BRAK!
Aku membanting pintu kamar
“Yaaaa! Apa kau gila?!” bentakku
“Kenapa? Kau mengagetkanku saja”. sahut Jennie tenang sambil meminum segelas air.
“Apa yang kau lakukan pada handukku? Apa kau tau ini pemberian dari Sungjae!”
Handuk yang Sungjae berikan berukuran tiga puluh kali tiga puluh senti meter, berwarna pink dengan lambang love kecil pada setiap ujungnya.
“Benarkah? Aku kira itu handuk untuk keringat.. maaf, aku tidak tau” Jennie menaruh gelas dan berdiri bersandar pada meja
“Kenapa warnanya bisa berubah? Apa yang terjadi?” aku masih merengek kesal
“Kupakai untuk mengeringkan rambutku, handukmu terkena cat rambut.. aku akan mencoba membersihkannya” Jennie mengambil handuk itu dari tanganku. “Maaf Sejeong-a..”
Untung saja Jennie adalah sahabatku dari kecil, entah apa yang terjadi jika orang lain yang melakukannya. Aku mengenal Jennie ketika kami berada di sekolah dasar, Jennie adalah murid pindahan dari New Zealand. Jennie anak yang tenang dan berkharisma, tidak sepertiku.. aku orang yang mudah panik.
---
“Jenni-a!! Aku berangkat dulu!” Sahutku.
Jennie mengeluarkan kepala dari kamar mandi “Oke! Jangan pulang terlalu malam.. hari ini ada orang baru!!”.
Kami tinggal di rumahku, orang tuaku bekerja di Amsterdam dan orang tua Jennie pindah lagi ke New Zealand sementara Ia melanjutkan kuliah di Seoul. Aku memutuskan rumahku untuk menjadi kos-kosan supaya tidak terasa sepi. Aku mengambil jurusan psikologi, tapi ternyata sangat membosankan.. maksudku, kau harus menjadi tempat sampah dan memikirkan masalah mental setiap orang lalu memberi solusi, padahal dirimu sendiri memiliki banyak tekanan dalam menjalani hidup. Dan hal yang paling menyebalkan dalam kuliah adalah, dosen mu tidak hadir dan meminta jadwal pengganti. Perjalananku dari rumah ke kampus harus jalan kaki 10menit dan naik bus 30menit, dan dosenku tidak hadir? Empat puluh menitku yang berharga.
“Hallo.. Oppa, dosenku tidak hadir hari ini.. kau dimana?” Aku mencoba menghilangkan kesal dengan menghubungi kekasihku.
Sungjae menghampiriku di kantin “Apa kau tau? Kau terlihat sangat menyedihkan dari kejauhan dan menyeramkan ketika ku mendekat” ledek Sungjae.
“Ah... terserahlah, aku sedang tidak mood bercanda”. Ku kibaskan tanganku. Dan menyuruhnya duduk
“Apa yang terjadi ?” tanyanya, aku tidak yakin apakah dia peduli atau hanya ingin tahu.
“Ya.. begitulah.. pagi hariku menyedihkan, sudah siangpun menyedihkan.. apa kau tidak akan menghiburku atau melakukan sesuatu?”. Lelaki hanya bisa bertanya dan kurang peka dalam sebuah situasi.
Aku pernah sedang berada di taman dengan Sungjae dan dia sibuk main handphone sementara aku sedang kesusahan dengan rok ku yang tertiup angin. Hanya di drama saja cowok - cowok akan menutup kakimu menggunakan jaketnya, atau melindungi kepalamu dari air hujan dengan jaketnya, atau menutupi kepalamu ketika kau sedang menangis dengan jaketnya.. hanya di drama.
“Ayo, aku akan mengantarmu pulang dan kita cari ice cream di jalan”. Sungjae menarik tanganku. Dan ice cream membuatku senang.
Sungjae membelikanku ice cream vanilla karena aku alergi coklat dan kami juga membeli ice cream untuk Jennie dan tamu baru yang akan datang nanti.
---
Aku masuk rumah membawa satu plastik ice cream hanya untuk tiga orang, dan moodku kembali membaik setelah aku menceritakan apa yang terjadi dengan handuk pink itu pada Sungjae dan Ia hanya tertawa karena menurutnya Ia bisa membelikannya lagi jadi bukan masalah. Tapi aku memang agak sensitive mengenai itu.
“Kau sudah pulang?” Tanya Jennie, Ia sedang duduk memakan ramyun dengan satu kaki di lipat ke atas dan memegang sumpit.
“hmm.. dosenku tidak hadir, dan hanya ada satu matakuliah hari ini” Aku berjalan ke kamar untuk mengganti pakaian dan menaruh barang barangku.
Cuaca sedang panas 32 derajat celcius seperti sekarang, aku lebih suka memakai kaus tipis dan celana pendek. Lebih menyenangkan berada di rumah daripada diluar.
“Kau memakan ramyun saat sedang panas seperti ini? Sungjae membelikanmu ice cream”. Ku taruh satu plastic ice cream itu di meja makan.
“Benarkah? Sepertinya pacarmu mulai perhatian juga padaku..”. Jennie meledek
“Kau.. jangan coba coba” ancamku bercanda.
---
TING TONG!
“Biar aku saja yang buka” Jennie berlari menuju pintu rumah.
“Halo.. aku orang baru yang akan tinggal disini” sahut seseorang bersuara merdu.
“Masuk dulu, bawa barang – barangmu, kita ngobrol di dalam”. Ajak Jennie. Aku penasaran dan menyapanya. “Hai.. masuk masuk!”
Kami duduk di ruang tengah dan saling memperkenalkan diri. Tamu baruku menggunakan baju turtle neck putih dan celana jeans panjang biru donker pada suhu panas seperti sekarang. Aku merasa gerah melihatnya dan ingin cepat memintanya ganti baju.
“Nama ku Kim Se – Jeong, dan aku pemilik original rumah ini hehe.. senang berkenalan denganmu” . kataku
“Aku Kim Jennie, panggil saja Jennie, berapa usia mu?” tanyanya.
“Aku Eunha.. aku 20 tahun” jawabnya.
“Baiklah sudah di putuskan.. kau menjadi maknae di rumah ini.. panggil aku dan Jennie, Unnie” Sahutku semangat. Karena kita harus mengedepankan sopan santun di rumah ini.
Aku menunjukan kamar pada Eunha. Rumahku cukup besar untuk menampung delapan orang baru, tapi akan banyak keributan di rumah ini jika terlalu banyak. Lagi pula orang tuaku kadang pulang hanya untuk menjenguk atau liburan. Aku menempati kamar utama di lantai satu, dulu orang tuaku yang memakainya. Karena lebih banyak bekerja di Amsterdam, mereka membawa hampir semua barang barang untuk pindah. Dan Jennie menggunakan kamarku yang dulu di lantai satu juga. Sementara Eunha menggunakan kamar di lantai dua. Aku lebih suka kamar di lantai satu. Karena berdekatan dengan ruang tamu dan dapur.
“Kau suka kamarmu? Kemarin aku dan Jennie membersihkannya.. ku harap kau betah disini, kita akan jadi teman”. Baiklah aku terlalu semangat
“Aku menyukainya, cukup luas untukku.. terimakasih”. Eunha sangat baik, dia tenang seperti Jennie tapi mempunyai sisi bayi. Sementara Jennie berkharisma.
“Perlu bantuan untuk menata barang - barangmu?”. Tanya Jennie.
“Tidak perlu, barangku sedikit.. biar aku sendiri saja”. jawabnya sambil tersenyum
“Oke, kalau sudah selsai ke bawah ya.. pacarku membelikan ice cream juga untukmu”. Aku dan Jennie turun ke bawah dan aku melanjutkan menonton tv. Sementara Jennie mencuci piring.
---
Aku sedang berjalan di sebuah tempat tidak ada siapapun, banyak bangunan bangunan abu – abu kelam di sepanjang jalan. Tiba-tiba ada suara yang sangat pelan, suara itu semakin kencang. Aku merasakan seperti seseorang sedang memperhatikanku. Aku terus berjalan.. aku berlari sekencang – kencangnya. Seseorang memanggil namaku. “Sejeong-a!!!”
“HEI!! BANGUN!!!”
Aku membuka mataku.. ternyata aku bermimpi.
“Kau baik baik saja? aku berusaha membangunkan mu karena alarm mu terus berbunyi”
Mataku masih terasa berat, dan gravitasi di Kasur terlalu kuat. Perjuangan membuka mata di pagi hari sama seperti sedang berperang. Ternyata Jennie yang membangunkanku.
“Kenapa kau membangunkanku? Ini kan hari sabtu” sahutku lelah
“Apa kau lupa hari ini kau memiliki janji dengan Sungjae?”
“HAH?”, aku tersentak bangun dan berlari ke kamar mandi.
“Ini dia drama season berapa yang akan dia buat”, ledek Jennie.
Aku lupa kalau hari ini adalah hari yang special, aku bahkan sudah menyiapkan kado dua bulan sebelum hari ini. Bodohnya aku membuat janji siang hari dan bukan malam hari. Aku mandi dan keramas secepat kilat. Aku keluar kamar mandi dan bergegas ke kamar.
“Apa yang terjadi?” tanya Eunha
“Hari ini hari spesialnya” sahut Jennie
“Ini hari jadi satu tahunku dengan pacarku” sahutku dari kamar dan mereka ada di ruang tengah.
Eunha dan Jennie menghampiriku dan menatapku yang sedang kerepotan
“Sini akan ku keringkan rambutmu” Jennie mengeringkan rambutku sementara aku memakai makeup, dan Eunha memilihkan baju untuk kupakai.
“Unnie, kau harus tenang.. jangan sampai kau banyak mengeluarkan keringat”
“Aku tidak suka membuat Sungjae menunggu, dia akan kesal”
---
Setelah siap, aku berlari mencari sepatu dan menarik tas.
“Kau lupa hadiahnya” Jennie menyodorkan hadiah itu di wajahku
“Ah iya.. terimakasih sahabat baiku.. love you guys.. dadah”
“Hati – hati Unnie!!” sahu Eunha
---
Aku janjian dengan Sungjae jam 10 siang di café yang kita datangi saat kencan pertama, aku berharap semoga dia ingat. Tapi masalahnya aku memiliki waktu 15 menit lagi dan untuk kesana perlu lebih banyak waktu. Aku banyak berlari hari ini. Aku sampai duluan dan telat 2 menit, tapi Sungjae tidak ada. Aku mencoba menghubunginya tapi tidak di angkat, aku hanya berpikir dia juga telat dan sedang terburu – buru.
Aku masuk duluan dan duduk memesan Milkshake vanilla kesukaanku. Rasanya ingin membawa pulang dua lagi untuk Jennie dan Eunha, tapi akan meleleh dengan cepat kalau ku pesan sekarang.
Aku tidak ingin terlihat terlalu agresif jadi aku hanya menunggu Sungjae, dan tidak meneleponnya. Tapi sekarang sudah lewat satu jam.. aku mencoba menghubunginya
“Oppa? Kau dimana?” tanyaku penuh harap
“Di kamarku, aku baru saja bangun, kenapa?” jawabnya dengan suara lelah.
Aku tidak percata dia mengatakan hal itu. “Apa kau lupa?” sentakku.
“Ada apa? Apakah aku melupakan sesuatu?”. Ia terdengar benar benar tidak ingat apapun
“AH! Aku sungguh tidak percaya kau mengatakannya..” aku mematikan handphoneku
Aku sudah terbangun dengan panik dan mempersiapkan diri, bahkan aku membeli hadiah untuk hari jadi kami dua bulan yang lalu. Dan membicarakan hari ini tiga hari yang lalu. Tapi dia dengan mudahnya lupa? Ah benar benar.
---
“Aku pulang!!” sahutku
“Unnie? “ tanya Eunha bingung “Kau tidak apa apa? Wajahmu merah”
Jennie lari dan menghampiriku “Kau marahkan? Wajahmu merah ketika sedang kesal, kau bahkan tidak bisa menangis.. apa yang terjadi ? beri tahu kami!”
Jennie menjadi bawel kalau sesuatu terjadi padaku.
“Sungjae melupakan hari ini.. dan setelah ku telepon dia baru bangun.. aku ingin mencekiknya” jawabku kesal
“Senangnya menjadi diriku.. single tapi aku bahagia.. kau selalu badmood kalau berurusan dengan pacarmu” ledek Jennie.
Jennie benar, selain hanya membuat kesal.. pacaran juga kadang membuatku merasa miskin. Aku bahkan membelikan hadiah untuknya dengan uang jajanku. Bodoh.
“Aku tidak begitu mengerti karena belum pernah merasakan cinta sesungguhnya”. Sahut Eunha
Sebenarnya aku juga belum tau apa itu cinta sebenarnya dan kenapa aku tidak merasakan kalau aku mendapatkan cinta yang sebenarnya dari Sungjae.
“Ah entahlah.. biarkan saja, aku sedang kesal” gerutuku.
“Tenangkan dirimu dulu..” Jennie memberi saran
---
Sungjae bahkan tidak menghubungiku setelah aku menutup teleponnya kemarin. Bodohnya aku mencoba sms Ia.
Dan dia hanya membaca pesan dariku tanpa membalasnya.
“Ah.. apa kau tau huruf apa yang paling kubenci?” Tanyaku pada Jennie dan Eunha, mereka hanya menatap bingung. “Aku membenci huruf R.. huruf R memberikanku harapan, perasaan senang, sedih, marah, dan kecewa. Aku sangat membencinya”. Kataku.
“Kau seperti ini karena Sungjae tidak membalas pesanmu?” tanya Jennie sambil mengupas apel.
“Ini bahkan hari minggu, kemarin dia melupakan sesuatu, bukankah harusnya Ia minta maaf padaku?” Gerutuku kesal.
“Hpmu sudah di kutuk, dulu Ia selalu menghubungimu, menanyakan apa kau sudah makan, apa kau sudah minum, apa kau sudah tidur.. tapi sekarang dia bahkan tidak ingat janji yang di buatnya dan tidak membalas pesanmu, malah kau yang mengemis perhatian dan cinta darinya.. apa kau tau itu menyedihkan?” Jennie benar lagi.
“Bukankah lebih baik Unnie putus saja dengan Sungjae?”. Tanya Eunha
“Aku sudah pernah bilang dari awal dia pacaran dengan Sungjae, tapi dia tidak pernah mendengarkanku, ketika sakit hati dan seperti sekarang, Sejeong akan membuat kita menderita juga” ledek Jennie
"Benar! aku hanya menjadi bebanmu bukan? apa kau juga tidak ingat kalau kau merusak hadiah dari Sungjae?" kata ku kesal.
"Kau kenapa? Apa kau marah padaku karena handuk sialan itu?" Tanya Jennie
"Sialan? Bukankah kau sudah melewati batasmu mengenai hubunganku dengan Sungjae?”
“Aku sudah memintamu untuk putus dengannya! Dia punya banyak wanita di luar sana! Aku seperti ini karena melihat itu!”
Aku terkejut mendengar Jennie bicara seperti itu.
“Ah.. tidak.. maksud ku..” Jennie tergagap.
Aku tidak ingin mendengarnya. Hal yang aku ketahui, tapi menyakitkan ketika orang lain yang membicarakannya. Aku berjalan cepat masuk ke kamarku dan mengunci pintu
“Sejeong-a! hei!” Jennie mengetuk pintu kamarku. Tapi aku sedang tidak ingin berbicara dengannya.
Aku tau Sungjae pernah mendekati wanita lain, dan aku memaafkannya. Sungjae sudah melakukannya beberapa kali, dan bodohnya aku masih menghubungi dia. Entahlah.. aku lelah.
---
Alarm berisik itu bunyi lagi, matahari dari jendela kamarku cukup terik untuk membuatku cepat bangun, sudah tertutup pun aku bisa merasakan hangatnya. Aku hanya memerlukan secangkir air putih dingin untuk sekarang. aku berjalan ke dapur masih agak mengantuk. Aku melihat Jennie, "Hai.. apa kau masih marah?" tanyanya. Aku hanya duduk dan minum airku yang berharga.
Jennie sudah seperti hantu dapur, dia selalu ada disitu dan Eunha selalu acuh tak acuh di ruang TV. “Aku harus pergi kuliah hari ini, tapi aku kepikiran soal semalam, aku tau aku berlebihan.. maafkan aku. Aku sudah masak, makanlah.. aku berangkat dulu”
Aku masih diam dan menutup mataku. Ku dengar pintu rumah tertutup, Jennie pergi kuliah. Eunha di rumah bersamaku. “Kalian akrab sekali ya? Aku iri”. Eunha menghampiriku dan ikut sarapan.
“Begitu lah, aku lebih suka Jennie yang sedikit berbicara daripada yang seperti kemarin” kataku sambil minum lagi.
“Tapi.. Unnie, aku rasa Jennie Unnie lah yang paling mengerti apa yang Unnie butuhkan, dan apa yang harus Unnie jauhi.” Eunha benar. Selama ini aku selalu sendirian dan Jennie lah yang selalu ada untukku.
---
Jennie pulang aku berlari dan menghampirinya. “Baiklah aku tidak akan marah, kecuali kau mentlaktir aku dan Eunha”
“Eunha.. apa kau yang menghasutnya?”. Tanya Jennie jengkel
“Tidak.. dia memiliki banyak kepribadian, aku hanya mengeluarkan kepribadian yang lain”. Ledek Eunha
“Kalian.. ayo kita main..”. ajakku.
---
Kami pergi ke tempat karaoke yang sering di datangi mahasiswa, kita memesan ruangan small untuk tiga orang. Aku menyanyikan lagu Exo-kokobop, Bts-SpringDay, Taeyang – eyes, nose, lips. Dan masih banyak lagi. Kami minum terlalu banyak dan aku harus ke toilet. Lega rasanya ketika kau mengeluarkan semua yang telah kau tampung. HAHA
Keluar dari kamar mandi, aku melihat bahu seseorang yang aku kenal.. Sungjae ada disini? Apa yang dia lakukan? “Oppa!!”. Aku memanggilnya tapi dia tidak berbalik. Tiba tiba Jennie dan Eunha menarikku dari belakang. “Aku melihat Sungjae” kataku pada mereka.
“Kau harus melihat ini!” kata Jennie, lalu Ia dan Eunha jalan mengendap ngendap. Mereka seperti akan mencuri sesuatu. Lalu Jennie menunjuk ke arah dua orang yang sedang berpegangan.
Itu Sungjae dan seniorku Sohyun Sunbaniem. Aku berlari menghampiri mereka dan aku mendengar suara Jennie dan Eunha dari belakang memanggilku. aku menghampiri Sungjae
"Jadi kau tidak membalas pesanku karena sedang berpacaran dengan yang baru ? ini sudah keberapa?!" kataku
"Siapa dia?" tanya Sohyun.
Sungjae menarik Sohyun Sunbaniem pergi, sementara Jennie dan Eunha menenangkanku dan membawaku menjauh dari mereka. Kami pun pulang. Aku sudah tidak ingin memikirkan masalah cinta yang tidak jelas. Aku bahkan tidak merasa sakit hati, ingin menangis, atau marah karena hal yang aku lihat tadi. Aku malah sadar bahwa Jennie benar. Aku harus memutuskannya dari awal. Kalaupun aku menangisinya, ini akan membuatku terlihat sangat menyedihkan.
Sampai di rumah, aku duduk di sofa depan tv. Eunha membawakan beer untukku
“Kau harus menghapus jejak lelaki sialan itu” kata Jennie.
Eunha menyodorkan handphoneku, “Pertama, hapus kontaknya, fotonya, lalu kita buang barang barang darinya”.
“Barang apa? Ia hanya memberikan handuk pink sialan itu selama berpacaran dengan Sejeong!” sahut Jennie
Aku menyeringai “Kau benar”.
“Aku selalu benar, tapi kau yang tidak mendengarkanku, terlalu di butakan oleh perasaan cintamu yang tabu itu” kata Jennie kesal
“Apa kau sadar? Dulu saat kau pindah sekolah dan sekelas denganku, kaulah yang menyelamatkanku. Aku duduk sendirian bahkan aku makan siang sendiri. Tapi ketika kau datang, aku jadi memiliki teman. Dulu kau sangat dingin.” Kata ku pada Jennie.
“Iya kau sangat brisik, dan aku ketularan” ledek Jennie
“Lalu ketika orangtua ku tidak pernah pulang, kau selalu di rumah dan menginap, bahkan kau tau makanan yang tidak bisa kumakan, kau tau lelaki yang tidak baik untukku, kau juga tau perilaku burukku”. Aku menunduk dan malu mengatakan ini tapi memang benar. Jennie lah yang selalu ada untukku, aku selalu berakhir menjadi beban untuknya.
“Haa.. kau lucu, kemarin kau berteriak kepadaku, sekarang kau bersyukur aku selalu ada? Jangan rindukan aku jika aku mati duluan” ledek Jennie.
“Ini cinta yang sebenarnya” kata Eunha..
Kami saling melirik geli.
“Oke hentikan, ini menjijikan hahaha”. sahutku geli.
Kadang sahabat lah yang melakukan segala hal tanpa harus bertanya, dia akan memahamimu tanpa harus kamu beri tahu, dia mengerti perilakumu, yang kamu mau, yang kamu butuhkan, banyak memberi saran, dan membangkitkanmu dari keterpurukan. Kamu bisa menyimpan rahasia paling buruk padanya, yang bahkan orangtuamu tidak tahu apa itu.