Namaku Do kyungsoo. Dio adalah panggilan kecil ku. Aku tinggal di kota Bandung. Usia ku menginjak 19 tahun. Hidup ku biasa-biasa saja, hari hari ku tampak tak begitu istimewa.
Suatu ketika aku sedang bermimpi. Disaat itu mimpi ku sangat aneh. Mimpi ku ialah aku menjadi artis di ibu kota jakarta dan sampai meluas pada kota-kota lainnya. Hingga aku merenung dan berpikiran untuk mengikuti ajang-ajang audisi hingga mimpi ku dapat aku penuhi walaupun aku tidak ketahui apakah aku akan ada diantara mereka idola-idola ku seperti apa yang aku mimpikan malam kemarin atau aku akan gugur bersama orang orang yang tidak beruntung. Dan disinilah aku sekarang, berdiri tegap dengan berjuta harapan dan keinginan untuk memenangkannya. berdiri ku disini tak sendiri, melainkan bersama seorang sahabat kecil yang bahkan orang tua kami sebut "perangko dan lem" mungkin karna kami tidak pernah bisa untuk dipisahkan. Namanya Haechan panggil saja Chan dia lebih muda dariku 7 tahun. Dia selalu mendukung dan menemani ku dari desa menuju kota besar ini. Dia akan selalu ada disaat aku membutuhkan nya. Hidup ku penuh ceria disaat ada dia.
Hingga takdir memisahkan ku dengan nya karna aku terpilih menjadi artis di ibu kota jakarta ini. Walaupun begitu, tapi hampir setiap hari kami mengirimi pesan lewat emaill satu sama lain. Namun semakin hari, semakin padat jadwal shooting ku maka semakin jarang untuk aku kirimi pesan walaupun kata hai dan apakabar.
Hari ini Chan mengirimi pesan kepada ku walaupun pesan itu di baca dan dibalas oleh Asisten ku yang bernama Daehyun karena kesibukan ku yang semakin hari semakin padat. Pesan itu berisikan bahwa dia ingin bertemu dengan ku. Asisten ku menolaknya mentah mentah dan dengan mengatas namakan nama ku bahwa aku sedang sibuk dan tak ingin ada orang lain mengangguku. Dan itu semua tanpa sepengetahuan ku. Aku tak marah karna aku lelah. Lelah dengan kesibukan yang tak pernah kunjung berhenti. Aku tak tau apakah dia kecewa ataukah kini dia sedang marah besar kepada ku. Namun aku tak mempermasalahkannya karna kini aku sedang sangat lelah. Aku berharap dia memaklumi dengan kesibukkan ku kali ini.
"Biarlah besok aku meminta maaf padanya" batinku menenangkan jiwa ku, hingga aku terlelap penuh tanpa kesadaran.
Pukul menunjukan 07.00
Suara gaduh tak berirama membangunkan ku dari tidur nyenyak super pules. Akupun terpaksa bangkit dari tempat tidur empuk dan keluar dari apartement ku. Hingga ku dapati Chan sedang menatap marah kepadaku aku bingung lantas mengatakan "hai"
"Hai, hai" dia tersenyum jahat kepadaku.
"Lu tau apa yang lu perbuat pada gue dan keluarga lu" lanjutnya masih dengan tatapan ingin menerkamku dan membunuhku disaat itu juga.
"Apa, apa yang telah gue lakukan?". Jawabku dengan tingkatan bingung yang sudah sangat memuncak.
"Lu, apa lu lupa. Lu masih punya keluarga dan teman. Apa salah jika kami ingin mengunjungi lu dan bertemu dengan lu." Jawabnya dengan penuh amarah.
"Apa lu bodoh?. Gue ingat, dan akan selalu ingat. Itu adalah pertanyaan terbodoh yang aku terima selama ini." Ucapku tak kalah darinya
"Lu bilang gue bodoh? Lu ingat pernah berjanji bahwa lu gak akan menyebut bodoh atau semacamnya pada gue. Namun kini lu ingkar. Lu beda Dio. Gue benci lu. Dan oh yah, kamu satu satunya orang yang menyebut gue bodoh." Ucapnya dengan masih tersenyum jahat.
"Maksud gue bukan gitu. Arti kata bodoh yang gue keluarkan buat lu itu bukan bodoh bego. Tapi itu hanya semacam gurauan semata. Dimana didalamnya tak mengandung arti bodoh yang sesungguhnya. Gue hanya bercanda. Dan lu harus tau desa lu beda sama kota gue" ucapku
"Apa lu bilang, desa itu adalah desa lu juga dimana lu dibiayai oleh desa itu (dio sampai di kota seoul ini berkat desa itu. Semua orang mendukungnya dan memberinya uang saku) Sudahlah gue udah benci lu. Gue berterima kasih pada lu karna dengan kehadiran lu, gue gak akan BERTEMAN dengan semacam lu lagi. Tadinya gue mau memberi tahu lu bahwa nyokap lu sakit dan sekarang dia butuh biaya untuk pengobatannya. Setiap hari pesan gue gak pernah dibalas. Tapi kini gue tahu jika nyokap lu gak akan membutuhkan anak seperti lu lagi."
Dia berjalan keluar namun sebelumnya dia menepuk bagian hati ku. Aku masih bingung dengan perkataan nya kepadaku ibu sakit dan aku tak tahu. Anak macam apa aku ini. Aku masih melongo ditempat dan tidak memerhatikan jika media dan orang orang yang berada di depan apartement ku masih melihat kearah ku dan memotoku lantas memberi pertanyaan yang aku pun tak tau harus jawab apa.
Aku tersadar disaat ingatan ku dengan ibu, ayah, dan chan lewat seketika di kepalaku. Aku mengejar nya dengan rasa takut akan kehilangan seseorang yang selama ini aku anggap adik dan keluarga ku. Aku takut, hingga bulir air mata menetes di pipi ku. Disaat itu aku menyadari jika ayahku dan chan sedang menatap sendu diriku. Hingga aku berteriak
"Ayah" aku mendekat pada ayah.
Namun, ayahku masih terdiam disaat aku memeluknya. Dingin yang kurasakan. Aku membuka mataku dan kudapati ruangan tak asing yang selama 2 tahun ini aku tempati. Kamar? Ternyata tadi aku bermimpi, ternyata pertengkaran aku dan chan hanya sekedar mimpi. Ternyata dingin yang kurasakan diakibatkan aku terjatuh dari tempat tidur ke lantai yang sangat dingin. Lantas aku terbangun dan menangis penuh kerinduan, kerindukan akan keluargaku dan Chan.
--
"Kumohon biarkan saya masuk kedalam" suara gaduh yang tak asing bagi telingaku.
"Tidak bisa, silahkan kalian pergi dari sini." Ucap perempuan + laki laki yang ku tahu dia itu manager dan asistenku. Umji dan Daehyun
Aku pun keluar dari appartementku untuk menghampiri suara gaduh itu.
Ibu, ayah, dan Chan berdiri tegap di hadapan ku. Aku lantas memeluk girang mereka semua dan mereka pun membalas pelukan ku. Aku menangis karena semenjak tadi aku tetap saja memikirkan kejadian mimpi itu yang mengakibatkan aku kehilangan keluarga dan sahabatku. Termasuk ibu, aku sangat sedih disaat aku tak mengetahui jika ibu ku sakit.
--
"Yasudah kami pulang dulu yak nak jaga diri kamu baik-baik, jangan terlalu sibuk, makan teratur, jangan lupa balas pesan kami dan berikan kabarmu setiap hari namun jika kamu lupa atau sibuk, seminggu sekali juga tidak apa-apa. Ibu akan menunggu hari itu disaat kamu mengabari ibu. Dan jika kau mendapatkan masalah dikota ini, ibu harap kau mau menceritakan nya pada ibu. Karna kamu anak ibu dan akan selalu anak ibu selamanya." Ucap bidadariku sebelum pulang kembali ke desa.
"Awas yah kalau lu gak bener di kota besar dan canggih ini. Jangan lupa jawab pesan gue, nyokap dan bokap lu. Jangan buat gue dan mereka cemas." Ucap Chan yang ku balas anggukan serta dua jempol terpangpang jelas di wajahnya yang menurut ku sangat begitu polos .
"Nak bapak mu berpesan pada mu. Usia mu masih 20, masih sangat jauh untuk memikirkan apa itu wanita. Bapak berpesan agar kamu tidak usah memikirkan dulu apa itu wanita. Jangan sampai masalalu mu terulang kembali." Aku mengangguk seraya tersenyum penuh tanggung jawab. Pikiran ku saat ini yaitu aku harus menghasilkan uang yang banyak dan tidak usah memirkan apa itu wanita.
Walau nyatanya ayahku menceramah atau tidak, sepertinya aku tidak akan mendekati apa itu wanita kecuali ibu dan Umji. Karna, aku masih sangat trauma dengan apa yang ku terima pada masa lalu labil nan kelam itu.
Ibu, ayah apalagi aku memiliki trauma dari masalalu labil nan kelam yang aku alami pada masa itu. Jatuh cinta memang mengasyikan namun patah hati lebih menyakitkan. Karna jatuh tak separah dengan patah. Aku memiliki masa lalu kelam bersama seorang wanita saudara temanku. Dia meninggalkan aku karena menganggap aku adalah orang yang sangat tak berguna bagi nusa, bangsa dan dunia. Mungkin dia hanya melihat aku dari luar saja tanpa melihat bakat apa yang aku punya saat ini. Sampai suatu saat Dia meninggalkan aku yang sedang berada di puncak love lovenya dengan menikah bersama kekasih simpanan alias gelap alias poeknya. Namun dunia bulat coba lihatlah aku versi sekarang, zaman 2017. Sudah banyak pembaharuan baru. Uprage sana, uprage sini hingga menghasilkan pemuda tangguh dari kota bandung dan berhasil di ibukota jakarta ini. Hingga saat ini aku telah dikenal oleh semua orang baik Dalam negri maupun Luar negri. Dan lebih mengerikannya lagi wanita itu ialah saudara kembar sahabat dekatnya yaitu Chan, yang bernama Mia
"Ohh iyah lupa! gue mau poto dulu bareng lu. Karna gue takut lu sibuk dan lupa gue. Jadi poto itu bisa buat geu aduin ke dukun santet. Biar mati lu, biar kagak jadi bahan cemasan orang tua lu lagi karna kesombongan lu." Ucap chan sebelum pulang. Aku pun berpoto dan dia berucap ditelinga ku.
"tadi gue bohong,sebenarnya Mia yang minta poto lu." Aku hanya mengangguk.
"Dia!"ucapku pada batin ku sendiri
"Gue masih menghargai keinginan dia karna lo keluarga bahkan kembaran nya. Sebernya gue ijid banget buat ngirim wajah gue yang dulu pernah dia hina habis-habisan di depan orang banyak. Maaf gue bilang ini ke lo, tolong sampaikan pada dia jangan ganggu hidup gue lagi. Gue udah move on dari dia. Dan iyah gue berpesan supaya dia menjaga rumah tangganya. Jangan sampai ada kata perceraian diantara pernikahan mereka, gue takut dia kesemsem sama wajah 2017 gue".
"Gue ngerti keadaan lo. Anggap aja dia bukan kembaran gue. Sebenarnya gue lebih males dari lo. Gue juga masih gak percaya dengan keputusan dia yang gue anggep gila 100%. Perasaan wajah lu sama aja, mungkin sekarang lu agak putihan dikit gara-gara merk bedak kali yah, dulu kan bedak lu itu kapur tapi sekarang kan bermerk dan berharga mahal."
"Hmm, nak Chan sudah selesai bicaranya bisa kita pulang." Ucap kedua malaikat hati dan jiwaku
"Okey dah sampai nanti. Gue pulang dulu"ucap Chan
"Jangan lupa ngasih kabar kalau udah nyampe desa"pesan ku untuk mereka bertiga
"Buat apa gue ngasih kabar kalau lu aja gak bakalan liat apalagi bales pesan itu" ucapnya
"Gue pasti bales pesan itu"ucapku dengan yakin.
"Oke deh sampe nanti"ucap chan dan mereka bertiga memeluk ku sebelum peulang ke desa.
Akupun masuk kedalam apartement yang selama ini sudah kuanggap rumah asli ku dimana aku pergi dengan wajah ceria dan pulang dengan wajah lesu. Niat ku hari ini ialah aku ingin menegur si umji dan si Daehyun untuk lebih memerhatikan keluarga ku dan untuk selalu menjawab pesan pesan dari mereka dengan sangat sopan, dan mengiyahkan apapun yang mereka inginkan.
--
Setelah aku keluar dari kamar mandi aku bergegas berpaikan untuk menjalankan aktifitas yang selama ini aku jalankan semenjak aku tinggal di ibukota indonesia ini.
Sebuah panggilan dari nomor yang tidak ku ketahui. Aku mengangkatnya, dan suara dibalik panggilan itu ialah dari Chan.
"Dio bisakah kita bertemu". Ucapnya dengan sedikit lesu
"Bisa, kapan dan dimana?"ucapku dengan mantap
"Di apartemen lu aja. Nanti sore gue kesana."
"Ok, baiklah gue mau nyiapin makanan yang lezat hanya untuk lu". Ucap ku dengan sangat-sangat bersemangat.
"Terimakasih". Ucapnya agak sedikit aneh alias tak biasanya dia tidak bersemangat dimana disatu sisi aku akan memanjakannya dengan gratis.
"Chan akan kemari dan hari ini hari minggu, itu tandanya aku libur. Horee. Nice shoot". Batinku berbicara girang seperi anak kecil mendapatkan permen.
Aku sedang bersiap-siap untuk kedatangan chan ternyata sebuah pesan tertuju untuk ku.
Bu Manager/ uji
Dio bisakah kita bertemu, aku tunggu di mall biasa.
Aku bingung harus bagaimana, disatu sisi Chan akan kemari namun di satu sisi sebuah uang melambai lambai bagai ingin di bawa.
Dio ganteng anak mamski dan papski
Oke Gue OTEWE. Ada uangnya kan.
Setengah jam aku duduk di bangku bus yang akan mengantarkan ku pada uang, maksudku pada pekerjaan.
"Maaf gue telat tadi macet + banyak orang yang minta foto"
"Silahkan duduk tuan Dio" ucap Umji
"Haha, hei lu kenapa manggil gue dengan tuan biasanya lu gue". Ucapku pada Umji karna tingkah nya kali ini membuat aku tertawa sejadi-jadinya.
"Maaf saya tidak bisa menyebut tuan dengan sebutan itu lagi". Ucapnya sembari menunduk
"Maksud lu apaan?." Ucapku bingung
"Saya berhenti menjadi manager Tuan lagi." Ucapnya sentak
"Kenapa bisa, Kasih alasan nya. Lu bohongkan". Ucap ku dengan nada tak percaya.
"Maaf tuan. saya, saya sudah tidak kuat dengan semua ini. Saya akan pergi sekarang. Terima kasih karna tuan tetap menjadikan saya teman walau apapun yang saya lakukan membuat keluarga atau teman tuan sakit hati. Saya pamit pulang". Ucapnya dengan mengeluarkan butir butir yang sangat aku benci karna apapun alasan dibalik itu, ada hati yang hancur. Diapun menghilang dibalik pintu yang dapat membuat aku kehilangan sosok perempuan aneh yang selama ini tak membuat aku jera untuk mengeluarkan curahan curahan baik kisah ku di desa atau bagaimana cinta kelam yang aku rasakan waktu itu.
Aku terlanjur menyayangi dia sebagai kakak karna selama ini dialah orang yang ada di sisiku yang siap memberikan pundak nya untuk aku sandari. Dan sekarang dia menghilang, bagai ditelan pluto.
Aku pun pulang dari mall itu dengan keadaan sedih dan bingung. Namun aku tidak pulang ke appartement ku melainkan ke tempat yang terkenal dengan minuman yang tidak memabokkan dan tempat nya itu sangat nyaman yaitu cafe. Aku merenung. Hingga suara muncul dari sebelah kanan ku, suara yang tak asing bagi pendengaran ku.
"Gue tunggu lu di appartement tapi Daehyun bilang lu lagi ketemuan sama Umji."
"Kenapa lu tau gue disini. Lu kan awam di jakarta ini"
"Gue emang awam tapi gue tau cara bertanya"
"Gue mau ngomong sama lu. Tapi lu mesti janji buat gak benci gue".
"Apaan. Iyah gue janji"
"Nyokap lu sakit, dan dia membutuhkan biaya yang sangat besar dan nyokap lu gak mau kalau lu tau dan ngehancurin pekerjaan lu".
Aku menatap Chan bingung.
"Lu bilang nyokap gue sakit dan parah. Dan lu baru ngasih tau gue sekarang lu temen apa lawan". Ucapku dengan berlinang air mata
"Karna gue temen lu maka gue kasih tau lu dengan tanpa sepengetahuan nyokap bokap lu".
--
"Bagaimana keadaan inu saya sekarang dok"
"Berkat .. Ibu nya Ade bisa terselamatkan, dan berkat kecepatan dan ketepatan ade dengan cepat dan tepat maka beliau dapat terselamatkan".
"Terimakasih Dok, saya berhutang budi pada dokter". Ucapku dengan berkaca kaca
"Makasih lu udah mau ngasih tau gue di waktu yang tepat". Ucapku
"Sama sama. Gue udah besar dan tau mana yang mesti di perjuangin sama yang perlu di diemin".
"Nak Chan, kamu itu baik sekali tapi nakal nya ampun. Tapi berkat kamu istri saya dapat terselamatkan". Ucap papski
"Ayah kenapa gak kasih tau Dio kalau Ibu sakit". Ucapku
"Sebelumnya ayah sempat mau memberitahumu. Namun ibu mu melarang, dia takut kamu terbebani biaya dan pikiran karna dirinya".
"Ayah, aku mohon. kalian telah membiayaiku dari kecil hingga seperti ini apakah salah jika aku ingin membalas budi kalian. Aku ini anak kalian dan akan tetap menjadi anak kalian selamanya. Uang ku, uang kalian. Hidup kalian maka hidup ku juga".
"Yasudah lain waktu jika ada masalah ayah dan ibu mu akan berterus terang".
"Dio, gue mau ngomong sama lu. Kalau Irene minta cerai sama suaminya. Lu mau gak balikan sama dia" ucap Chan tiba-tiba
"Cuihh, gue kagak mau walau nyawa gue taruhannya. Gue udah gak sayang lagi sama dia. Kalau gue sama dia, lu mau adik lu ngebatin tiap harinya karna tingkah gue yang akan terus menjauh dan menghindarinya setiap saat. Dan kenapa lu ngebahas dia, gue males sumpah ngebahas dia di saat nyokap gue lagi sakit".
"Maafin gue, tapi nyatanya seperti itu, Irene minta balikan sama lu dan dia udah minta sama gue buat maksa lu. Nih" ucapnya sembari memberikan selembaran kertas yang ku ketahui jika itu surat perceraian.
"Dan lo mau disuruh oleh nenek sihir?" Ucapku sambil terenyum jahat.
"Ini demi kebaikan lu Dio sayang". Aku terdiam membeku disaat mendengar kata kata itu. Tiba tiba muncul sosok yang sangat aku benci yakni Mia dihadapan ku.
"Lu ngapain disini". Ucapku
"Ngejemput lu lah dari sini buat pernikahan kita". Ucap Mia
"Pernikahan lu dan gue. Haha". Ucapku sembari tertawa sangat menjengkelkan.
"Yes baby".
"Lu gila atau apa sih. Gue bukan siapa- siapa lu tapi lu ngajak nikah. Sumpah gue tambah benci liat lu. Pergi dari sini atau gue hubungin petugas keamanan. Pergi gak".
"Silahkan panggil. Jika mereka datang aku akan pergi jika mereka diam aku akan tetap disini. Dan iyah lu bilang lu benci gue? sayang, inget loh cinta dan benci itu berdinding tipis". Ucapnya
"Iyah saking tipis nya gue jadi benci sama lu karna dulu gue sangat sangat mencintai lu tapi inget yah bahwa gue sekarang benci sama lo Mia. Gue benci. Pergi dari hadapan gue sekarang".
"Mia!"
Aku melihat Mia terpaku saat melihat sosok yang memanggilnya yang berada tepat di belakang ku. Aku tidak bisa melihat siapa dia. Namun suara itu tak asing bagi pendengaran ku. Hingga dia pun mendekat pada Mia namun tetap memunggungiku hingga Mia menatap takut pada sosok di depan nya itu.
"Ibu maafkan aku" ucap Mia pada Wanita itu
"Pulang." Ucap wanita itu
"Jangan lupakan gue, gue akan menghantui lu bae". Ucap Mia
"Pulang!!" Ucap wanita di depanku itu.
"Tante Iyonie. Terimakasih tante berkat tante saya terhindar dari wanita gila itu"
"Sama-sama maafkan menantu saya, Dio".
"Jadi Tante adalah ibu mertua wanita gila tadi".
"Yah begitulah, saya tidak tahu jika anak yang sering dia ceritakan pada tante itu adalah kamu".
"Ohh jadi Mia sering membicarakan saya?pantesan telinga saya selalu panas setiap saat, ternyata sumbernya dari wanita gila itu".
"Bun" ucap perempuan yang tidak ku ketahui wajahnya namun suara nya tak asing pada pendengaran ku.
Suara itu. "Umji". Akupun langsung melihat ke belakang. Ternyata Umji adalah anak dari tante iyonie. Dan aku baru sadar jika wajah mereka itu sangatlah mirip hanya saja tante Iyonie versi tua dan Umji versi mudanya.
--
"Ohh jadi lu ngundurin diri jadi manager gue gara gara wanita gila itu. Lu disuruh cari tau tentang gue dan gara gara ancaman dari wanita gila itu juga lu ngindurian diri"
"Yah begitulah, gue takut dosa kalau terus aja jadi teman di depan tapi lawan dibelakang. Jadinya gue ngundurin diri deh".
"Dasar bocah mau aja di manfaatin sama orang gila".
"Ihh kan gue itu baik hati, jadi siapapun orangnya gue akan bantu dia".
"Terserah lu aja dah, gue ngikut".
Hingga akhirnya Ibu, Ayah, Chan hidup bahagia di desa. Sedangkan Dio, Umji, Daehyun hidup bahagia di Kota.
~Tamat~