya Joongki sekali lagi.
“Eum.. Jeongmal gwaenchanha, Oppa. Tadi kami hanya bertengkar kecil. Kau tak perlu khawatir,” jelas Sooyeon. Joongki menghela nafas.
“Kau yakin? Jika Ilwoo berani menyakitimu lagi, aku akan menghajarnya.” ucap Joongki sambil mengepalkan tangannya. Sooyeon menggengam tangan Joongki lembut, “Dwaesseo, aku sangat mencintainya. Aku akan mengalah agar tidak terjadi pertengkaran lagi,”
‘Hmm.. Kau terlalu berharga bagiku, Sooyeon-ah. Dan nappeun namja itu tidak pantas mendapatkanmu,’ suara hati Joongki.
‘The difference between me and the person who makes you cry is that all I can do is comfort you..’
***
Matahari sudah mulai menampakkan cahayanya. Joongki merasakan hangatnya sinar mentari pagi yang masuk melalui celah jendelanya. Ia mengerjapkan mata beberapa kali sebelum membuka matanya. Suasana pagi yang sangat bersahabat di musim semi ini. Joongki mengedarkan pandangannya. Ia menatap beberapa bingkai foto yang terpajang di meja belajarnya. Seulas senyuman tersungging di bibirnya melihat beberapa pose dirinya dengan Sooyeon dari zaman SD sampai SMA.
Niga useumyeon nado joha, neon jangnanira haedo.
Suara dering ponsel Joongki. Segera ia mengambil ponselnya, tertera nama Sooyeon di LCD nya. Ia langsung menekan tombol okay.
“Yeoboseyo, Sooyeon-ah. Ada apa?” tanya Joongki ramah.
“Yeoboseyo, Oppa! Saengil Chukha Hamnida!” ucap Sooyeon riang. Joongki terkejut dengan ucapan ulang tahun dari Sooyeon. Joongki baru sadar kalau hari ini ulang tahunnya.
“Gomawo, Sooyeon-ah. Aku lupa kalau hari ini hari ulang tahun ku. Hehehe,”
“Aigoo, bagaimana kau bisa lupa ulang tahunmu yang ke 17 ini? Oh iya, semoga kau makin baik ke depannya. Dan terima kasih telah menjadi Oppa yang baik untukku,”
Joongki tersenyum mendengar kalimat yang diucapkan Sooyeon barusan.
“Seperti biasa, aku akan mengadakan pesta ulang tahunku di cafe biasa. Kau pasti datang kan, Sooyeon?”
“Ne, aku akan datang. Oh iya, aku akan mengajak Ilwoo juga. Gwaenchanha?”
“Geurae, acara akan dimulai jam 7 malam. Annyeong,” ucap Joongki mengakhiri pembicaraan. Joongki segera bangkit dari tidurnya dan bergegas mandi dan segera menyiapkan segalanya untuk pesta ulang tahun dadakannya ini.
‘...“Thank you, Oppa is such a good person” at those words I only smile...’
***
Mentari sudah kembali ke peraduannya. Berganti bulan yang menyinari langit yang gelap gulita ini. Joongki bersiap-siap dan memakai tuxedo silver yang dipadukan dengan warna hitam yang menambah kesan elegan. Ia menata rambutnya sederhana dan memberi sedikit gel rambut. Joongki menatap bayangannya di cermin. Terlihat seorang namja yang dewasa. Berbeda dengan dirinya yang biasanya berpakaian sederhana. Mungkin riasan ini mengubah penampilan Joongki.
Joongki merapikan dasinya dan menyemprotkan parfum bvlgari-nya. Ia pun segera pergi ke cafe tempat diadakan pesta ulang tahunnya dengan mobil Audi hitamnya. Tak perlu waktu lama untuk sampai ke cafe tersebut.
Disana, sudah banyak teman-teman Joongki yang datang. Joongki segera menyalami mereka satu-persatu dan menerima kado dari mereka. Pesta ulang tahun Joongki pun di mulai, alunan musik dari band memenuhi ruangan cafe yang sudah didekorasi dengan elegan ini. Joongki mengobrol dengan teman-temannya dan sesekali melihat ke sekitar untuk mencari seseorang yang sedari tadi ia tunggu.
Matanya terperangah dan bibirnya tersenyum seketika melihat orang yang ia tunggu-tunggu datang juga. Yeoja itu berjalan mendekati dirinya, dan Joongki seperti tersihir dengan pesona yeoja yang memakai mini dress berwarna soft pink selutut tanpa lengan dan rambut sebahu yang ditata sederhana tetapi tidak mengurangi kecantikan yeoja itu malam ini. Make up sederhananya juga menambah kesan alami pada kecantikannya. Senyum Joongki memudar ketika menyadari ada seorang namja yang menggandeng tangan yeoja itu.
“Saengil Chukhahae, Joongki Oppa!” ucap yeoja itu yang tidak lain adalah Jung Sooyeon. “Ne, Gomawo, Sooyeon-ah.” Balas Joongki senang. Sooyeon segera menyodorkan sebuah kotak berwarna biru safir yang telah dihias dengan pita perak pada Joongki. Dengan senang hati Joongki menerima kado tersebut.
“Saengil Chukha Hamnida, Joongki sunbaenim! Naneun Jung Ilwoo imnida. Sooyeon namjachingu,” ucap Ilwoo memperkenalkan diri. Sebenarnya Joongki sudah tahu tentang Ilwoo namun ini pertama kalinya mereka bertatap muka dan memperkenalkan diri. Joongki segera menjabat tangan Ilwoo, “Ne, aku sudah tahu tentangmu dari Sooyeon. Bangapseumnida,” ucapnya seramah mungkin.
‘Namja di sampingmu itu sangat berbeda denganku. Dia hanya nappeun namja yang selalu membuatmu menangis. Dan aku yang selalu menghiburmu dan membuatmu nyaman. Tidak bisakah kau menyadari ketulusan cintaku, Sooyeon-ah?’ batin Joongki sambil menatap Ilwoo yang sedang meminum white wine dan terlihat mulai mabuk.
‘If you’re good then I’m good too, but when I look at the guy who’s standing next to you. He’s too different from me, all I can do is say “Nice to meet you” to this shabby looking person..’
***
Hari demi hari berlalu. Tak terasa, hari ini adalah hari terakhir Joongki belajar dan menghabiskan masa-masa indah di Paran High School ini. Joongki akhirnya diwisuda oleh Kepala sekolah bersama teman-teman se-angkatannya. Joongki mengenakan seragam Paran High School untuk terakhir kalinya. Eomma dan Abeoji-nya dengan bangga menyaksikan prosesi wisuda dan pelepasan Joongki. Tak lupa, yeoja yang sudah mengisi hari-harinya dari zaman TK sampai SMA turut menyaksikan dan memberi selamat pada Joongki.
“Oppa, Chukhahae! Kau sudah lulus sekarang, selamat melanjutkan ke jenjang perkuliahan Oppa!” Sooyeon menyodorkan sebuket bunga pada Joongki. Joongki tersenyum sejenak. Bukannya mengambil bunga tersebut, Joongki malah menarik Sooyeon kepelukannya. Sooyeon terlihat sedikit terkejut dengan perlakuan Joongki, tapi ia tetap membalas pelukan Joongki hangat.
“Gomawo, Sooyeon-ah. Aku berhasil seperti ini karena dukungan dari mu juga. Sekarang, giliranmu untuk berjuang di kelas 3 ini. Kau harus lulus dengan nilai terbaik agar bisa mendapat universitas yang kau mau. Yaksokhae?” bisik Joongki lembut di telinga Sooyeon.
Sooyeon mengangguk, “Ne, cheonma oppa. Gomawo sudah menjadi sunbae dan oppa yang baik untukku. Kau selalu membantuku mengerjakan tugas dan mendengarkan keluh-kesahku selama ini. Aku akan berjuang agar bisa berhasil sepertimu. Doakan aku, Oppa!”.
‘Doaku akan selalu menyertaimu, Sooyeon-ah. Semoga berhasil! Hwaiting!’
***
“Joongki-ah! Kau diterima di Manhattan University?!” teriak Jongin saat membaca surat resmi dari Manhattan University yang diberikan Joongki. Joongki hanya tersenyum dan mengangguk kecil. Junho merebut kertas itu dari Jongin dan membacanya dengan seksama. Seketika ia memeluk sahabatnya itu,
“Ya, Neo micheoseo! Daebak, Joongki-ah! Bagaimana bisa kau diterima disana?” ujar Junho tak percaya. Joongki tertawa kecil,
“Molla, aku hanya iseng mendaftar dan mengikuti tes seleksinya. Eh, ternyata aku diterima,”
“Kau beruntung, Joongki-ah. Oh ya, jika kau kuliah di New York, bagaimana dengan malaikat kecilmu itu? Kau rela meninggalkannya?” tanya Jongin penasaran. Joongki mengerutkan keningnya,
“Jujur aku tidak rela. Tapi demi diriku dan dirinya, aku akan mencobanya. Lagipula, dia sudah punya namjachingu. Aku tidak perlu mengkhawatirkannya lagi. Kalau memang kami berjodoh, kami pasti akan bertemu lagi,” ucapnya menerawang. Jongin dan Junho hanya mengangguk mengerti.
‘Even when I’m alone it’s okay if I just can see you.
I’m always behind you, I’m always looking out for you, but it seems like I have to share..’
***
Incheon International Airport terlihat ramai pagi ini. Banyak orang berlalu-lalang memadati bandara kebanggaan Korea Selatan ini. Joongki menyeret kopernya menuju terminal keberangkatan. Masih 30 menit lagi jadwal penerbangan Incheon-New York-nya. Joongki duduk di ruang tunggu sambil memainkan ponselnya, lebih tepatnya melihat-lihat foto dirinya dengan Sooyeon. ‘Aku pasti akan sangat merindukanmu, Sooyeon-ah.’
Niga useumyeon nado joha, neon jangnanira haedo..
Tiba-tiba ponsel Joongki berdering, Joongki tersentak membaca nama Sooyeon yang tertera di LCD.
“Yeoboseyo, Sooyeon-ah.. Ne, Ada apa?... Bagaimana kau tahu aku sedang di Incheon Airport?... Ne, aku sudah masuk terminal keberangkatan... Annyeong,” ucap Joongki di telepon.
Joongki menghela nafasnya berat. Sooyeon akan menemuinya disini. Padahal Joongki sengaja untuk tidak memberi tahu dirinya akan pergi pada Sooyeon. Joongki pasti akan susah untuk meninggalkan Sooyeon. Sekitar 10 menit berlalu, Joongki melihat seseorang berlari ke arahnya.
“Joongki Oppa! Kenapa kau tidak memberi tahuku kau akan pergi ke NY? Kau jahat!” teriak Sooyeon cemas. Airmata di pelupuk mata Sooyeon perlahan jatuh membasahi pipinya. Joongki bangkit dari duduknya dan memeluk yeoja yang sangat ia cintai itu.
“Mianhae, Sooyeon-ah. Aku tak ingin membuatmu sedih, dan sejujurnya aku juga tidak mau meninggalkan mu, Sooyeon-ah,” bisik Joongki menenangkan Sooyeon.
“Ka..Kajima, Oppa..Jebal,” isak Sooyeon semakin menjadi-jadi. Joongki mengelus kepala Sooyeon lembut,
“Uljima, aku akan kembali jika kau menginginkan aku kembali,” Sooyeon melepaskan pelukannya dan menatap Joongki sendu, “Yaksokhae?”. Joongki mengangguk dan menghapus air mata Sooyeon dengan ibu jarinya lembut.
“Oppa, jaga dirimu baik-baik. Jangan lupakan aku.” Sooyeon kembali memeluk Joongki sekilas.
“Kau juga, jaga dirimu. Kabari aku jika kau ada masalah. Mianhae, Sooyeon-ah. Aku harus pergi sekarang. Annyeonghi gyeseyo,” Joongki mengelus kepala Sooyeon sebelum mengambil kopernya dan melangkah membelakangi Sooyeon.
“Jalja, Oppa. Annyeong! Ppali dorawa!” teriak Sooyeon sebelum Joongki menghilang.
‘Gidaryeo,Sooyeon-ah. Aku akan kembali menemuimu nanti. Annyeong saranga,’
***
5 tahun kemudian...
Joongki melangkahkan kakinya cepat menuju rumah yang sudah sangat ia rindukan itu. Setelah berjuang selama 5 tahun di Manhattan University jurusan Akting. Akhirnya ia berhasil lulus dan siap memulai karirnya di Korea. Sudah ada agensi yang menawarinya menjadi aktor.
Salju perlahan turun di tanah kelahirannya ini. Joongki merapatkan mantelnya. Tinggal beberapa meter lagi jalan ke rumahnya, ia melihat yeoja yang sudah lama tidak ia temui. Yeoja itu sedang duduk di ayunan tempat biasa mereka bermain dulu. Joongki segera menghampirinya,
“Oraenmaniya, Sooyeon-ah.” Ucap Joongki mengagetkan Sooyeon. Yeoja itu menoleh ke arahnya dan mengerutkan keningnya.
“Nuguseyo?” tanyanya bingung. Joongki tersenyum dan membuka kaca mata full-frame-nya.
“Joongki Oppa?! Apakah aku bermimpi? Ini benar kau Oppa? Eomeo! kau sangat berbeda sekarang. Kau semakin tampan!” Sooyeon bangkit dari ayunan dan memperhatikan Joongki.
‘Kau juga semakin cantik, Sooyeon-ah. Geuraedo saranghae,’
Joongki mengacak-acak rambut Sooyeon pelan, ”Aigoo, tumben sekali kau tidak memelukku? Apa kau tidak merindukanku?” tanya Joongki iseng.
Sooyeon langsung memeluk Joongki hangat, “Jeongmal bogoshipeoyo, Oppa. Terima kasih kau telah kembali,”
“Ne, sudah kubilang. Aku akan kembali untukmu, Sooyeon-ah.”
Sooyeon melepaskan pelukannya, “Oppa, bagaimana kabarmu?”
“Baik, kau sendiri? Oh ya, bagaimana hubunganmu dengan Ilwoo?”
“Nado. Eumm,, kami sudah putus 2 bulan yang lalu, ia berselingkuh dengan teman kuliahnya,” ucap Sooyeon murung. Joongki membulatkan matanya, “Jinjja? Neo gwaenchanha?”
“Gwaenchanha. Oppa sendiri sudah punya yeojachingu?”.
Joongki menggeleng, “Aku sedang menunggu seseorang, Sooyeon-ah. Aku tak ingin pacaran dengan yeoja lain. Ia yeoja pertama dan terakhir yang membuat jantung ini berdetak tak karuan. Yeoja pertama dan terakhir yang selalu tersenyum ketika aku melihatnya. Yeoja satu-satunya yang ku cinta,” jelas Joongki tanpa menatap Sooyeon.
“Nuguya? Kau tak pernah menceritakannya padaku,” tanya Sooyeon penasaran. Joongki tersenyum tipis, “Kau sangat mengenalnya, Sooyeon-ah. Dia adik kelasku dan dia sudah menganggapku sebagai kakaknya sendiri. Dia yang selalu membuatku tersenyum ketika mengatakan, ‘Terima kasih, Oppa memang orang yang sangat baik’.” Sooyeon tersentak dengan penjelasan Joongki barusan.
“Nu..nuguya?” tanyanya lagi.
“Kau benar mau tahu, Sooyeon-ah?” Joongki bangkit dan berdiri di hadapan Sooyeon. Sooyeon hanya menganggukkan kepalanya.
“Eumm.. Yeoja itu ada di hadapanku sekarang, Neorago,” ujar Joongki. Sooyeon tersentak mendengar ucapan Joongki,
“Aku? Kau tidak bercanda kan Oppa?”, Joongki menggeleng.
“Jeongmal Saranghanda, Jung Sooyeon, Would you be mine now and forever?” Joongki berlutut di hadapan Sooyeon dan menyodorkan couple ring yang sudah lama ia siapkan.
Sooyeon menatap Joongki tak percaya, “Kau serius, Oppa?” tanyanya dengan bibir bergetar.
“Tatap mataku, Sooyeon-ah. Tidak bisakah kau melihat kesungguhanku? Aku tulus mencintaimu, Sooyeon-ah. Bahkan aku rela menunggu bertahun-tahun untuk menyatakan perasaan ini,”
Sooyeon berfikir sejenak, “Eum, mianhae oppa, aku tidak sadar dengan perasaan cintamu selama ini. Karena aku kira kau hanya menyayangiku sebagai dongsaeng-mu. Dan sekarang, aku sudah menyadari itu. Hmm..I do, Oppa”
Joongki tersenyum bahagia mendengar ucapan Sooyeon. Ia langsung memasangkan cincin couple di jari manis Sooyeon dan begitu juga Sooyeon memasangkan cincin couple di jari manis Joongki.
“Gomawo, Sooyeon-ah. Aku berjanji akan terus mencintaimu dan menjagamu, Saranghae,” Joongki segera memeluk Sooyeon erat.
“Ne, Terima kasih telah mencintaiku dengan tulus, Oppa. Nado, Saranghaeyo.”
***