Banyak orang bermimpi ingin memiliki bakat dari lahir. Mereka berfikir jika bakat sudah dimiliki, masa depan akan cerah. Namun, itu tidak berlaku bagi Irene dan Suho. Irene adalah siswi kelas 2 SMA. Dia pendiam, pintar, cantik dan baik hati. Kegemarannya adalah menari. Dia sudah mencoba bermacam-macam tarian, mulai dari tradisional juga modern. Dia menyukai itu sejak kecil. Awalnya, kakaknya memperlihatkan youtobe padanya sebuah musik video girlband dan boyband. Lalu, dia berniat untuk kursus menari, tetapi mamanya tidak setuju. Mamanya ingin dia fokus saja pada pendidikannya. Papanya bekerja sebagai Lurah. Papanya itu sangat cuek dengan keinginan anaknya dan lebih senang berkumpul dengan masyarakat. Walaupun begitu, Irene tidak patah semangat atas mimpinya. Dia belajar sendiri dirumah. Dia selalu mengambil kesempatan melihat video dari laptopnya dan belajar diam-diam jika Mamanya sedang sibuk memasak ataupun membersihkan rumah. Sementara, Suho adalah siswa kelas 2 SMA juga. Dia perhatian, baik hati dan tidak sombong. Dia tidak pintar dalam bidang akademis, tetapi dia sangat pintar bernyanyi dan bermain alat musik, seperti gitar dan drum. Ayahnya bekerja sebagai staf administrasi di Provinsi. Dulu Ayahnya sering melukis dan koleksi musik klasik. Ayahnya salah satu alasan mengapa dia menyukai seni. Walaupun seni yang disukai berbeda dengan Ayahnya. Ayah dan Ibunya sangat mendukung dia untuk kursus sehingga dia sangat mahir sekarang.
Irene sangat populer dikalangan senior, junior dan gurunya. Namun, ada satu masalah yang tidak diketahui orang-orang dan hanya keluarganya yang tahu hal itu. Dia memiliki pobia sosial. Dia selalu menghindar jika dihadapkan dengan banyak orang. Salah satu faktor Irene seperti itu karena kurangnya percaya diri dan sedikitnya dukungan yang dia terima. Sedangkan, Suho tipe orang yang sangat percaya diri. Irene tidak memiliki teman sama sekali. Banyak yang mendekatinya hanya ada tujuannya saja. Dia sering dimanfaatkan dan itu membuatnya semakin menderita disekolah. Sedangkan, Suho pandai bergaul karena sifat sosialnya yang tinggi dan tanpa malu untuk bertanya duluan. Suho yang aktif disekolah mencetuskan ekstrakurikuler seni musik. Saat itu, banyak peminat yang tertarik dan penasaran. Ekstrakurikuler itupun diakui oleh pihak sekolah karena banyak peningkatan. Banyak prestasi telah dicapai dan membanggakan sekolah. Irene sangat iri melihat Suho bisa mencapai apa yang diimpikan. Irene juga memiliki mimpi untuk mencetuskan ekstrakurikuler tari, tetapi dia selalu pendam sendiri.
Saat keadaan sangat sepi setelah pulang sekolah, Irene latihan menari diruang kesenian sendiri dengan membawa laptopnya. Dia mengawali dari tarian tradisional lanjut modern. Saat itu juga Suho sedang mempersiapkan untuk latihan diekstrakurikuler. Dia membutuhkan speaker sekolah dan pergi menuju ruang kesenian untuk mengambilnya. Setibanya disana, dia sangat terkejut mendengar suara lagu dari dalam ruangan. Dia mencoba melihat dari kaca ruangan seni. Dia melihat seorang perempuan menarikan tari tradisional dengan lemah gemulai. Diapun melihat juga saat Irene menarikan tari modern dengan lincah dan penuh semangat. Irene yang sedang menari tidak sadar jika ada yang melihatnya. Irene mengambil minum dari tasnya dan istirahat. Diapun keluar untuk mengeringkan tubuhnya yang keringatan. Suhopun menghampirinya dan bertanya padanya. “Hey. Tarianmu hebat. Aku menyukainya. Namamu siapa? Kelas berapa?”, tanya Suho. Irene terkejut dan berteriak. Diapun tidak menjawab sepatah katapun dan kembali masuk. Irene memegang lengannya, tetapi Irene melepaskannya dan menutup pintunya lalu mematikan laptopnya. Suho berteriak diluar kaca ruang kesenian untuk mengajaknya masuk ke ekstrakurikulernya. Dia memiliki ide untuk menambah bidang di ektrakurikulernya dengan tari. “Maaf kalau kamu terkejut. Aku Suho, kelas 2. Aku ingin mengajakmu mengembangkan ekstrakurikuler dengan adanya bidang tari. Kamu mau?”, teriak Suho dengan penuh harap. Suho menunggu di depan pintu ruang kesenian. Saat Irene membuka pintu, kepala Suho terbentur pintu dan jatuh ke lantai. Suho memegang dahinya dan merintih kesakitan, “Awwww. Aduh!”. Irene menoleh sebentar, tetapi langsung lari dan pergi. Dia ingin melihat keadaannya, tetapi dia takut. Suho memanggilnya berkali-kali. “Hey. Tunggu. Jangan pergi!”, teriak Suho.
Diperjalanan pulang, Irene memikirkan tawaran Suho tadi. Dia sangat ingin melakukan apa yang dia inginkan. Disisi lain, dia memikirkan pobianya serta mama yang tidak setuju dengan kegemarannya itu. Keesokan harinya, Irene tidak sengaja bertemu dengan Suho didepan perpustakaan. Irene menutup wajahnya dengan tangan, tetapi temannya Suho bernama Joy menabrak Irene. Irene terjatuh dan Joy meminta maaf. Irene hanya menganggukkan kepalanya lalu berdiri dan pergi begitu saja dengan wajah yang menunduk ke bawah. Suho penasaran dan bertanya pada Joy tentang wanita yang ditabraknya tadi, “Kamu kenal perempuan yang kamu tabrak tadi?”. “Aku tidak tahu namanya, tetapi dia populer karena pintar. Kamu pasti sering mendengar pengumuman olimpiade di akhir upacara sekolah? Perempuan itu yang membuat sekolah kita selalu juara”, jawab Joy. “Oh, perempuan yang selalu menundukkan kepalanya dan menutupi wajahnya dengan topi itu? Pantas aku tidak mengenalinya karena hal itu”, tambah Suho. “Dia memang begitu. Banyak orang mengatakan dia aneh jadi dia tidak memiliki teman. Kenapa kamu bertanya tentangnya?”, lanjut Joy. “Aku hanya bertanya saja. Kupikir wajahnya sangat cantik dan pintar, jadi mustahil baginya tidak memiliki teman”, Suho menggelengkan kepala keheranan. “Aku sebagai perempuanpun merasa begitu. Mungkin banyak yang iri padanya. Jadi, tidak ada yang ingin menemaninya. Aku juga iri haha”, canda Joy. “Apa dunia sekejam itu padanya?”, Suho melihatnya sampai jauh. Lalu, beberapa menit kemudian dia mengejar Irene sekuat tenaga, tetapi Irene tidak ketemu. Irene sadar bahwa Suho mengejarnya dan dia bersembunyi disemak-semak. Saat Irene berdiri, Suho langsung menarik lengannya dengan kencang sehingga Irene tidak bisa melepaskan tangannya lagi. Suho langsung membawanya ke ruang kesenian dan bertanya lagi, “Kenapa kamu selalu berlari dan sembunyi? Aku hanya ingin bertanya namamu dan menawarkan apa yang aku bicarakan padamu kemarin”, kata Suho. “Aku tidak bisa”, jawab Irene dan berlari ke luar. Joy sedang melewati ruang kesenian. Tiba-tiba Irene keluar dan Suhopun menyusul dibelakangnya. Joy menghampirinya dan Suho langsung meminta bantuan Joy untuk mencari tahu tentang Irene. Joy yang sudah berteman dengan Suho sejak kecil menyanggupi permintaan temanya tersebut.
Joy dan Suho pulang sekolah bersama. Joy menceritakan semua tentang Irene dan memberikan nomor teleponnya. Suho langsung mengirim pesan pada Irene dengan sebuah perkenalan biasa dan menyebutkan namanya. Irene hanya melihat dan mengabaikannya. Suho menelponnya terus menerus, akhirnya Irene menjawabnya. “Kamu benar-benar menggangguku! Apa yang kamu inginkan dariku! Aku sudah katakan bahwa aku tidak bisa!”, teriak Novia. “Jangan tutup teleponnya. Aku tau itu bukan alasanmu menolakku. Aku tahu kamu memiliki pobia sosial. Kamu akan gugup dan takut didepan banyak orang. Aku akan jadi temanmu yang sebenarnya. Aku tidak bermaksud memanfaatkanmu. Kemampuanmu itu bisa merubah hidupmu. Aku janji akan membantumu, Irene. Percaya saja padaku. Kita coba hari ini ya, pukul 3 siang diruang kesenian hanya kita berdua dulu”, jawab Suho meyakinkan Irene. Irene terdiam dan akhirnya setuju. Mereka bertemu dan mulai berdiskusi tentang lagu kesukaan Irene dan lain-lain. Irene menjawab lagu yang dia suka Girls Generation yang berjudul “Into the New World” dan Suho juga menyukai lagu tersebut. Suho memainkan lagu itu dengan gitarnya dan mereka bernyanyi bersama. Suho menyukai suara Irene dan mengajaknya datang pukul 4 sore diekstrakurikulernya. Suho ingin tampil bersama Irene. Irene ragu dan menolaknya, “Aku tidak ingin menghancurkan semua orang yang menyukaimu. Aku bukan siapa-siapa” Suho meyakinkannya lagi, “Ada aku. Aku akan mengiringi dan tugasmu hanya bernyanyi. Kamu ingin sembunyi terus dan menyesal dikemudian hari? Rasa takut dipanggung harus diobati dengan penampilan diatas panggung. Jika kamu tidak mencoba, kamu tidak akan tahu hasilnya.” Akhirnya, Irene ingin mencobanya. Pukul 4 sore pun tiba, semua sudah berkumpul seperti biasa. Suho memberitahu ada seseorang yang akan masuk lagi diekstrakurikuler. Semua menatap tidak suka dengan Irene dan keadaan menjadi berisik tidak terkendali. Irene gemetaran dan menundukkan kepala. Suho memegang bahunya dan membisikkan sesuatu yang membuatnya tenang. Suho mulai memetik gitarnya, tetapi Irene hanya terdiam dan menatapnya. Suho membantu menyanyikan lirik awal. Irene menutup mata dan memberanikan diri bernyanyi. Semua mulai mengangkat tangan. Mereka menikmati suaranya. Saat lagu berakhir semua bersorak dan bertepuk tangan. Irene menatap Suho yang berada disampingnya dan tersenyum sambil menitihkan air matanya. Suhopun memberitahu semua orang yang berada disana bahwa Irene bisa menari. Banyak yang ingin melihat kemampuannya. Suho menyemangati Irene untuk menunjukkannya dan menyiapkan laptop untuk memutarkan lagu modern Gee, I Got a Boy, Lion Heart dan Holiday dari Girls Generation. Irene terkejut bahwa Suho tidak berbohong dan tulus membantunya. Suho tahu lagu saat dia latihan menari adalah buktinya. Bagi Irene, pertemuan itu tidak sengaja, tetapi sangat istimewa dan tidak terlupakan. Irene menjadi percaya pada Suho. Diapun menjadi percaya diri untuk menunjukkan kemampuannya pada semua orang. Serentak semua mengakui kemampuan Irene. Saat itu juga, Genta ingin mengusulkan ekstrakurikulernya berganti menjadi ekstrakurikuler seni musik dan tari. Hal yang tidak terdugapun datang pada mereka. Seorang produser dari agensi terbesar bernama S.M Entertainment melihat penampilan mereka dan menawarkannya menjadi trainee di agensinya tanpa audisi. Mereka berduapun saling menatap dan menyetujuinya. Akhirnya, merekapun menjadi satu agensi. Irene memberitahu orangtuanya dan akhirnya merekapun luluh dan mendukungnya. Sedangkan, orangtua Suho semakin bangga pada anaknya.
Tiga tahun sudah berlalu begitu saja, kerja keras dan latihan sebagai trainee tidak mengganggu pendidikan mereka. Mereka masih meluangkan waktu untuk membaca buku dan belajar. Mereka tahu sejak awal bahwa menjadi seorang artis tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dikorbankan. Namun, jika kita menjalani apa yang kita inginkan dan kita sukai semua akan terasa bahagia. Waktu debut semakin dekat. Suho akan debut sebagai boyband bernama EXO dan Irene sebagai girlgrup bernama RED VELVET. Meskipun Suho dinyatakan akan debut lebih awal, Irene tetap mendukung Suho. Perjuangan mereka belum berakhir. Merekapun punya projek kolaborasi dari pihak agensi di Music Bank setelah mereka sudah debut. Irene ingat perkataan yang dibisikkan Suho saat memegang bahunya di ekstrakurikuler waktu itu,” Be brave and you can reach the sky!”.