GAGAL TAARUF
Tema : Ramadhan In Love With TVXQ
Genre : Comedy
Karakter : Of course Yunho (OOC) & Changmin (OOC), and Sandy (Other Character)
.
.
.
.
Sandy, cewek muslim blasteran Indonesia-Korea, yang saat ini genap berusia dua puluh tahun, mendadak kebakaran janggut dalam tiga puluh menit terakhir ini.
Bagaimana tidak, perjalanan pulang tarawih yang awalnya adem ayem, mendadak jadi sebelas dua belas sama venue konser. Kaum-kaum hijabers—termasuk Sandy—tiba-tiba jadi kayak cacing yang disiram aquades. Enggak bisa diam. Saat melihat ada dua sosok pemuda tampan yang turun dari mobil hitam di halaman rumah Pak Haji Kim—seorang mualaf dari negeri gingseng.
Ada yang berteriak, bengong, bahkan nyampe dzikir saking enggak kuatnya melihat dua pemuda ganteng tersebut. Diantara teriakan-teriakan itu sayup-sayup juga terdengar beberapa percakapan, seperti 'Subahanallah, ganteng banget Masyaallah', 'Nikmat manalagi yang kau dustakan ya Allah', bahkan 'Mas, pinang aku dengan Bissmilah'.
Satpam di pos jaga bahkan sampai geleng-geleng. Sampai pada akhirnya memutuskan untuk turun tangan menghusir para kaum hawa tersebut, sebelum nanti bakal jadi girls group versi syar'i dadakan di depan situ.
Sebenarnya Sandy tidak ingin pergi, kalau saja satpamnya enggak ngusir pakai pentungan segala, tapi apa boleh buat. Satu cewek melawan satu bapak-bapak berpakaiaan satpam lengkap dengan pentungan, pasti bisa ditebak mana yang menang.
Berat hati Sandy melangkah pergi, sambil pandangan yang masih terkunci pada dua insan di halaman sana. Dan sudah bisa dipastikan bagaimana kejadian selanjutnya. Yup, Sandy hampir nyungsep di pinggir jalan gara-gara enggak melihat kedepan.
***
Tak ada yang bisa menampik, bahwa Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Begitupun Sandy, dia akan berdiri di barisan terdepan dalam orang-orang yang menyambut bulan Ramadhan dengan sukacita. Dia akan menulis Bulan Ramadhan di lembar paling pertama di dalam buku tentang hal-hal yang sangat di sukainya.
Tapi jauh daripada itu, sukacitanya sebenarnya tak murni hanya untuk bulan Ramadhan saja. Satu hal yang pasti, hal yang membuat semua ini membahagiakan adalah kedatangan dua pemuda ganteng semalam di rumah Haji Kim. Apakah mereka adalah sosok yang dikirim Allah untuk mengimani Sandy di masa depan? Tidak tidak, itu hanya imajinasi Sandy saja.
Menurut informasi dari group chat The Hijabers for life—kira-kira seperti ini nama groupnya—dua laki-laki yang gantengnya nauzhubillah semalam, namanya adalah Mas Yunho dan Mas Changmin. Ya seperti itulah wanita, cepet banget kalau masalah laki-laki yang punya wajah diatas rata-rata.
Dan bagai mendapat durian jatuh, tepat dihari ini, akan ada acara buka bersama di rumah Haji Kim. Dan Sandy bukanlah orang bodoh yang ingin menyia-nyikan hal ini. Dan kira-kira itu alasannya kenapa Sandy kini sibuk berdandan di depan cermin kesayangannya, bahkan hampir lewat sejam.
Dilihat lamat-lamat, dandanannya ini udah kayak anak TK yang baru tahu megang alat Make up. Menor ulala cetar membahana terhempas jauh ke angkasa, mungkin seperti itu tema Make upnya hari ini. Intinya dia sudah megang satu prinsip, yakni Taarufan 24/7 jam sama Mas Yunho dan Changmin. Sandy ini tipikal-tipikal orang yang nyerempet gila kalau masalah cowok memang.
“WOI!”
“ALLAHUMA LAKASUMTU—Astagfirullah ngagetin aja kamu!” Bagai mendapat petir di siang bolong, Rista teman sekamar Sandy tiba-tiba saja muncul dan membentaknya. Sampai-sampai lipstik yang tadinya diolesin ke bibir, malah kecoret sampai ke dahi.
“Ya Allah Sandy, jangan bilang kamu mau jadi kuda lumping. Dandananmu kok antimainstream banget, di dahi ada lipstik segala,” ucap Rista setengah tertawa. Ia bergerak duduk di pinggiran ranjang.
“Gini nih gara-gara kamu ngagetin! Bisa enggak sih jangan nggagetin mulu. Kamu itu bukan jumpscare di film horor, pake ngagetin segala,” timpal Sandy, bibirnya menukik kebawah. Gerakan lambat ia mengambil tisu untuk membersihkan coretan lipstik tadi.
“Lagian kamu ngapain sih? Make up segala, tumben banget. Toh biasanya nyentuh lipstik aja setahun sekali.” Ketika Rista menyelesaikan ucapannya, Sandy menghembuskan napas kasarnya.
“Ada acara buka bersama di rumah Haji Kim.”
“Ngapain Make up segala. Tampil biasa dengan bedak tipis kan udah cukup?”
“Kita itu ya, sebagai wanita harus anggun, syahdu, dan bersahaja,” jelas Sandy sambil monyong-monyongin bibir karena lagi pakai lipstik.
“Kalau ini mah kelewat syahdu namanya. Lagian pakai Make up segala, emangnya mau godain siapa? Pak Haji Kim? Udah deh, setan-setan itu lagi dikurung di bulan puasa, kamu jangan ikutan jadi setan deh godain orang segala. Emang mau dikurung?”
“Yey enak aja. Aku ini bukan mau godain orang. Tapi hanya ingin tampil anggun.” Sandy ngelempar tisu bekas lipstiknya ke arah Rista, dan kampretnya tisu itu nyangkut di mulut Rista. Hampir aja ketelen.
“Kamu enggak mau ikut?” tanya Sandy.
“Enggak ah, aku kan lagi dapet, dan enggak puasa. Masa iya datang ke acara bukber.”
“Yaudah kamu di rumah aja ya, jadi bodyguard untuk rumah kita tercinta ini. Kan enggak lucu tuh, pulang-pulang rumah ini kebobolan maling.” Sandy berucap sambil berkutat dengan hijab warna plumnya.
“Iya-iya,” jawab Rista mengiyakan. Padahal dalam hati begini ‘Awas aja, pulang-pulang aku kuncuiin, haha’.
***
Sesampainya Sandy di rumah Pak Haji Kim, dia langsung melongo, kenapa? Soalnya belum ada orang. Pelan-pelan Sandy mengangkat tangan kanannya, melihat ke arah jam yang melekat di pergelangan. Pantes, masih jam empat sore. Dia kecepatan datang. Soalnya udah kelewat semangat sih.
Tak lama, ada seorang wanita paruh baya dengan pakaiaan muslim dominan putih dan bermotif bunga. “Wah, Nak Sandy udah datang?” tanya Ibu Hajah, istri dari Pak Haji Kim.
“Ah iya Buk, Assalamualaikum.” Sandy mendekat sambil menyalim tangan Ibu Hajah. “Tadi abis dari masjid sholat Azhar Buk, daripada pulang mending langsung kesini aja. Toh kalau pulang terus nanti balik lagi kan jauh, hehe.”
“Waalaikumsalam, tapi ini kan masih lama nak Sandy,” timpal wanita di hadapan Sandy.
“Ah enggak apa-apa Buk, Toh juga Sandy bisa bantu-bantu untuk nyiapin buka bersamanya.”
“Wah, yaudah yuk masuk.”
Diluar, tampilan Sandy ini kalem banget. Dia berusaha tampil syahdu, padahal di dalam hati udah jungkrak-jungkrik enggak sabar ketemu calon masa depan—eh maksudnya, Mas Yunho sama Mas Changmin.
Tapi sewaktu dia di dalam rumah, Sandy enggak melihat apa-apa selain ruang tamu kosong. Disetiap langkahnya, dia mencar-mencarin pandangannya. Pandangannya kesana kemari, udah kayak anak ayam nyari induknya. Tapi sampai di lantai dapur, dia belum melihat presensi dua orang laki-laki yang selama semalaman ini menjadi Hot Trending di dalam kepalanya.
“Nak Sandy bisa enggak, motongin melon untuk dijadiin sup buah. Nanti kalau udah jangan lupa sup buahnya dikasih susu sama air putih ya.” Pinta Ibu Hajah, lalu Sandy mengangguk repetitif.
“Ibu ke belakang dulu ya, mau check ayam bakarnya.” Dan Sandy mengangguk lagi. Sepeninggalan Bi Hajah, Sandy langsung bergerak memotong melon. Sembari memotong, sesekali dia mencuri pandang. Siapa tahu dapat mukjizat ngelihat Mas Changmin atau Mas Yunho.
Tapi nyatanya, sampai di potongan terakhir dia tidak mendapat apa-apa. Sempat persepsi mengatakan padanya jika Mas Yunho dan Changmin sudah pulang.
Namun ketika Sandy hendak berbalik sambil membawa mangkuk berisi potongan buah dan campuran susu, dia terdiam membeku. Radius sejauh tiga meter, dia melihat Changmin datang sambil membawa nampan berisi ayam bakar. Dia terdiam, jantungnya loncat-loncatan kayak lagi main trampoline di dalam sana. Pandangannya melongo, “Subahanallah, gantengnya!” ucap Sandy dalam hati.
Wajahnya Mas Changmin itu tipikal wajah yang melemahkan hati kaum hawa seperti Sandy, bahkan ngalahin enaknya ayam bakar yang dibawa pemuda tersebut.
“Annyeonghaseyo.” Changmin bersuara, sekedar menyapa sambil menaruh nampan ayam bakar diatas meja.
Sandy seorang blasteran Korea jadi dia tahu apa yang diucapkan pemuda itu, “A-Ah nado, Annyeonghaseyo.” Gelagapan tapi cukup normal Sandy membalasnya.
Sandy jalan, berniat mengambil air putih sambil ngelihatin ke arah Mas Changmin.
“Tinggal dimana?” tanya Changmin. Terus Sandy makin hilang kendali, jantungnya berkedut mulu. Mungkin kalau bisa dikeluarin tuh jantung, udah kayak anak TK hyperaktif yang baru lihat prosotan.
“Deket sini kok,” balasnya.
Sehabis itu, tak ada lagi percakapan. Changmin sibuk mengurusi ayam bakar, sedangkan Sandy sibuk mempersiapkan sup buah. Tapi dari tadi sampai sekarang Sandy ini belum meloloskan pandangannya dari Changmin. Sampai-sampai dia enggak sadar, kalau yang dia masukin ke mangkuk sup buah itu bukan air putih untuk minum, tapi air keran dari whastafel.
“ASTAGFRIULLAH! KILAF HAMBA KHILAF!” Sandy panik, sambil cepet-cepet muter keran whastafel. Tak jauh di belakangnya, Changmin berbalik karena tadi denger teriakan Sandy. Dia kira, gadis itu kesurupan. Taunya enggak. Sadar akan apa yang telah dilakukan Sandy, Changmin mendekat.
“Kamu ada-ada saja,” kata Changmin, sambil nahan tawa. Yang jadi lawan bicara cuman ketawa ketiwi.
“Sini biar aku yang bersihkan.” Dan Sandy makin lemah iman saja kala Changmin berucap hal barusan. Udah ganteng baik lagi. Dan senyuman Changmin itu, sukses menggetarkan kolbu Sandy. ‘Aduh bisa-bisa aku mati diabetes nih, manis banget senyumannya’ ucap Sandy dalam hati.
Sayangnya ini lagi bulan puasa, jadi bisa dipastikan tidak bisa berkhalwat. Dan Sandy masih tahu diri. Jadi dia mundur malu-malu. Bukan malu-malu kucing lagi, malu-malu maung ini namanya.
Sewaktu Mas Changmin pergi untuk membuang buah-buahan yang udah dikotorin Sandy pakai air keran, tiba-tiba satu pangeran muncul lagi yang bikin Sandy pengen pingsan saja rasanya. Kali ini Mas Yunho yang datang, sambil pakai baju koko si doi ini dateng-dateng langsung nyari sohibnya.
“Eh, lihat Changmin nggak?” Sandy sontak kaget waktu tahu makhluk ciptaan tuhan itu berbicara padanya.
“Ah lagi ke belakang. Buang sampah.” Iya sampah, sampah yang tadi dibikin Sandy. Yunho menghela napas, lalu ia melirik Sandy lagi.
“Oh, btw kenalin aku Yunho, keponakannya Pak Haji Kim,” jelas Changmin sambil senyum dengan menangkupkan kedua tangannya. Pertanda dia berkenalan. Sandy ikut menangkup tangan sambil bersuara “Aku, Sandy.”
Dilihat dari cara berkenalan, Mas Yunho ini sepertinya penganut, No Khalwat Untill Akad.
Lalu Sandy diam, dia makin tenggelam sama senyum manis Mas Yunho. Kalau yang tadi menggetarkan kolbu, kalau yang ini mengguncangkan kolbu. Aduh, Sandy ini seneng banget ketemu sama Mas Yunho dan Changmin. Kalau punya sayap udah terbang dianya ke langit ke tujuh. Tapi boro-boro langit ketujuh, manjat pohon mangga untuk rujakkan saja dia cuit nyali.
Tidak lama, Changmin balik. Yunho langsung ngomong, “Eh lo dicariin Pak Haji.”
“Oh oke, nanti aku kesana.” Changmin jalan mendekati Sandy, pelan-pelan dia ngomong “Lain-lain hati-hati.” Changmin sambil menjulurkan mangkok tadi.
Sandy cuman nunduk sambil malu-malu maung. Dan ketika dia angkat pandangannya, dia melihat Changmin dan Yunho senyum ke arahnya. Dan mau mati saja Sandy rasanya. Menggetarkan kolbu digabung dengan Mengguncangkan kolbu, duh udah jadi Kiamat kolbu nih namanya.
Melihat mereka senyum ke dia, Sandy jadi berharap terlalu banyak. Contohnya berharap kalau salah satu diantara mereka berdua ngomong gini ‘Satu tahun lagi, mau enggak dek aku lamar pakai payung teduh.’ Aduh tolong, ini kenapa Sandy jadi geer begini.
Sandy cepet-cepet berbalik, takut didalem kolbunya bener-bener ada kiamat kalau ngeliatin dua insan berwajah sempurna itu. Dia mutusin untuk melanjutkan memotong buah yang udah dikotorin tadi. Enggak lama, sayup-sayup di belakang sana Yunho sama Changmin ngomong sesuatu tapi Sandy enggak bisa denger. Dan ketika Sandy sadar Mas Yunho dan Changmin udah pergi, dia berbalik. Menatap lamat-lamat dua punggung pemuda yang makin menjauh itu.
“Aduh, gantengnya mengoyahkan jiwa nih,” ucapnya sambil terus menatap punggung itu. Tapi waktu dia balik lagi ke arah nampan, dia kaget. Ternyata yang dia potongin dari tadi tuh bukan buah-buahan, tapi cabai hijau.
“ASTAGFIRULLAH HAMBA KHILAF PART DUA YA ALLAH!”
***
Mungkin menurut Sandy, Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan paling indah. Dikarenakan kehadiran dua insan yang kalau dilihat bisa membuat hati ini seakan-akan terbang ke angkasa. Makin hari, Sandy jadi semangat untuk datang ke masjid. Hanya untuk melihat Mas Yunho dan Changmin saja. Bahkan dia lagi haid aja dia sempetin datang, meskipun cuman nangkring di luar pagar masjid. Kalau tarawih, Sandy datang paling awal, dan pulang paling akhir. Dia tidak ingin menyianyiakan hanya sedetik saja moment untuk melihat Yunho dan Changmin. Dia sering berdiri di dekat pintu keluar waktu tarwih selesai. Sampai-sampai kadang dia dikira mau nyolongin sendal.
Itu berlangsung lama, sampai di hari yang ke lima belas di bulan Ramadhan. Dan tepat di hari yang ke-enam belas ini. Sandy sempatin datang ke rumahnya Pak Haji Kim untuk bawain lumpiah yang udah dibuatnya. Ya inget-inget berbagi makanan untuk berbuka di bulan puasa. Meskipun mencuri pandang untuk Yunho dan Changmin adalah tujuan utamanya datang ke sini.
Namun ketika Sandy hendak mengetuk pintu rumah Pak Haji, dia mendadak berhenti. Sayup-sayup dia mendengar ada pembicaraan keluarga di ruang tengah.
Saking penasarannya, Sandy memutuskan untuk meguping di jendela besar yang langsung mengarah kedalam ruang tengah. Dia nangkring di samping jendela, sambil melihat ke arah dalam.
Disana terlihat, ada Yunho dan Changmin duduk di sofa panjang, dan ada Pak Haji dan Bu Hajah yang duduk di sebrang sofa. Percakapannya berlangsung lama, dan tepat di detik selanjutnya, telinga Sandy mendengar jelas bagimana percakapan itu bisa membuat Sandy bungkam seribu bahasa.
“Yunho, gimana istrimu? Sehat kan? Udah punya momongan belum?”
“Yaelah Bi, baru aja sebulan nikah, masa iya udah ngelahirin momongan.”
“Haha, terus si Changmin, jadi nikah bulan depan?”
“Iya Bi, kalau enggak ada halangan, habis lebaran.”
PLUK!
Lumpiah yang tak tahu apa-apa tiba-tiba jatuh, Sandy terdiam. Tenggorokkannya tercekat. Jadi selama ini, Sandy hanya jadi PHO? Jadi Mas Yunho sudah menikah? Jadi Mas Changmin akan menikah?
Dan bagai mendapat samurai yang membelah isi dadanya, Sandy kecewa. Dia tidak ingin menjadi PHO, berakhir di meja hijau karena merusak hubungan orang. Hatinya sakit mengetahui fakta bahwa mereka sudah menikah.
Sandy berlari sambil menangis. Tapi caranya dia lari ini sudah hampir mirip anak kecil yang lagi dikejar buldog. Dan pas Sandy berbalik, eh ternyata bener, ada buldog yang lagi ngejar dia. Enggak tahu juga tuh darimana hewan laknat itu tiba-tiba muncul.
Dan ketika sampai dirumah, dia langsung guling-guling di teras rumah sambil kejer-kejer. Pengennya dia ini nangis sambil grogrotin es balok. Tapi sayang es baloknya enggak ada. Waktu lagi seneng-senengnya nangis, tiba-tiba dia di kagetin.
“WOI BOCIL KENAPA LO?”
“EH COPOT COPOT KODOK—IH NGAGETIN MULU SIH KAMU!” Sandy makin kejer. Rista ini kayaknya punya jurus seribu bayangan, soalnya tiba-tiba ada di sini terus di sana, dan habis itu ngagetin. Seengaknya gak kayak Sandy, yang punyanya jurus seribu alasan.
Rista ini bingung dengan Sandy yang tiba-tiba saja nangis kayak anak TK yang punya dendam enggak di beliin es kepal milo.
“Kamu kenapa sih?”
“Huwaaaaa, Mas Yunho ternyata udah nikah! Terus Mas Changmin ternyata mau nikah! Gagal deh taarufan sama pangeran duniawi! Huwaaaaaa.”
Rista geleng-geleng. “Kamu kena azabnya kan, makanya, kemarin-kemarin udah aku bilangin, suka pada seseorang itu harus sewajarnya. Jangan berlebihan. Apalagi kita ini adalah wanita, mahkluk yang suci, harus menjaga adab sebagai seorang wanita. Apalagi kemarin kamu rajin-rajin ke masjid bukan sepenuhnya untuk Allah kan? Tapi buat ngelihat Yunho dan Changmin kan? Kamu secara frontal mengatakan kalau kamu mencintai Ramadhan tahun ini, dan itu bukan karena murni Ramadhannya, tapi karena kehadiran Yunho dan Changmin? Mungkin nih ya, kalau Bulan Ramadhan punya mulut pasti dia udah nyanyi ‘Cintai aku karena Allah’,” jelas Rista panjang lebar. Dan Sandy makin kejer, enggak tahu lagi deh makin nangis karena merasa bersalah, atau makin kepanasan karena dinasehatin.
“Udah ah, mending nonton Sofia the first, enggak penting nangis mulu.” Sandy tiba-tiba ngomong dan Rista makin geleng-geleng.
“Btw, tadi siang aku habis dari pengajian di masjid kampung sebelah, tahu enggak ketua Rohisnya ganteng banget, putih, tinggi lagi. Kalau enggak salah namanya Sehun.” Jelas Rista sambil menatap nyalang, membayangkan. Sampai akhirnya dia sadar, ada yang menghilang.
“Sandy? Sandy? San—SANDY WOI MAU KEMANA?!” Rista terperanjat, waktu lihat Sandy udah ngacir sambil neteng sendalnya keluar pagar.
“Tak ada Yunho dan Changmin, Sehun pun jadi.” Ucap Sandy antusias. Rista makin tak habis pikir. Emang bener, Sandy itu nyerempet gila kalau tentang cowok ganteng.
THE END
What theee.....
OMG! Apaini, apakah ini bisa dikatakan fanfiction :’>>>>
Maaf kalau gak jelas banget, mana garing lagi aHAHAHAHAHA.
Bisanya bikin ff comedy doang nih hahaha V’: