Youngjae - Suzy
Bambam - Lisa
Yugyeom - Somi
Seoul, Juli 2015
Malam ini dorm GOT7 tampak sepi tak seperti hari hari sebelumnya. Hanya ada para maknae line yang sedang berkumpul di ruang tengah menonton acara yang menurut mereka menarik. Yugyeom yang memang tidak terlalu menyimak acara televisi heboh dengan berita yang dia baca.
“oh Somi tak lulus, jadi dia masih trainee di JYP, hmmmm.” Yugyeom hanya merenung sendirian di sofa ruang tengah.
“oh iya dan kau tidak bisa menikmati hubunganmu dengan leluasa.” Bambam hanya mencibir. Sedangkan Youngjae hanya diam tak merespon.
“enak sekali Jinyoung hyung dengan Nayeon nunna-_- curang sekali merekaaaaaaaa.” Yugyeom berguling guling di lantai, membuang semua bantal dan juga guling.
“kau itu berisik sekali Gyeom.” Youngjae akhirnya bersuara. Tapi setelahnya dia masuk ke dalam kamarnya dengan Jaebum.
“apa Youngjae hyung masih sakit hati karena berita mengenai Suzy nunna?” tanya Bambam melempar bantal kecil kepada Yugyeom.
“mungkin, aku tak tau juga sih. Tapi semenjak kabar itu Jae hyung lebih terlihat menjadi pendiam.” Yugyeom duduk di sebelah Bambam. “lalu kau sendiri bagaimana?” Yugyeom balik bertanya kepada Bambam.
“hmmmm Gyeom sepertinya aku harus pergi. Baby sudah sampai di Korea, aku akan mengajaknya jalan jalan.” Bambam lau bersiap siap untuk pergi. Yugyeom yang melihat ponsel Bambam tertinggal di sofa lalu melihat history chatnya dengan Baby.
To : Baby
Kau sudah sampai? Dimana kau sekarang?
From : Baby
Bagus ya kau!!! ini adikmu tapi malah aku yang menjemputnya. Dimana kau sekarang?
To : Baby
Ini siapa?
From : Baby
Ini aku LISA, cepat ke restoran ******** aku tak mungkin meninggalkan dia sendirian di sini.
Yugyeom meletakkan kembali ponsel Bambam saat mendengar pintu kamar mereka terbuka. Memperhatikan gerak gerik Bambam. Jarang sekali dia berdandan modis jika itu tidak untuk keperluan fashion airportnya.
“mau bertemu dengan Lisa atau menjemput Baby?” cibir Yugeyom saat mengganti acara televisi. Bambam yang sadar jika Yugyeom pasti melihat isi history chatnya langsung melempar bantal yang berada di dekat kakinya.
“aku menjemput adikku, bukan untuk bertemu dengannya.”
“sama sajakan, kan sekalian bertemu dengannya, hohoho. JYP dan YG hahaha akan sama seperti Taeyang sunbae dan juga Hyorin nunna. Asiiiiik~” Yugyeom heboh sendiri.
“aku keluar yah Gyeom, tolong sampaikan salam pada hyung lainnya.” Bambam menghiraukan Yugyeom dan memilih untuk cepat cepat keluar dari dorm.
“titipkan salamku untuk Lisa dan juga Baby!” Yugyeom berteriak dari dalam.
.
.
.
Mark - Sana
Jackson - Tzuyu
Jinyoung - Nayeon
Seoul, Februari 2016
Dia masih menatapnya. Melihat, memperhatikan dan menerawang. Mempertimbangkan apa yang telah di ucapkan oleh beberapa fans yang di lihatnya di media social. Memperhatikan apakah semirip itu dia dengannya. Terlalu fokus dengan khayalannya hingga tidak tau jika ada seseorang berdiri di depannya.
“Mark? Are you okay?” tanya si atlet fencing.
“me? Yeah I’m okay? What?” Mark berbalik bertanya kepada Jackson, tapi matanya masih fokus pada pantulan cermin untuk memperhatikan dia.
“what are you looking at? Who?” Jackson menerawang arah tatapan Mark dan menemukan dia sedang tertawa dengan teman lainnya. “oh I see. Jadi kenapa hyung?” Jackson kembali bertanya kepada Mark.
“nothing, Just …”
“your ex?” Jackson tersenyum licik.
“she is not my ex okay, my dear friend.” Mark tau siapa yang di maksud Jackson, tapi hubungannya dengan dia bukan sebagai sepasang kekasih, melainkan sebagai teman kecil. Mereka semua sudah salah arti akan kedengkatan Mark dengan temannya.
“okay she is not your ex, so whats wrong with you. The whole day you always look at Sana, right?” Jackson berdiri di sebelah Mark.
“ada beberapa yang mengatakan jika Sana sangat mirip dengan Jessica. Dan saat aku memperhatikannya aku malah melihat jika Jessica lah yang terlihat mirip dengan Sana.”
“lalu apa yang membuatmu bingung hingga kau selalu memperhatikannya seharian ini?”
Dari arah seberang sana terlihat jika para member Twice terlalu risih saat sunbae mereka selalu memperhatikan mereka, terlebih dengan apa yang di lakukan Mark dan Jackson. Mark yang sadar jika para member Twice juga memperhatikannya buru buru mengajak Jackson untuk keluar dari ruang latihan.
“apa yang salah dengan kita? kenapa Jackson oppa dan Mark oppa melihat kita seperti itu?” tanya Jihyo saat Mark dan Jackson keluar ruangan.
“mungkin Mark oppa hanya bertanya bagaimana keadaan Tzuyu saat ini. Bukankah mereka sama sama dari Hongkong.” Jawab Jungyeon sambil terus melatih gerakannya.
“kau sudah membaikkan Tzuyu?” tanya Momo saat mencoba untuk beristirahat lalu melanjutkan latihannya bersama Jungyeon.
“hmmm aku baik baik saja unnie, terima kasih karena kalian bersamaku waktu itu. Jackson oppa juga membantuku untuk menjelaskan semuanya.” Tzuyu menunduk, mengingat masa masa waktu itu sungguh menyakitkan baginya. Member lain mencoba menenangkan Tzuyu untuk tidak menangis lagi. “ah aku baru ingat, Nayeon unnie kau di tunggu Jinyoung oppa di rooftop.”
“eeiiii. Kita masih sibuk untuk persiapan JYP concert kalian malah kencan dadakan, di agensi pula. Jika sajangnim tau habis kalian.” Jihyo menyindir Nayeon yang terlihat kaget karena Tzuyu mengabarinya di depan member.
“cinlok itu tak bisa di hindari, itu sudah hukum alam. Sudah kau sana pergi, jangan sampai ketahuan, okay.” Dahyun mendorong Nayeon untuk keluar dari ruang latihan. Sedari tadi mereka asik berbincang bincang, Mina selalu memperhatikan gerak gerik Sana. Di saat ada yang mengatakan ‘Mark’ Sana cepat cepat membuang muka.
“Daijobudesuka Sana-chan?” tanya Mina.
“ehm. Watashi wa daijobudesuyo. Nani?” Sana memperhatikan Momo Chaeyeong dan Jungyeon yang berlatih.
“kau tampak gelisah. Ada apa? Kau bisa bercerita padaku.” Mina mencoba duduk mendekat pada Sana. Sedangkan Sana sendiri bingung apakah dia harus bercerita atau tidak.
“nanti saja jika aku sudah siap menga …” Sana berhenti ketika Tzuyu menghampirinya dengan ponsel di tangannya. Saat Sana membacanya dia terlihat tegang dan takut, memperhatikan sekitar jika teman temannya juga melihat perubahan ekspresinya.
“aku … aku … keluar dulu yah. Maaf.” Sana pamit keluar sedangkan member lain langsung menghampiri Tzuyu.
“aku tak tau jika mereka berdua juga menjalin hubungan. Jackson oppa tau darimana?” tanya Chaeyeong bingung.
“ah apa karena itu, makanya Mark oppa dan Jackson oppa memperhatikan kita daritadi.” heboh Jungyeon yang menyadari kejanggalan dari sunbaenya tadi.
“aku kasihan pada Sana unnie. Pasti dia sakit hati ini.” Tzuyu melihat lagi history chatnya dengan Jackson.
*history chat Jackson - Tzuyu
To : Jackson oppa
Kau tadi kenapa oppa? Memperhatikan kami seperti itu? apa ada yang salah dengan gerakan kita?
From : Jackson oppa
(send pict) aku dan Mark membahas ini. Apa kau tidak mengira jika mereka mirip?
To : Jackson oppa
Dia siapa oppa? Apa kau mengenalnya juga?
From : Jackson oppa
Namanya Jessica Koh. Teman kecilnya Mark. Aku tak terlalu mengenalnya tapi aku pernah bertemu dengannya. Aku juga baru sadar jika dia memang mirip dengan Sana.
To : Jacskon oppa
Lalu apa yang membuat kalian memperhatikan kami?
From : Jackson oppa
Aku tak tau drama apa yang di buat Mark dengan Sana. Tapi setelah mendengar cerita dari Mark aku merasa kasihan pada Sana. Menjadikannya pelampiasan karena tak bisa mendapatkan Jessica dan berakhir dengan saling balas dendam di antara mereka. Aku tak tau apa aku harus menceritakan ini padamu atau tidak, tapi menurutku Mark memang sudah sangat keterlaluan.
To : Jackson oppa
Oppa tolong pukul Mark oppa atas nama Twice. Terima kasih.
.
Jackson masih mengatur nafasnya setelah memukul Mark tiga kali berturut turut.
“tiga kali Mark. Pertama untuk Sana, kedua dariku dan ketiga aku dapat pesan dari Tzuyu untuk memukulmu atas nama Twice!” Jackson berdiri tepat di depan Mark. Saat akan memukul lagi Jackson melihat Sana berjalan ke arahnya dengan muka yang memerah. Dia ingin mengungkapkan semuanya, tapi tak ada kata kata yang keluar dari mulutnya. Bingung yang di rasakan Sana. Saat tiba tiba Nayeon datang bersama dengan Jinyoung bergandengan tangan, Sana mendekat ke arah Mark.
“oppa ayo kita hentikan sandiwara ini. Aku sudah tidak sanggup menahan semuanya. Maaf oppa tapi semua ini nyata bagiku.” Sana buru buru kabur agar mereka semua tak dapat melihat kekecewaannya. Nayeon menghentikan Sana saat Mark akan berbicara.
“aku pun sama nyatanya denganmu. Aku memperhatikanmu bukan karena untuk membadingkan dirimu dengannya, aku hanya benci dengan mereka yang mengatakan jika kalian berdua mirip. Aku menyukai dirimu karena itu dirimu. Bukan karena kau mirip dengannya. Jika karena hal seperti itu, rendah sekali harga diriku karena tak bisa mendapatkannya dan mencari pelampiasan pada wanita lain yang kebetulan mirip. Sana aku mohon.” Mohon Mark pada Sana yang masih tetap membelakanginya.
“maaf oppa, kita masih ada kontrak tiga tahun jika ingin memiliki hubungan ini. Aku tak bisa seperti Jinyoung oppa dan Nayeon unnie ataupun Jackson oppa dan Tzuyu. Karena perasaanku berbeda dengan mereka. Maaf oppa.”
“aku akan menunggu 3 tahun itu. Tunggu aku, dan aku akan mengatakannya bahwa aku memang benar menyukai dirimu.” Mark memeluk Sana dari belakang. Sedangkan Nayeon sudah berada di sebalah Jinyoung.
“tak apakan jika kau harus menunggu 3 tahun lagi?” Jinyoung meremas tangan Nayeon saat Mark memeluk Sana.
“hmmm tak apa, aku lebih suka seperti ini. Seperti bermain hide&seek hihihi.” Nayeon mengajak Jinyoung dan Jackson untuk meninggalkan Mark dan Sana.
.
.
.
Jaebum - Jimin
Seoul, September 2016
Hari ini mereka sedang melakukan shoot untuk acara After School Fan Club. Jaebum terlihat lebih sering mengumbar senyuman saat sampai di tempat shooting hari ini. Dia lebih memilih untuk duduk di ruang ganti dan memperhatikan teman segroupnya yang lebih sering bercanda gurau dengan para MC lainnya. Arah matanya tak pernah lepas dari salah satu MC hari itu. MC perempuan satu satunya di acara itu. Jinyoung yang memang sedaritadi duduk di sebelah Jaebum merasa jengah dengan senyum idiot leadernya itu.
“kenapa tidak kau hampiri saja dia hyung. Muak aku melihat senyum idiotmu itu.” Jinyoung berucap dengan terus menatap ponselnya.
“nanti saja, toh sehabis acara ini aku memang akan keluar dengannya.” Jaebum masih tersenyum aneh dengan menatap Jackson Yugyeom Bambam dan Jimin yang berbicara dengan aksen British mereka.
.
Acara lebih cepat selese dari perkiraan waktu yang di buat PDnim. Terima kasih kepada moodmaker group yang membuat acara lebih menarik dan ternyata mempersingkat waktu. Akan lebih mudah bagi tim editing untuk melakukan proses rekaman selanjutnya. Di ruang ganti pun mereka masih melanjutkan obrolan yang memang sudah tidak di bahas lagi di acara. Masing masing dari mereka ada yang berteriak, dance atau melempar barang barang aneh satu sama lain. Jaebum hanya duduk malas meladeni tingkah membernya. Dengan ponsel di tangannya, dia membuka aplikasi chat.
To : tongtonghan Jimin
Pulang barengkan? Nanti kita jadi?
From : tongtonghan Jimin
Sekarang? Jika yang lain tau bagaimana?
Jaebum bangun dari sofa dan menghampiri Jimin yang berada di kaca rias. Menarik tangannya lalu berjalan keluar. Sebelumnya dia sudah pamit kepada manager masing masing jika mereka akan pulang telat. Jika leader sudah pergi, maka itu sudah jadi tanggung jawab Mark untuk menghandel member lainnya.
Di perjalanan mereka hanya diam, tak ada yang berbicara. Jimin hanya sibuk dengan ponselnya, sedangkan Jaebum hanya memperhatikan jalanan. Mereka sampai di sebuah restoran yang jaraknya lumayan jauh dari Seoul. Mereka sengaja mencari tempat yang jauh dari keramaian agar tak ada yang tau mengenai hubungan mereka. Mereka berjalan bersebelahan, Jaebum tak memegang tangan Jimin karena Jimin masih sibuk dengan ponselnya.
“bisa tidak jika kau simpan ponselmu. Ini kita sudah berdua.” Jaebum yang akhirnya kesal mengambil ponsel Jimin dan memasukkanya ke dalam tasnya.
“oh oppa cemburu, hahaha aku hanya bermain game, tidak sedang berhubungan dengan siapa siapa.” Jimin memasukkan tangannya ke dalam saku baju hangat. Bulan ini sudah memasuki musim semi, jadi udara malam memang terlalu dingin jika tidak dengan pakaian hangat.
“mau makan apa kau? Makan malam atau hanya cemilan malam saja? Di sini makanan malamnya enak enak.” Jaebum meraih tangan Jimin yang di masukkan ke dalam sakunya memberikan Hotpack yang sudah di siapkan lalu menggenggam tangannya.
“aku tak mau makan, aku sedang diet.” Tolak Jimin. Jimin tiba tiba berhenti saat di rasa tangannya di tarik ke belakang. “wae oppa?” tanya Jimin yang melihat ekspresi Jaebum aneh.
“kau diet? Semenjak kapan?”
“tiga bulan ini. Aku sudah berhasil menurunkan berat badanku.”
“kenapa kau diet?”
“saat aku menonton ASFC lagi, aku merasa jika aku terlalu gemuk di depan kamera, karenanya aku ingin menurunkan berat badanku.”
“tidak boleh.” Jimin masih tidak mengerti dengan maksud Jaebum.
“wae? Aku kan juga ingin kurus seprti perempuan lainnya. Mereka juga bilang jika saat itu aku terlalu gemuk.”
“hmmmm no no no, andwae no no no.” Jaebum hanya menggeleng kepalanya lalu menarik Jimin untuk berhadapan dengannya.
“ish muka ku itu aneh jika gemuk, kau tak lihat jika aku seperti mempunyai dua dagu. Untuk perempuan korea jika seperti itu kan tandanya mereka sudah mulai gemuk. Suzy unnie saja langsung mencoba menurukan berat badannya saat di bilang seperti itu, akupun sama seperti itu.”
Jaebum memegang pipi Jimin yang sedang kesal. Bukannya memperbaiki suasana, Jaebum malah menertawakan alasan Jimin.
“dengar yah, aku lebih suka kau seperti ini. Pipimu menggemaskan seperti bakpou. Jangan pedulikan omongan mereka, kau lebih cantik saat gemuk hmmmm maksudku gembul seperti ini.” Jaebum mencubit pipi gembul Jimin. Jimin hanya meringis dan mengeluh dengan alasan bodoh Jaebum.
“jadi aku harus gemuk lagi nih-_-” Jimin masih mengeluh karena Jaebum masih bermain dengan pipi gembulnya.
“ayo makan, aku tak mau kau jadi kurus seperti nenek nenek kurang makan. Kau yang gembul seperti ini yang aku suka.” Jaebum menarik Jimin lagi untuk berjalan bersebelahan, sedangkan Jimin hanya mengikuti Jaebum dengan menyeret kakinya.
“orang aneh, pria di luar sana saja ingin pacarnya kurus, ini malah ingin pacarnya gemuk. Babbo.” Jimin bergumam di belakang Jaebum.
“aku mendengarmu tongtonghae~” Jaebum menarik Jimin ke dalam pelukannya dan berbisik “I love you just the way you are.”