Title: Her Illusion
Cast: Lee Jonghyun, Baek Haneul (OC), Jung Yonghwa, Kang Minhyuk, Lee Jungshin
Genre: Friendship, Fantasy, AU, Descriptive Story
Rating: G
Disclaimer: This is a work of fan fiction using characters from CNBLUE (except Baek Haneul). I do not claim any ownership over them. This story made by myself and it is for entertainment only. Happy read and give a lot love ^^/
----*----
Baik, kupikir aku ingin sedikit membagi kenanganku. Kenangan yang menurutku merupakan salah satu hal yang paling berarti berkesan. Kenangan yang berupa sebuah memori, entah itu nyata atau hanya sekedar imajinasiku belaka. Bermula dengan seorang gadis yang bernama Baek Haneul. Bagi gadis itu, namanya biasanya tetapi orang-orang disekitarnya selalu memandangnya dengan aneh. Well, dengan poni hampir menutupi kedua matanya dan pandangannya yang selalu menunduk perlu dipertimbangkan mengapa orang-orang menganggapnya aneh. Bahkan aku sendiri juga mempunyai pandangan seperti itu.. saat pertama kali.
Sudahkah aku memperkenalkan diriku? Namaku Lee Jonghyun. Pemuda Busan yang mencari ilmu dan mencoba berkawan di Seoul, ibukota Korea Selatan. Ya, dengan kata lain aku murid pindahan dari sekolah tinggi Busan dan berakhir di Seoul. Setidaknya untuk saat ini. Menurutmu seperti apa kehidupanku di sekolah? Populer? Tidak, aku tidak sepopuler duo musisi sekolah Lee Jungshin dan Kang Minhyuk atau sehebat Jung Yonghwa yang notabene seorang ketua osis. Aku hanya menyandang titel murid pindahan dengan aksen daerahku yang kental sampai menjadi bahan candaan murid lain. Dengan peringatan murid tingkat akhir mana mungkin aku meladeni hal sepele seperti itu. Abaikan perkenalan tentang diriku karena bukan aku fokus dari cerita ini.
Kembali ke gadis aneh itu. Haneul, gadis yang duduk bersebelahan denganku semenjak aku pindah ke sekolah ini. Gadis bersurai hitam pekat itu selalu mempermasalahkan nama panggilannya. Baek-ssi, dia lebih suka dipanggil begitu. Alasannya karena orang-orang belum terlalu dekat dengannya. Setiap kali aku memanggilnya Haneul maka tatapan ala medusa, sang ratu ular akan keluar dan mengubahku menjadi batu. Berlebihan tapi memang begitu adanya. Manik mata biru yang seolah menyihir siapa pun yang telah melihatnya. Entah dari mana mata biru itu berasal. Teman-teman makin melihatnya aneh, bahkan ada kabar bahwa dia dari planet lain. Yang benar saja. Mungkin saja salah satu orang tua atau nenek moyangnya mempunyai mata biru seperti artis-artis di film barat.
Setidaknya satu yang paling kuketahui, Haneul suka sekali menggambar. Tidak kupungkiri bahwa gambarnya memang err..bagus. Bukan maksudku menghina, salahkan seni menggambarku yang buruk. Memahami matematika saja sulit apalagi memahami sebuah gambar dan lagi siapa yang tahu makna gambar yang meliuk-liuk seperti ballerina menari diatas air. Pernah sekali aku melihatnya melukis di atas kanvas di ruang seni seorang diri. Kuberitahu sebelumnya, aku bukan stalker. Ketika itu aku hanya melintasi ruangan seni dengan pintu yang sedikit terbuka. Aku tahu itu Haneul dengan rambut seperti itu dan lukisannya yang identik dengan lingkaran birunya. Ya, setiap gambarnya pasti ada lingkaran biru yang terkadang berwarna terang atau pekat sekalipun. Pernah sekali aku bertanya apa maksud dari gambarnya yang terlihat rumit itu. Kau tidak akan mati penasaran jika gadis itu tidak menjawab 'aku mau pulang' dengan datarnya. Memang saat itu sedang jam pulang sekolah dan aku tidak bisa mencegahnya.
Ada cerita lainnya. Seusai jam olahraga, Haneul dan kelompoknya mendapat tugas membersihkan gudang olahraga. Kenyataannya berbeda, dia hanya mengerjakannya sendiri tanpa ada satu orang pun teman kelompoknya. Kupikir aku bisa mengabaikannya ternyata tidak. Aku membantunya dan itu terjadi tanpa ada percakapan yang berlangsung. Kurebahkan diriku bersandar di pintu gudang sekedar melemaskan otot setelah menutup pintu gudang. Kemana gadis itu mendadak menghilang sampai aku yang mengerjakan semua ini. Cih!
Sebuah botol minum dingin terpampang di depan wajahku. Gadis dengan kelereng birunya mengulurkan sebotol minum. "Gomawo" dengan satu kata itu, dia berbalik meninggalkanku. "Ya! Apa kau tidak bisa menemaniku sebentar? Aku sudah membantumu" ucapku sebelum dia melangkahkan kakinya. Haneul berbalik dan menatapku, sejurus kemudian dia jongkok di sampingku.
"Jonghyun-ssi, aku tidak memintamu membantuku tapi terima kasih" ucapnya datar. Aku menghela nafas dan mulai meneguk isi botol minum yang diberikannya. "Apa kau tidak punya teman?" tanyaku mengupas keheningan. "Tidak" jawabnya singkat. Dan selanjutnya setiap pertanyaanku dijawabnya dengan satu kata dengan datarnya. Antara ‘ya’, ‘tidak’, atau ‘mungkin’. Kulihat arah pandangannya yang sedang menatap langit dengan warna birunya yang cerah. “Baek Haneul, seratus biru langit. Apa kau pikir ada langit di atas langit?” tanyaku asal. Oh! Kali ini dia melihatku sejenak dan setelahnya memandang ke langit lagi. "Mungkin" jawabnya sederhana yang membuatku menggelengkan kepalaku tanpa sadar. Biarkan aku mencoba berbicara sekali lagi. "Haneul, sepertinya kau suka sekali menggambar dengan lingkaran biru?" Kupikir dia akan menjawab ‘ya’ tetapi dia tidak menjawab hanya diam.. sementara.
"Kau sepertinya ingin tahu banyak tentangku. Baik, akan kujelaskan. Aku tidak punya teman karena aku belum mencari keuntungan dengan mereka. Mataku biru karena semua orang di tempatku berwarna sama denganku. Mengenai gambarku, itu bukan lingkaran biru tetapi bulan biru. Itu caraku berkomunikasi dengan orang di tempatku. Dan aku belum tahu tingkatan langit ada sampai berapa karena aku dari seratus. Kalau kemungkinan aku pulang malam ini, aku akan coba tanya dan akan kuberitahu" jelasnya panjang lebar. Tuhan, otakku bahkan tak sampai dengan apa yang diucapkannya. "o..oke. Bukankah kita teman kalau kau menceritakan semua itu kepadaku?" Haneul berdiri dari jongkoknya. "akan kuanggap seperti itu. Terima kasih, Jonghyun-ssi. Sampai jumpa" kemudian gadis itu meninggalkanku dengan senyuman yang tak pernah bisa kulupakan.
Keesokan harinya aku tidak melihat gadis yang biasa duduk disampingku. Yeon Hee yang kutahu seharusnya berada di kelas sebelah malah menduduki tempat itu bahkan tetap di kursi itu selama pelajaran berlangsung. Saat istirahat kutanyakan kepada teman sekelasku dan hasilnya mencengangkan. Tidak ada orang yang bernama Baek Haneul. Bahkan aku tanyakan kepada Jungshin dan Yonghwa, mereka tidak tahu ada nama itu di sekolah ini. Tidak mungkin dia mendadak menghilang. Kuputuskan untuk mendatangi rumahnya setelah bertanya dengan wali kelasku. Rumahnya tidak terlalu jauh hanya melewati dua stasiun. Bangunan sederhana berwarna coklat dengan batu bata merah ala rumah tradisional berdiri kokoh dihadapanku. Kutekan bel rumah dan kutanyakan keberadaan Haneul. “Tidak ada nama Baek Haneul di rumah ini” Jawab pemilik rumah. Kujelaskan ciri-ciri gadis itu tetapi hanya gelengan kepala yang kudapat. Segudang pertanyaan muncul dikepalaku. Sampai aku melihat koran hari ini bahwa semalam telah terjadi penampakan bulan biru. Mungkinkah dia benar-benar ‘pulang’ atau ini semua hanya ilusi?
Epilog
Tiga tahun kemudian, Jonghyun terlihat sedang membeli gitar di pusat perbelanjaan Seoul bersama Minhyuk. Pada akhirnya mereka berempat bersama Jungshin dan Yonghwa membentuk sebuah band. “Minhyuk, menurutmu lebih bagus gitar yang mana?” Tanyanya sambil mencoba gitar merah. Tak ada jawaban, Jonghyun langsung menatap Minhyuk yang tidak memperhatikannya. Jonghyun menendang pelan tulang kering milik Minhyuk, menyadarkan lamunannya. “Jonghyun, lihat uwaaa..gadis itu cantik sekali. Lihat!” Pemuda Lee mengikuti arah pandangan Minhyuk. Bola matanya terus berkedip intens seakan meyakinkan apa yang sedang dilihatnya. Jonghyun segera mendekati gadis yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. “Kau.. Haneul? Baek Haneul kan?” Tanyanya dengan cepat yang hanya dibalas senyuman sama seperti dulu. “Aku..Cheon Haneul (seribu biru langit)”
--END--