Ada apa dengan Iklan sirup?
.
.
.
.
.
.
"KAKAK! DI TV UDAH ADA IKLAN SIRUP!"
Pekikan suara Juki diseberang sana yang seperti kaleng rombeng itu amat memekakkan telinga. Dijah bahkan hampir saja melempar ponsel nya sangking terkejut. Kalau begini, ia tadi tidak perlu mengangkat teleponnya saja tadi.
Lagi pula, sekarang dijam tangan Dijah itu sudah menunjukkan pukul 08.05 waktu Korea Selatan. Waktu-waktu paling menegangkan untuknya karena sang Bos besarnya masih dirumah ketika jam segini, lalu apa? Adiknya justru menelepon hanya untuk mengatakan hal tak penting macam iklan sirup? Hell! Kalau ada disini, si Juki pasti sudah jadi roti buaya dadakan ditangan Dijah.
"KAK LO DENGER GUE GAK?"
Teriakan Juki terdengar lagi, kali ini emosi Dijah pun naik sampai batas akhir. Gadis berkacamata itu menarik napas dalam-dalam lalu balik berteriak,
"EH JUKI ANAKNYA BABEH ROHMAT! LU TAU GAK INI JAM BERAPA? LU NGAPAIN NELPON GUE CUMA MAU BILANG GITU HAHHHH?"
"Ih si Kakak, nyantai aja dong, suaranya gak usah kenceng-kenceng! Gimana mau Oppa-oppa sana suka sama lo kalau ngomong aja kaya preman pasar condet"
Dijah mencelos tak percaya ketika suara Juki justru berubah lemah lembut seperti menasihati, bicara seolah Dijah adalah anak yang nakal dan Juki adalah anak yang baik dan sopan. Menyebalkan!
Ingin rasanya Dijah kembali mengomel pada Juki, tapi suara langkah kaki seseorang membuatnya batal melanjutkan niat marah-marah dan justru berbalik panik tidak jelas.
"KI! tutup dulu teleponnya! Malaikat pencabut nyawa gue dateng! Bye!"
Pip
"Apa kau sedang berbicara dengan seseorang?" Tanya Lee Dongwook yang baru saja sampai dihadapan Dijah.
Dijah kelabakan, satu peraturan dirumah besar Pria yang terkenal dengan sebutan 'Grim Reapper' itu adalah menggunakan ponsel saat jam bekerja. Dan baru saja, Dijah melanggarnya. Kalau sampai ketahuan, bisa-bisa gaji bulanannya dipotong lagi, oh Tidak, padahal sebentar lagi Ramadhan dan Lebaran.
"Khadijah-ssi" Dongwook menegur Khadijah yang justru melamun.
"Ne? Ah.. ma.. maaf Dongwook-ssi, tadi adikku yang telepon, aku pikir ada sesuatu hal yang penting, tapi ternyata dia hanya mengingatkanku tentang satu hal" ucapku lembut dan sopan, tidak seperti ketika berbicara dengan Juki tadi.
Khadijah adalah gadis berusia 21 tahun asal Jakarta-Indonesia yang mencari rezeki diNegeri orang. Sudah hampir satu tahun, Khadijah bekerja dirumah Lee Dongwook. Seorang Aktor ternama yang tengah naik daun dan kian bersinar diKorea.
Lee Dongwook adalah seseorang yang sangat tegas. Disiplin dengan waktu, dan taat pada aturan. Baik itu yang dibuatnya sendiri, atau kontraknya dengan pihak lain. Bagi Dongwook, kedisiplinan adalah kunci sukses keberhasilan seseorang. Ia pun juga menerapkan itu kepada pekerjanya seperti Khadijah dan Han Ahjussi -Supir Pribadinya-. Dua pegawainya yang dia sendiri yang mempekerjakan mereka tanpa bantuan Agency.
Bagi Khadijah, Lee Dongwook itu Malaikat bersayap putih sekaligus Malaikat pencabut nyawa untuknya. Gadis itu amat berterimakasih kepada Dongwook yang memberikannya pekerjaan disaat semua orang menolak mempekerjakannya karena penampilannya yang menutup Aurat. Tetapi disisi lain, Dongwook juga malaikat pencabut nyawanya yang bisa memecatnya kapan saja dan membuangnya kembali ke Agen tenaga kerja Indonesia dikorea.
Dongwook sendiri hanya mengangguk mendengarkan jawaban Khadijah barusan, lantas memperhatikan menu sarapan yang tersedia diatas meja makan. Khadijah memang bertugas sebagai pengurus Rumahnya, mulai dari Membersihkan, mencuci sampai memasak.
Pria 36 tahun itu nampak mengerutkan kening melihat menu sarapannya hari ini. Beberapa potong makanan yang seperti pisang tapi dilapisi tepung. Oh, ia sama sekali tidak tahu apa makanan itu.
"Ini namanya Pisang Goreng, sangat cocok untuk sarapan ditemani kopi hitam yang panas" Seru Khadijah nampak mengerti akan kebingungan Dongwook.
"Pisang? Goreng? Bukankah pisang itu buah? Kenapa digoreng?" Tanya Dongwook lagi makin bingung. Khadijah memang suka sekali menjejali Dongwook dengan makanan super aneh belakangan ini. Seperti kemarin ia dijejali sayur kental yang sangat manis tapi berisi ubi dan singkong. Walau pada akhirnya, Dongwook tetap memakannya karena rasanya menakjubkan.
"Iya, rasanya enak kok, diNegaraku pisang itu bisa dibuat apa saja, dari mulai digoreng, dikukus, dikolak, direbus sampai dibakar pun juga ada, pokoknya ini sangat cocok untuk sarapan, malah menu favoritku setiap berbuka puasa kalau Ramadhan" cerocos Khadijah.
Dongwook pada akhirnya memakan makanan itu dengan hati-hati, meski selama ini ia tidak pernah sampai masuk rumah sakit karena memakan masakan Khadijah, tetap saja bentuk dari makanan itu sedikit aneh untuknya. Apalagi ia baru dengar kalau buah itu bisa digoreng.
"Kata adikku, diNegara ku sudah bermunculan iklan Sirup" seru gadis itu kembali.
Khadijah itu memang memiliki mulut yang banyak bicara. Kalau kata Dongwook dia seperti radio berjalan yang tak bisa berhenti mendengungkan suara kalau tidak disuruh.
"Aku jadi rindu" desah Khadijah sembari membersihkan sisa-sisa alat masaknya.
"Rindu iklan sirupnya begitu?"
Mendengar tanggapan Dongwook, Khadijah justru tertawa lebar. "Hahaha bukan itu, tapi bulan Ramadhan yang makin dekat" ucapnya menjelaskan
"Tadi diawal kau bilang tentang iklan sirup, lalu bulan Ramadhan, kurasa tidak ada kosa kata yang menghubungkan keduanya"
Lagi-lagi, perut Khadijah seperti digelitik kupu-kupu. Ia lupa kalau Lee Dongwook itu orang Korea yang sudah jelas tak paham maksudnya. Mengerti tentang bulan Ramadhan saja belum tentu.
"Dan lagi, setelah bulan Mei itu bulan Juni, bukan bulan Ramadhan" imbuh Dongwook. Dan benarkan? Dia saja tidak tahu apa itu bulan Ramadhan.
"Bulan Ramadhan itu bulannya umat Muslim Tuan, dimana kami diwajibkan berpuasa dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan kami, begitu"
Dongwook mengangguk, dan menjentikkan jarinya "oh ya aku pernah dengar soal itu"
Khadijah tersenyum cerah. Mungkinkah dengan begitu ia akan dapat jatah libur lebaran dan THR lebih dari bosnya ini?
"Setelahnya akan ada perayaan besar kan? Yang itu berarti kau harus kuliburkan dan kuberi uang tambahan" tutur Dongwook yang makin-makin membuat mata Khadijah berbinar senang.
"Iya, wah kau tahu soal itu Tuan?"
"Agen mu memberitahuku soal itu"
Khadijah bersyukur merasa lega, ia pikir bekerja dibukan Negara muslim akan sangat sulit mendapat tunjangan hari raya. Ternyata tidak juga, baguslah itu berarti Agen Tenaga kerja Indonesia sudah memperhatikan segala sesuatunya dengan baik.
Tak salah pilihannya bekerja keluar Negeri daripada harus diNikahi aki-aki dikampungnya. Uhh, mengingat itu membuatnya kesal kembali, ia adalah wanita dengan jutaan impian yang tinggi. Tapi orang tuanya tak mempedulikannya dan Jutru ribut menikahkannya setelah lulus SMA. Membuatnya nekat kabur keluar Negeri untuk bekerja. Yang pada akhirnya keluarganya hanya pasrah saja dan menerima keputusan khadijah.
"Setiap bulan Ramadhan, diNegaraku juga seperti surga makanan, semua jenis makanan ada dimana-mana, dari yang aneh sampai yang paling aneh, suasananya juga akan sangat ramai, baik ketika sahur on the road atau ngabuburit sebelum berbuka" tutur Khadijah sembari pandangannya menerawang mengingat apa saja yang akan ia temui dibulan penuh berkah itu.
Hal yang membuatnya makin rindu dengan-Nya. Ya, dengan penciptanya. Biasanya jika bulan Ramadhan tiba ia akan lebih sering melakukan kegiatan ibadah, Seperti berebut berada dibarisan terdepan jama'ah shalat Tarawih atau menghabiskan malam diMasjid disepuluh hari terakhir Ramadhan. Ia khawatir, bisakah ia melakukan itu sekarang? Dengan kondisinya berada diNegeri orang? Padahal kan, Ramadhan hanya datang satu kali dalam satu tahun, belum tentu juga ia bisa sampai pada Ramadhan tahun depan.
Raut sedih Khadijah serta merta membuat Dongwook simpati, meski ia tak tahu apa yang dipikirkan gadis itu. Tetap saja ia mencoba menghibur,
"Lalu, hubungannya apa dengan iklan sirup?"
Khadijah terbatuk mendengar pertanyaan Dongwook yang lagi-lagi kembali kepada iklan sirup, ia sontak kembali tertawa dan menepuk jidatnya.
"Itu adalah khasnya Negaraku Tuan, setiap ada Iklan sirup bersambung yang mulai tayang di televisi itu berarti bulan Ramadhan sebentar lagi tiba, begitu"
Lee Dongwook tetap tak mengerti dan kembali mengerutkan kening. Ia tak bisa terus berhenti berpikir tentang Iklan sirup yang dimaksud. Tapi karena jadwalnya sudah sangat mepet, ia hanya mengangguk dan bergegas menuju parkiran untuk segera pergi ke lokasi fanmeetingnya hari ini.
"Aku pergi ya, terimakasih sarapannya"
Lee Dongwook berlalu dari hadapan khadijah, menyisakan gadis itu yang masih termangu ditempatnya dengan sejuta kerinduan dilubuk hatinya.
Dwimanik gadis betawi itu tiba pada sepiring yang kini kosong tanpa sisa. Membuat pikirannya teralihkan dan jadi teringat tentang beberapa potong pisang goreng yang seharusnya ada diatas sana tadi. Tapi kenapa sekarang lenyap semua?
Gadis itu takjub menebak kalau ternyata Bos nya yang tampan itulah yang menghabiskan semuanya tanpa sadar. "Tuh kan, aku bilang juga apa, seenak-enaknya roti selai kacang semahal apapun tetap saja teman kopi itu ya gorengan haha"
***
Setelah kepergian sang Bos tercintanya bekerja, Khadijah termenung dibalik jendela besar Rumah mewah daerah Gangnam ini. Mengingat tentang percakapannya tadi dengan sang Bos membuatnya jadi teringat perihal Ramadhan lagi.
Ia menekuk bibirnya dan menghembuskan napas pasrah. Ia tahu ia harus bersabar, Ramadhan ini akan jadi Ramadhan pertama yang berbeda karena ia habiskan dinegeri orang. Tak akan ia dengar ririuhan sahur bapak-bapak setiap sepertiga malam, dan tak ada lagi pasar makanan dadakan setiap sore menjelang Maghrib.
Sepi, itu sudah pasti.
Tapi, bukan Khadijah namanya kalau hanya akan termenung karena merindu seperti ini. Dengan cepat gadis itu bangkit dari duduknya dan mengepalkan tangannya kuat-kuat keudara. "Aku bisa, walau aku rindu tapi aku bisa membuat Ramadhan sendiri dengan indah dan sama seperti dirumah! Semangat!"
Setelahnya, gadis itu terbirit-birit menuju dapur, mencari kertas Note yang biasa ia gunakan untuk mencatat bahan-bahan rumah tangga yang diperlukan. Setelahnya, gadis itu meraih ponsel, membuka aplikasi mbah gugel yang siap menjejalinya segala informasi yang ia butuhkan.
Gadis itu, mencatat satu persatu hal yang biasanya ada dibulan Ramadhan. Ia berencana membuat suasana Ramadhan sendiri disini.
***
"Apa lagi ini?"
Minuman berwarna merah yang didalamnya berisi berbagai buah aneh yang jarang dilihat, lalu sepiring makanan seperti pisang goreng tadi pagi tapi berbeda bentuk dan cairan kecokelatan seperti kacang yang dihancurkan lalu diberi potongan cabai.
Dongwook tidak tahu lagi, makanan apa yang kini disuguhkan Khadijah.
"Ini namanya es campur, kalau bulan Ramadhan kita menyebutnya Ta'Jil, nah yang ini namanya bakwan, lalu ini sambal kacang"
"Kalau minuman itu, aku wajar, tapi sambal ini ? Apa ini bisa dimakan?"
"Tentu saja, cobalah dulu ini sangat enak"
Dongwook hanya menggelengkan kepalanya heran. Memang sejak kemarin Khadijah hobi sekali memberinya makanan aneh yang tentu tak pernah ia makan. Apa ini ada hubungannya dengan iklan sirup itu? Ada apa memang dengan iklan sirup itu sampai khadijah sebegini senangnya dan bersemangat?
"Apa ini ada hubungannya lagi dengan iklan sirup? Kau aneh setelah mendengar tentang iklan sirup dari adikmu" Tanya Dongwook polos.
"Bukan, ini hanya untuk mengobati rindu"
"Rindu iklan sirup?"
"Bukan, aku rindu suasana Ramadhan"
"Oh, jadi iklan sirup itu apa hubungannya?"
Khadijah tentu tertawa, Dongwook yang tak dapat mengerti apa hubungan iklan sirup dan Ramadhan itu tak berhenti menggumam tanya aneh. Sedang Khadijah sendiri bingung untuk menjawabnya. Toh akan sangat sulit dimengerti oleh Lee Dongwook tentang benang merah antara Iklan sirup dan Ramadhan. Bahkan, Khadijah sendiri juga tidak tahu sejak kapan Iklan sirup dan Ramadhan sangat berkaitan ditempat asalnya.
Yang ia tahu, ketika Iklan sirup bersambung mulai melanglang buana di televisi. Adiknya akan berteriak "Kak! Sebentar lagi puasa!" Ya, begitu.
Fin