Seorang siswi perempuan tengah berlari di koridor sekolahnya. Ia terlambat masuk ke sekolah karena padatnya jalan yang ia lalui. Setelah melewati beberapa cobaan, ia pun diperbolehkan memasuki kelas oleh Wakil Kepala Sekolah, Mrs. Kwon BoA, yang terkenal sangat tegas itu.
“Maaf, Aku terlambat, Mr.Jung” Kata gadis itu ketika memasuki kelasnya.
“Kau telat 5 menit, Jung Sangjae. Baiklah kau kupersilahkan duduk. “ Kata Mr. Jung , Mr. Jung Yunho adalah Guru Bahasa Jepang yang paling baik di sekolah ini, setidaknya itu yang ada dipikiran Jung Sangjae. Gadis itu lalu berjalan menuju tempat duduknya. Ia heran dan kaget, kenapa tempat duduk di sebelahnya yang biasanya kosong sekarang diduduki oleh seorang laki-laki yang ia tidak kenal.
“Siapa kau?” Tanya Sangjae kepada laki-laki disebelahnya itu.
“Aku?” Laki-laki itu balik bertanya kepadanya.
“Tentu saja kau, Pabo! Memangnya ada lagi orang yang duduk di sebelahku?!” Kata Sangjae menggunakan nada kesal.
“Namaku Oh Sehun.” Kata Laki-laki itu.
“Oh, Kau pasti murid baru ya?” Tanya Sangjae. ‘Tentu Saja, Kenapa orang ini bodoh sekali’ pikir Sehun.
“Ah, namaku Jung Sangjae,” Kata Sangjae dengan nada ramah.
“Sudah tahu,” Hanya itu tanggapan dari anak baru tersebut. Jawabannya yang singkat dan padat itu membuat Sangjae kesal. Dan ekspresinya yang datar itu membuat Sangjae semakin kesal. Sepertinya kesan pertama yang diberikan anak itu sangatlah buruk dimata Sangjae .
***
“Hey,Kau! Tak pergi ke kantin?” Tanya Sangjae pada Sehun. Sehun menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya.
“Ya sudah. Daripada kau melamun di kelas karena tak ada pekerjaan, Lebih baik kau minta seorang senior atau seseorang dari osis untuk menemanimu keliling sekolah supaya kau tak tersesat nantinya. Sudah ya, aku mau ke kantin dengan Raemi~!” Kata Sangjae.
‘Benar juga apa yang dikatakan oleh anak itu, Lebih baik aku keliling sekolah agar tidak tersesat. Ternyata anak itu bisa pintar juga.’ Pikir Sehun. Ia langsung pergi ke ruang osis untuk mencari seseorang yang bisa menemaninya berkeliling.
Setelah 10 menit mencari seseorang yang menurutnya pas untuk menemaninya, Ia pun segera memulai perjalanannya. Kenapa ia memilih orang yang pas? Karena ketika ia menanyakan siapa orang yang punya waktu luang untuk menemaninya, banyak sekali anggota osis perempuan yang mengelilinginya dan bersedia menemaninya. Tetapi tentu saja ia tidak mau dengan perempuan-perempuan genit itu, akhirnya ia memilih seorang laki-laki bernama Xi Luhan dari kelas XII.
“Kau baru masuk hari ini?” Tanya Luhan. Sehun menjawabnya dengan menganggukan kepalanya.
“Pindahan dari mana?” Tanya Luhan Lagi.
“London.” Jawab Sehun.
“London?! Pantas saja kulitmu putih sekali, lebih putih dari orang korea biasa. Siapa dari orangtuamu yang berdarah inggris?” Tanya Luhan.
“Ani, Aku bukan keturunan Inggris. Hanya saja Appa-ku mendapat pekerjaan disana jadi aku harus ikut pindah ke sana.” Jawab Sehun.
“Oh begitu. Tetapi kau ini terlihat seperti orang luar korea. Pantas saja perempuan-perempuan tadi langsung mengelilingimu. Aku yakin, kau pasti akan menjadi idola dari semua perempuan di sekolah ini.” Kata Luhan.
“Benarkah? Aku harap itu tidak terjadi.” Kata Sehun.
***
Setelah bel berbunyi, Luhan langsung menyuruh Sehun pergi ke kelasnya. Untung saja Luhan mau menemaninya, kalau tidak ia bisa saja tersesat.
“Bagaimana? Sudah berkeliling sekolah?” Tanya Sangjae. Sehun heran, padahal anak ini sudah ia buat kesal tetapi tetap saja ramah padanya.
“Sudah.” Jawab Sehun.
“oh, Baguslah. “ Kata Sangjae.
Mereka pun melanjutkan kegiatan mereka, yaitu belajar. Pelajaran kali ini adalah Sejarah dengan pengajarnya yang bernama Mrs. Zhang Liyin yang sudah berkali-kali membuat Sangjae tertidur di kelas karena pelajaran yang membosankan ditambah suaranya yang lembut sekali. Dan itu terjadi lagi pada hari ini, Sangjae sudah merasa lelah ketika pelajaran baru dimulai. Ia membuka bukunya dan menempatkan buku itu di depannya dengan posisi berdiri. Lalu Sangjae menidurkan kepalanya ke meja menghadap ke arah kiri,yaitu ke arah Sehun.
“Kenapa kau melihatku seperti itu?” Tanya Sehun sambil menyipitkan matanya. Sangjae pun mendengus kesal,
“Percaya diri sekali dirimu. Siapa juga yang melihatmu, aku ini sedang berusaha untuk tidur tanpa ketahuan Mrs.Zhang,” Jawab Sangjae dengan muka kesalnya.
“Tidur?! Kau ini, pantas saja kau bodoh. Pasti di setiap pelajaran kau begini kan? Lalu kalau ketahuan, apa yang akan dilakukan Mrs. Zhang terhadapmu?” Tanya Sehun.
“Kau ini! Aku tidak bodoh dan kau terlalu banyak bertanya. Dia tidak akan melakukan apa-apa. Sudahlah aku mau tidur, jangan ganggu aku!” Bisik Sangjae dengan nada tegasnya. Sehun hanya bisa menggelengkan kepalanya karena kelakuan perempuan yang duduk di sebelahnya itu.
***
“Jadi, bagaimana dengan murid baru itu? Kudengar dia duduk disebelahmu,apa itu benar?” Tanya Raemi, teman dekat Sangjae. Mereka sedang berbincang-bincang di depan gerbang sekolah.
“Ah, benar. Dan dia sangat menyebalkan. Kau harus tahu, dia itu terlalu dingin dan percaya diri,” Jawab Sangjae.
“Benarkah? Kudengar nuna-nya juga pindah ke sekolah kita. Katanya dia masuk di kelasnya Yukwon sunbaenim,” Kata Raemi. Kim Yukwon adalah Sunbae mereka di Dance club.
“Seperti apa nuna-nya itu?” Tanya Sangjae.
“Orang-orang bilang dia cantik dan ramah. Bahkan dia bisa dengan cepat bergaul dengan Yukwon sunbae yang terkenal sangat dingin itu.” Jawab Raemi.
“Hey, kalian sedang membicarakan apa?” Tiba-tiba seseorang ikut ke dalam percakapan Sangjae dan Raemi. Dia adalah seorang laki-laki yang selama ini dihindari oleh Sangjae, Huang Zitao. Huang Zitao adalah murid pindahan setahun yang lalu dan juga mantan kekasih Sangjae. Mereka putus karena Zitao berselingkuh dengan perempuan lain yang bernama Sunyoung. Karena kejadian itu, Sangjae enggan bertemu kembali dengan Zitao.
“Untuk apa kau kemari?” Tanya Sangjae ketus.
“Tidak boleh aku berbincang dengan teman-temanku ini,huh?” Zitao balik bertanya kepada Sangjae. Raemi yang mulai mencium bau-bau pertengkaran mereka pun akhirnya berbicara,
“Ah, kami sedang membicarakan murid baru yang masuk di kelas Sangjae dan juga nuna-nya”
“Begitu, kudengar namanya Oh Sehun,benarkah?” Tanya Zitao.
“hmm..” Jawab Raemi sambil mengangguk.
“Dilihat dari penampilannya yang seperti itu, dia akan menjadi idola sekolah. Kalau begitu aku harus berhati-hati..” Kata Zitao.
“Berhati-hati untuk apa? Kau ini aneh sekali.” Kata Sangjae masih dengan nada bicara yang ketus.
“Tentu Saja berhati-hati agar kau tidak direbut olehnya!” Kata Zitao pada Sangjae.
“Cih, memangnya aku ini siapamu sampai kau berhati-hati seperti itu?!” Kata Sangjae, nada bicaranya meninggi.
“Aku ini memang hanya mantan kekasihmu, tetapi lihat saja nanti kau akan kembali kepadaku!” Kata Zitao lalu berjalan mendahului Raemi dan Sangjae.
***
Sejak kejadian hari itu, Kata-kata Zitao terus terngiang-ngiang di pikiran Sangjae. ‘Apa maksud dari anak itu?’ pikirnya. Dia terus memikirkan hal itu sampai-sampai tidak melihat situasi di sekitarnya.
Bruk! Sangjae merasa ia menabrak seseorang yang sepertinya seorang laki-laki bertubuh tegap dan tinggi. Ia pun segera meminta maaf pada laki-laki itu,
“Mianhae”
“Kau ini! Kalau jalan itu lihat-lihat! Jangan melamun seperti itu!” Kata laki-laki itu. Suaranya terdengar sangat familiar di telinga Sangjae. Begitu mendengar suara itu, Sangjae pun mendongakkan kepalanya. Matanya melebar ketika melihat siapa orang yang ditabraknya itu.
“Ah! Ternyata kau! Aish, Kalau aku tahu siapa yang aku tabrak sekarang buat apa aku meminta maaf kepadamu.” Kata Sangjae. Setelah itu, ia lanjut berjalan ke arah kelasnya. Sehun yang heran dengan kelakuan Sangjae yang tidak biasa itu pun menyusul Sangjae ke kelasnya.
“Hey kau! Ada apa denganmu?” Tanya Sehun pada Sangjae. Pertanyaan itu tidak dijawab oleh Sangjae yang sepertinya masih tenggelam di pikirannya.
“Hey, Jung Sangjae! Are you okay?!” Sehun mencoba bertanya sekali lagi. Entah kenapa ia merasa aneh dengan tingkah Sangjae yang seperti ini. Sudah 3 hari ini Sangjae jadi sering melamun dan juga menjadi lebih pendiam. Dan itu membuat Sehun khawatir, wait..’Khawatir? untuk apa aku khawatir padanya?!’ Pikir Sehun. Sangjae pun sepertinya sudah mulai sadar dari lamunannya karena ia bertanya ‘apa yang kau katakan barusan?’ pada Sehun.
“Aku bertanya.. Apa kau tidak apa-apa? Tidak biasanya kau menjadi pendiam seperti ini, dan itu terlihat aneh di mataku.” Ulang Sehun.
“Oh, Gwenchanayo. Hanya ada beberapa masalah pribadi yang menganggu pikiran.” Jawab Sangjae. Sehun mengangguk, menandakan ia mengerti perasaan Sangjae sekarang. Walaupun ia masih penasaran apa yang membuat Sangjae seperti ini.
“Baguslah kalau kau baik- baik saja. Lebih baik kau jangan pikirkan hal-hal itu dulu. Karena kalau sampai kau melamun ketika pelajaran Mr. Ahn, kau bisa saja mati. “ Kata Sehun.
“Hmm.. Aku bahkan hampir lupa kalau hari ini ada pelajaran matematika. Ah,sial. Aku belum belajar tadi malam!” Kata Sangjae. Sehun memandang Sangjae dengan pandangan ‘anak-ini-aneh-sekali’. Sangjae yang merasa tatapan itu pun menengok ke arah Sehun dan memandangnya dengan kesal.
“Apa lihat-lihat?” Kata Sangjae dengan nada meninggi.
“Ms. Jung Sangjae! Detention untukmu sepulang sekolah. Kau juga, Mr. Oh Sehun!” Kata Mr.Ahn yang ternyata sudah berada di kelas sedari tadi. Wajah Sangjae pun memerah karena malu.
***
“Ini semua salahmu, bodoh!” Sangjae berkata pada Sehun yang sedang mengelap kaca kelas mereka.
“Yah! Kenapa jadi aku yang bersalah? Itu kan salahmu, siapa suruh kau berkata sekeras itu!” Kata Sehun.
“Tapi kau kan yang membuatku kesal!” Kata Sangjae.
“Setidaknya itu bukan semuanya salahku, pabo.”Kata Sehun.
Mereka saat ini sedang membersihkan kelas mereka, tentunya ini adalah hukuman dari Mr.Ahn. Hanya berdua. Sangjae yang mengepel kelas dan Sehun yang mengelap kaca. Menurut Sangjae this is the worst detention that she’ve ever had karena dia harus melewatinya dengan Oh Sehun, si murid baru yang menyebalkan tersebut. Tiba-tiba seseorang masuk ke kelas mereka,
“Hey,Se..Oh! kalian sedang dihukum ya?” Kata Seorang siswi berambut panjang sebahu berwarna kecoklatan. Dia menahan tawanya saat melihat ekspresi Sehun yang sepertinya menjadi sangat kesal sekarang.
“Diam kau, Sam!” Kata Sehun. Sangjae hanya memasang muka bingung lalu bertanya pada perempuan itu,
“Kau siapa?”
“Ah,mianhae aku lupa memperkenalkan diriku. Oh Soojoon imnida. Kau bisa memanggilku Soojoon atau Sam. Selebihnya bisa kau tanyakan pada Sehun.” Jawabnya lalu tersenyum pada Sangjae. Karena Sangjae penasaran, ia menoleh ke arah Sehun dan member tatapan penuh pertanyaan.
“Dia itu nuna-ku.” Jawab Sehun. Sangjae mengangguk, puas dengan jawaban yang diberikan oleh Sehun.
“Sedang apa kau disini, Sam?” Tanya Sehun pada nuna-nya yang sekarang sedang duduk di salah satu bangku.
“Jangan panggil aku dengan nama itu disini, Hun. Lagipula kau seharusnya memanggilku nuna.” Kata Soojoon.
“Terserah kau lah. Sekarang jawab pertanyaanku tadi.” Kata Sehun.
“Aku disini tentunya menunggumu selesai, kau kan berjanji untuk pulang bersamaku hari ini, dongsaeng-ah.” Jawab Soojoon. Sehun benar-benar lupa akan janjinya pada nuna-nya itu. Ia berjanji akan pulang bersamanya lalu menemaninya ke bubble tea shop dekat rumah mereka. Ya, nuna-nya dan dia sendiri sangat suka bubble tea.
“Mianhae, nuna. Hampir saja aku lupa janjiku.” Kata Sehun. Soojoon menatap Sehun dengan muka datarnya. ‘Like sister like brother’pikir Sangjae.
“Aku sudah selesai, lebih baik kita pulang sekarang.” Kata Sangjae. Sehun mengangguk lalu pamit pulang kepada Sangjae dan Mr.Ahn yang menunggu di ruang guru.
***
Hari demi hari pun berlalu. Hubungan Sangjae dan Sehun pun makin membaik, walaupun mereka masih sering bertengkar Karena hal-hal yang sepele. Hubungan antara Sangjae dengan Soojoon pun makin erat. Soojoon sekarang sudah seperti seorang eonni bagi Sangjae. Begitupun dengan Luhan yang sudah dianggap Hyung sendiri bagi Sehun. Sangjae dan Sehun pun sekarang sering menghabiskan waktu bersama, contohnya adalah mereka sering menghabiskan waktu istirahat bersama, minum bubble tea bersama (walaupun bersama Soojoon dan Luhan), dll. Menurut orang-orang disekitar mereka, Sangjae dan Sehun sangatlah cocok. Bahkan, pernah ketika Sangjae, Sehun, dan dua pengikutnya itu pergi ke lotte world bersama-sama, seorang ahjumma mengira bahwa mereka sedang melakukan double date. Dan itu membuat kedua pipi mereka memerah dan gelagapan saat menjelaskan bahwa mereka bukanlah sepasang kekasih. Bukannya membantu, kedua pengikut setia itu malah mentertawakan mereka berdua. Back to the story, di saat orang-orang mengira bahwa mereka sudah saling jatuh cinta dan akan menjadi official couple sesegera mungkin, muncullah kembali seseorang dari masa lalu Sangjae. Ya, dia adalah Huang Zitao yang menyebalkan itu. Sejak hubungan antara Sangjae dan Sehun makin dekat, dia sering sekali menjadi cockblocker atau pengganggu hubungan mereka. Apapun yang Sangjae dan Sehun lakukan, Zitao akan berusaha memisahkan mereka bagaimanapun caranya seperti saat ini. Sangjae dan Sehun sedang makan siang bersama di kantin, tentunya dengan kedua pengikut setia mereka. Mereka duduk di meja berkapasitas enam orang, Sangjae dan Sehun duduk bersebelahan sedangkan Soojoon dan Luhan duduk di seberang mereka. Saat mereka sedang asik bercanda bersama, tiba-tiba laki-laki itu datang membawa nampan makan siangnya,
“Hello, boleh aku duduk disini? Sepertinya bangku yang lain sudah penuh.” Kata Zitao. Sangjae, Sehun, dan Luhan terlihat sangat ragu untuk menerima Zitao duduk di bangku ini. Soojoon yang sedari tadi memerhatikan keadaan kantin pun mengiyakan karena tidak ada pilihan lain. Masalahnya, apa yang dikatakan Huang Zitao itu benar, tidak ada bangku yang tersisa untuk didudukinya.
“Duduklah.” Kata Soojoon, dengan nada tidak ikhlas. Zitao dengan senang hati duduk di tengah-tengah Sangjae dan Sehun. Sangjae yang merasa tidak nyaman pun berpindah tempat duduk menjadi di sebelah Soojoon.
“Kenapa kau pindah? Aku kan ingin duduk di sebelahmu.” Tanya Zitao.
“Tetapi aku tidak ingin duduk di sebelahmu.” Jawab Sangjae.
“Huh? Kenapa kau jadi jahat sekali? Padahal dulu kau yang sering memintaku untuk duduk di sebelahmu.” Kata Zitao. Semua yang duduk di bangku itu, kecuali Sangjae dan Zitao, merasa adanya ketegangan antara mereka berdua. Apalagi Soojoon, yang tahu bagaimana reaksi Sangjae ketika masa lalunya diungkit-ungkit. Pernah sekali ia bertanya tentang cinta pertama Sangjae (yang pastinya adalah Huang Zitao), lalu ekspresi Sangjae berubah dan ia membentak Soojoon agar tidak bertanya soal itu lagi. Soojoon merasa ia harus menghentikan percakapan ini dengan segera. Ia memegang tangan Sangjae dengan kuat agar emosi Sangjae meredam, setidaknya sedikit.
“Bisakah kau tidak mengungkit-ungkit lagi masa lalu?” Tanya Sangjae pada Zitao dengan nada tenang. Sepertinya apa yang dilakukan Soojoon berhasil.
“Memangnya tidak boleh? Aku kan hanya ingin mengingat-ingat lagi apa yang kita lakukan dimasa lalu. Siapa tahu kita bisa melakukannya lagi kan?” Jawab Zitao.
“Apa maksudmu dengan melakukannya lagi,huh? Kau mau aku menjadi yeojachingu-mu lagi?! Cih.” Kata Sangjae.
“Tentu saja. Aku ingin kita mengulang kembali apa yang kita lakukan dulu. Aku ingin kita mengulang kembali hubungan kita. Can you give me a second chance,please?” Pintanya. Sangjae pun berdiri dari duduknya dan berkata pada ketiga temannya,
“Aku tidak suka duduk di sini, lebih baik kita pindah saja.” Sehun berdiri tanpa harus disuruh, lalu disusul Soojoon, dan terakhir Luhan. Mereka pergi dari meja tersebut dan berpencar ke kelas masing-masing. Saat ini Sehun ingin sekali menenangkan Sangjae. Tetapi, gadis itu sedang dalam mood yang sangat jelek sehingga Sehun mengurungkan niatnya itu.
***
Esoknya, Sehun , Soojoon, dan Luhan kembali berkumpul bersama Sangjae. Sangjae saat ini sudah terlihat lebih baik daripada kemarin. Kali ini mereka berkumpul di sebuah café yang dekat dengan sekolah mereka sepulang sekolah. Sangjae duduk bersebelahan dengan Sehun sementara Soojoon duduk bersebelahan dengan Luhan.
“kalian seperti sepasang kekasih. Kalian cocok sekali.” Ucap Luhan. Mendengar hal itu, Soojoon mengangguk setuju sedangkan wajah kedua orang yang dimaksud Luhan langsung memerah. Tak mau kalah, Sehun berkata,
“Kau dan nuna juga cocok sekali, hyung. “ Kata Sehun. Soojoon yang saat itu sedang meneguk tehnya pun tersedak, lalu memberikan death glare pada adiknya itu.
“Kau tak apa?” Tanya Luhan pada Soojoon dan ini membuat wajah Soojoon memerah.
“yes, I’m okay.” Jawab Soojoon. Sehun pun tersenyum melihat reaksi nuna-nya itu. Sudah lama ia menduga kalau nuna-nya itu menyukai Luhan.
“Sehun, lain kali jangan berbicara yang aneh-aneh. Kasihan nuna-mu ini sampai tersedak mendengarnya.” Kata Luhan.
“Kalau begitu kau juga tak perlu bicara yang aneh-aneh, hyung.” Kata Sehun. Sangjae dan Soojoon tertawa melihat kelakuan mereka.
Langit pun mulai gelap, mereka segera pulang ke rumah masing-masing.
***
Sesampainya di rumah, Sehun segera merebahkan diri di kasurnya. Tanpa sadar ia sedang memikirkan Sangjae. Ia membayangkan wajah Sangjae yang manis itu. Senyumnya yang manis, Matanya yang indah, kelakuannya yan menggemaskan.. Dengan memikirkan hal yang seperti itu saja sudah membuat wajah Sehun merona dan jantungnya pun berdetak lebih kencang. Sehun berpikir sepertinya ia sudah jatuh cinta pada sahabatnya itu. Tetapi, ia belum tahu pasti. Karena penasaran dengan hal yang dialaminya, ia pun segera menuju ke kamar nuna-nya untuk menanyakan hal itu.
Tok tok tok
“masuk!” Kata Soojoon. Sehun pun memasuki kamar Soojoon yang terlihat rapi itu, lalu duduk di sofa dekat meja komputer nuna-nya itu.
“Ada apa, Sehun-ah?” Tanya Soojoon.
“Aku ingin menanyakan sesuatu pada nuna. Ini tentang perasaanku kepada Sangjae.” Jawabnya.
“Aigoo~ apa kau menyukainya, Sehunnie?” Tanya Soojoon, senyum merekah di bibirnya.
“Uhmm.. aku masih tidak tahu. Tetapi setiap aku didekatnya, rasanya jantungku berdetak lebih kencang. Lalu aku juga merasa bahwa aku harus melindunginya sampai kapanpun. Bahkan ketika membayangkan wajahnya saja aku sudah merasakan seperti itu. Apa itu artinya aku menyukainya?” Jawab Sehun sambil menjelaskan kepada nuna-nya.
“Omo, Uri Sehunnie sudah besar. Tentu saja itu tanda-tanda bahwa kau menyukainya. Aku tidak menyangka kau sepolos ini, Sehunnie.” Kata Soojoon. Mendengar kalimat terakhir dari nuna-nya itu membuat Sehun memasang death glare-nya.
“Aku bercanda. Uri Sehunnie memang polos.” Kata Soojoon sambil mengacak-acak rambut adiknya.
***
Setengah tahun pun sudah terlewati. Sudah banyak pula memori yang dibuat oleh Keempat sahabat itu. Especially, Sangjae dan Sehun. Mereka berdua sebenarnya saling menyukai satu sama lain tetapi belum ada yang berani mengungkapkannya. Darimana kita tahu bahwa Sangjae juga menyukai Sehun? Being the most curious girl, Soojoon menanyakan hal itu pada Sangjae sendiri dan Sangjae menjawabnya dengan malu-malu. Dan juga sudah tidak ada lagi Huang Zitao diantara mereka. Zitao sudah menyerah karena tahu bahwa sepertinya Sangjae menyukai Sehun dan dia juga tidak bisa menghancurkan hubungan Sehun dan Sangjae. Tetapi ada satu hal lagi penghalang antara Sehun dan Sangjae, yaitu perihal kembalinya Sehun ke London.
Sehun baru saja mengetahui hal ini dari mulut nuna-nya sendiri beberapa menit yang lalu. Hal ini harus diakui sangatlah mendadak dan mengejutkan. Sebenarnya mereka tahu jika suatu saat nanti mereka akan kembali ke London karena hubungan orangtua mereka yang memburuk. Sehun dan Soojoon tahu sekali kalau perceraian itu terjadi, mereka akan kembali ke London tinggal bersama ibunya. Sekarang, Sehun dan nuna-nya sedang berada di kamarnya memikirkan bagaimana caranya memberitahukan hal ini kepada sahabat mereka.
“Kenapa harus secepat ini? Aish! Aku bahkan belum mengatakan perasaanku padanya.” Kata Sehun sambil mengacak rambutnya frustasi.
“Kau harus segera mengatakannya. Setidaknya itu membuat dia senang walaupun kau akan meninggalkannya. Kalian kan bisa long distance relationship. “ Kata Soojoon.
“Tetapi..” Belum sempat Sehun melanjutkan perkataannya, Soojoon berkata dengan suara yang keras dan penuh kekesalan,
“Kau ini pengecut sekali! Bisanya hanya menyuruh orang untuk berbohong! Kau ini. Aku sedang kesal padamu tetapi kenapa aku membantumu menyelesaikan masalah ini!”
“Sam..” Ucap Sehun, dia sama sekali (atau berpura-pura) tidak mengerti apa yang Soojoon katakan.
“Aku tahu.. Kau yang menyuruh luhan untuk menyatakan perasaannya kepadaku. Tapi aku juga tahu kalau itu sebuah kebohongan! Dari dulu dia sama sekali tidak menyukaiku lebih dari sebagai teman, hun. Kenapa kau melakukan itu pada nuna-mu sendiri?! Apa kau tak tahu kalau hatiku lebih sakit ketika mengetahui hal ini dibandingkan dengan mengetahui kalau dia sama sekali tak menyukaiku,hah?! Jadi, sekarang lebih baik kau katakan pada Sangjae tentang perasaanmu itu sebelum dia sakit hati karena dia pikir kau tidak menyukainya,hun.” Kata Soojoon, lalu meninggalkan kamar Sehun.
“Aku hanya ingin nuna-ku bahagia, apa itu salah?” bisik Sehun pada dirinya sendiri.
“Tetapi akan kucoba besok untuk menyatakan perasaanku pada Sangjae. Demi dia, aku, dan juga nuna-ku.” Lanjut Sehun.
***
“We have something to tell you guys.” Soojoon memulai pembicaraan mereka berempat.
“Tell us.” Kata Luhan. Luhan merasakan sesuatu yang tidak bagus bagi mereka.
“We’re moving next week to our previous hometown.” Kata Soojoon lagi. Sehun saat itu hanya diam saja, sedangkan dua orang lainnya menatap Soojoon dan Sehun dengan kaget. Sangjae belum ingin berpisah dengan Sehun. Sedangkan Luhan, yang sejak saat itu menjadi lebih perhatian pada Soojoon, merasa ada sesuatu yang aneh dalam dirinya ketika membayangkan dia tanpa Soojoon.
“Aku tahu ini mendadak. Sejujurnya, aku juga tidak mau pindah. Sehun pun juga begitu. Tetapi kami setuju untuk pindah kesana demi membahagiakan eomma- kami.” Lanjut Soojoon.
“Kenapa bisa mendadak seperti ini, eonni?” Tanya Sangjae.
“Seperti yang aku ceritakan waktu itu, hubungan orangtua kami memburuk sejak 1 tahun lalu. Kami tidak menyangka bahwa eomma akan menceraikan appa secepat ini. Dari dulu, orangtua kami sudah setuju bahwa jika mereka bercerai, hak asuh akan diberikan eomma. Eomma , walaupun seorang korea, dia tidak mau tinggal di luar London. Jadi, kami diharuskan untuk pergi kesana.” Jelas Soojoon.
Setelah menjelaskan tentang hal itu, mereka lanjut mengobrol. Mengobrol tanpa henti seakan-akan there’s no tomorrow for them. Sebelum mereka pulang, Sehun menarik Sangjae dan berkata,
“I have something to tell you. Personally.”
Luhan menatap keduanya heran dan berniat untuk membuntuti mereka namun ia dicegah dan ditarik oleh Soojoon untuk segera pulang.
Let’s take a look to Sehun and Sangjae..
Sehun menarik Sangjae ke taman terdekat dari sekolah mereka. Mereka segera duduk di salah satu kursi taman. Suasana sempat sunyi sebelum Sangjae bertanya pada Sehun,
“Apa yang mau kau bicarakan, Sehun?” Sehun menatap Sangjae dengan tatapan yang serius. Tangannya yang sedari tadi memegang tangan Sangjae pun mengeratkan pegangannya. Sangjae yang merasakan hal itu pun menjadi lebih penasaran.
“Sehun?” Kata Sangjae, berusaha untuk membuat Sehun berbicara.
“Sangjae, aku akan mengatakan sesuatu padamu. Tetapi janji padaku kalau kau tidak akan tertawa, ataupun marah.” Kata Sehun, masih menatap Sangjae dengan serius. Bukannya tambah serius, Sangjae malah tertawa karena kelakuan Sehun itu.
“Malhaebwa, ppali.” Suruh Sangjae.
“Aku..Aku menyukaimu, Sudah lama sekali.” Kata Sehun sambil memalingkan wajahnya,malu.
Sangjae yang mendengar hal itu pun menjadi merona tetapi juga tertawa melihat Sehun yang malu-malu seperti itu. “Aku..juga menyukaimu, Oh Sehun.” Katanya.
Wajah Sehun menjadi cerah, tapi tak lama setelah itu wajahnya berubah menjadi suram.
“Ada apa?” Tanya Sangjae,Khawatir.
“Tetapi, aku akan berada di London selama kurun waktu yang aku tidak tahu pasti. Kau tak mungkin menjadi kekasihku. Kau akan menjadi kesepian jika menjadi kekasihku.” Jawab Sehun.
“Jung Sangjae, Aku menyukaimu. Tetapi tidak bisa memilikimu selamanya. Jadi, tolong kurangi perasaanmu padaku. Carilah namja yang lebih baik dariku, lebih bisa menjagamu, yang bisa berada di sampingmu selamanya.” Lanjut Sehun. Sangjae meneteskan air matanya begitu mendengar kata-kata dari Sehun untuknya. ‘Bagaimana bisa anak ini setelah menyatakan perasaannya lalu menyuruhku untuk move on kepada oranglain?’ pikir Sangjae.
Sehun melihat bahu sangjae yang bergetar karena menahan tangisnya. Segera ia peluk Sangjae dengan erat dan berkata,
“Sorry, I’m really sorry, Jae-ya. Promise me you have to look to another boy,okay? So that you can be more happier than with me.”
“No, I can’t promise you, hun-ah.”
***
5 years later..
“Sehun, cepat! Supir appa sudah menunggu lama!” Kata seorang wanita berambut panjang yang menggunakan pakaian casual sambil membawa koper milik adiknya itu. ‘Kurang ajar sekali dia menyuruhku membawa kopernya’ Kata wanita itu dalam hati.
Oh Sehun, seorang photographer muda asal London akan menghadiri pameran photo terbesar yang kan diselenggarakan oleh appa-nya, yang juga seorang photographer, 2 hari lagi di Seoul. Photographer muda ini baru saja mendarat di bandara incheon airport. Banyak sekali orang-orang yang menyambutnya, terutama wartawan dari berbagai media massa.
“Bodoh, apa kau akan terus menganggapku seperti pembantumu atau asistenmu?! Aku ini nuna-mu!” Bisik Soojoon pada Sehun.
“Ah, mianhae, Sam. Nanti begitu kita sampai di Seoul, aku akan membawa koperku sendiri. I promise.” Bisik Sehun kembali pada Soojoon. Soojoon hanya bisa menggangguk mendengar pernyataan adiknya itu.
Sesampainya di mobil, Soojoon dan Sehun pun berbincang-bincang. Sehun dan Soojoon sudah satu tahun tidak bertemu. Appa mereka meminta Soojoon untuk menemaninya di Seoul, dan sangat mengejutkan bahwa eomma mereka menyetujui permintaannya. Soojoon sekarang juga berprofesi sebagai Photographer. Hanya saja kepopuleritasan Soojoon tidak sebanding dengan Sehun. Mungkin karena Sehun adalah anak appa yang berasal dari luar negeri dan sukses menjadi photographer majalah ternama di dunia.
“Oh Sehun, bagaimana rasanya ketika kau mendengar bahwa kau akan kembali ke Seoul, walaupun hanya beberapa hari?” Tanya Soojoon.
“Kau tahu, Sam? Aku sangat senang. Karena akhirnya aku bisa bertemu denganmu. You have no idea how much I miss my sister.” Jawab Sehun. Soojoon memutar bola matanya mendengar perkataan adiknya.
“So, Are you going to meet her? I can set up the time if you want to. Because I've already met her and Luhan before.” Tanya Soojoon.
“Aku pikir, aku tidak akan menemuinya sekarang, Sam nuna. Aku tidak mau kemunculanku yang tiba-tiba membuatnya terganggu. Bagaimana kabarnya sekarang? Is she happy? Is she already has someone?” Jawabnya lalu bertanya juga kepada Soojoon.
“ I think she’s happy enough but if you meet her, she’ll be more happier, hun-ah. No, She doesn’t have someone now.” Jawab Soojoon.
“I hope so. “ Ucap Sehun.
Perjalanan mereka yang cukup lama ini menjadi terasa singkat karena percakapan itu.
***
Sangjae, Luhan, dan Zitao sampai ke pameran photo itu 15 menit setelah pameran dibuka. Mereka datang kesini tentu saja untuk bertemu dengan Sehun dan Soojoon, kalau memungkinkan karena banyak sekali orang yang datang ke pameran yang diadakan hanya satu hari ini. Sangjae awalnya menolak ajakan Luhan dan Zitao untuk menghadiri pameran ini, setelah mengingat apa yang dilakukan Sehun padanya. Setelah malam itu, ia tidak bisa berhenti menangis. Ia terus saja menghindari Sehun sampai ia menyesal ketika hari dimana Sehun kembali ke London. Yang membuatnya lebih menyesal lagi adalah ketika tahu bahwa Sehun tidak akan kembali ke Seoul jika tidak ada hal penting yang terjadi di sana, begitu yang dikatakan Sehun lewat Soojoon. Terkesan kasar dan tidak sopan memang. Sangjae terpaksa menghadiri pameran ini karena aegyo yang diberikan oleh Zitao ( yang sekarang menjadi salah satu sahabat dan rekan kerjanya ) dan juga rayuan Luhan yang berkata ‘ Ayolah, temani aku. Aku ingin bertemu dengan Sehun dan Soojoon. Apa kau tak mau melihat Gege-mu dan eonni-mu bahagia?’ sambil memasang puppy eyes-nya, untuk saat itu ia menyesal mempunyai dua sahabat yang mempunyai keimutan yang overload.
“Ugh, kubilang juga apa. Aku tidak mau ketempat seperti ini, ini sangat ramai!” Protes Sangjae.
“Yah! At least, kita punya kesempatan untuk bertemu kedua sahabatmu itu kan?” Kata Zitao. Luhan mengangguk setuju. Harus Sangjae akui, bahwa dia sangat merindukan Sehun. Selama 5 tahun ini dia membayangkan bagaimana penampilan Sehun sekarang. Apa dia masih sekeren dulu, atau tambah keren dari yang dulu.
Ketika Sangjae menengok ke arah kiri, tak sengaja matanya bertatapan dengan sepasang mata yang sangat familiar. ‘Oh sehun’ Sangjae berkata dalam hati. Dia segera menghindari tatapan tersebut dan mempercepat langkahnya. Sangjae tidak ingin bertemu dengan Sehun sekarang, ia belum siap. Setelah jauh berjalan tiba-tiba pergelangan tangan kanannya dipegang oleh seseorang. Terpaksa ia harus melihat orang itu. Begitu ia menengok ke belakang, ia melihat figure yang sangat familiar, yang sangat ia rindukan selama 5 tahun ini.
“Oh Sehun.” Bisik Sangjae pada dirinya sendiri, berharap bahwa orang yang dibelakangnya ini tidak mendengar apa yang ia ucapkan.
“Ne, Sangjae-ah?” Ternyata Sangjae salah, orang itu mendengar betul apa yang ia bisikkan tadi. Sehun dengan segera menarik Sangjae ke dalam pelukannya. Ia memeluk Sangjae dengan erat , lalu berbisik,
“Awalnya, aku tidak akan bertemu denganmu tahun ini. Tetapi, kau malah datang kesini dan menarik perhatianku. Jung Sangjae, tak tahukah kau kalau aku sangat merindukanmu?”
Sangjae speechless mendengar kata-kata Sehun. Selama ini ia pikir Sehun tidak akan merindukannya, ia juga pikir bahwa Sehun sudah mempunyai seseorang yang lebih cantik dan baik daripada Sangjae disana. Mendengar hal itu hanya membuat Sangjae meneteskan airmatanya kembali untuk Sehun. Ia mulai terisak saat Sehun mengeratkan pelukannya lagi. Sehun berjanji ia tidak akan melepaskan Sangjae lagi.
“Jung Sangjae..” Ucap Sehun.
“Ne?” Sangjae mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Sehun.
“Jeongmal Saranghae. I love you so much. Will you be my girlfriend?”
“Yes, Sehunnie. I will.”