home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > When I Meet My Future Husband

When I Meet My Future Husband

Share:
Author : IkAsifa248
Published : 03 Nov 2013, Updated : 03 Nov 2013
Cast : Lee Hyukjae, Park Nara (OC)
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |2739 Views |2 Loves
When I Meet My Future Husband
CHAPTER 1 : Oneshoot

Tepat pukul 12:00 KTS seorang yeoja cantik berambut lurus sebahu menginjakkan kakinya untuk kedua kali di tanah kelahirannya Seoul, Korea Selatan. Di pintu kedatangan bandara Incheon, sudah ada seorang namja paruh baya yang menunggunya untuk mengantarnya ketempat tujuan.

“Kau pulang saja Ahjussi. Aku bisa membawa mobil sendiri.” ucap yeoja itu sambil melingkarkan syal berwarna biru muda di leher jenjangnya.
“Tapi Agassi…”
“Jangan membantahku. Atau kau mau ku pecat?” ujar gadis itu dengan angkuhnya.
“Animida Agassi. Jeonseohamnida. Hanya saja Agassi kan sudah sepuluh tahun tidak kesini, saya hanya takut Agassi tersesat.”
“Teknologi sekarang sudah canggih kan? Apa lagi di Negara ini. Dengan GPS semua mudah. Kau tidak perlu khawatir. Kau bisa pulang.”
”Algyeseumnida agassi. Saya permisi.”
”Hm...”

Gadis muda berusia 23 tahun (usia Korea) itu bernama Park Nara. Berdarah campuran, ibu Indonesia dan ayah Korea. Sayang, ibunya meninggal saat ia berusia lima tahun. Ia lahir di Korea, tapi saat berusia 13 tahun ia ke Indonesia untuk melihat tanah kelahiran ibunya. Dan hampir 10 tahun ia tinggal di Indonesia, bahkan tidak berniat kembali ke Korea. Ayahnya sendiri tidak peduli jika dirinya tinggal di Indonesia dan tidak memintanya untuk pulang ke Korea. Setiap bulan ayahnya mengirimkan uang sebanyak 30 juta won(sekitar Rp 240 juta) untuk memenuhi segala kebutuhan gadis itu selama di Indonesia. Ya, ayah Nara adalah seorang chaebol. Karena selalu bermandikan uang dan tidak mendapatkan kasih sayang, Nara menjadi gadis yang sombong dan angkuh. Tapi, tiba-tiba ayahnya memintanya pulang ke Korea. Ada hal penting yang harus di lakukan Nara. Nara sebenarnya tidak mau kembali, tapi sang ayah mengancam akan menyeret dirinya kalau tidak mau pulang dengan cara baik-baik.
***

Nara mengendarai mobilnya tak tentu arah dan tidak konsentrasi sedikit pun. Ia benar-benar tidak ingin menemui ayahnya. Tiba-tiba melaju motor dengan kecepatan biasa dari sebuah gang. Tapi karena Nara ceroboh akhirnya sedikit menabrak motor itu dan sang pengendara pun oleng ke samping.

Nara keluar dari mobilnya, ”Yaa!! Ahjussi.Berhati-hatilah sedikit. Kau lihat mobilku jadi penyok begini.” hardik Nara sambil menunjuk sedikit baretan di mobilnya.

Pengendara itu membuka helmnya.”Mworago? Kau yang tidak hati-hati. Aku sudah mengendarainya dengan benar, kau saja yang tiba-tiba muncul.” ucap namja itu tak kalah sengit.
”Aku tidak mau tau. Kau harus bertanggung jawab.”
”Tanggung jawab apa? Cuma sedikit goresan saja.Dasar orang kaya sombong! Seharusnya kau yang bertanggung jawab. Kau lihat ini motorku yang rusak parah.”
”Geure, berapa uang yang kau perlukan?” Nara kembali ke mobil dan mengambil dompetnya.

”Aigoo!Aku belum menukarkan uangku. Eotteokeh?” batin Nara saat melihat uang di dompetnya yang masih bermata uang rupiah.

”Begini, saat ini aku tidak membawa uang cash. Kau berikan saja no. rekeningmu. Nanti akan aku transfer.”

Namja itu tersenyum, tapi lebih mirip seringai. ”Aku tidak punya no. Rekening dan aku tidak butuh uangmu nona.”
”Jadi, apa yang kau mau?”
”Kita selesaikan ini di kantor polisi.” tantang namja berambut cokelat itu.

Nara sedikit terkejut, tapi kembali menormalkan ekspresi wajahnya, ”Baiklah.”
***

”Lee Hyukjae-ssi, menurut analisa kami kau lah yang bersalah. Kami akan mengurungmu selama 3 hari. Kau bisa saja bebas sekarang kalau ada orang yang menjaminmu”
”Mwo?! Maldo andwae. Aku yang jadi korbannya, kenapa aku yang malah di penjara. Wae?” Lee Hyukjae, namja pengendara motor tidak menerima keputusan polisi.

Sebenarnya, keputusan ini bukan tanpa alasan. Sebelumnya, Nara sudah menyuap polisi itu. Bukankah kalau uang sudah berbicara, segala sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin.

Begitulah, Hyukjae di kurung selama 3 hari. Dalam 3 hari itu, ia memikirkan 2 orang anak asuhnya yang sudah hidup bersamanya hampir 1 tahun. Mereka sudah makan atau belum? Apa mereka baik-baik saja? Walau pekerjaan Hyukjae hanya seorang nelayan di Busan berpenghasilan pas-pasan, ia memiliki hati yang mulia. 2 orang bocah berusia 5 dan 6 tahun itu ia temukan di dermaga. Tanpa status yang jelas, karena kasihan Hyukjae membawanya kerumahnya. Dan bocah-bocah itu tidak menolak sama sekali.
***


Nara menepikan mobilnya di pinggir jalan, ia tidak tau tengah berada dimana. Yang ia inginkan sekarang adalah tidak mau bertemu ayahnya. Ia melirik ponsel yang terdapat 10 panggilan tak terjawab, dan itu semua siapa lagi kalau bukan dari ayahnya. Nara kembali menjalankan mobilnya, lalu ia berhenti di sebuah warung yang lumayan ramai. Nara memesan soju. Ia ingin merasakan minuman khas Korea itu. 1 botol soju habis Nara tenggak dalam waktu 15 menit. Ia kembali ke mobil dan melajukan mobilnya. Kepalanya memang sedikit pusing tapi ia tetap berusaha menyetir. Tiba-tiba datang truk dari arah depan, Nara yang tidak konsentrasi memutar stir dan malah menabrak pembatas jalan yang memisahkan jalanan dan sungai besar di pinggirnya, mobil itu terjun bebas ke dalam sungai.
***


Hyukjae yang baru keluar dari penjara Seoul kembali ke Busan. Untung saja ia masih mempunyai beberapa lembar uang untuk ongkos pulang. Sebelum pulang ke rumah, Hyukjae menyempatkan diri memancing beberapa ikan untuk makan malam. Tapi, tiba-tiba ia di kejutkan dengan sebuah tangan di pinggir dermaga. Pelan-pelan Hyukjae menarik tangan itu, betapa terkejutnya ia melihat seorang yeoja tak sadarkan diri. Orang-orang di dermaga juga membantu Hyukjae untuk mengangkat yeoja itu ke tepi. Hyukjae menyibak rambut yang menutupi sebagian wajah yeoja itu. Dan betapa terkejutnya Hyukjae,itu adalah gadis yang sudah membuatnya terkurung di penjara selama 3 hari.

”Weoyo Hyukjae-ya? Kau mengenal gadis ini?” tanya ahjumma tetangga sebelah rumah Hyukjae yang kebetulan juga sedang ada di TKP.
”Tentu saja. Dia gadis yang sudah membuatku tidakpulang selama 3 hari. Aku di penjara gara-gara dia. Dan motorku juga rusakgara-gara dia.”
”Jinjja? Jadi kau tidak pulang karena di tahan? Geurom,bagaimana dengan gadis ini? Apa dia sudah mati?”

Hyukjae menyentuh pergelangan tangan gadis itu.”Sepertinya dia masih hidup. Bawa ke rumahku saja.”

Mereka pun membawa Nara ke rumah Hyukjae. Sudah hampir 8 jam tapi Nara belum sadar juga. ”Apa yang terjadi padamu gadis sombong? Lihatlah. Betapa lemahnya dirimu sekarang.” Hyukjae masih kesal dengan kejadian yang menimpanya beberapa hari silam.
***

Nara mengerjapkan matanya perlahan, lalu memegang dahinyanya yang sedikit pusing. Ia menoleh kesamping karena sepertinya ada sesuatu yang berat menimpa tangannya. Ia pun menarik tangannya sehingga namja yang sedang tertidur itu pun terbangun. Namja itu sedikit mengucek matanya, ”kau sudah sadar?” tanyanya.

Nara sedikit bingung dan mengerutkan dahinya, ”No nuguseyo?”
”Kau tidak ingat aku?”

Gadis berambut coklat gelap itu hanya menggeleng,ia melihat sekelilingnya yang tampak terasa sangat asing.

”Yaa!!! Secepat itukah kau melupakanku, eoh?”
”Nan meolla. Aku tidak tau dan tidak ingata papun.” Nara memegang kepalanya dan sedikit meringis.
”No gwenchanna? Kau tidak ingat apapun? Ireumi mwonneyo?”
”Ireum? Nega?” lagi-lagi Nara menggelengkan kepalanya dan menunjukkan ekspresi kebingungan.

Hyukjae terkejut, mungkinkah gadis ini hilang ingatan?

”Yaa!! Kenapa aku tidak ingat apapun? Kau siapa? Dan aku?” tanya gadis itu bertubi-tubi
”Kau.. kau istriku, Park Nara. Ani, Lee Nara.”jawab Hyukjae.

”MWO??!! I...istri? Ka..Kau suamiku?! Maldo andwae!!!” Nara menggeleng keras.
”Ne, aku suamimu chagi.” ucap Hyukjae sambil memegang tangan Nara. Namun secepatnya gadis itu menarik tangannya.

Nara terus menggeleng, ”Walau aku tidak ingat apapun. Tapi tidak mungkin aku istrimu.” Nara melihat sekelilingnya. ”Ani..aniya..”

”Percayalah chagi. Bahkan kita sudah mempunyai 2orang anak.”
”MWO?!” mata Nara membulat sempurna.

”Jaehee-ya, Jaemin-ah. Kemarilah. Eomma kaliansudah sadar.” Panggil Hyukjae.

Seorang bocah lelaki dan perempuan itu pun datang tergopoh-gopoh. Hyukjae memeluk ke dua bocah itu. ”Lihatlah, ini anak kita. Kau tidak ingat?”


Nara kembali menggelengkan kepalanya. ”Jaehee-ya,Jaemin-ah. Ini eomma kalian. Peluklah.” titah Hyukjae. Bocah-bocah yang tidak tau apa-apa itu pun menuruti perintah Hyukjae karena mereka merasa tidak sendiri lagi, sudah punya ayah dan sekarang ibu.
***

Apa sebenarnya rencana Hyukjae? Hyukjae tidak ada niat jahat pada Nara, ia hanya ingin memberi sedikit pelajaran hidup pada gadis sombong itu. Nara masih sering melamun dan tidak percaya dengan dirinya yang sudah menikah dan memiliki anak.

”Yaa!! Kau bilang kita sudah menikah kan? Mana surat dan foto-foto pernikahan kita? Aku perlu bukti.” pinta Nara.

“Baiklah chagi, chankamannyo.” Hyukjae mengedipkan sebelah matanya, Nara hanya mampu melengos kesal.

“Ini foto pernikahan kita. Dan ini surat nikah kita.” Hyukjae menyerahkan beberapa lembar foto dan sebuah surat. Dari mana Hyukjae mendapatkan itu semua? Tentu saja semuanya palsu. Foto itu hanya manipulasi. Begitu juga surat nikah, palsu. Ia meyimpan tas milik Nara yang didalamnya terdapat beberapa foto Nara dan dompet yang berisi kartu identitas gadis bermata bulat itu.
***

“Chagiya, aku berlayar dulu ya. Kau bersihkan rumah dan jaga anak-anak.” Pamit Hyukjae. Nara hanya memajukan bibirnya beberapa senti, tidak memperdulikan ucapan Hyukjae.

Hyukjae memegang kedua bahu Nara dan menatap ’istri’ nya itu. Walau lupa ingatan, sikapmu tetap tidak berubah, batin Hyuk. Nara merasa risih dengan tatapan Hyuk.

”Wae? Kenapa kau melihatku seperti itu?”
”Yeppo.” yah, walau tampang gadis itu sangat menyebalkan. Hyukjae tidak bisa memungkiri bahwa gadis ini cantik. Dengan rambut sebahunya yang ia ikat sedikit dan menyisakan beberapa helai di sisi kanan dan kirinya, memperlihatkan leher jenjangnya yang putih mulus. Meskipun hanya di balut pakaian yang sangat-sangat sederhana, Nara sangat mempesona dimata seorang Lee Hyukjae. Tapi bila mengingat keangkuhan gadis itu, pesona itu akan lenyap seketika.

Wajah Nara bersemu merah, karena baru kali iniHyuk memujinya. Dan Hyuk bisa melihat itu semua, bahkan ia semakin berniat untuk menggoda gadis itu. Hyuk semakin mendekat, tapi bukan Nara namanya kalau tidak bisa mengatasi hal-hal seperti itu. Hyukjae memajukan kepalanya dan memiringkannya sedikit hingga jarak mereka cukup dekat. Nafas Hyukjae bahkan sudah menerpa wajah Nara.

”Mau apa kau?” tanya Nara dengan santainya. Yah,walau tidak bisa dipungkiri jantungnya mendadak berdetak lebih cepat. Tapi Nara bisa bersikap biasa dan santai seolah tidak terjadi apa-apa pada dirinya.

Hyukjae memundurkan kepalanya, tidak menyangka kalau gadis itu akan bereaksi seperti itu. ia pikir Nara akan bersikap sepertigadis-gadis yang gugup ketakutan saat seorang namja berbuat seperti yang ia lakukan tadi. Idenya untuk menggoda gadis itu gagal total.

”Ani. Aku..aku..melihat ada sesuatu di matamu. Kaubelum mandi ya?” ejek Hyuk

Nara mengeluarkan deathglare-nya, ”Mworago?”
Hyuk segera kabur sebelum gadis itu memukulnya.”Yaa!! No oddiga? Awas kau Lee Hyukjae.”

Hyukjae yang berlari sampai di depan pagar rumahnya, lalu berbalik dan berteriak, ”Jangan lupa bersihkan rumah dan masak yang enak. Aku pergi.” tubuh Hyukjae tampak menghilang di balik tikungan.

”Aish.. dia pikir aku ini pembantu. Menyebalkan! Aku ini kan istrinya.” omel Nara. Istri? Tidak? Apa aku sudah menerimanya sebagai suami? Tidak..tidak... aku bahkan tidak mengingat apapun, batin Nara.

Begitulah, setiap hari Nara harus mengurus anak-anak dan membersihkan rumah seperti ibu rumah tangga selayaknya. Sebenarnya Nara sangat-sangat tidak terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga.Tapi, karena ia yeoja yang sangat menjunjung tinggi kebersihan dan kerapian mau tidak mau ia harus melakukannya. Walau kadang, yang ia lakukan tidak pernah sempurna, yang penting sudah terlihat bersih dan rapi dimatanya sendiri.
***

Terlihat langit siang ini seolah kompak berbalutkain putih dengan hiasan kabut gelap yang berarak liar di atas sana. Terganggu dalam gerakan rintik hujan yang seakan terus membayangi dunia, memberikan rasa dan suasana yang menggelitik permukaan kulit tipis dan errr... terasa cukup dingin memang. Nara tengah menjemur pakaian yang baru saja selesai di cucinya di halaman belakang rumah.

”Sampai kapan hidupku akan terus begini? Rasanya badanku akan remuk sekarang juga.” keluhnya dan itu terdengar oleh ahjumma tetangga sebelah rumahnya.

”Memang itu lah tugas seorang istri.” sambung ahjumma itu.

Nara menoleh dengan tampang sebal ke arah ahjumma itu, ”Ahjumma, apa benar aku istri nya?”
”Apa maksudmu?”
”Apa benar namja itu suamiku? Aku tidak ingat apapun.”
”Ge..geuromnyo. kalau dia mengatakan kau istrinya ya tentu saja itu benar.” ahjumma itu sedikit gugup.

Nara hanya melengos, lalu kembali ke rumah. Emosi Nara kembali naik tatkala melihat rumah yang berantakan, ke dua bocah itu tengah kejar-kejaran didalam rumah dengan riang gembira.

”Jaehee-ya, Jaemin-ah. GEUMANHE!!!” teriak Nara.
Sontak kedua bocah itu menghentikan aktivitas mereka. Dengan aura evil, Nara berjalan cepat mendekati bocah-bocah itu. Jaehee dan Jaemin ketakutan melihat ekspresi wajah eomma mereka. ”Kalian. Apa yang sedang kalian lakukan, eoh? Lihat ini. Aku sudah membersihkan dan merapikan semua ini. Tapi sekarang apa? Semuanya berantakan. Dasar anak-anak nakal.” Nara mengangkat tangannya berniat memukul bocah-bocah itu, tapi diturunkannya kembali karena tidak tega. Ia hanya mampu menepuk-nepuk dadanya agar bisa bersabar.

Dengan emosi yang masih membuncah didadanya, Nara ke kamar lalu memasukkan baju-bajunya kedalam tas. Ia berniat pergi dari rumah itu. Ia sudah tidak tahan dan lelah dengan hidup yang serba pas-pasan.

”Eomma! Khajima. Mianhe eomma.” Jaehee menarik tangan eommanya agar tidak pergi. Sementara si kecil Jaemin hanya bisa menangis. Nara tidak peduli dan tetap pergi. Ahjumma sebelah rumah melihat kejadian itu lalu menghampiri Nara.

”Kau mau kemana Nara-ya?”
”Ahjumma, aku akan pergi. Aku ingin memperbaiki kehidupan ku. Aku lelah hidupseperti ini.”
“Tapi, kau akan pergi kemana? Kau masih sakit, kau belum mengingat apapun, bagaimana kalau terjadi sesuatu.”
”Gokjonghajima. Aku bisa menjaga diriku. Aku akan ke kota, mungkin ke Seoul. Tolong sampaikan pada Hyukjae.”
”Nara-ya...”
”Na kalkke. Jaehee-ya, Jaemin-ah, eomma pergi dulu. Dan jangan nakal ”ucapnya sambil mengusap kepala bocah-bocah itu.

”Eomma!!! Hiks..hiks...” tangis mereka.
*****

Hyukjae panik saat ahjumma menelepon dan mengatakan Nara yang pergi dari rumah. Ia pun menyusul Nara ke stasiun. Hyukjae mengedarkan pandangannya ke setiap sudut stasiun mencari yeoja yang entah kenapa ia tidak siap kehilangannya untuk saat ini.

Nara kaget saat seseorang menarik pergelangan tangannya.

”No odiga?!” teriak seorang namja
Nara membalikkan badannya, ”Noe?”
”Yaa!! Kau mau kemana?” tanya Hyukjae lagi.
”Lepaskan aku.” Nara menghentak tangannya agar terlepas dari genggaman Hyukjae.
”Oddirago?!”
”Apa pedulimu?” tanya Nara tidak kalah sengit.
”Kau istriku. Kau tidak bisa pergi begitu saja tanpa memberitahuku.”
”Istri? Tsk.. aku tidak merasa kalau aku ini istrimu. Bahkan kau tidak pernah bersikap layaknya seorang suami terhadapku.”cibir Nara.
”Geure. Setidaknya kau pikirkan anak-anak kalau kau memang tidak pernah menganggapku.”
”Anak? sebenarnya apa artiku untukmu? Aku merasa kau hanya menganggapku sebagai pengurus rumah tangga seperti pembantu dan baby sitter anak-anakmu. Kau tenang saja, aku akan kembali. Setelah aku mendapatkan uang yang banyak aku akan pulang. Aku pergi hanya untuk memperbaiki kehidupan kita.”

’kembali?Mungkinkah kau akan kembali setelah ingatan mu pulih?’ batin Hyukjae.

”Keunde, kau masih sakit. Aku akan mengijinkanmu pergi kalau ingatan mu sudah pulih.” ucap Hyukjae.

”Onje? Kapan ingatan ku akan kembali? Aku tidak mau lebih lama lagi jadi pembantu dan baby sitter.”

”Kau bukan pembantu dan baby sitter. Kau istriku.”

Nara semakin emosi tatkala melihat sepasang kekasih sedang berpelukan mesra, setelah sang kekasih turun dari kereta. Ia iri dengan pemandangan itu. Aneh memang, kenapa ia harus iri?

”Ani. Walau aku tidak ingat apapun. Aku semakin yakin kau bukan suamiku. Karena kau tidak pernah memperlakukanku sebagai seorang istri. Bahkan setiap malam aku tidur di kamar anak-anak. Kau—”

Chuu~

Hyukjae membungkam mulut Nara dengan bibirnya. Nara sontak terkejut dan berusaha melepas tautan bibir mereka dengan mendorong tubuh Hyukjae. Tapi sia-sia Hyukjae memperdalam ciuman mereka dengan menahan tengkuk Nara dan tangan satunya memeluk pinggang Nara.

Hyukjae melepas ciumannya, namja itu menatap Nara dengan pandangan yang sulit di artikan. Ia sendiri bingung kenapa malah mencium gadis itu. Nara sendiri merasa ada sesuatu yang aneh merasuki tubuhnya. ”K..kau..” ucap Nara dengan suara parau.

”Mianhe.. anggap saja itu ciuman perpisahan kita. Aku tidak akan melarangmu pergi. Maafkan aku tidak bisa menjadi suami dan ayah yang baik. Bukan maksudku untuk mengabaikanmu. Selama ini aku tidak pernah menyentuhmu bahkan kita tidur terpisah karena ingatan mu. Kau tidak ingat apapun. Aku tidak akan menyentuhmu sebelum ingatanmu kembali. Aku bukan orang yang bisa mengambil kesempatan dalam kesempitan. Bahkan kau sendiri tidak percaya kan bahwa aku suamimu. Jadi—”

”Keuman! Arraseo. Na kalkke.”
”Yeh. Jaga dirimu.” Hyukjae membenarkan syal yang melilit leher Nara, sedikit mengeratkannya karena udara memang sangat dingin. Gadis itu hanya mampu menundukkan kepalanya.

”Annyeong.” Hyuk berbalik dan berjalan perlahan meninggalkan stasiun. Begitu juga Nara, ia berbalik tapi diam di tempat. Ia memikirkan kata-kata Hyukjae tadi. Ia menyentuh bibirnya. Kenapa sekarang rasanya sulit untuk melangkah pergi? Nara memegang kepalanya dengan kedua tangannya. ”pabo! Kenapa aku tidak bisa mengingat semuanya?” rutuknya dalam hati.

Hyukjae berjalan gontai menuju rumahnya yang masih 500 meter lagi. Ia menghela nafas, entahlah kepergian gadis itu seolah menghilangkan semangat hidupnya. ”Argh!!” teriaknya sambil menjambak rambutnya.

Grepp!!

Hyukjae merasa ada seseorang yang memeluknya daribelakang. ”Mianhe.”

Hyukjae sontak menegang, ia sangat hafal suara itu. Gadis yang tak lain adalah Nara, Ia semakin mengeratkan pelukannya. Tubuhnya bergetar menahan tangis. Hyukjae membalikkan tubuhnya, dilihatnya gadis itu tertunduk sambil terisak. Di rengkuhnya wajah Nara dengan kedua tangannya, lalu menghapus air mata gadis itu dengan kedua ibu jarinya. ”Ullijima.” ucap Hyukjae.

Hyukjae menarik tubuh gadis itu dalam pelukannya. Menenggelamkan kepala Nara tepat didada bidangnya. Nara semakin tidak mampumembendung tangisnya, ia merasa begitu egois. Hampir saja pergi meninggalkan namja itu karena ego nya. Ia baru menyadari kalau Hyukjae adalah lelaki yang baik. Bahkan tidak pernah mengambil kesempatan dengan kondisinya yang seperti ini. ”Mianhe, aku tidak akan pergi lagi. Mianhaeyo.” ucap Nara disela-sela tangisnya.

”Gwenchanna. Ullijima. Nado mianhe” sepertinya Hyukjae benar-benar merasa sangat bersalah. Ia sudah menciptakan kebohongan besar, kebohongan yang bisa membuatnya akan kehilangan gadis itu untuk selamanya seandainya ingatan Nara benar-benar kembali. Tapi, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengungkapkan kebenaran. Melihat gadis itu kembali saja membuatnya sangat bahagia. Hyukjae sendiri tidak tau kenapa ia malah tidak bisa berpisah dari gadis itu. Mungkinkah...ah entahlah biar waktu yang akan menjawab semuanya.
***

Ruas-ruas jalan disepanjang taman hiburan ini tampak terlihat ramai dengan begitu banyak orang-orang yang berlalu lalang. Walau langit semakin gelap tapi tidak menghalangi orang-orang yang menghabiskan akhir pekannya di tempat ini. Beberapa di antaranya tengah tertawa lepas dan bercanda bahagia, seolah tidak ada beban. Mungkin sama halnya dengan keluarga kecil ini, sudah sejak tadi mereka menghabiskan waktu bersama dengan riaknya kebahagiaan yang terpancar dari wajah mereka.

”Kau suka?” tanya Hyukjae.
”Ne. Gomawo sudah mengajakku kemari. Sebenarnya aku sangat bosan berada dirumah setiap hari.”
”mianhe. Mulai sekarang aku akan lebih memperhatikanmu.”
”tidak usah memaksakan diri karenaku. Aku akanlebih memahami kedaaan kita yang seperti ini”
”Aniyo. Sudah kewajibanku membahagiakanmu.” Hyukjae menautkan jari-jari mereka. Nara menyandarkan kepalanya di bahu Hyukjae. Rasanya begitu indah, ia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya.
*****

_Kebohongan memang menyakitkan, tapi kebohonganmu terlalu indah untukku_

Minggu pagi yang sangat cerah, Hyukjae membantu sang ’istri’ memasak. Karena memang ia sudah cukup bosan memakan makanan buatan Nara yang setiap hari hanya memasak omelet ataupun mie instan. Karena memang hanya itu yang bisa di masak seorang Park Nara.

Tok! Tok!

Terdengar suara ketukan pintu. Nara menghentikan aktivitasnya yang sedang mengiris bawang. ”biar aku saja.” ucapnya pada Hyukjae.

Nara membuka pintu dan dilihatnya seorang pria paruh baya yang tampak sangat terhormat bila dilihat dari pakaian yang dikenakan pria itu. Tapi, kenapa wajah pria itu tidak asing menurut Nara.

”Nuguseo?” tanya Nara.
”Nara-ya...” kata pria itu.
”Apa kau mengenalku?” tanya Nara dengan raut bingung.

Grepp!

Pria paruh baya itu malah memeluk Nara. Narason tak berontak dan melepaskan diri ia mendorong namja paruh baya itu sehingga pria itu hampir terjatuh.

”Yaa Ahjussi. Berani sekali kau memelukku!” teriakNara.
”Nara-ya. Ini appa.”
”Appa?”
”Kau tidak ingat Appa?”

Nara hanya menggeleng dengan ekspresi wajah bingungnya.

”Siapa itu chagi? Kenapa tidak di ajak masuk?”tanya Hyukjae yang perlahan jalan menghampiri Nara.

”Ayo kita pulang sayang” ajak sang ayah.
”Aniyo. Shiro.” tolaknya.
”Waeyo?”
”Aku sudah ada keluarga disini. Kenapa aku harus ikut denganmu?” Nara masih belum percaya kalau pria paruh baya itu adalaha ppanya.

”keluarga? Cuma aku satu-satunya keluargamu di negara ini.”

”Aniyo. Andwae.” Nara menutup pintu tapi tangan kekar pria paruh baya itu menahan dengan memegang daun pintu bercat cokelat itu

”Dengarkan appa. Appa tidak tau kenapa kau bisa berada disini. Dan lelaki itu, lelaki yang mengaku suamimu itu bukanlah suamimu. Kau belum menikah sayang.”

Nara menarik tangannya dari kenop pintu, kakinya melemas seolah tidak mampu menopang berat tubuhnya, matanya mengerjap perlahan. Hyukjae juga mendengar semua itu. Ia menghampiri Nara yang sudah jatuh terduduk, ”gwenchannayo?” tanya Hyukjae khawatir sambil memegang bahu Nara. Nara langsung menepis tangan Hyukjae.

”Siapa? Siapa kau sebenarnya?” tanya Nara dengantatapan yang paling tajam pada namja dengan gummy smile itu.

”A..aku..” Hyukjae tidak mampu meneruskan kalimatnya. Apa ini akhir segalanya? Baru saja kemarin ia merasa bahagia, kenapa Tuhan secepat ini mengambil kebahagian itu?


”Dia penipu. Dia hanya memanfaatkanmu. Ayo kitapulang.” ayah Nara masuk dan menarik tangan puterinya itu. Tapi Nara menghempasnya begitu saja. Sekuat tenaga Nara menahan air matanya, tapi tetap saja bulir bening itu jatuh membasahi pipinya. Matanya merah menahan sesuatu. Marah, kesal, sedih, semuanya bercampur menjadi satu.

”Jawab aku Lee Hyukjae. Siapa kau sebenarnya? Apa benar yang dikatakan Ahjussi itu?” suaranya bergetar menahan tangis.

”Mianhe.” hanya itu yang mampu diucapkan Hyuk.
”katakan. Katakan bahwa itu tidak benar. Kau suamiku dan aku istrimu, iya kan?”

Hyukjae tertunduk, ia sudah tidak sanggup lagi mengatakan kebenaran. ”Pulanglah. Yang dikatakannya benar. Kau belum menikah. Aku bukan suamimu. Mianhe, aku sudah membohongimu.”

”Ani...aniya....” Nara menggelengkan kepalanya beberapa kali lalu memegang kepalanya kaut-kuat. ”Wae? Kenapa aku tidak ingat sedikitpun.” Nara semakin frustasi dan memukul-mukul kepalanya. Hyukjae segera menarik kedua tangan gadis itu. ”Hajima, jangan salahkan dirimu. Ini semua salahku.”

Tanpa menunggu waktu lama, Tn. Park memberi kode pada 2 bodyguard-nya yang berdiri di dapan mobil agar segera membawa putrinya. Nara meronta minta di lepaskan karena ia bisa jalan sendiri. Hyukjae menatap nanar kepergian Nara.

”Appa! Eomma mau kemana?”tanya Jaemin sambil menarik-narik kaos Hyukjae. Hyukjae jongkok, menyamakan tingginya dengan bocah itu.
”Eomma hanya pergi sebentar. Nanti juga pulang.” Hyukjae tersenyum miris. Bocah itu tidak percaya apa yang dikatakan Hyukjae dan berlari menghampiri Nara yang hendak menutup pintu mobil. ”eomma, khajima.”

Nara memandang bocah itu dengan tatapan dingin, ”Nan, neo eomma aniya.”

Brakk!!

Nara menutup pintu mobilnya dengan kasar.

”Huaaa....eomma...khajima..khajimalago..” tangis bocah berusia 6 tahun itu pun pecah. Hyukjae berlari menenangkan puterinya, tak pelak ia juga ikut menangis.

Mobil berwarna silver itu pun melaju perlahan .”Eommmaaa.....” teriak Jaemin di sela tangisnya.

Nara menutup mulutnya, berusaha menahan tangisannya. Tapi air mata itu tidak bisa berhenti mengalir. Tidak, ia tidak bisa pergi begitu saja. Ia sudah terlanjur mencintai keluarga barunya. Pergi begitu saja seperti ini tidaklah benar. ”Appa. Aku ingin kembali kesana. Jebal.” pinta Nara.

”Andwae! Kau masih memaafkan orang yang menipumu sebesar itu, eoh?”

”Aniyo appa. Hyukjae sangat baik padaku. Walau dia berbohong, dia tidak pernah berbuat macam-macam padaku.”

”No michieso? Jangan bilang kau menyukai namja miskin itu. Appa tidak akan pernah merestuinya. Kau tidak pantas untuknya.”

”Aku tidak peduli.”
”Yaa! Kau tidak ingat apapun. Ini hanya perasaan sesaatmu. Kau akan menyesal nantinya kalau ingatanmu sudah kembali.”
”SUDAH KUBILANG AKU TIDAK PEDULI! Kalau appa tidak mau mengantarku kembali kesana. Hentikan mobil ini.”

”tidak akan.”
”baiklah, aku akan melompat keluar.”
”terserah, kau tidak akan bisa.”

Nara menarik kuat-kuat pintu mobil itu, tapi tetap tidak bisa dibuka karena Tn. Park memang sudah mengunci pintu dan jendela itu secara otomatis. Nara seperti kehilangan akal sehatnya. Ia berusaha menghentikan supir, sang ayah menariknya tapi Nara terus berontak. Supir pun menjadi tidak konsentrasi karena Nara dari belakang terus berusaha memegang kendali. Naas! Mobil itu memutar setir untuk menghindari seorang pengendara sepeda motor, tapi malah menabrak truk besar di belakang pengendara motor. Tabrakan maut pun tidak bisa dihindari. Mobil terlempar beberapa meter, terbalik, dan berputar-putar.
***


Seberkas cahaya putih menyeruak masuk ke dalam penglihatan seorang gadis yang terbaring lemah di sebuah rumah sakit terkemuka di Seoul. Kepalanya dibalut kain putih dan selang oksigen menancap dihidungnya. Kelopak matanya tampak bergerak-gerak. Dan jari tangannya pun sedikit bergerak. Perlahan gadis itu membuka matanya. Semua tampak buram, itulah yang ia lihat saat ini.

Ceklek!

Terdengar suara pintu terbuka. Ekor mata gadis itu melirik untuk melihat siapa yang datang. Terlihat seorang dokter muda mempercepat langkah kakinya saat melihat sang pasien yang sudah 5 bulan koma akhirnya sadar juga.

”Kau sudah sadar? Kau bisa melihatku, Nn. Park?”tanya sang dokter. Lalu menyenter kedua bola mata pasiennya dengan senter kecil yang selalu dibawanya ketika menjalankan tugas sebagai seorang dokter. Tak lupa memeriksa tubuh pasien dengan stetoskop.

Pasien yang tak lain adalah Nara itu mengerjapkan matanya perlahan. Betapa senangnya ia orang yang pertama kali dilihatnya adalah Hyukjae. Tapi tunggu, kenapa Hyukjae tampak seperti tidak mengenali Nara. Nn. Park? Kenapa Hyukjae memangilnya seformal itu? Benarkah dia Hyukjae? Walau Hyukjae terlihat lebih rapi dan bersih, tapi wajah itu, Nara tidak akan pernah lupa wajah Hyukjae.

Nara menatap dokter itu tanpa berkedip. Nara melirik namtag dokter itu. ”Lee Hyukjae.” dokter itu benar-benar Hyukjae kah? Nara membuka sedikit mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tapi terasa begitu berat.Tangannya dan tubuhnya juga terasa sangat kaku. Sulit untuk digerakkan. Itu karena sudah berbulan-bulan ia koma tak sadarkan diri.

”Kau ingin mengatakan sesuatu?” tanya dokter.Dokter itu menunggu beberapa detik, tapi Nara tak kunjung mengeluarkan suaranya.

”Baiklah, aku akan memanggil ayahmu. Dia pastisenang melihatmu sudah sadar. Tubuhmu juga semakin stabil” ucap dokter itusambil tersenyum manis lalu melangkah pergi.

”Oppa.” ucap Nara pelan.

Hyukjae menghentikan langkahnya, walau suara itu begitu pelan dan parau tapi ia bisa mendengarnya. Hyukjae berbalik dan kembali menghampiri sang pasien.

”Waeyo Nn. Park? Kau perlu sesuatu?”

”Khajima oppa.” Nara menatap Hyukjae dalam-dalam. Hyukjae hanya mengerutkan keningnya pertanda bingung.
”Aku hanya keluar sebentar saja. Ayahmu ada diluar, aku akan memanggilnya.”

Nara mengerakkan tangannya perlahan dan menggapai tangan Hyukjae, lalu menggenggamnya ”Hyukjae Oppa.” tampak air mata mengalir dikedua matanya.

Gadis itu menangis, membuat Hyukjae semakinbingung, bahkan pasien itu tau namanya.
”Waeniriya, manhi appo?” tanya Hyukjae.
”Saranghe.” lirihnya.

Hyukjae sangat terkejut, sebenarnya apa yangterjadi dengan pasiennya ini? Apa gadis itu tengah mengatakan cinta padanya atau hanya sedang bercanda, tapi tatapan gadis itu menunjukkan kesungguhan yang amat dalam. Padahal ini adalah pertama kalinya ia berbicara pada pasien itu.

”Nn. Park, apa kau mengenalku? Apa sebelumnya kita pernah bertemu?”

 

FYI: ff ini sudah pernah di publish di akun facebook author & salah satu fp.

Kritik & saran bisa mention ke twitter @IkAsifa248 atau PM ke facebook: http://facebook.com/iqha.asifaixa

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK