(Choi Jung Eun POV)
Annyeonghaseyo. Choi Jung Eun imnida. Aku adalah seorang penyakitan yang mungkin bila kalian semua melihatku akan merasa jijik. Setiap aku berjalan kemanapun, orang-orang menatapku penuh rasa benci dan jijik seakan-akan aku monster yang paling mengerikan di muka bumi ini. Tetapi, apakah seorang penyakitan seperti diriku pantas merasakan suatu hal klasik yang disebut “cinta”? Kurasa tidak. Seperti sekarang ini, aku berusaha menghapus anganku yang sudah melayang dengan indahnya di dalam benakku. Aku tertawa pedih. Bagaimana mungkin ada yang mau menyukai seorang perempuan penyakitan seperti aku?
Ini adalah kisah hidupku dan mungkin kisah…cintaku. Entahlah, akhirnya ada yang dapat mengubah pemikiranku ini.
(Author POV)
“Ahh…”
Wanita itu memegang kepalanya yang kerap menyerangnya. Sakit luar biasa yang datang lagi. Entah kapan terakhir kali ia dapat merasakan kenyamanan dalam hidupnya. Jung Eun mengangkat kepalanya agar dapat melihat jam dinding yang terpasang ditembok sebelahnya. Ia mengambil obat yang ada di meja makan dan matanya membesar tiba-tiba. Ada makanan yang tersedia di meja makannya.
“Apakah oppa yang membuatkan makanan ini?” gumamnya.
Perlahan ia berjalan menghampiri meja makan dan duduk di salah satu kursi yang tersedia disana. Wanita itu mulai mencicipi makanan tersebut. Cita rasa yang ada didalam makanan ini berbeda dengan apa yang dibuat kakak laki-lakinya. Ia tidak ambil pusing dan hanya memakannya.
(Kim Jonghyun POV)
Kapan terakhir kali aku dapat menghirup dan menghembuskan napas kencang? Kapan terakhir kali aku dapat merasakan jantung ku berdetak? Dan tepatnya, kapan terakhir kali aku hidup? Aku melihat diriku dari kepala hingga kakiku. Putih. Transparan. Ya, aku tahu bahwa aku sudah berakhir. Aku sudah mati. Dan yang paling penting, siapakah aku?
(Author POV)
Seorang wanita berjalan dengan tertatih meraih pintu kamarnya. Wanita dengan paras pucat dan bibirnya putih mongering memperlihatkan seberapa lama penyakit menjalari tubuhnya. Wanita ini memiliki wajah yang cantik hanya saja Ia tak pernah sekalipun menyadari bahkan memedulikannya. Karena, disetiap hembusan napasnya hanya ada rasa sakit yang begitu menyayat.
Disaat hendak meraih pintu, ada yang membuka pintu untuknya dari dalam. Dan… muncullah sosok transparan yang sedang tersenyum padanya.
“Silahkan masuk, Tuan Putri. Butuh bantuan ku?” tanya sosok itu sambil tersenyum mempesona.
Choi Jung Eun membuka mulut tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Hantu kah? Bagaimana ada hantu yang bisa berbicara bahkan senyum semempesona itu?
Ia pun memutuskan untuk bertanya walaupun sudah dapat dipastikan nyalinya tidak ada sama sekali. Andai kaki sialan ini tak seperti ini aku sudah kabur, rutuk Jung Eun dalam hati.
“Kau…siapa kau?”
Sosok cowok transparan itu menghampiri dan mengamit tangan kiri wanita dihadapannya sembari membantu wanita itu untuk berjalan.
“Entahlah.. Aku sendiri tidak tahu siapa diriku sebenarnya. Hanya nama yang bisaku ingat. Selebihnya? Nihil.”
Cowok itu membantu Jung Eun untuk duduk di tempat tidur Jung Eun.
“Siapa namamu? Lebih baik kau menjauhi wanita penyakitan seperti aku.” Jawab Jung Eun ketus.
Mendengar itu lelaki itu hanya tertawa rendah dan tak sama sekali mengindahkan perkataan Jung Eun. Ia bahkan mendekatkan dirinya dengan Jung Eun.
“Aku? Jonghyun. Kim Jonghyun. Mungkin kau ingin tahu mengapa aku bisa ada disini. Aku sudah lama berada disini dan tidak tahu sebenarnya mengapa aku bisa berada di tempat ini. Selama ini aku hanya mencari waktu yang tepat untuk mengajakmu berbicara. Setiap hari aku hanya memperhatikanmu, Jung Eun~ah.”
“Bagaimana kau bisa tahu namaku?” tanya Jung Eun dengan tercekat.
“Like I said before, my princess. Aku setiap hari memperhatikanmu. Maukah kau menjadikan ku sebagai temanmu? Sebagai orang yang selalu berada disampingmu disaat kau senang dan sedih. Sebagai orang yang kau jadikan sandaran saat kau menangis. Yah, meskipun aku bukan lah orang.” Kata Jonghyun sambil menggaruk kepalanya yang bahkan tak gatal.
Choi Jung Eun mendengar itu jatuh pingsan ke lantai.
JJJ
Mata Jung Eun perlahan terbuka dan menyadari bahwa ada raut wajah khawatir yang berada tepat dihadapannya.
Jadi, ini bukan mimpi? tanyanya dalam hati.
“Ini bukan mimpi, sayang.” seru lelaki itu.
“Kau tak perlu takut padaku. Aku tahu semua tentang dirimu. Aku tahu mengapa kamu tinggal dirumah sendirian padahal kau sedang sakit. Karena oppamu bekerja keluar kota untuk mengobatimu. Aku tahu mengapa kamu tidak mempercayai satu orang pun untuk menjadi temanmu. Karena kau merasa kau penyakitan dan..” kicauan lelaki itu tiba-tiba terhenti mendengar teriakan wanita dihadapannya.
“CUKUP! KAU TAK USAH BERLAGAK KAU PEDULI DENGANKU! AKU SUDAH TERBIASA HIDUP SEPERTI INI. HIDUP TANPA SEORANG PUN MAU PEDULI DENGANKU!” teriak Jung Eun.
Jonghyun menutup mulutnya yang hendak melanjutkan kicauannya. Ia memegang erat kedua tangan Jung Eun. Jung Eun mengernyit merasakan tangan lelaki itu begitu dingin.
“Aku sungguh ingin menjadi temanmu. Berikan aku kesempatan untuk menjadi bagian dalam hidupmu.”
JJJ
(Jonghyun POV)
Aku menatap wajah polosnya yang sedang tertidur. Bagaimana bisa wanita ini tidak memiliki kepercayaan diri hanya karena penyakitnya? Seberapa parahkah penyakitnya?
Aku membelai rambut hitam legam miliknya dengan sayang. Bagaimana bisa aku begitu menyayangi wanita yang belum begitu ku kenal lama?
Aku akan membuatnya menerima kehadiranku. Karena memang seharusnya seperti itu.
(Author POV)
Jung Eun berdiri hendak memasak sarapannya ketika ia melihat semua makanan sudah tertata dengan rapi diatas meja makan yang mengeluarkan harum begitu lezat. Barulah ia menyadari bahwa sosok yang dicari berada dibelakang sedang melipat kedua tangannya di dada sembari menatapnya dengan senyum sumringah.
“Tidurmu nyenyak semalam? Aku berusaha membuatkan makanan ini untukmu. Ayo makan.”
Jonghyun menarik perempuan itu untuk duduk di kursi meja makan. Namja itu duduk di sebrangnya menatapnya sambil tertawa. Wanita itu memperhatikan makanan yang ada dihadapannya satu per satu seakan memperkirakan makanan tersebut dapat dimakan atau tidak.
“Silahkan makan. Ini bukanlah makanan dari duniaku karena kami tidak dapat makan.” seru Jonghyun sambil tertawa lepas.
Wanita itu menatap tajam lelaki yang sejak kemarin mengganggu kehidupannya. Lelaki itu menatap balik wanita itu sambil tersenyum.
“Wae? Aku tampan kan? Ya walaupun aku bukan manusia. Hahaha.”
“Mau apa kau disini?” tanya Jung Eun perlahan.
Perlahan mimik riang dari wajahnya menghilang dan digantikan dengan wajah serius. Jonghyun menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.
“Aku tidak tahu mengapa aku berada disini, tidak tahu apa yang harus kulakukan, tidak tahu akan kemana. Aku tidak tahu mengapa aku jatuh dirumahmu bukan dirumah orang lain. Takdir kurasa.”
Jung Eun menghela napas berat. Mungkin sudah saatnya ia membuka hatinya yang kesepian ini.
“Baiklah. Aku Jung Eun, kau boleh tinggal disini selama yang kau mau.” Jawab Jung Eun.
Jonghyun tersenyum kembali. “Aku sudah mengetahui namamu karena tanpa kau sadari sebelum kau menemuiku, aku selalu berada dikamarmu.”
Mendadak Jung Eun terbelalak. “KAU! KAU MELIHATKU BERGANTI BAJU?!!” teriaknya yang hanya dijawab senyum nakal namja dihadapannya.
JJJ
“Jadi…kau tidak mengetahui mengapa kau…meninggal?”
Jonghyun menggelengkan kepalanya untuk kesekian kalinya.
“Sejujurnya aku memiliki keinginan untuk mencari tahu siapa aku sebenarnya, mengapa aku meninggal, darimana aku berasal, dan mengapa aku berada dirumahmu. Hal ini sangat sulit bagiku. Manusia tidak bisa melihatku, kecuali kamu.”
Pikiran Jung Eun melayang kembali sebelum hari pertama pertemuannya dengan hantu ini. Ia teringat setiap hari selalu ada makanan tersedia diatas mejanya yang ia kira adalah makanan dari kakak laki-lakinya. Apakah namja ini juga yang melakukan semua ini? Dan…. Mengapa hanya ia yang bisa melihatnya?
“Dan bagaimana dengan dirimu? Jangan terlalu memusingkan masalah kehidupanku. Hidupku bahkan sudah berakhir.” seru Jonghyun. “Mengapa kau mau sendirian tinggal disini dan menyuruh oppa mu pergi meninggalkanmu? Bahkan kau sakit seperti ini. Kau tidak memiliki keinginan untuk sembuh?”
Jung Eun menghela napas kesekian kalinya. “Tidak. Bahkan aku tidak yakin aku bisa sembuh. Aku hanya ingin sendirian disini. Ini merupakan keajaiban bagiku karena bisa kabur dari rumah orang tuaku..” jawabnya. “dengan kaki yang seperti ini apa yang bisa kuharapkan?”
Jonghyun menghampirinya dan mengenggam erat tangannya. Jung Eun tidak mengerti mengapa “hantu” memiliki tangan sehangat ini.
“Aku yakin kau bisa sembuh. Biarlah aku merawatmu. Bagaimana?”
“Kau gila? Mana bisa aku sembuh dari penyakit sialan ini!” teriaknya.
Jonghyun tersenyum penuh keyakinan dan wanita dihadapannya menyadari bahwa lelaki ini benar-benar serius dengan perkataannya. Jung Eun menundukkan kepalanya sejenak dan mengangkat kepalanya lagi.
“Arasseo. Kau boleh membantuku menyembuhkan kakiku ini. Tetapi jasamu akan kubalas dengan suatu hal yang sangat kau inginkan. Apa yang kau inginkan?”
Jonghyun mendelik dan menatap wanita dihadapannya tak percaya.
“YA! Aku membantumu karena aku memang ingin membantumu! Bukan mengharapkan apa yang kulakukan dibalas olehmu!” teriak lelaki itu.
Jung Eun mengelus dadanya karena kaget. Ia tak menyangka lelaki itu akan begitu marah padanya.
“Baiklah. Kau yakin tak ada yang kau mau dariku? Tetapi aku tidak peduli kau akan marah atau tidak bila aku membalas jasamu. Aku akan membantumu mencari tahu tentang dirimu. Bagaimana?”
“Aku memang ingin mencari tahu tentang diriku yang sebenarnya tapi…” jawab lelaki itu bimbang yang langsung disela oleh Jung Eun.
“Ya sudah! Buat apa kau ambil pusing? Kau membantuku dan aku membantumu. Deal?” seru Jung Eun tersenyum sambil mengajaknya berjabat tangan tanda deal dari perjanjian ini. Jujur saja ini merupakan senyum pertama kali yang terlihat dari bibirnya sejak kecelakaan itu.
“Baiklah. Deal.”
JJJ
Jung Eun duduk di kursi roda yang sudah sering ia duduki sejak 5 tahun belakangan ini. Ia menghirup udara pagi yang begitu menyejukkan dan menyapu pelan wajah cantiknya. Wanita itu memejamkan matanya sejenak saat tiba-tiba dirinya merasa kursi roda yang diduduki berjalan maju. Sontak ia langsung menengok kearah belakang dan mendapati lelaki yang baru ia kenal beberapa hari itu tersenyum padanya.
Mata wanita itu tertutup kembali seakan menikmati suasana yang terbentuk. Pikirannya kembali pada 5 tahun lalu..
FLASHBACK
(Jung Eun POV)
“Apa yang kau lakukan oppa?” tanyaku pada namja yang membungkukkan badan menatap patung wanita yang menggunakan baju terusan panjang yang sangat cantik.
Lelaki itu langsung menengok kearah suara dan tersenyum melihat siapa yang memanggilnya.
“Tidak sayang. Aku hanya melihat-lihat. Kau sudah selesai kuliah? Bagaimana ujiannya?” tanya Jinki oppa sambil mengelus rambutku.
“Sudah tentu saja. Kalau belum ngapain aku ada disini?” jawabku sambil terkekeh dan mengamit tangannya.
“Ayo, kajja. Aku akan mengajakmu ke Jeju sekarang.”
“MWO?” teriakku.
“Kau kan sudah selesai ujian berarti kita bisa liburan sekarang.” katanya yang disambut anggukan olehku. “Bajumu sudah ada di mobil.” lanjutnya.
Aku membulatkan mataku. “Bagaimana bisa kau..”
“Aku meminta tolong Bibi Choi untuk membantuku merapikan bajumu tepatnya. Sudah kamu ke mobil saja duluan. Aku mau membeli ice cream dulu.”
Aku tersenyum dan meninggalkan Jinki oppa yang juga berbalik kearah jalan yang kami lewati tadi.
(Jinki POV)
Aku kembali ke toko pakaian tadi yang memajang baju terusan yang terus menarik perhatianku. Aku membelinya tanpa sepengetahuan Jung Eun. Hari ini ulang tahunnya, aku akan memberi kejutan padanya.
Aku membeli ice cream dan beberapa snack lain saat aku merasa ada orang yang menarikku keluar dari antrian dan membawaku pada suatu gang kecil yang jarang dilalui orang. Barulah aku menyadari siapa yang menarikku.
“Jiyong hyung?” tanyaku.
Laki-laki itu tersenyum bengis padaku dan tangannya perlahan bergerak ke bagian belakang celananya mengambil sesuatu.
Saat aku sadari apa yang ia keluarkan, barang itu sudah tertancap diperutku. Semua ini terlalu cepat bukan? Terlalu cepat bila hidupku harus berhenti disini.
Ia berjalan keluar dan dengan tertatih aku memegangi pergelangan kakinya, “Mengapa..kau..lakukan..ini padaku?”
Ia berjongkok dan mencengkeram daguku kasar, “Bukankah sudah jelas? Aku hanya ingin membalaskan dendam orang tuaku. Orang tuamu membuat keluarga kami tidak memiliki apa-apa seperti ini! Lihatlah penampilanku sekarang! Sebandingkah dengan tampilan konglomeratmu itu? INILAH YANG PANTAS KAU DAPATKAN JINKI!”
Saat Jiyong hyung akan kembali menusukkan senjata tajam yang ia bawa kedalam perutku yang sudah mengeluarkan darah yang tak kunjing berhentu, tiba-tiba ada seorang yang memelukku erat. Rambut wanita itu menjuntai indah dan menutupi wajahku. Walaupun disaat seperti inipun, wanita ini selalu cantik. Bahkan disaat ia menangis seperti ini.. Aku berusaha untuk menghapus air matanya dengan sisa-sisa tenagaku yang tersisa..
“Ja-jangan menangis sayang..” kataku seraya menghapus air matanya perlahan. “Terima..kasih atas apa yang kau berikan padaku selama ini. Aku sangat menyayangi dan..mencintaimu. Tolonglah, lupakan aku setelah aku pergi dan jangan pernah tangisi kepergianku. Aku pasti akan mengutus penggantiku.” Lanjutku dengan terbata-bata. Aku menghirup napas dalam-dalam . “Wangi tubuhmu.. dan pelukan hangat serta kasih sayangmu akan selalu kuingat.. Saranghae..”
Pelukan hangat ini..
Jung Eun~ah..
Dapatkah kita kembali mengulang kenangan indah kita?
Disaat kita seperti ini, selalu bersama dan saling mencintai..
Disaat aku membutuhkanmu dan kau selalu ada untukku..
Disaat kau membutuhkanku dan aku selalu berada disampingmu..
Dapatkah kita melanjutkan kisah kita ini didalam sebuah pernikahan dan hidup senang bersama anak-anak kita?
Satu hal yang aku tahu pasti..
Aku tidak akan bisa untuk bertahan lebih lama lagi..
Rasa sakit yang begitu menyayat ini…
Maafkan aku..
Aku tidak dapat menjagamu lebih lama..
Siapa yang akan menjagamu setelah aku pergi dari sisimu?
Siapa yang akan mengusap air matamu saat kau menangis?
Siapa yang akan memberikan pundaknya sebagai tempat kau untuk berkeluh kesah?
Untuk sekali ini saja Tuhan..
Aku mohon untuk membuatku bertahan dari rasa sakit yang semakin menyayat ini..
Aku tidak ingin melihat gadisku sedih..
FLASHBACK END.
JJJ
(Author POV)
Kilatan kenangan pahit kembali menghampiri gadis lemah itu. Kenangan akan kekasihnya datang tanpa dapat ia cegah lagi. Sudah sering kali kenangan ini terus menghantuinya setiap saat. Sangat sulit bukan untuk melupakan kilatan kenangan yang menyakitkan?
Setelah sekian lama, barulah diketahui siapa sebenarnya pembunuh itu. Masalah yang sebenarnya tidak ada sangkut paut ini berakhir dengan malapetaka. Jung Eun mengingat kembali masa dimana ia ingin membunuh lelaki yang telah membunuh lelaki yang paling ia sayang.
Seakan ditarik ke alam sadar, Jung Eun baru menyadari sejak tadi ada seseorang yang berlutut dihadapannya dan memperhatikan perubahan wajahnya.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Jung Eun dan dengan sigap memutar balik kursi rodanya.
Tetapi Jung Eun kalah cepat dan Jonghyun menahan kursi roda ini agar Jung Eun tidak dapat melarikan diri.
“Aku sedang memperhatikanmu. Sebenarnya, apa yang sedang kau pikirkan?” tanyanya dengan suara lembut.
Suara selembut ini hanya pernah digunakan oleh Jinki, batin Jung Eun pahit.
“Apa yang ku pikirkan bukan urusanmu. Tolong siapkan makanan untukku, Jonghyun~ssi! Aku lapar.” serunya tanpa memandang lelaki itu dan segera menjalankan kursi roda tersebut tanpa menoleh lagi.
Kepergian gadis itu diiringi tatapan tajam dari Jonghyun.
JJJ
(Jonghyun POV)
Aku terbangun saat merasa ada seseorang yang menendang bokong indahku. Dengan cepat ku tahu pelakunya. Onew. Ia adalah malaikat yang berada disampingku selama ini.
“YA! Apa yang kau lakukan dengan bokongku?!” teriakku.
Laki-laki itu hanya terkekeh dan kekehannya berlanjut menjadi tawaan yang tak dapat ditahan. Aku mengernyitkan dahiku. Aku sadar bahwa malaikat pelindungku ini suka berlebihan.
“Aku marah! Mengapa sampai sekarang apa yang kau lakukan tak membuahkan hasil sedikitpun?”
“Kau pikir mudah untuk mengingat semua apa yang ada dalam diriku dengan meminta bantuan Jung Eun? Setidaknya tugas lain darimu sudah selesai bukan?”
Setelah aku mati dan meninggalkan dunia fana ini untuk “sementara”, Onew adalah malaikat pertama yang ku temui dan menghampiriku. Ia memberi tugas untuk mencari tahu jati diriku serta aku akan dikirim kerumah manusia untuk membantu manusia itu. Jadi disinilah aku, dirumah Jung Eun.
Walaupun hingga kini makhluk sialan ini tak mau memberi tahuku apa kaitan hidup ku dengan Jung Eun. Aku yakin pasti ada sesuatu hal yang menyebabkan aku diletakkan di rumah gadis pemurung itu.
Tetapi ada hal lain yang tak diketahui oleh malaikat pelindungku ini. Aku menyukai gadis itu sejak pertama kali aku menginjakkan kakiku disini dan memandangi wajahnya yang sedang tertidur. Aku tahu ini merupakan kesalahan. Tidak sepantasnya lelaki sudah mati seperti diriku mencintai seorang wanita yang masih hidup seperti Jung Eun yang masih memiliki jalan hidup yang panjang. Sedangkan aku hanyalah seorang arwah gentayangan yang terlalu banyak berharap seseorang didunia fana ini akan mencariku.
Lagi-lagi makhluk itu menendang bokongku. Aku memandangnya gusar. Onew selalu menendang bokongku setiap kali bertemu. Apa ia begitu tertarik dengan bokongku?
“Apa?! Sekali lagi kau tendang aku, mati kau!” teriakku.
Makhluk itu terkekeh lagi. Kekehannya membuatku ingin menendangnya. “Aku sudah mati, aku tidak takut. Hahaha.”
“Sudahlah, aku disini untuk memberi tahumu tugas berikutnya. “ lanjutnya.
“Tugas apa lagi hah?”
“Kau harus membuat dirimu ingat siapakah dirimu sebenarnya.”
JJJ
Kau harus membuat dirimu ingat siapakah dirimu sebenarnya.
Aku menyandarkan tubuhku pada tembok yang tepat berada di belakangku dan memutuskan untuk memejamkan mata sejenak. Kalimat itu terus terngiang-ngiang didalam otakku. Pada awalnya setelah aku menyadari bahwa aku sudah mati, aku tak banyak berharap untuk mengetahui jati diriku walaupun sedikit terbersit rasa penasaran akan siapakah diriku sebenarnya dan apa yang membuatku seperti ini. Hal itu hanya berlangsung sejenak karena kurasa hidupku sebagai manusia fana sudah selesai dan inilah aku yang baru, makhluk yang masih berkeliaran di dunia manusia.
Aku membuka kembali mataku dan menatap kosong langit – langit rumah Jung Eun.
Mungkinkah aku memiliki hubungan dengan Jung Eun sehingga begitu aku mati, malaikat maut itu menempatkanku disini? Kurasa ada yang mengganjal disini. Tidak mungkin aku memiliki hubungan dengan Jung Eun saat aku masih hidup. Makhluk seperti aku tentunya memiliki wajah yang sama seperti saat aku hidup. Bila aku memang memiliki hubungan dengannya seperti apa yang telah kupikirkan ini, Jung Eun pasti dapat mengenaliku.
Apakah mungkin..
Jung Eun yang telah menyebabkan kematianku?(Choi Jung Eun POV)
-Next to Chapter 2-
P.S silahkan kunjungi blog ku : shinelicious.wordpress.com.
Bagi love sama comment ya untuk saran bagi ffku selanjutnya. Gamsahamnida~ /bows/