home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > A Beautiful Fairy From Arkhazania

A Beautiful Fairy From Arkhazania

Share:
Author : fatiatriputri
Published : 27 Aug 2017, Updated : 27 Aug 2017
Cast : Park Bogum as Himself dan Irene Redvelvet as Lee Bora
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |1322 Views |3 Loves
A Beautiful Fairy from Arkhazania
CHAPTER 1 : My Life Is Like My Drama

Aku Park Bogum, seorang Aktor yang kisah hidupnya seperti drama yang dilakoni. Inilah ceritaku..

***

Dibawah langit yang cerah aku duduk disebuah kursi lipat sambil membolak-balikan naskah drama fantasy yang kali ini akan aku lakoni, berjudul A Beautiful Fairy from Arkhazania. Bercerita tentang manusia yang masuk kedalam dunia peri. Hari ini adalah hari pertama aku shooting sebagai peran utama dengan lawan mainku Yoona SNSD dan Baekhyun EXO.

"Bogummy, saatnya take." Ucap sutradara memberitahuku. Aku mengangguk sambil mengacung jempol dan berdiri. Take 1 untuk scene dimana aku sedang berjalan ditaman kota kemudian aku terjatuh pingsan, saat terbangun aku sudah berada di dunia peri.

"Okay.. camera rolling, ACTION!" Aku langsung beracting berjalan dengan pelan sambil melihat kanan kiri dengan senyuman, sesekali menyapa orang yang menjadi Cameo. Tiba-tiba kakiku berhenti berjalan, memegang kepalaku dan meringis kesakitan, kepalaku sakit sekali.

"Aaarrhhh!!" Ringisku kesakitan. Ini sangat sakit, aku tidak acting. Pandangan mataku memburam dan badanku limbung jatuh ke tanah.

"CUT!!" Samar-samar aku masih mendengar suara sutradara, Namun tidak bisa bangun. Badanku lemas bagai tak ada tulang. Telingaku mendengar banyak suara kaki menghampiri, mengerubungi sambil meneriakan namaku. Kuhela nafas dan pandangan pun menggelap.

***

Aku mengerang masih merasa sedikit pusing, kubuka mata dan "Kyaaaa!!" Aku berteriak kaget melihat seorang wanita sedang memangku dagu menatapku dekat sekali.

"Sssttt!! Jangan berteriak! Nanti para peri mengetahui ada manusia dirumahku!" Wanita itu membekap mulutku sambil panik melihat sana sini. Apa maksud perkataannya?

Tangannya dilepas dari mulutku. "Apa maksud kamu? kamu siapa? Aku dimana? Kemana managerku?” Tanyaku bertubi-tubi setelah ada kesempatan untuk berbicara.

"Sstt pelankan suaramu, Jika Ratu tau kita bisa mati. Aku adalah Peri Bora, kamu ada di Arkhazania. Aku menemukanmu pingsan ditaman cherry belakang rumahku." Arkhazania? Itu adalah nama dunia peri yang ada di naskah. Jadi Arkhazania itu benar ada? dan aku masuk kedalamnya seperti jalan cerita dramaku? Heol, ini tidak bisa dipercaya.

"Apakah ada cara untuk kembali ke dunia?" Tanyaku lagi.

"Sayangnya aku tidak tau. Tapi aku pernah lihat ada sebuah buku tentang manusia yang pernah kesini dan berhasil kembali berkat bantuan Peri. Aku akan mencari buku itu. Kamu tunggu disini ya, jangan berbuat ulah." Dia berdiri dan berjalan keluar rumah. Aku hanya bisa tercengang mengetahui kalau aku berada didunia Peri.

***

"Aku kembali.." Aku dengan senang hati membalikkan badan menyambut Bora. Dan tebak apa yang aku lihat? Sebuah buku dengan tebal 3 kali lipat dari kamus Oxford

"Ini bukunya?!" tanyaku terkejut. Bora langsung mengangguk dengan ekspresi polosnya.

"Ayo kita baca bersama. Kita harus cepat jika kamu ingin kembali." Ajaknya. Dia langsung duduk disebuah meja bundar. Aku mengikuti duduk dihadapannya dengan sedikit malas mengetahui akan membaca buku setebal itu.

***

Sudah sekitar 2 jam aku duduk disini menunggu Bora yang sedang serius membaca. Karena hanya ada satu buku aku dengan Bora bergantian membacanya. Kadang kadang aku menjahilinya, menatapnya intens sampai dia salting dan tertawa malu-malu. Lucu saat lihat pipinya memerah karena malu. Aku tidak tau harus percaya atau tidak bahwa peri benar benar ada.

“aahh lapar..” ucapku dengan suara sangat pelan sambil menempelkan kepala ke meja.

“kamu lapar? Tanyanya. Aku tanpa ragu mengangguk, karena perutku sudah mulai sakit. Bora langsung berdiri dan membuka sebuah lemari.

“ini. Pie Cherry baru tadi pagi aku membuatnya. Apa kamu suka?” aku menatap satu loyang Pie Cherry dihadapanku yang terlihat sangat menggiurkan. Sebenarnya saat ini aku sangat ingin makan nasi tapi sepertinya tidak ada nasi disini.

“terimakasih, aku akan mencoba.” Ucapku dengan senyuman. aku langsung memakannya dan wow ini enak banget, Pie Cherry paling enak dari semua yang pernah aku rasakan.

“ini enak banget. Bagaimana bisa kamu buat seenak ini.” Pujiku. Bora yang berdiri sambil menaruh segelas minuman tertawa kecil sambil menutup wajahnya.

“seriusan ini enak. Sini sini..” kutarik tangannya agar kembali duduk dan mencoba meyakinkan kue Pie Cherry buatannya sangat enak dengan menyuapkan satu sendok pie. sendok yang berada ditanganku melayang tepat didepan bibirnya, Bora hanya melihat sendok itu dengan pandangan tidak mengerti. Aku menghela nafas heran mengapa ada wanita sepolos ini.

“buka mulutmu” dia membuka mulutnya dan aku langsung memasukan satu sendok pie ke mulutnya. “enak, kan?” tanyaku sambil tersenyum. Bora tersenyum “terimakasih sudah memuji. Silahkan makan semuanya. Aku harus lanjut baca.” Katanya. “kamu tidak ikut makan?”

“makan saja duluan.” aku tidak setuju dengan ucapannya, masa yang punya rumah tidak ikut makan.

“kita harus makan bersama, kamu satu-satunya temanku disini. Aku tidak mau kamu mati kelaparan. kamu lanjut membaca sambil aku menyuapkanmu.”

“kita teman?”

“tentu. Kita berteman. Kamu tidak mau?” kenapa dia sangat terkejut begitu tau aku menganggapnya teman.

Dia tersenyum hingga gigi rapihnya terlihat “tentu aku mau. Kita berteman sekarang.”

*** 

Cahaya matahari menyilaukan mataku membuatku terbangun. sudah pagi ternyata, dan aku ketiduran diatas meja. Kutegakkan badanku, melihat Bora yang juga ketiduran, mukanya sedikit tertutup rambutnya yang panjang, saat dia tidur begini mukanya cantik juga, maksudku lebih cantik daripada saat dia membuka mata. Aku tidak tega untuk membangunkannya, lebih baik aku mandi. Dimana kamar mandinya?

Setelah aku selesai mandi, Bora masih tertidur, aku harus ngapain? Kalau aku ambil bukunya untuk aku baca dia pasti terbangun karena buku itu menjadi bantal dia. Ah aku penasaran dengan taman dibelakang rumah, katanya aku ditemukan disana.

“wow tamannya bagus sekali. Taman rumahku kalah telak.” Takjubku sambil menyusuri jalan setapak ditengah tengah pohon cherry dan apel. Taman ini bisa dinamakan taman buah karena semuanya buah-buahan. Ada cherry, apel, jeruk, anggur, strawberry dan masih banyak lagi, namun ada juga bunga-bunga yang bermekaran. Aku duduk ditanah berumput menyender di salah satu pohon apel. Mengambil ranting-ranting yang banyak, aku jadi ada ide untuk membuat flower crown untuk Bora.

“hey! Kenapa kamu diluar. Kalau ada peri yang melihatmu bisa gawat.” Bora datang setelah flower crownku jadi, aku tersenyum dan segera berlari menghampirinya.

“ayo masu..” ucapan Bora terhenti setelah aku memasangkan flower crown dikepalanya. Dia melepas flower crownnya dan melihatnya sambil tersenyum.

“indah sekali, terimakasih.” Dia kembali memasang flower crownnya di kepala.

"sama-sama. ohya, itu istana apa? Terlihat sangat indah dari sini" tanyaku, sambil menunjuk kearah istana yang terlihat besar dan mewah dengan hiasan yang mengkilap. Bora menengok mengikuti arah jariku kemudian dia tersenyum.

“oh itu istana Ratu Arkhazania. Kalau ratu tahu, kita bisa dalam bahaya. Dibuku yang kita sedang bacapun tertera kalau manusia tidak boleh bertemu dengan peri apalagi berteman, sampai sekarang Ratu masih dalam penelitian mencari jawaban mengapa manusia bisa masuk kedalam Arkhazania, bahkan ada sebuah pintu yang menghubung Arkhazania dengan dunia manusia.” Bora menjelaskan dengan wajah cemas.

“kamu sudah baca semuanya?” tanyaku. Dia mengangguk cepat. “kita harus cepat kepintu itu sebelum Ratu mengetahuimu, tapi masalahnya adalah pintu itu sangat jauh, aku tidak tau berapa jam atau bahkan berapa hari perjalanannya. Mungkin saja akan cepat jika aku terbang menggunakan sayapku tapi kamu tidak punya sayap. Aku tidak kuat menggendongmu sambil terbang.” Aku terdiam. Tidak ada cara lagi, aku dan Bora harus berjalan kaki.

“yasudah kita malam ini berangkat kesana agar peri-peri lain tidak mengetahui aku manusia, karena tidak ada cara lagi kita mau tidak mau harus berjalan kaki.”

***

Malam ini aku dan Bora sudah bersiap untuk pergi, setelah tadi siang menyiapkan bekal untuk diperjalanan

“sudah siap?” tanya Bora. Aku mengngguk sambil memakai tas yang berisi persediaan air minum. Kamipun keluar rumah berjalan ditengah gelapnya malam tanpa lampu jalan.

sudah sekitar 3 jam kami berjalan menyusuri hutan gelap dan sepertinya daerah sini sudah aman karena sudah jauh dari daerah rumah-rumah peri. 

“Bora, katamu kamu punya sayap. Tapi aku tidak melihat sayap dipunggungmu.” Kataku pada Bora yang jalan lebih dulu dariku. Bora berbalik dan tersenyum.

“kamu mau lihat?” aku langsung mengangguk tanpa ragu, aku penasaran dengan sayapnya.

“baiklah, lihat baik-baik” aku membuka mataku lebar-lebar sekuat mungkin tidak berkedip. Bora menunduk kemudian mataku langsung berbinar saat sayapnya mengembang sangat indah.

"woaahh" aku bertepuk tangan kagum sayapnya menyala dikegelapan. 

“aaaaa!!” sebuah jaring jaring tiba tiba menjeratku dan Bora. Bahaya, kita ketahuan. Aku dengan sekuat tenaga melepas jaringnya namun sangat susah. Tiba-tiba seseorang muncul dari balik pohon dan menebarkan serbuk kepada kami, membuat kami yang menghirup terhuyung dan tidak sadarkan diri.

***

aku menggerakan kecil kepalaku sambil meringis, membuka mataku dan mengernyit saat melihat beberapa orang berdiri dengan sayap yang menjulang indah. Suara tangisan terdengar memilukan, Siapa yang menangis? Siapa mereka semua? Dimana Bora?

"Aku tak percaya dengan apa yang kau lakukan Bora" aku terdiam mendengar suara wanita berbicara memanggil nama Bora.

"Kau membantu seorang manusia dan hidup dengannya dua hari belakangan ini dirumahmu." Ucap wanita itu menjelaskan. Jantungku berdegup kencang. Apakah yang dimaksud manusia oleh wanita itu adalah aku? Perasaanku tiba tiba menjadi buruk dan kalut, ini pasti akan bahaya bagi Bora.

"Kau harus diberi hukuman."

Aku terkesiap "Tidak!!" Teriakku kencang dengan spontan. Semua orang terkejut dan sontak berbalik menghadapku, wajah Bora yang sedang menangis terlihat dibalik tubuh salah satu dari mereka yang berdiri. Aku memberontak, menyadari bahwa aku telah diikat tak bisa berkutik.

"Aku mohon! Jangan hukum Bora, dia tak bersalah! Aku yang bersalah. Kalian boleh menghukumku, asalkan jangan Bora!!" Ucapku dengan penuh keyakinan dan tegas, aku menatap Bora, ia menatapku dengan mata sayunya dan menggeleng-gelengkan kepalanya, melarangku untuk menggantikannya. Tidak, Bora tak boleh dihukum karena ia memang tak bersalah. Kutatap Ratu yang hanya diam, dengan wajah sedih.

"Ratu, aku tau kau Ratu. Kau pasti tidak akan menghukum salah satu perimu, kan?" bujukku padanya. Ratu menggeleng pelan. "Semua peraturan sudah tertulis dengan sumpah yang kuat, tak bisa diganggu gugat." Ucap Ratu. Aku mengelak, tidak itu pasti masih bisa diubah.

"Aku tau kau yang salah, telah membuat Bora melakukan ini, di dalam hatinya sudah ada keinginan menjadi manusia dan ingin ikut ke Duniamu. Itulah perkaranya. aku akan menghukum periku, bukan seorang manusia, karena aku tak berhak menghukum seorang manusia" lanjut Ratu panjang lebar. Tidak, kenapa peraturan disini harus seperti itu, itu tidak adil, sungguh tidak adil. Ratu berjalan menghampiri Bora yang duduk terikat rantai. Bora berteriak mengatakan jangan, tangisanku pecah, tak tega melihat semua yang ada dihadapanku.

"Bora!!" Teriakku memanggilnya. Aku tidak bisa berkutik karena aku dijaga oleh kawanan peri pria bertubuh besar, Bora hanya bisa menatapku sayu. Ratu berjongkok, mengusap wajah Bora dengan sayang, air matanya juga menetes sedih karena perinya akan mati oleh tangannya.

"Aku tau perasaanmu Bora. Maafkan aku, tapi aku harus tetap melakukan ini." Ucap Ratu dengan bergetar. Bora menangis, pasrah dengan semuanya karena ini memang konsekuensinya, dan dia lebih baik mati berjuang untuk menyelamatkanku. Ya Tuhan, mengapa seperti ini jadinya.

"tutup matamu." Suruh Ratu kepada Bora. Sebelum Bora menutup mata dia menengok menatapku dan tersenyum kecil, sekujur badannya bergetar hingga senyumannya ikut bergetar. Bora menutup matanya dan Ratu mulai berancang-ancang menggunakan sihirnya untuk menarik nyawa Bora. Aku menutup mataku juga tak kuat melihat semua yang akan terjadi pada Bora. Nafasku tiba tiba sesak seakan oksigen hilang begitu saja dan aku kembali tidak sadarkan diri.

***

Aku terbangun dengan napasku yang terengah-engah, manager, sutradara dan crew mengerubungiku. Wajah mereka terlihat lega. “berapa lama aku pingsan?” tanyaku.

Manager memberiku satu botol air putih “5 menit.” Jawabnya.

“serius?” semuanya mengangguk. Ini aneh, di Arkhazania aku sudah sekitar 2 hari, tapi disini hanya 5 menit. Mengingat Arkhazania aku jadi sedih memikirkan Bora, bagaimana keadaan dia saat ini, apakah dia baik-baik saja? Semoga Ratu tidak jadi menarik nyawa Bora karena aku sudah kembali ke duniaku dan menghilang begitu saja dari sana.

“apa Arkhazania itu benar ada?” semuanya kaget mendengar pertanyaanku, mereka saling pandang kemudian tertawa. “aku serius.” Ucapku tegas.

“ya gak mungkinlah Bogum, itu kan cuma fiksi hasil dari ide manusia.” Jawab sutradara masih dengan tertawa. Aku terdiam, kenapa aku tidak percaya kalau itu hanya fiksi, karena selama berada disana rasanya sangat nyata.

“sepertinya kamu butuh istirahat, Bogum.” Kata sutradara. Manager dan aku mengangguk setuju karena badanku terasa sakit.

***

*SEMENTARA ITU DI ARKHAZANIA*

“kemana manusia itu?!” tanya Ratu saat mantra sihirnya terputus karena melihat Park Bogum menghilang bagai asap. Peri-peri berbadan besar terkejut mengetahui manusia yang tadi ada disamping mereka menghilang. Bora yang sedang memejamkan matanya pun membuka mata dan melihat diantara peri-peri berbadan besar tidak ada temannya, dia tersenyum lega mengetahui bahwa temannya berhasil kembali ke dunia manusia.

“dia sudah kembali ke dunianya” ucap Bora pada Ratu.

“bagaimana bisa?!” tanya Ratu yang hanya bisa dijawab Bora dengan gelengan kepala. Ratu terdiam sesaat kemudian kembali duduk disinggasananya.

“baiklah, sepertinya ini keberuntunganmu. Kamu selamat karena manusia itu sudah lebih dulu menghilang tanpa melewati pintu perbatasan itu.” Ucap Ratu sambil tersenyum lega dirinya tidak membunuh perinya sendiri.

“tapi..” ucapan Bora terputus, ragu untuk mengatakan ini. Bora takut dirinya akan dalam bahaya lagi jika mengatakan ini.

“ada apa Bora? Katakanlah..” Ratu mempersilahkan Bora berbicara.

“aku tetap ingin ke dunia manusia. Aku ingin menjadi manusia, aku ingin ikut dengan temanku.”

“apa!!! Apa kamu bilang??!!” Ratu tidak percaya dengan apa yang diucapkan Bora. Peri ingin menjadi manusia dan ingin tinggal disana hanya karena teman manusia yang baru kenal selama dua hari itu tidak mungkin. Bora merangkak ke kaki Ratu dan berlutut memohon agar dibolehkan ke dunia manusia dan menjadi manusia.

“aku mohon, ini permintaan pertama dan terakhirku padamu, Ratu.” Ratu menghela napas.

“tolong peri bawa dia pergi dari sini dan kurung dia.” Suruh Ratu kepada Peri-peri berbadan besar itu.

“jangan!! Lepaskan! Aku mohon ratu, dia adalah temanku satu satunya. Dia teman yang sangat baik!!” Tubuh Bora yang kecil dengan gampang terangkat dan dibopong keluar dari ruangan Ratu. Bora memberontak saat dia sudah hampir mendekati pintu ruangan yang sudah siap-siap ditutup.

“aku juga ingin bertemu ibuku!!” pernyataan Bora membuat Ratu terkejut, apalagi jika mengenai seorang Ibu, dia sangat sensitif dengan seorang Ibu.

“tunggu! Bawa dia kesini.” Bora langsung cepat-cepat menghampiri Ratu.

“maksudmu apa ingin bertemu dengan ibumu? peri diciptakan olehku bukan oleh seorang ibu dan hanya keluarga Ratu yang mempunyai Ibu."

“Ratu, aku mohon jangan marah. Aku akan menjelaskan ini semua. Kemarin saat aku sedang mencari cara jalan keluar untuk mengembalikan manusia kedunianya, aku membaca buku tentang sebuah kisah pasangan manusia dangan peri yang juga bertemu di Arkhazania, semuanya begitu detail dijelaskan disana bahkan ada foto manusia, peri dan anak mereka” Bora menjelaskan panjang lebar.

“ciri-ciri anaknya dijelaskan secara rinci. Telinga yang tidak panjang, sayap yang bisa menghilang, sayap hanya bisa dipakai saat dibutuhkan, dan tidak memiliki kekuatan khusus layaknya peri lain.” Ucap Bora lagi sambil menunjukan ciri-ciri yang sama pada dirinya.

“Aku awalnya pun terkejut, foto peri yang bertemu dengan manusia itu adalah ayahku. Aku dari kecil tinggal berpisah dengan ayahku, tinggal sendirian disebuah rumah ditengah-tengah hutan. Aku baru tau mengapa aku diasingkan, karena aku adalah anak dari manusia dan peri. Ada darah manusia ditubuhku dan itu perkara buruk di Arkhazania bukan? Maka dari itu Ayahku mengasingkanku agar tidak ada yang tau kalau aku adalah setengah manusia setengah peri.”

“ini.. tidak mungkin.” Ratu tidak percaya.

“jika Ratu tidak percaya, Ratu bisa membaca bukunya, ada dirumahku.” Bora meyakinkan Ratu bahwa benar ada buku yang menceritakan kenyataan tentang dirinya dirumah. Ratu terdiam, shock mengetahui bahwa manusia dan peri bisa menjadi pasangan.

“kemana ayahmu sekarang?” tanyanya. Bora menunduk sedih, air matanya langsung keluar.

"dia sudah mati karena sakit parah.”

“kumohon Ratu, aku sudah lama sendirian disini, diasingkan dan tidak ada teman. Itulah sebabnya aku sangat senang mempunyai teman walaupun aku tau itu bahaya untukku, bahkan aku rela berkorban nyawa karenanya, ditambah saat aku mengetahui bahwa aku mempunyai Ibu manusia, aku jadi ingin bertemu dengan Ibuku, menjadi manusia dan tinggal disana bersama Ibu. Aku takut jika aku terus disini, aku tidak ada kesempatan bertemu Ibu” Bora semakin menangis tersedu sedu menjelaskan kenapa dia sangat ingin menjadi manusia.

Ratu termenung, hatinya ikut sakit karena dia mengingat saat Ibunya mati didepannya akibat sakit, bahkan sebelum mati Ibunya mengatakan bahwa dirinya harus menjadi Ratu yang membuat Arkhazania damai, peri-peri bahagia dan merasa adil. Ratu menghela napas sambil menyeka air matanya

“baiklah. Aku akan membiarkanmu pergi kesana dan menjadi manusia. Karena janjiku pada ibuku kalau aku akan membuat peri bahagia dan merasa adil. Semoga kamu bahagia disana..” ucapan Ratu membuat Bora menangis semakin kencang, tapi bukan karena menangis sedih namun menangis bahagia.

***

Sudah sekitar 1 bulan waktu berlalu dan aku masih sibuk dengan shooting A Beautiful Fairy from Arkhazania, setiap membaca naskah aku selalu ingat temanku Bora dan berdoa agar Bora masih hidup dan bahagia, aku sudah berjanji dalam doa kalau aku tidak akan menyia-nyiakan hidupku yang sudah diselamatkan dia dan akan terus berkarya di dunia entertaint. Semoga dengan actingku di drama ini Bora akan senang karena ini menceritakan Arkhazania, peran Yoona pun seperti sosok Bora yang baik dan rela berkorban untuk menjagaku selama di Arkhazania. Hanya bedanya di cerita ini Arkhazania menerima manusia, tidak ada aturan manusia dan peri tidak boleh bertemu bahkan berteman baik, drama ini berakhir dengan bahagia sementara aku dengan Bora tidak berakhir bahagia, aku meninggalkan Bora tanpa ada kata perpisahan dan tidak tau apakah akan bertemu kembali atau tidak.

“hya Park Bogum!!” teriakan seseorang dengan suara yang familiar membuatku tidak fokus ber-acting sehingga sutradara harus menghentikan take ini. “maaf..” ucapku pada crew sambil terus mencari siapa yang memanggilku. Sampai tepat disatu pohon aku melihat seorang wanita yang bersender sambil tersenyum. 

“Bora!!!” teriakku senang sambil berlari padanya kemudian memeluknya erat. Semua crew yang berada di lokasi shooting langsung bersorak senang mengetahui aku memeluk seorang wanita. Gawat! Bisa jadi gosip.

“dia temanku!!” teriakku pada crew mengelak gosip. Crew langsung bersorak kecewa dan kembali melakukan kegiatan mereka masing-masing.

“kamu harus ceritain semuanya! ikut aku!” suruhku sambil menarik tangan Bora ketempat yang lebih aman.

***

“jadi begitu ceritanya..” ucapku menanggapi cerita panjangnya

“iya, dan perjalanan ke pintu perbatasan itu butuh perjuangan banget, tiga minggu diperjalanan dan satu minggu mencari ibu dan kamu berada. Untungnya kalian sangat terkenal ya, sampai aku dengan mudahnya tau namamu, tau kalian berada. Hanya tinggal melihat TV” Bora bertepuk tangan memujiku.

Aku menggaruk leherku salah tingkah “yeah begitulah..”

“tapi kamu juga hebat, rela berkorban berjuang mendapatkan izin Ratu untuk bertemu Ibumu dan temanmu ini. ibumu juga hebat dia yang membuat cerita dibalik drama A Beautiful Fairy from Arkhazania yang aku lakoni.” Ucapku memuji.

“haha terimakasih pujiannya. Soal drama, itu karena terinspirasi dari kisah ibuku”

“hahaha betul, karena kamu sudah menjadi manusia sepenuhnya, dan kita belum berkenalan dengan benar, mari kita berkenalan. Aku Park Bogum.” Ucapku sambil mengulurkan tangan.

“namaku Lee Bora. Mari kita berteman” Bora membalas menjabat tanganku dengan senyuman.

***

Begitulah ceritaku yang seperti drama ini. apa kamu percaya? aku harap kamu percaya.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK