ONE STEP, ONE HOPE, ONE MIRACLE (DIBALIK NAMA G – DRAGON)
Kebahagiaan adalah tujuan dari setiap manusia yang hidup di muka bumi ini, tidak ada pengecualian bagi siapapun. Di siang hari yang begitu terik namun angin tetap berhembus dengan tenang, ada seorang anak kecil yang sedang duduk dibawah pohon yang rindang. Duduk sambil memikirkan sesuatu, terlihat dari wajahnya apa yang dia pikirkan adalah sesuatu yang menjadi obsesi nya. Anak kecil yang berusia 7 tahun itu berasal dari keluarga yang cukup mampu, dia bernama Kwon Ji-yong. Anak kecil yang akrab disapa Ji-yong ini berbeda dari kebanyakan anak umur 7 tahun lainnya. Cara berpakaian nya yang unik dan juga mimpi yang dia inginkan sangatlah unik. Berasal dari keluarga mampu tidak membuat ji-yong menjadi anak yang manja, ia sering berpetualang bersama teman-teman sebaya nya. Tinggal di pinggiran disebuah kota kecil justru membuat masa kecil mereka sangatlah menyenangkan.
Beranjak besar, ji-yong sudah berusia 13 tahun. Ia adalah murid kelas 2 SMP, punya banyak teman bukanlah hal aneh bagi ji-yong. Sikapnya yang ramah, asik, dan nyambung diajak ngobrol membuat teman-temannya yang lain cepat akrab dengan ji-yong. Bel berbunyi, tanda pelajaran kedua selesai dan waktunya istirahat.
Min-Ho: *mukul ji-yong* “kantin yukk”
Ji-yong: “hhmm.. duluan deh, mau ngerjain tugas bahasa indonesia dulu nih.”
Taehyun: “eh tugas bahasa indonesia itu disuruh menceritakan apa yang kita mau capai kan? Untung udah ngerjain.”
Min-Ho: “yaudah yuk cepet kekantin, laper nih.”
*Min-Ho dan Taehyun pun meninggalkan kelas*
Ji-yong terdiam, dan berbicara dalam hati.
Ji-yong: “apa ya yang mau ditulis? Yang gue mau capai? Keinginan gue? *mikir*”
Ketika sedang berpikir, terlintas masa kecil ji-yong ketika dia mengunjungi saudaranya. Sewaktu disana, ia diperkenalkan sesuatu yang baru. Kakak sepupu nya yang lebih tua 6 tahun darinya, sedang mendengarkan lagu. Mendengar irama yang cukup asing di telinga, ji-yong pun bertanya ke saudaranya. Lagu populer yang dibawakan rapper jenius serta merdu dapat membuat ji-yong tertarik. Ya, ji-yong memang berbeda dari anak seusianya. Sejak saat itu, yang menjadi favoritnya adalah lagu-lagu yang dibawakan oleh rapper handal. Setelah berpikir panjang, akhirnya yang ia tulis adalah menjadi rapper, pencipta lagu dan jadi produser hebat.
Jam istirahat pun sudah selesai, anak murid kembali masuk ke kelas. Pelajaran bahasa Indonesia menjadi pelajaran selanjutnya. Sang guru mencoba memilih satu dari tugas murid nya untuk dibacakan didepan kelas, sambil melihat-lihat terdapat cerita yang berbeda dari muridnya yang lain. Tidak lain cerita itu adalah kepunyaan ji-yong. Merasa heran, sang guru pun memanggil ji-yong untuk membacakan didepan kelas.
Guru: “Ji-yong, coba kamu bacakan impian kamu di depan kelas”
Jiyong: *berjalan ke depan kelas* hhm impian ku adalah menjadi musisi, tepatnya menjadi rapper jenius yang idola kan banyak orang”
*tiba-tiba kelas menjadi ramai karena membicarakan impian ji-yong yang tidak masuk akal itu*
Jennie: “impian yang gila, masuk sebagai trainee saja sudah susah. Gimana menjadi rapper dengan bentuk seperti itu”
Taehyun: “Hahaha apakah kau menulis dengan sadar? Mana mungkin bisa seorang kau menjadi rapper seperti artis A”
Guru: “sudah diam, impian seseorang itu berbeda-beda. Saling hargai apa yang teman kalian cita-cita kan. Ji-yong kembali ke tempat duduk, impian kamu memang sedikit unik tapi ibu menghargai impian mu”
Ji-yong: “terima kasih bu” *berjalan kembali ke tempat duduk*
Min-ho: “Hei apa kau sudah gila? Kau kelaparan ya makanya bisa nulis seperti itu haha”
Ji-yong: “berisik kau”
Bel berbunyi, tanda bahwa pelajaran telah selesai. Sepanjang jalan banyak sekali yang dipikirkan ji-yong, apa salahnya kalau cita-cita menjadi rapper? Apakah itu impian yang aneh? *batin ji-yong*
Diperjalanan pulang ke rumahnya, Ji-yong melihat papan bertuliskan pendaftaran untuk menjadi idol di sebuah perusahaan. Ji-yong sempat berfikir untuk mencoba keberuntungannya disana, tapi ia tidak bisa memberitahu ayah dan ibunya karna pasti akan dilarang. Dengan bermodal nekat, akhirnya ia datang dan mendaftar disana. Perjalanan ke perusahaan itu juga tidak mulus, ji-yong harus membolos untuk datang kesana. Rasa gugup datang dan ia mulai tidak percaya diri, bagi nya wajah juga pas-pasan mana mungkin bisa diterima jadi artis. Beberapa menit kemudian nama dia dipanggil, masuklah ia keruangan yang besar, hawa mulai berbeda, gugup dan jantung mulai berdetak kencang. Untuk menyebutkan nama saja ia terbata-bata.
Juri 1: “sebutkan nama, umur dan tempat tinggal”
Ji-yong: “hhm nama saya Kwon Ji-Yong, umur 13 tahun dan saya tinggal di seoul.”
Juri 2: “apa kamu sangat gugup?”
Ji-yong: “ya…”
Juri 1: “buang gugup mu dan siapkan lagu yang akan kamu nyanyikan”
Ji-yong: “baiklah.”
*ji-yong mulai bernyanyi sebuah lagu*
*7 menit berlalu*
Juri 1: “stop. Mohon maaf kamu tidak bisa melanjutkan ke step selanjutnya”
*ji-yong bingung*
Ji-yong: “apakah saya boleh tahu alasannya?”
Juri 1: “Suara kamu itu terlalu aneh, akan cukup sulit untuk mendebutkan suara seperti mu. Dan juga pasar musik sekarang tidak menginginkan genre seperti itu”
Juri 2: “ mohon maaf ya dik, mungkin belum saatnya. Terima kasih sudah mencoba”
Merasa kecewa, Ji-yong pun memaksa diri untuk tetap tersenyum dan melangkah keluar ruangan tersebut. Langkah yang sangat berat akibat rasa kecewa membuat perjalanan dari tempat audisi ke rumah pun menjadi sangat melelahkan. Setelah sampai dirumah, jiyong segera berbaring ditempat tidur dan merenung kan kejadian hari ini, sambil menghela napas panjang jiyong berpikir “apakah memang tidak ada jalan untuk keinginan aku ini?”
Tak lama kemudian ibu jiyong mengetuk pintu kamar, segera jiyong membukakan pintu.
Ibu Jiyong: “Kau dari mana seharian ini sampai telat pulang kerumah?”
Jiyong: “kan sudah aku bilang, aku belajar bareng di rumah Taehyun mah”
Jiyong terpaksa bohong ke ibunya, karena jika Ibu nya tahu bahwa jiyong mengikuti audisi pasti akan sangat marah. Karena ibu dan ayah nya hanya menginginkan anaknya belajar agar kelak mendapat pekerjaan yang bagus untuk masa depannya. Bagi kedua orang tua nya, dunia entertainment tidak menjanjikan kesuksesan di masa depan.
Ibu: “yasudah mandi dulu abis itu turun kebawah kita makan malam bersama”
Jiyong: “iya mah.”
Melihat kegagalan saat di audisi dan keluarga yang tidak bisa merestui keinginannya, terlintas dipikiran jiyong untuk membuang cita-cita nya menjadi rapper yang diakui dunia. Dan melanjutkan kehidupan selayaknya anak SMP lainnya.
Selang beberapa bulan, Jiyong naik ke kelas 3 SMP. Kesibukan dunia pelajar pun mulai berdatangan, pemikiran untuk menjadi rapper pun mulai sedikit terlupakan karena padatnya jadwal les dan belajar Jiyong untuk menghadapi ujian kelulusan.
Sandara: “Jiyong, jangan lupa nanti pulang sekolah ada pertemuan buat belajar kelompok dirumah ku ya”
Jiyong: “oke baiklah, nanti aku bareng minho dan Taehyun akan kerumah mu”
Sandara: “oke duluan ya mau kekantin”
Bel tanda berakhirnya kegiatan sekolah pun berbunyi, siswa dan siswi berlarian keluar kelas. Begitu juga Minho, Taehyun dan Jiyong yang segera bergegas keluar kelas dan menuju rumah sandara. Karena cuaca pada hari itu sangat panas, 3 sekawan itu setuju untuk membeli minuman soda untuk sekedar menghilangkan rasa haus dan panas. Ketika sedang duduk didepan swalayan, jiyong melihat selembaran kertas yang berisikan audisi untuk menjadi musisi di sebuah agensi Y&G. Melihat info audisi itu membuat jiyong kembali mengingat cita-citanya yang dahulu, namun sekarang hatinya bimbang karena keadaan sekarang tidak mendukung untuk ia ikut audisi. Walaupun bimbang jiyong tetap membawa selembaran itu, dan setengah hatinya pun berharap bisa mencoba lagi.
Tiba saat hari audisi itu, dan terlihat dari raut wajah Jiyong yang masih bimbang antara datang ke audisi atau datang ke les untuk persiapan ujian. Keinginan memang selalu besar dorongannya, akhirnya jiyong memutuskan untuk memilih mengikuti audisi tersebut sepulang sekolah. Letak audisinya pun tidak terlalu jauh dari sekolah jiyong. Sekali lagi, hanya bermodalkan tekad yang kuat jiyong mencoba nya.
30 menit perjalanan akhirnya jiyong sampai didepan pintu tempat audisi. Tidak sempat untuk mempersiapkan hal lain seperti tatanan rambut, baju atau sampai hal apa yang akan ditunjukkan nanti pun belum terpikirkan. Setelah mendaftar, jiyong duduk dan mulai berpikir akan melakukan apa didalam sana nanti.
“Mungkin aku akan perkenalkan diri lalu bernyanyi? Ahh.. tapi lagu apa yang cocok?” batin jiyong.
1 jam berlalu, akhirnya giliran jiyong masuk kedalam ruangan. Rasa gugup pun datang dan rasa takut menghampiri. Takut jika ia gagal lagi dan merasakan kecewa lagi.
Juri 1: “silahkan perkenalkan diri dulu”
Jiyong: “annyeong, nama saya Kwon Ji Yong. Asal seoul dan usia ku 14 tahun.”
Juri 1: “oke sudah persiapkan lagu yang akan kamu nyanyikan?”
Jiyong: “ya, sudah”
Juri 1: “Jika sudah siap akan kami mulai”
*Jiyong mulai bernyanyi*
Setelah selesai menyanyikan lagu, jiyong mulai gugup dengan keputusan juri.
Juri 2: “apa alas an kamu mengikuti audisi ini?”
Jiyong: “hhm.. karena ini impian ku.”
Juri 1: “impian menjadi apa?”
Jiyong: “impian menjadi seorang musisi yang sukses, hebat dalam menciptakan lagu, hebat dalam membawakan sebuah lagu menjadi lagu yang dapat dinikmati banyak orang”
Juri 2: “baiklah, tunggu 5 menit untuk kami diskusikan”
Rasa gugup kali ini melebihi gugup saat pertama kali masuk keruangan audisi. Jika jiyong gagal, maka ia akan benar-benar melupakan impian nya dan melanjutkan sekolah lebih serius.
5 menit berlalu….
Juri 1: “baiklah, keputusan kami.. kamu lolos audisi ini.”
Jiyong: “ha? Apa ini beneran? Apa anda tidak salah berucap?”
Juri 2: “ya, kami benar. Alasan kami adalah kamu cocok dengan agensi kami, dan suara kamu juga pas dengan konsep kami. Kapan kamu akan mulai untuk tanda tangan kontrak menjadi trainee agensi kami?”
Jiyong: “kalau boleh tau, syarat nya apa aja ya? Perlukah persetujuan orang tua?”
Juri 2: “ya itu pasti diperlukan.”
Sejenak jiyong mulai terdiam dan bingung harus melakukan apa pada kedua orang tua nya.
Juri 1: “baiklah ini surat lolos audisinya dan seminggu kemudia datang lah ke gedung Y&G beserta syarat2 yang tadi ya.”
Jiyong: “baik, terima kasih”
Setelah itu jiyong pulang kerumah, sepanjang jalan yang jiyong pikirkan adalah merangkai kata agar orang tua jiyong bisa merestui jalan yang ia pilih ini. Mendukung apapun yang jiyong impikan, namun harapan kadang tidak sejalan dengan kenyataan.
Sampai dirumah jiyong masih enggan untuk member tahu kabar bahagia itu, bagi jiyong memang kabar bahagia tapi berbeda hal dengan yang keluarga jiyong liat. Satu hari dilewati jiyong tanpa keberanian untuk membicarakannya, jiyong masih tidak tahu harus mulai dari mana. Kecewa pasti yang akan dimunculkan dari kedua orang tua nya yang menginginkan jiyong menjadi dokter bukan seorang musisi.
3 hari pun berlalu… jiyong masih tetap tidak bisa membuka mulutnya. Padahal pihak agensi sudah menghubungi nya untuk mengkonfirmasi kesediaan jiyong menjadi trainee. Malam pun datang, jiyong mengumpulkan banyak keberanian untuk berbicara. Mungkin waktu yang tepat ketika makan malam, batin jiyong. Tapi rencana tetaplah hanya rencana jika tidak dilakukan, sampai makan malam mau berakhir pun jiyong masih gugup. Ketika itu, sang ibu mulai mengawali pembicaraan dengan menanyakan tentang sekolah.
Ibu: “bagaimana sekolah mu? Apakah berjalan dengan lancar?”
Jiyong: “hm baik-baik saja kok mah. Ada yang jiyong ingin bicarakan ke kalian, tapi jiyong mohon dengarkan dulu ya pah, mah. 3 hari yang lalu jiyong mengikuti audisi untuk menjadi musisi, dan jiyong lolos untuk menjadi trainee di agensi Y&G. Maksud jiyong adalah meminta persetujuan papah dan mamah, bagaimana?”
Papah: “Bagaimana apanya? Apa kau berpikir secara sadar apa yang kamu bicarakan ini?”
Jiyong: “aku sadar pah, memang ini yang jiyong mau. Ini jalan yang jiyong pilih. Apakah salah jiyong punya mimpi menjadi musisi?”
Ibu: “Jiyong, mamah tau kamu pasti lagi menghadapi masalah sekolah kan. Lebih baik kamu istirahat dan renungkan apa yang kamu bicarakan tadi. Menjadi musisi itu hal yang buruk. Tidak menjamin masa depan kamu nak.”
Jiyong: “Masa depan yang kalian maksud itu apa? Masa depan yang dipenuhi dengan uang? Jabatan? Atau kehormatan?”
Ibu: “Jiyong tutup mulut kamu! Tidak sopan berbicara seperti itu didepan papah mu.”
Papah: “Sudah, lebih baik kamu sudahi makan malam dan masuk ke kamar. Pikirkan lagi omongan mu yang tadi. Apakah sudah cukup hebat untuk berkata seperti itu kepada papah?”
Dengan rasa amarah yang memuncak jiyong pergi ke kamar. Betapa sakit hati jiyong ketika kedua orang tua nya tidak mau mendukung apa yang jiyong mau. Selama ini dia selalu menuruti kemauan mereka tapi kenapa mereka tidak mau menyetujuinya? Jiyong mengurung diri sampai keesokan harinya. Jiyong tidak mau keluar kamar, ini adalah bentuk pemberontakan jiyong. Ketika itu ibu nya mencoba untuk mengajak berbicara jiyong.
Ibu: *mengetuk pintu* Ini mamah jiyong, buka pintunya sebentar.”
Jiyong: *membuka pintu* “ada apa?”
Ibu: “Apakah ini yang sangat kamu ingin nak? Apakah kamu bisa mempertanggung jawabkan dan membuktikan ke papah mu kalau kamu akan sukses?”
Jiyong: “Jiyong yakin mah, jiyong akan melakukannya dengan sepenuh hati. Jiyong ingin jalanin yang jiyong mau.”
Ibu: “baiklah mamah mengerti, tp kalau ternyata sebaliknya kamu harus mempertanggung jawabkan ya?”
Jiyong: “iya jiyong janji mah! Makasih maahhh…”
7 hari sudah berlalu, akhirnya jiyong resmi menjadi trainee Y&G. Bahagia sudah pasti tapi perjuangan jiyong tidak sampai hanya sebatas audisi. Masih banyak rintangan yang akan ia hadapi selanjutnya sebagai trainee.
Seminggu sudah jiyong menjadi trainee, ternyata yang dilalui jiyong tidaklah mudah. Berhasil lolos audisi bukan kebahagiaan yang abadi, di agensi ini ada banyak trainee yang lolos audisi tapi gagal untuk debut secara resmi. Banyak yang sudah berusaha tapi banyak pula yang tidak kuat menjalani nya. Berbagai latihan dihadapi, mulai dari latihan vocal, koreografi dance, bahkan menjaga pola makan. Kehidupan sehari-hari pun berbeda jauh sekali dengan yang dulu jiyong jalani, tidak bisa bermain dengan teman-teman, bersenda gurau di forum chat. Semua itu tiba-tiba terlintas dipikiran jiyong.
Jiyong: “aaahhh rasanya aku ingin menyudahi saja semua ini. Aku tidak sanggup lagi.”
Jiyong memang sudah menjadi traine selama 4 tahun, jika seseorang diposisinya pun akan berpikir untuk menyerah.
Keesokan harinya, jiyong dipanggil oleh CEO agensi tersebut. Jiyong terpilih menjadi salah satu anggota yang akan didebutkan beliau. Tapi jiyong belum tau itu kapan dan siapa saja yang akan menjadi teman grupnya.
CEO: “Jiyong, aku memberi mu kesempatan untuk menggapai impianmu. Tapi apakah kamu sanggup melewati syarat-syarat yang akan aku ajukan?”
Jiyong: “Ya, apapun itu akan aku lakukan. Tidak mungkin membuang semua ini setelah 6 tahun yang saya lalui mulai dari sekolah sampai saya bisa berada disini.”
CEO: “Baiklah saya percaya, jika kamu bisa membuktikan dalam sebulan keahlian kamu meningkat dan bisa membawa membawa member yang lain sukses juga dengan mu. Akan ada hadiah besar yang akan menunggu mu diujung sana. Tapi jika kamu gagal, kamu akan tetap menjadi trainee sampai kamu benar-benar siap. Apakah kamu siap?”
Jiyong: “ya aku akan mencobanya”
CEO: “oke seminggu setelah ini bertemu saya lagi, saya kan memperkenalkan member yang lainnya.”
Mendengar berita itu menjadi kabar yang sangat mengejutkan serta membuka semangat jiyong untuk meraihnya. Mendapat hal-hal baik sering kali pasti mendapat juga hal-hal buruk juga, kabar itu pun sudah menyebar di semua trainee agensi Y&G. Responnya pun bermacam-macam, ada yang ikut serta bahagia dan mendukung ada pula yang mencela dan meremehkan jiyong.
Trainee A: “kalian sudah dengar kabar terbaru dari CEO? Akan ada 5 trainee yang akan didebutkan, dan yang baru aku dengar salah satunya trainee bernama Jiyong. Kalian tahu orangnya?”
Trainee B: “ya aku tau, seorang jiyong mau didebutkan? Apa tidak salah mendebutkan seorang yang tidak ada nilai jual seperti dia?”
*tiba-tiba jiyong lewat didepan perkumpulan trainee tersebut* pastinya mendengar juga hal-hal yang sedang dibicarakan mereka.
Trainee C: “yaa.. kau jangan bicara keras-keras. Bisa terdengar dial oh.”
Trainee B: “Memang itu tujuan ku, aku ingin tau apakah dia masih punya kesadaran diri setelah apa yang orang lain bicarakan tentang dia.”
Jiyong: “oh.. kamu membicarakan aku? Apakah masih punya waktu untuk memikirkan hidup orang lain? Apakah kamu sudah cukup lebih baik dari aku?”
Trainee A: “sudahlah, kita tidak boleh bertengkar sesama trainee.”
Trainee B: “KAU! Coba ulang kata-katamu tadi! dan minta maaf!”
Trainee C: “lebih baik kita pergi latihan oke? *menarik trainee B*”
Jiyong: *menghela napas* “hh.. selalu saja ada hal-hal buruk”
Seminggu berlalu, jiyong yang setiap hari tidak pernah absen untuk berlatih mulai menunjukkan peningkatan. Walaupun itu tidak terlalu banyak perubahan tapi setidaknya semangat jiyong tetap ada. Dan tepat seminggu berlalu ini, saatnya jiyong tahu siapa saja member yang akan berjuang bersama dia.
*disebuah ruangan latihan*
CEO: “Jiyong bisa kemari sebentar”
*jiyong yang sedang latihan dance berhenti*
CEO: “saya kesini membawa rekan-rekan yang seminggu lalu kita bicarakan. Silahkan masuk”
*keempat member masuk*
CEO: “ya, mereka yang akan saling membantu untuk satu tujuan kalian berlima. Jadi kerja sama lah yang baik diantara kalian.”
Dihari pertama bertemu, mereka masih terlihat canggung. Padahal mereka juga sudah sering melihat karena satu gedung tapi untuk satu grup? Tentu belum. Mereka belum tahu satu sama lain, mereka belum tahu sifat dan latar belakang satu per satu member. Menggerakan hati untuk semangat saja sudah susah apalagi menggerakan 5 orang? Mustahil aku bisa lolos dari rintangan ini *batin jiyong*
Tapi takdir berkata lain, ternyata mereka berlima mampu berjuang bersama-sama. Mau berlatih untuk tujuan yang sama, dan semua itu diawali oleh jiyong yang mencoba mendekati dan memahami mereka satu per satu. Sang CEO yang tetap memperhatikan jiyong dan teman-temannya mempunyai tanggung jawab baru untuk Jiyong. Jiyong ditunjuk untuk menjadi leader dari grup itu. Awal jiyong menolak karena yang lebih pantas adalah Choi Seung-hyun yang lebih tua disbanding jiyong dan lebih pantas juga untuk menjadi pemimpin mereka berempat. Tapi CEO mempunyai alasan lain kenapa dia memilih Jiyong, mungkin jiyong memang lebih muda, namun untuk sikap dan cara kerjanya cukup bagus. Jiyong tidak egois, dia mampu menunjukkan kemampuan dia lebih dari ini tapi jiyong tetap merangkul anggota lainnya. Karena tujuan jiyong dan rekannya adalah untuk debut dan sukses bersama-sama. Kita berawal dari nol dan kita akan menjadi 10 jika tetap bersama-sama.
Impian yang dari kecil jiyong mau akhirnya tercapai, tapi tidak hanya sampai disitu karena jiyong tetap belajar untuk mencapai impiannya yang lain. Tidak puas dengan apa yang dia jalani sekarang tapi tetap berusaha menunjukkan yang lebih ke orang-orang yang dulu meremehkan dia, kepada kedua orang tua nya yang sudah mau mempercayakan langkah dia mengambil jalan sebagai musisi. Dari situlah nama G-Dragon berasal, Dragon adalah seekor binatang yang kuat seperti jiyong yang slalu kuat menghadapi segala kemungkinan buruk dimasa yang akan datang. Tapi tetap jiyong tidak melupakan namanya yang diberikan kedua orang tuanya, terselip sebuah do’a tulus kedua orang tuanya dan membanggakan setiap orang yang mengidolakannya, yaitu KWON JI YONG.