Ayumi
Music speaks to us directly, heart to heart, soul to soul when at times words do not suffice.
-Dave Brubeck-
Senja menyusup melalui jendela kaca sudut ruangan coffeshop, terpantul dari layar Laptop yang mengangga, sedikit menyilaukan pandangan Ayumi yang sejak tadi masih terpaku di depan layar laptop tersebut. Matanya menyipit mengalihkan pandangan keluar jendela kaca yang berembun.
Hujan baru saja berhenti beberapa menit yang lalu. Masih menyisakan butiran tetesan membentuk lukisan indah dimata Ayumi. Pantulan senja dikaca yang berembun. Indah. Semburat senyum terukir di bibir gadis berambut sebahu itu. Sejenak melupakan beban yang merasuki tubuhnya.
Ayumi menutupi matanya. Mengembuskan napas kemudian melepaskan perlahan-lahan. Aroma kopi dari meja mini bar yang tak jauh dari posisi duduknya mengelitik hidungnya. Ia mengigit bibir bawahnya dan mengalihkan wajahnya dari jendela kaca tersebut seraya membuka matanya.
Hitungan detik. Senyum yang terukir di bibir Ayumi tiba-tiba perlahan memudar. Raut sumringah wajahnya ketika menikmati lukisan indah tadi berubah seketika. Memasang ekspresi amarah menahan kesal.
Di kaki langit, Semburat senja perlahan memudar dan tertelan oleh langit yang mulai gelap. Segelap kacamata yang dikenakan lelaki yang mengubah suasana hati Ayumi hanya dalam hitungan detik.Lelaki itu mengukir senyum sembari mengangguk.
Tersenyum.
Sayangnya Ayumi hanya melengos dan mengacuhkan begitu saja dengan kembali terpaku pada layar laptopnya.
****
Tak ada yang lebih menyenangkan menghabiskan sisa malam di sebuah coffeshop dengan secangkir caffe latte dan alunan musik yang mengalun cukup keras tapi menenangkan bagi Yonghwa. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi. Memejamkan mata. Menikmati musik yang sengaja ia request ke pramusaji coffeshop tersebut.
Tomorrow’s getting harder make no mistake
Luck ain’t even lucky
Jemari tangannya mengetuk di atas meja, sama halnya dengan telapak kakinya yang ikut menghentak pelan ke lantai. Kepalanya mengangguk pelan. Seolah-olah suara Bon Jovi dalam lagu berjudul it’s my life membuatnya seperti sedang berkomunikasi dengan hatinya.
It’s my life
It’s now or never
Tiba-tiba musik terhenti seketika. Yonghwa kaget. Ia langsung membuka matanya. Ada sedikit rasa amarah menyulut di hatinya. Ia beranjak dari kursi dan berjalan menuju mini bar. Sayangnya, langkahnya terhenti saat melihat yeoja menghadang langkahnya.
“ Are you crazy? Ini terlalu malam untuk mendengar suara Bon Jovi,” seru yeoja tersebut.
Yonghwa terpaku mencoba mencerna kalimat campuran antara Inggris dan Korea yang keluar dari yeoja tersebut tersebut. Ekspresi kesal tergambar jelas dari tatapan mata yeoja tersebut. Matanya tampak merah dan terkesan lelah.
“ Mianhae,” Yonghwa mengangguk sembari menundukkan badannya.
Yeoja itu cuma menghentakkan kakinya dan melengos. Berlalu dari hadapan Yonghwa menuju meja disudut ruangan coffeshop tersebut. Yonghwa menarik napas. Ia memperhatikan gadis tersebut. Rasanya wajah gadis itu pernah ia lihat meskipun tidak tampak seperti orang Korea pada umumnya.
****
Yonghwa memejamkan matanya. Berbaring sembari memeluk guling. Sepasang earphone melekat di dua daun telinganya. Alunan suaranya dalam lagu ‘One Time’ menjadi pengantar tidurnya kali ini –lebih tepatnya pengobat rasa lelah saat ini.
Bayangan pembatalan drama ‘The Heirs’ yang rencananya akan ia bintangi menyesakan dadanya. Ia sudah merasa senang akan kembali beradu akting dengan sahabat lamanya, Park Shin Hye. Selain itu, ia juga telah menggumbar kepada Boice –penggemar CNBLUE- bahwa ia akan comeback ke drama. Entah apa alasannya. Ia sudah bekerja keras untuk bisa mendapatkan peran tersebut. Sementara, ia diminta fokus untuk konser World Tour CNBLUE Blue Moon.
Yonghwa menarik napas. Sudah setengah jam ia mencoba untuk tidur. Ia benci kekalahan, meskipun sebenarnya ini bukan kekalahan. Tapi, entah kenapa dia merasa kalah. Kalah mengwujudkan kalimat yang sudah terlanjur ia ucapkan saat World Tour Blue Moon mampir ke Singapura.
Ia kalah. Sesuatu yang ia benci. Terlebih kalah dengan diri sendiri karena tidak bisa mengendalikan emosi dirinya.
****
I Just wanna live while I’m alive (it’s my life)
My heart is like an open highway
Wajah Yonghwa langsung sumringah dan senyum lebar mengembang di bibirnya saat memasuki coffeeshop yang terletak tak jauh dari dorm nya tersebut saat telinganya menangkap suara Bon Jovi.
Yonghwa menghampir meja kasir dengan senyum mengembang. “ Nuna, gomawo,” ia mengangkat alisnya dengan senyum lebar.
Nuna itu tersenyum lebar. Ia tahu betul pelanggan setianya itu sangat menyukai lagu tersebut. “Aku memutarnya karena dia yang meminta,” ia mengarah pandangan ke sudut ruangan. Seorang yeoja terpaku di depan laptop. – yeoja yang memarahinya kemaren malam.
“Selama seminggu ini, ia selalu berkunjung ke tempat ini. Katanya dia sedang mengerjakan project tugas kuliah.”
Yonghwa mengangguk mendengar penjelasan dari pramusaji tersebut. Meskipun ia tidak meminta penjelasan, tapi sejujurnya ia menyimpan rasa penasaran pada yeoja tersebut. Setelah menerima pesan café latte-nya, Yonghwa berjalan menghampir gadis tersebut.
“ Thanks you.”
Yeoja mengangkat wajahnya. Menatap dingin. Eskpresi yang selalu dilihat yeoja tersebut. Oh, tidak… Yonghwa berpikir sejenak. Tiba-tiba ia sadar pemilik senyum indah dan ekspresi lucu yang ia lihat tempo hari itu milik yeoja tersebut.
“ For what?”
For the song. It’s my life , now or never…” Yonghwa tersenyum sembari bersenandung mengikuti alunan musik yang mengalun.
“ Oooo,” yeoja itu kembali terpaku ke laptopnya.
Yonghwa meraih kursi dan duduk tepat di depan yeoja tersebut. Belum sempat ia mengeluarkan suara tiba-tiba yeoja itu berseru.
Hei, tahukah kau pusat astronomi di Seoul? “ tanyanya sambil memperhatikan Yonghwa yang tampak mengeryit dahi.
“ Pusat astronomi. Suatu tempat yang membuat aku bisa melihat blue moon. Kau tahu ini mungkin bisa jadi malam terakhir kita melihat peristiwa Blue Moon karena kita harus menunggu 2015 untuk bisa melihatnya lagi.”
Lagi-lagi Yonghwa mengeryit dahi. Peristiwa blue moon?! Tak ada yang membicarakan akhir-akhir ini kecuali konser Blue moonnya bersama CNBLUE. “ Darimana kau tahu malam ini ada Blue Moon?”
Yeoja itu sudah membereskan barang bawaanya. Ransel yang lumayan penuh. “ Aku membacanya di internet,” ujar yeoja itu sembari menyandang tas ranselnya. Ia kemudian dan memperlihatkan smartphone-nya ke Yonghwa. “ Kau baca saja kalau tidak percaya.”
Yonghwa membaca secara seksama. Senyum simpul terukir di bibirnya. Hitungan detik saja tawanya pecah. Yeoja itu mengeryit dahi bingung. Yonghwa memegang perutnya. Sudah lama ia tidak tertawa seperti ini. Lebih tepatnya sejak keputusan pembatalan peran drama yang inign ia mainkan.
“ Ya!!!”
“ Kau salah tanggal. Itu berita tahun 2012,” ucap Yonghwa saat tawanya sudah reda. Lagi-lagi ia tertawa kecil.
Yeoja itu menatap smartphonenya. Memperhatikan secara seksama. Ia terperangah.
****
Namanya Ayumi. Begitulah yeoja itu memperkenalkan diri pada Yonghwa. Ia datang dari Indonesia, tepatnya Bandung. Ayumi terpaksa kuliah di Sogang University mengambil jurusan bisnis karena ayah Ayumi yang notabenenya orang Jepang mengatakan, ia harus belajar dari Korea Selatan saat ini mulai mendapat perhatian di Asia.
Yonghwa mengajak Ayumi ke rooftop salah satu bangunan tua di pinggiran kota Seoul. Mereka duduk menjulurkan kaki ke bawah sembari mengadahkan kepala ke langit. Beberapa detik kemudianAyumi melepas pandangan ke bawah.
“Kau tahu apa yang ada dipikiranku saat aku lelah mengejar apa yang aku inginkan. Saat semuanya bertumpu padaku, “ Ayumi membuka obrolan.
Yonghwa menoleh ke arah Ayumi dan menemukan senyuman terukir di bibir gadis tersebut. Sangat kontras dengan ekspresi dinginnya beberapa waktub lalu.
“Bagi ayah, aku harus menjadi petarung yang harus juara setiap saat,” Ayumi tertawa sinis. Yeoja itu terlihat rapuh. “Itu kenapa alasannya aku belajar sangat keras.”
Yonghwa terdiam. Ia teringat dengan karakter dirinya yang selalu ingin menjadi juara. Selalu berada di urutan teratas. Itu alasan ia sangat menyukai angka satu. “Apa yang kau lakukan menghadapi kelelahan tersebut?” tanya Yonghwa saat kalimat Ayumi mengantung. Penasaran.
Ayumi kembali menghela napas. “ Aku ingin menjadi bluemoon yang sewaktu-waktu muncul tapi memberi kejutan yang membahagiakan bagi banyak orang,“ ujar Ayumi menghiraukan pertanyaan Yonghwa. “ Coba kau perhatikan bintang dilangit sana!”
Yonghwa mengarah pandangan ke langit. Melihat taburan bintang menghiasi langit seoul. “ Aku tidak pernah berpikir menjadi seperti bintang. Mereka banyak, dan saling bersinar. Itu terkadang melelahkan aku pikir.”
Yonghwa menelan ludah mendengar kalimat-kalimat Ayumi yang berfilosofi tentang bluemoon dan bintang. Ia merasa tersindir. Terkadang, ia harus bersaing dengan Jonghyun yang tampan untuk mendapat perhatian dengan menjadi bintang di panggung.
“ Bluemoon tidak menuntutmu untuk bersaing. Satu cahayanya yang terang, seperti bulan sedang mendua sudah membuat orang tersenyum. Sementara, bintang harus bertabur biar kelihat indah, bukan? Dan untuk menjadi perhatian kau harus menonjol dari bintang yang lain.”
“ Apa yang kau lakukan jika lelah dengan semua ini. Maksudku—“ Yonghwa kembali berusaha mempertanyakan kembali pertanyaan yang belum dijawab Ayumi. Yeoja itu asyik ‘berputar-putar’ tentang filosofinya.
“ Mendengar lagu it’s my life Bon Jovi. I just wanna live while I’m alive. Karena, itu mungkin cara ayah membuatku hidup dan menjadi Blue Moon di kehidupanku mendatang.”
“ Kenapa kau marah kemaren malam kepadaku dan menghentikan it’s my life?”
Ayumi tersenyum. “Oh, itu. Aku belum tidur semalaman gara-gara tugas kuliahku yang memusingkan. Lagian saat itu aku sedang mendengar lagu yang dikirim temanku. “
Kau mau dengar. Maknanya sangat dalam.” Ayumi mengeluarkan smarthphone dan menyambung earphone yang kemudian diserahkan ke Yonghwa.
Looking for the a place to live in.
There’s a long way to go,
Dreaming of a life.
Yong hwa kaget kemudian perlahan tersenyum penuh arti mendengar lagu tersebut. Ia kemudian bersenandung. “ When the night has seemed to be, just fear at the free, it’s intertwined…”
“ Kau hapal lagunya?” Seru Ayumi terkejut. “ Wow, kita punya banyak kesamaan. It’s my life dan lagu ini,” Ayumi mengeleng kepala takjub.
Yonghwa menunduk malu. Itu lagu Blue Sky, salah satu lagu yang ia nyanyikan bersama CNBLUE. “ Ayumi... “ ia kemudian mengangkat kepala. Ingin memberi tahu gadis tersebut bahwa itu merupakan lagu yang iya nyanyikan. “ Kau tahu ini lagu siapa?”
“ Ya, “ Ayumi masih menikmati alunan lagu tersebut. “ Blue Sky CNblue. Kata temanku dia Band yang populer. Sayangnya, kenapa mereka luput dari perhatianku ya,” guman Ayumi. “ Kau pasti mengidolakan mereka ya?”
Yonghwa mengangguk. Entah kenapa tiba-tiba mengurung niatnya untuk memberitahu mengenai jati dirinya kepada Ayumi. Biar saja Ayumi tahu dengan sendiri. Dan, saat tiba waktunya ia menjadi ‘Blue Moon’ bagi Ayumi ketika jati dirinya terbongkar.
Reaching for the sky, in the distance how we are there.
Done by hope.
Mereka berdua kemudian bersenandung. Jauh di dasar hati Yonghwa ia bersyukur bertemu Ayumi, yang tak sekedar memberi rasa nyaman-- seperti nama Ayumi dalam bahasa Jepang bermakna memberi kenyamanan. Namun, menyadarinya kembali tentang mimpinya menjadi musisi besar bukan aktor. (Eka)