home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Billionaire

Billionaire

Share:
Author : Heybibils
Published : 26 Aug 2017, Updated : 28 Aug 2017
Cast : Park Chanyeol
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |448 Views |0 Loves
Billionaire
CHAPTER 1 : Success

Perkenalkan semua namaku Park Chanyeol. Saat ini aku sedang duduk di sebuah kursi yang langsung menghadap ke arah jalanan dan gedung-gedung tinggi Kota London. Sudah terlihat jelas dari namaku bahwa aku ini berasal dari Korea Selatan. Tetapi dua tahun yang lalu ada seseorang yang menganggapku berasal dari Surga. Ya, mungkin orang itu pernah melihat malaikat maut tampan yang mirip sepertiku. Melihat jalanan Kota London aku akhirnya tersadar bahwa aku ini merindukan Kota Seoul tempat dimana orang tuaku tinggal dan juga mantan kekasihku yang sekarang sudah resmi menjadi istriku. Sudah empat bulan aku berada di kota ini. Kota yang sehari-harinya memakai Bahasa Inggris, Bahasa yang baru berhasil aku kuasai satu tahun lalu--ditambah dua belas tahun mempelajari Bahasa Inggris di sekolah. Jika boleh sombong, aku sekarang memiliki satu apartement mewah di tiap negara, salah satunya di negara ini. Aku juga memiliki beberapa mobil mewah yang bulan ini pajaknya belum terbayar karena waktu yang sibuk untuk pergi ke kantor pelayanan pajak. Aku juga memiliki banyak saham di beberapa perusahaan. Dan yang terakhir, aku memiliki istri cantik seorang model yang kini mendedikasikan hidupnya menjadi guru di taman kanak-kanak. Kalian mungkin tidak percaya dengan semua kekayaanku itu. Tapi aku percaya karena aku yang mengumpulkan semua kekayaan itu sendiri. Termasuk mendapatkan istri cantik pun aku berusaha mendapatkannya sendiri--tidak merebut dan tidak memaksa. Akan kuceritakan sedikit bagaimana keadaanku sebelum aku berada tempat yang tidak bisa digapai dengan mudah oleh semua orang. *** Bulan Juli tahun dua-ribu-sebelas, saat itu Korea Selatan sedang berada dalam musim panas. Ibuku bilang saat musim panas jangan memakai baju serba hitam karena panasnya akan sangat terasa. Tetapi saat itu aku memakai jas hitam, celana hitam dan sepatu hitam. Panasnya memang sangat terasa, tetapi semua ini ku lakukan untuk melamar kerja. Sejauh itu, sudah ada tiga perusahaan yang aku datangi dan semuanya sudah pasti menolakku. Dengan latar belakang sarjana pun tidak cukup untuk melamar kerja di kota besar seperti ini, tentunya karena saingan yang sangat banyak. Tujuanku untuk bekerja saat itu adalah karena Lee Soo Bin, yang sekarang menjadi istriku tercinta. Selama beberapa minggu pun aku habiskan waktu untuk mencari kerja agar ayah Soo Bin mau melirikku saat itu. Saat aku pergi ke rumah Soo Bin dan di perkenalkan kepada kedua orang tuanya, aku ditolak mentah-mentah karena aku seorang pengangguran dengan paras yang tampan. Ayah Soo Bin bilang, wajahku boleh tampan tetapi latar belakangku juga harus baik karena aku seorang pria. Setelah kejadian saat itu aku merasa bahwa aku adalah pecundang yang akan membawa hidup Soo Bin menjadi terpuruk. Bukannya bangkit, aku malah semakin terpuruk. Semakin jauh aku memikirkan tentang perkataan ayah Soo Bin, semakin aku merasa bahwa aku adalah orang yang tidak berguna. Aku pun mencoba membunuh diriku selama tiga kali, tetapi semua percobaan bunuh diriku itu gagal. Dan sekarang aku bersyukur karena aku tidak jadi mati pada saat itu. Kembali ke cerita. Pada saat itu, aku melanjutkan kembali tujuanku untuk mencari pekerjaan. Terlihat ada seorang ibu penjual sabun di pinggir jalan yang sedang melamun, tidak ada satupun orang yang mau membelinya. Aku pun kemudian menghampirinya. "Ahjumma, berapa harga sabun ini?" Tanyaku sambil mengangkat sebatang sabun. "Cukup 100 won saja," ibu itu menjawab dengan senyuman ceria wajahnya. Aku sedikit terkejut karena harga sabun itu terhitung murah bagiku. Sementara wangi sabun itu sama seperti sabun-sabun bermerk. "Murah sekali, apa kau membuatnya sendiri?" "Iya. Saat muda ibuku yang mengajari membuat sabun. Tetapi sekarang aku mengolahnya agar wangi sabun ini berbeda." "Woa daebak! Aku ingin membeli dua." Dengan wajah yang sumringah, ibu itu segera mengantongi dua sabun yang aku pilih. Aku senang melihat wajah bahagia ibu itu. Walaupun sebenarnya aku hanya memiliki uang 1000 won saja, dan hal itu lah yang membuatku berjalan seharian ini. Singkat cerita, saat itu waktu menunjukkan pukul delapan malam. Semua perusahaan yang aku kunjungi menolakku seperti prediksiku di awal. Dan sekali lagi, saat itu aku merasa terpukul. Tetapi seperti keajaiban, aku mendadak ingat tentang sabun yang dibuat ibu tadi dan berpikiran untuk menjualnya. Dengan segala ide yang muncul di otakku, akhirnya aku memberanikan diri menggadaikan seluruh alat musik yang ada di rumahku. Uang hasil dari menggadaikan alat musik itu yang membuatku bekerja sama dengan ibu penjual sabun (Ahn Jung Sil) Dengan penuh kesabaran, aku mengembangkan usahaku dalam membuat produk alat mandi tersebut. Perlahan namun pasti aku berhasil membuat merk dari produkku menguasai negeri ini. Pada saat itu juga ayah Soo Bin mendatangiku sambil tersenyum sedikit tidak ramah. "Kau sekarang boleh menikahi Soo Bin-ku." Mendengar ucapan itu aku pun berkata, "Ah itu. Sepertinya aku akan memikirkannya lagi ahjussi." Terlihat dahi Tuan Lee mengkerut. "Bukannya aku tidak mencintai putrimu. Tetapi tak adil juga rasanya jika kau datang memintaku untuk kembali pada Soo Bin. Aku merintis perusahaan ini sendiri tanpa dukungan orang lain dan aku sekarang harus berbagi hasil kerja kerasku dengan orang lain yang pergi di saat aku merintis pekerjaan ini." Tuan Lee sedikit tercengang dengan ucapanku. Dia menatapku dengan tatapan yang tak bisa di prediksi. Tetapi beberapa detik kemudian dia tersenyum. "Kau seharusnya tahu, anakku Lee Soo Bin meninggalkan pekerjaannya sebagai model demi kau. Dia sengaja melakukannya karena pekerjaan itu ada campur tangannya denganku." Aku pun terdiam. Dua tahun belakangan aku dan Soo Bin tidak pernah berbicara sama sekali. Baik dalam telepon maupun secara langsung. Soo Bin dan aku seperti memutuskan hubungan kami berdua. Aku disini sibuk dengan urusanku dan Soo Bin mungkin sibuk dengan pekerjaannya sendiri. "Soo Bin sekarang bekerja di taman kanak-kanak dekat rumah. Dia melakukan pekerjaan itu setelah aku mengusirmu dahulu," ayah Soo Bin kembali melanjutkan ceritanya. "Syukurlah." Ayah Soo Bin kembali menatapku. "Dengar Park Chanyeol. Aku senang melihatmu berada di posisi seperti saat ini. Aku sengaja memperlakukanmu seperti itu karena aku ingin hidup putriku berada di tangan orang yang salah. Tetapi sepertinya kau benar-benar orang yang akan bangkit jika seseorang mengkoreksimu. Dan sekarang kau berhasil." Aku pun tersenyum dan berkata, "Kunci satu-satunya dalam keberhasilanku saat ini adalah 'yakin'." Tuan Lee pun tersenyum kepadaku. *** Mengingat masa lalu membuatku sedikit bersedih. Jadi aku pun saat ini melanjutkan memandangi Kota London yang masih terlihat indah. Tapi keindahan kota itu terganggu saat ponselku berdering. Satu buah panggilan masuk dari Soo Bin berhasil membuat jantungku berdebar karena terkejut. "Apa?" Tanyaku dengan nada sedikit sebal. "Yeobo, panci disini rusak. Kapan kau pulang dan membenarkannya?" Aku kembali menarik nafas. Apa wanita hamil memang selalu seperti ini? "Kau tinggal membelinya. Beli panci dengam harga termahal agar tidak cepat rusak." "Tapi yeobo, panci ini sangat berhar--" Ucapan Soo Bin terhenti saat aku bertanya, "Kau merindukanku ya?" "Aniyo." Dan dalam sedetik Soo Bin menutup panggilannya. Aku tersenyum senang karena tingkah lucu istriku itu. "Baiklah. Sepertinya aku memang harus kembali ke Korea." Aku beranjak dari tempat dudukku dan bersiap untuk kembali ke Korea secepat mungkin.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK