home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > KEPINGAN

KEPINGAN

Share:
Author : sistoel
Published : 17 Aug 2017, Updated : 18 Aug 2017
Cast : Shaeluna Malik (Original Character) ; G-Dragon ; Taeyang
Tags :
Status : Complete
18 Subscribes |740 Views |19 Loves
KEPINGAN
CHAPTER 1 : Kepingan

Prolog. Third-Person Point of View

“Jiyongie… apa kau memiliki mimpi? Apa mimpimu?” Luna bertanya kepada sahabat sekaligus tetangganya.

“hmm.. apa ya? Kau apa Luna-ah?” Tanya Jiyong balik sambil menuntun sepeda Luna sepulang dari sekolah.

“Aish. Kau ya, aku tanya malah balik bertanya.” Luna meninju lengan sahabatnya, “tetapi aku akan beritahu karena aku baik.” Luna tertawa pelan sambil membuka tasnya.

Luna mengambil sebuah buku yang isinya lagu-lagu ciptaannya sendiri, “aku ingin menjadi penyanyi. Aku akan masuk YG Entertainment dan debut di sana. Aku akan berkomunikasi dengan dunia melalui laguku.” Luna menjelaskan sambil memeluk bukunya sambil tersenyum.

“Luna-ah, kau mau jadi penyanyi? Jangan bercanda. Mau menjadi penyanyi di Korea Selatan ini sangat susah. Daripada kau sakit hati, lebih baik lupakan saja.” Jawab Jiyong sengit.

“Aish kau ini ya!” Luna memukul bukunya ke kepala Jiyong, “awas ya nanti kalau aku sudah terkenal jangan mengemis meminta tanda tanganku!” Luna pura-pura merajuk kemudian melirik Jiyong, “yak! Jiyongie kejar aku sampai basecamp kita, kalau kau berhasil menyusulku aku akan berikan mimpiku kepadamu! Kejar aku Kwon Jiyong.” Saat mengatakan nama lengkap sahabatnya Luna langsung bergegas lari mendahului Jiyong.

“yak! Luna-ah! Ah, sial.” Jiyong kesusahan mengejar Luna dengan sepeda di tangannya.

 

***

 

Lima Tahun Kemudian. Kwon Jiyong’s Point of View

Brugh! Suara loker dibanting.

Sial. Aku gagal lagi. Sudah lima tahun aku di sini dan aku gagal terus.

“Bro! Kenapa kau buru-buru keluar tadi?”

Aku lihat teman trainee-ku, Youngbae, sudah masuk ke ruang ganti. Aku tidak menjawabnya. Aku masih kesal.

“wow, bro, santai saja. Kau tidak bisa debut tahun ini masih ada kesempatan lain.” Kutangkap Youngbae sedang mencoba untuk menenangkanku.

Aku berbalik dan melihat Youngbae berdiri di pintu, “Dong Youngbae! Ini sudah tahun kelima kita dan kita masih gagal untuk debut. Yang Hyun Suk sudah setiap hari memintaku untuk menulis lagu tapi dia tidak memanggil namaku atau namamu.”

“Tapi Yang Hyun Suk bilang sendiri boyband yang akan dia debutkan tidak mengambil aliran hip hop tapi lebih—“

“bohong! Aku tidak percaya!” aku memotong Youngbae, “kau tahu Dean yang baru saja menjadi trainee setahun? Dia kurang hip hop apa?” aku memakai topi dan ranselku, “kenapa dia lebih dipilih daripada aku atau kita? Apa karena Ayahnya petinggi YG ha!?” aku berhenti di depan Youngbae, menatapnya sengit.

“wow wow, bro! Hati-hati. Jaga ucapanmu. Jangan sampai ada yang dengar atau kau akan dikeluarkan.” Youngbae menepuk bahuku.

Aku tepis tangannya yang di bahuku kemudian berlalu pergi. Aku sudah tidak peduli kepada Youngbae yang memanggilku berkali-kali.

“Hey! Bro! Jiyong! Kwon Jiyong! Kau mau kemana? Kau akan langsung ke asarama eh? Come on, bro! Ck!”

 

***

 

Aku berjalan lesu ke basecamp tempatku dan Luna biasa berlatih suara dan tari sejak kecil. Aku tatap bangunan tua itu kemudian menghembuskan napas berat. Apa yang akan dikatakan Luna? Aku sudah gagal lima kali dengan yang ini. Sekali lagi aku menghembuskan napas berat sebelum mengarahkan tanganku ke kenop pintu untuk membukanya dan tepat saat itu—

“Jiyongiee!!!” Luna tiba-tiba datang dan mengamit lengan kananku, “ hm? Kau kenapa? Ah, aku tahu Jiyongie kami gagal lagi bukan?” tebak Luna saat melihat wajahku.

“diamlah Luna-ah. Aku masih kesal.” Aku sentak pintu dengan kasar kemudian melempar ranselku sembarangan.

Basecamp kami adalah garasi kecil yang sudah lama tidak dipakai keluargaku. Aku dan Luna sering mengerjakan tugas di sana selain berlatih bernyanyi. Aku duduk di sofa yang biasa aku duduki dan aku bisa lihat Luna memilih duduk di sofa depanku.

Aigoo.. Kwon Jiyong, kenapa kau kesal? Kau gagal debut karena dirimu sendiri bukan?” Luna mulai memancing emosiku.

“Shaeluna! Bagaimana bisa kau bicara begitu!? Menurutmu aku tidak memiliki bakat ha!? Aku gagal debut karena mereka lebih memilih anak baru yang Ayahnya juga merupakan petinggi YG kau tahu!” aku tidak bisa lagi mengendalikan emosiku. Tanpa sadar aku membentak sahabatku.

Luna menutup kedua telinganya, “ya ya Jiyongie! Kecilkan suaramu!” Luna melemparkan bantal sofa ke arahku, “kau mau membangunkan kakak dan ibumu ha?”

“kau membuatku kesal.”

Luna tertawa kecil, memaklumi sifat egoisku, kemudian beranjak dari tempat duduknya dan duduk di sebelahku.

“Jiyongie. Kau pasti tidak berusaha semaksimal mungkin bukan? Latihanmu tidak sungguh-sungguh. Coba tunjukan kepadaku bagaimana kau audisi.”

“Luna-ah, aku sudah berlatih sungguh-sungguh, aku bahkan tidak tidur saat audisi sudah dekat.” Bantahku.

“iya, saat audisi sudah dekat, sebelumnya? Apa kau berlatih keras? Atau hanya asal-asalan karena tidak tahu kapan audisi?”

“tidak!” terlalu cepat aku menjawab, “aku—aku—“ aku tidak bisa meneruskan.

Luna menarik telingaku pelan, “lihat, siapa yang nakal? Jiyongie kami tidak berlatih sungguh-sungguh. Aigoo.. dan dia menyalahkan orang lain? Lalu setelah itu apa? Kau akan menyerah untuk mimpiku?”

Aku terlonjak, “tidak, Luna-ah.” Nada suaraku sudah kembali normal, “aku sudah katakan aku pasti akan mewujudkan mimpimu. Mimpi kita.”

Luna tersenyum lebar, “kalau begitu berhenti menyalahkan orang lain. Dan mulai latihan.” Luna berdiri, “ayo cepat kita mulai latihan, aku akan menemanimu latihan, Jiyongie.”

“ash.. aku lelah, Luna-ah.” Aku mulai merajuk.

“ssh!! Cepat bangun dan latihan! Atau kau akan debut setelah kau menjadi keriput! Hahaha. Cepaaaat, Kwon Jiyong-ssi!”

Luna menarik tanganku dan memaksaku latihan malam itu. Akhirnya kami berlatih hingga pagi. Di malam itu, Luna lagi-lagi mengingatkan untuk tidak menyerah dalam menggapai mimpiku karena untuk debut di Korea Selatan itu butuh proses panjang.

 

***

 

Hari berganti begitu cepat. Sudah enam bulan sejak malam aku gagal untuk debut. Luna tidak pernah absen untuk memeriksa apakah aku latihan setiap hari. Aku tahu dia tidak ingin aku hanya latihan di waktu yang sangat sempit. Luna sering menungguku di sebrang gedung YG Ent. kemudian kami akan berjalan bersama sampai basecamp. Bahkan Luna menemaniku latihan di studio apabila Youngbae tidak ada. Saat di basecamp Luna pun mengevaluasi apa yang sudah aku pelajari dari YG hari itu. Selain itu, kami pun mulai menulis lagu-lagu baru untuk persiapan debutku nanti.

“wah!! Daebak Daebak!!” teriakan Seungri, junior trainee di bawahku yang masuk ke ruang latihan, menyadarkanku dari lamunanku.

Aku dan Youngbae yang saat itu sedang istirahat pun mendatangi Seungri.

“ada apa eh?”

“Hyung! Daebak! Dean terkena skandal saat ini dan ini menyebabkan saham YG menurun! Skandal narkoba hyung! Positif!” Seungri semangat sekali mengabarkannya.

Aku cepat-cepat mengambil ponselku dan mencari artikel tentang Dean atau YG Ent. Dan benar saja, semua berita Dean positif terkena narkoba langsung muncul. Aku belum sempat membaca keseluruhan artikel karena Seungri sudah berteriak kembali.

“yak! Cepat-cepat ke bawah! Presdir akan menempelkan pengumuman mengenai audisi untuk debut sepertinya! Ayo cepat!”

Tanpa berpikir apa-apa lagi aku langsung berlari ke lounge tempat papan pengumuman berada. Dan benar saja, wakil Presdir baru saja menempelkan sesuatu dan kerumunan pun tercipta. Aku mendekat dan membaca pengumuman bahwa YG Ent. akan mendebutkan artisnya lagi dan audisi akan dilakukan satu bulan dari sekarang.

“Jiyongie! Ini kesempatan besar!” tiba-tiba Luna sudah ada diantara kerumunan orang.

“Luna-ah!” pekikku. Aku tidak sempat berpikir bagaimana dia bisa berada di sini karena otakku sedang penuh dengan kata debut.

“iya Jiyongie!” Luna tersenyum, “Apa yang kau lakukan di sini? Kau harus latihan sekarang untuk debut! Dimana temanmu Youngbae? Kalian harus latihan bersama! Cepat Jiyongie!” Luna terlihat semangat sekali saat itu bahkan mungkin suaranya akan lebih keras daripada suara kerumunan orang tersebut.

Aku pun segera tersadar kemudian memutar kepalaku untuk mencari Youngbae. Saat aku menemukannya aku langsung menarik tangannya dan berlari ke loker. Kami harus bersiap-siap.

Bro! Kau lihat pengumuman tadi? Kita memiliki kesempatan debut sebulan lagi!”

“iya benar! Karena itu kita tidak boleh membuang-buang waktu kita lagi Youngbae-ah!”

Atmosfer di YG berubah setelah pengumuman itu. Semua trainee sibuk mempersiapkan diri mereka. Begitu pun dengan aku dan Youngbae yang sejak awal akan membuat duo seperti senior kami, Jinusean. Hal ini menyebabkan aku jadi lebih sering latihan di YG building.

 

***

 

D-27 Audition. YG Dance Studio.

“Bro, kau yakin akan memakai lagu ini?” Youngbae bertanya dan aku mengangguk yakin.

“Wah.. ssh.. jarang ada yang memakai lagu original di saat audisi, kau yakin?” Youngbae melirikku

“seratus persen yakin.” Aku mengangguk mantap untuk lebih meyakinkan teman duetku.

D-20 Audition. YG Record Studio.

Aku dan Youngbae sedang membuat aransemen untuk lagu yang kami bawakan. Kami sedang mengulang bagian Youngbae karena menurutku belum sesuai. Aku menghentikan musik kemudian termenung.

Youngbae keluar studio, “yo, bro! Sudah dua jam lebih aku mencoba part yang sama. Kau mau yang seperti apa eh?” Youngbae mulai kesal.

Aku terpaku dengan buku di tanganku, “Youngbae-ah coba di bagian ini seperti ini.” Aku mencontohkan bagiannya sedikit.

“argh! Aku harap ini perubahan yang terakhir.” Youngbae mengacak rambutnya yang tipis. Frustasi.

D-13 Audition. My way to the Basecamp.

“Jiyongie, kau terlalu keras pada temanmu. Aku rasa bagiannya sudah bagus sekali. Kenapa kau selalu memintanya diulang terus beberapa hari ini?” Aku bisa melihat Luna mengerucutkan bibirnya.

Aku tertawa, “ini semua demi kebaikan kami. Kau sendiri yang bilang harus latihan dengan benar.”

“huh. Apabila aku yang ada di posisi Youngbae apa kau akan begitu juga?”

“hmmm..” aku pura-pura berpikir sambil menarik tangan Luna ke dalam sakuku, malam ini cuaca sangat dingin, “tentu saja.”

“aish! Dasar Tuan yang-maunya-selalu-sempurna!” Luna menarik tangannya kemudian menghujani pinggangku dengan cubitan.

Kami tertawa dan rasa lelahku menguap.

D-10 Audition. Hospital.

Youngbae mengatakan aku terjatuh dan tidak sadarkan diri saat sedang berlatih. Dan dia segera membawaku ke rumah sakit. Menurut dokter aku hanya kelelahan. Beberapa hari istirahat akan cukup.

D-5 Audition. Hospital.

Dokter masih belum mengizinkanku keluar karena trombositku masih kurang. Tetapi aku tidak bisa membuang waktuku, karena itu aku memanggil sahabatku.

“Jiyongie, aku memang bilang latihan dengan keras tetapi bukan berarti kau tidak menjaga kesehatan.” Luna merajuk lagi saat tahu aku sakit. Aku tidak membalasnya, hanya tersenyum.

“Kau yakin dengan ini, Jiyongie?”

Aku mengangguk, “demi mimpiku. Mimpimu. Mimpi kita.”

Luna menarik telingaku, “baiklah. Cepat ganti bajumu, aku akan menunggumu di luar.”

Hari itu aku dan Luna berusaha kabur dari rumah sakit. Aku merasa baik-baik saja, untuk apa di rumah sakit? Dan tentu saja berkat Luna aku bisa kabur dan kembali berlatih. Sudah aku bilang, aku baik-baik saja.

D-1 Audition. Basecamp.

Lewat tengah malam setelah berlatih seharian penuh dengan Youngbae aku memutuskan untuk pulang dan istirahat. Tidak seperti biasanya, malam ini Luna tidak menungguku di sebrang YG building tetapi menunggu di depan pintu basecamp kami. Aku tersenyum melihatnya begitu pun Luna. Tepat sekali aku sudah membawa bir dan ayam untuk kami.

“sukses untuk Jiyongie kami!” Luna mengangkat kaleng birnya ke atas. Dia duduk disampingku.

“yeah! Besok aku pasti akan lolos!”

“hmm… pasti pasti!” Luna tertawa kemudian dia memeluk lututnya. Aku bisa melihat raut wajahnya sedih.

Aku pun merangkul bahunya, “ada apa Luna-ah? Kau tidak senang sebentar lagi temanmu akan menjadi penyanyi?” Luna menggeleng, “lalu kenapa eh?”

“Jiyongie…” dia berhenti sebentar seperti ragu-ragu.

“hmm?”

Luna menghela napas sebelum melanjutkan, “saat kau sudah terkenal nanti, jangan pernah lupakan aku. Jangan pernah lupa untuk mengunjungiku atau aku akan kesepian.”

“aku mengerti, mengerti!” aku mengangguk, “aku akan mengunjungimu satu bulan sekali!” aku tersenyum lebar.

Luna melepas rangkulan tanganku dan duduk menghadapku, “hmm.. tidak perlu seperti itu. Aku tahu kau akan sangat terkenal, akan sangat sibuk. Cukup kunjungi aku saat kau sempat. Kau harus benar-benar bisa menikmati hidupmu nanti. Berjanjilah kepadaku untuk membuat lagu yang akan menginsipirasi banyak orang. Berjanjilah kau akan bertemu dengan semua orang di dunia ini melalui lagumu. Janji jari kelingking, Jiyongie?” Luna menyodorkan kelingkingnya kepadaku.

Aku pun menautkan jari kelingkingku, “janji. Dan—“ kami menempelkan ibu jari kami, “cap. Sah. Aku tidak akan mengingkarinya, Luna-ah.”

Kami pun tersenyum.

D-Day. Audition.

Aku gugup. Aku pun tahu Youngbae gugup. Tetapi saat nama kami dipanggil dan berdiri di panggung kecil itu kami berdua yakin bahwa ini adalah jalan kami. Panggung ini milik kami dan kami tidak akan menyerahkan panggung ini untuk orang lain. Nama kami berdua akan segera dikenal oleh banyak orang.

Luna, mulai hari ini semua orang akan tahu lagu yang sudah kau ciptakan.

Alunan piano pun mulai terdengar dan aku mulai menyanyikan bagian rapku.

jeongmal jogeumman deo gamyeon doel geot gateunde (I thought I just had to go a little more)

son ppeodeumyeon daheul geori gateunde (it felt like I could reach if I held out my hand)

wae wae jejarigateun neukkim (But why does it feel like I’m running in place?)

ajik bujokhan geoya geuchi (it’s not enough yet, right?)

dasi dallyeogaryeomyeon kkuk chamgoseo ireonayaji (if I wanna run again, I need to hold it in and get up)

Alunan piano mulai cepat dan aku tetap melanjutkan bagianku.

geunde nae hyeonsireun gamdanghagi himdeun iri neomu manha (but there are so many things that make it hard to handle my reality)

machi nal sseureojige mandeullyeoneun geoscheoreom marya (as if they’re trying to make me fall)

jigo sipji anhaseo barakhamyeo beotineun junginde (but I’m trying to endure cause I don’t wanna lose)

naemodeungeol da bachyeoseo kkok irugo sipeun kkuminde (it’s a dream I wanna fulfil with all I am)

hal su eopseo sini issdamyeon jebal deureojusoseo (if there is a God, please hear me out)

naega hal su issneun ge igeot ppun (this is all that I can do)

inge neomunado silheojyeo (and I hate it)

nan gasibatgireul maenballo geotneun geo bakke hal su eopsjiman (I can only walk on path of thorns)

nun gamgo maeumsoge oechyeo (but I’m closing my eyes and shouting in my heart)

I pray for my dream!

Saat aku mengatakan Dream, piano berhenti sepersekian detik dan aku bisa melihat Luna duduk diantara penonton. Dia tersenyum. Aku pun ikut tersenyum. Dan Youngbae langsung menyanyikan bagian refrain lagu.

dasi kkumeul kkune (I’m dreaming again)

naega wonhaessdeon kkum (the dream I wanted)

du soneul moa gidohae (I pray with my hands together)

gakkeum meomchwo seoseo (sometimes I stop)

haneureul barabwa (and look at the sky)

ajik naegen irwoya hal kkumi isseunikka (because I still have a dream to fulfil)

I have a dream woo woo

I have a dream woo woo

 

***

 

Epilog. A year later. Third-Person Point of View.

Di seluruh sudut Korea Selatan sedang demam duo baru yang sangat menggemparkan bernama Hwangtaeji. Seperti arti namanya, Hwangtaeji – Taeyang dan G-Dragon yang bersinar – karir mereka benar-benar bersinar dan semua orang mengelu-elukan nama mereka. Berita baru-baru ini pun menjadi sorotan di mana Hwangtaeji berhasil mendapat penghargaan di acara musik dunia, American Music Award, untuk kategori lagu terbaik tahun ini, Dream. Hwangtaeji yang beranggotakan G-Dragon atau GD dan Taeyang ini memang sedang menjadi sorotan tidak hanya di dalam Korea Selatan tetapi juga di luar Korea Selatan. Mereka menjadi bahan pembicaraan tidak hanya karena lagu-lagu mereka tetapi juga dari pakaian yang mereka kenakan. Mereka benar-benar menjadi headline di semua berita.

Di sebuah taman pemakaman seorang pria memakai jas hitam turun dari sebuah mobil mewah. Dia adalah member Hwangtaeji, G-Dragon atau pria yang bernama asli Kwon Jiyong. Dia berjalan ke sebuah pusara dimana di atas nisannya tertulis “Shaeluna Malik”. Gadis berdarah campuran Pakistan dan Korea Selatan ini adalah sahabat GD. GD berlutut di samping makam sahabatnya dan meletakan seikat bunga lily kesukaan Luna di atas makamnya.

“Luna-ah. Apa kabar? Jiyongie datang menjengukmu.” GD berhenti sebentar menahan perasaannya.

“sudah lama eh? Sudah enam tahun kau meninggalkan aku dan aku selalu menepati janjiku untuk menjengukmu.”

GD benar-benar merasa sedih sekarang, “Luna-ah, bulan depan aku dan Taeyang, ah, maksudku Youngbae akan memulai tur dunia kami. Aku akan absen untuk beberapa bulan. Kau jangan merajuk, ok?” GD menghela napas sebelum melanjutkan, “Luna-ah aku memang merasa bersalah atas kepergianmu tetapi sekarang kita sudah mewujudkan mimpi kita. Aku akan bertemu dengan orang-orang di seluruh dunia melalui lagu. Lagu yang kau ciptakan, Dream.”

GD terdiam cukup lama. Dia benar-benar sedih kehilangan sahabat terbaiknya, “Luna-ah, mulai hari ini aku akan melepas kepergianmu. Aku akan menjalani hidupku, seperti yang kau minta di malam itu.” GD mulai tercekat, “kau tetap sahabat terbaikku dan aku akan tetap menjengukmu.”

GD berdiri kemudian berbisik, “sampai jumpa, Shaeluna.”

 

***

 

Shaeluna Malik, gadis yang sudah sejak kecil dikenal Jiyong memang merupakan tetangganya. Mereka tumbuh dan besar bersama. Keduanya sama-sama memiliki kesamaan. Bernyanyi. Sayangnya, Luna menyukai pop, Jiyong menyukai hip hop. Luna memiliki impian untuk terkenal, Jiyong hanya menyukai bernyanyi untuk sekadar hobi. Namun begitu, mereka sering berlatih bersama, mendengarkan lagu bersama, dan menulis lagu bersama. Lagu Dream adalah lagu yang diciptakan Jiyong dan Luna dua hari sebelum Luna meninggal. Lagu ini menggabungkan unsur hip hop dan pop yang saat itu belum dikenal.

Namun takdir berkata lain, enam tahun yang lalu saat Luna dan Jiyong pulang dari sekolah Luna mengajak Jiyong adu lari. Karena kecerobohannya Luna lari menyebrang jalan tanpa melihat kanan dan kiri sehingga dia ditabrak sebuah truk. Jiyong yang melihat kejadian itu menjadi sangat terpukul. Dia melihat tubuh sahabatnya sendiri melayang dan berdarah menghantam aspal. Luna tidak bisa diselamatkan. Dengan buku yang terdapat bekas darah Luna, Jiyong bertekad akan menggantikan Luna untuk menggapai mimpi Luna.

Rasa bersalah ini yang membuat Luna hidup di dalam imajinasi Jiyong. Tidak ada yang pernah berjalan pulang bersama dengan Jiyong saat dia dari YG. Tidak ada yang berlatih bersama Jiyong saat Youngbae tidak ada. Tidak ada yang membantu Jiyong kabur dari rumah sakit. Tidak ada yang menemani Jiyong makan ayam dan minum bir di malam sebelum audisi. Semua itu hanya kepingan memori Luna yang hidup untuk menyemangati Jiyong untuk tidak menyerahkan mimpinya. Untuk berjuang bersama Jiyong.

Dan saat Jiyong melepas kepergian sahabatnya di depan pusaranya, kepingan memori Luna tidak pernah muncul kembali. Jiyong akan hidup sebagai Kwon Jiyong, sebagai G-Dragon. Dan bersama Youngbae, dia akan menginspirasi setiap orang untuk tidak pernah menyerah pada mimpinya. Apa Jiyong melupakan Luna? Tentu saja tidak akan pernah.

 

***

 

Tertulis di salah satu halaman di buku lagu Jiyong dan Luna:

Kau tetap sahabat terbaikku, Luna-ah. Dan tidak ada yang pernah menggantikanmu. Semangatmu akan aku bagikan ke orang lain. Saat aku selesai berkeliling dunia aku akan menemanimu kembali untuk menulis lagu. Karena itu, tunggu aku Luna-ah. Dari sahabatmu, Jiyongie. 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK