Hari itu seperti biasa hujan datang di sore hari, sangat deras. Mina harus berdiri dipinggir jalan menunggu angkutan umum yang cukup kosong kerena angkutan umum yang menuju ke tempat tinggalnya selalu saja penuh. Tapi hujan malah menjadi semakin deras. Bajunya telah cukup basah terkena air hujan hingga akhirnya Mina memutuskan untuk berteduh terlebih dahulu.
Ketika Mina berbalik hendak berteduh tiba-tiba sebuah tangan memberikan payung padanya. Mina kaget, "Ya Tuhan, siapa dia?" Perlahan Mina menghadapkan wajahnya ke arah pemilik tangan itu dan ketika mata mereka saling menatap, Jinyoung tersenyum sambil berkata, "Sepertinya kamu perlu payung ini, pakailah punyaku!" Beberapa detik Mina tak mampu berkata-kata. Karena dia adalah dia. Mina terdiam. Tak percaya atas apa yang terjadi. Jantungnya berdetak kencang atau mungkin sangat kencang sampai Mina sendiri bisa mendengarnya.
Jinyoung: "Sudah cepat pakai payung ini!"
Mina: "La...la.. lalu bagaimana denganmu?". Mina bertanya dengan terbata sambil mengambil payung dari tangan Jinyoung. Saat itu Mina tak mampu menatap mata Jinyoung lagi karena gugup.
Jinyoung: "Aku bisa pakai payung berdua dengan temanku". "Naiklah!". "Hei, naiklah!" ulangnya lagi. setelah Jinyoung menyuruh untuk kedua kalinya Mina baru sadar kalau ada angkutan umum yang berhenti di depan Mina. "Ya, ohh.. baiklah." Mina celingukan. Sesaat setelah mobil melaju Mina baru tersadar bagaimana dia mengembalikan payung ini bila Mina tidak tahu siapa namanya?
"Eh, uhmm, ngebalikin payungnya gimana?". Mina berteriak untuk mengimbangi suara hujan yang semakin deras.
Jinyoung: "Jika Tuhan menghendaki, kita pasti dipertemukan lagi".
"Hmmm iya, Eh namamu siapa?" Mina bertanya sambil terburu-buru karena mobil semakin menjauh dari Jinyoung.
"Namaku Jinyoung", ucap Jinyoung sambil tersenyum.
Mina tak percaya dengan apa yang terjadi, jantungnya berdetak semakin kencang bahkan Mina seakan tak mendengar suara hujan. "Tuhan, apa yang terjadi padaku? Apakah ini jawaban dari doa-doaku padaMu? Dia orang yang selama ini aku bersimpati padanya, orang yang tak pernah aku tahu siapa namanya, orang yang hanya aku mampu melihatnya dari jauh, orang yang aku sukai. Tiba-tiba dia berbicara padaku? Aku tak pernah membayangkan bisa berbicara padanya dengan cara seperti ini". Ucap Mina didalam hati.
Kejadian itu walau hanya beberapa menit tapi membuat Mina senang. Itulah pertama kali Mina tahu nama Jinyoung. Hujan, selalu memberikan cerita unik yang tak terlupakan. Pertemuan kedua Mina dan Jinyoung terjadi saat Mina kebingungan mencari meja kosong dikantin saat makan siang. Dengan baik hati Jinyoung mengajak Mina bergabung bersama teman-temannya.
Semenjak itu Mina dan Jinyoung semakin akrab. Sesekali mereka selalu makan siang bersama di kantin atau di cafe, menonton film, pergi keperpustakaan. Semakin lama Mina semakin tahu tentang Jinyoung, tentang hobi Jinyoung, maupun teman-teman Jinyoung.
1 bulan kemudian..
Kebersamaan antara Mina dan Jinyoung terus terjalin. Dihari yang cerah dengan bunga sakura yang berguguran, mereka berdua duduk disebuah taman. "Hmmm, ummm Mina, ada yang ingin aku sampaikan," kata Jinyoung memulai pembicaraan.
"Ya, tentang apa ya?" Tanya Mina penasaran.
"Uumm, aduh gimana ya bilangnya, aku jadi bingung." Jawab JInyoung ragu-ragu.
"Bilang aja Jinyoung, nggak usah ragu seperti itu." Jawab Mina
"Aku menyukaimu Mina, maukah kamu menjadi kekasihku?", ucap Jinyoung sambil menatap Mina. Mina bisa merasakan kalau Jinyoung sangat gugup.
"Jinyoung, aku, aku, ummm, aku juga menyukaimu tapi aku..." Mina tak mampu melanjutkannya."Tapi aku nggak bisa bila harus menjadi kekasihmu."Akhirnya kata itu keluar. Mina melihat perubahan air mukanya Jinyoung dari berseri menjadi tidak mengerti.
"Tunggu, tunggu! Aku nggak ngerti maksud kamu?" Jinyoung bingung. "Kamu bilang, kamu juga menyukai aku tapi kamu nggak bisa jadi kekasihku?" Jinyoung berusaha mencerna kata-kata Mina.
"Ya, aku nggak bisa. Karena itu bukan diriku. Itu prinsipku," jawab Mina.
Jinyoung: "Aku berniat serius denganmu, Mina. Maksudku kita akan menikah. Aku hanya ingin mengenalmu lebih jauh".
"Jinyoung, untuk saling mengenal aku tidak harus menjadi kekasihmu. Kamu bisa menanyakan tentang aku pada semua temanku. Bagimana aku, dan semua tentang diriku". Mina berusaha membuat Jinyoung mengerti atas keputusannya. Mina tahu keputusannya membuat Jinyoung kecewa.
Jinyoung mulai berdiri dan hendak beranjak pergi. Air mata Mina mulai menetes membasahi pipinya, Mina menatap Jinyoung tapi Jinyoung hanya menunduk. "Aku butuh waktu untuk memahami semua ini". Jinyoung pergi tanpa sedikitpun menatap Mina. Seperti hujan, air mata Mina mengalir semakin deras.
Mina: "Tuhan, beginikah rasanya melepas orang yang sangat diharapkan? kenapa begitu sakit? Tuhan, jika dia memang untukku buatlah hatinya mengerti".
1 tahun kemudian..
Enam bulan yang lalu Mina mendapatkan pekerjaan di Tokyo. Dan dua bulan kemudian Tuhan mempertemukan kembali Mina dan Jinyoung di sini, di Tokyo. Hingga akhirnya tiga bulan berikutnya mereka menikah.
Mina: "Jinyoung, terima kasih karena mau mengerti dan memahamiku". Jinyoung menatap Mina, membelai kepala Mina dan tersenyum. "Terima kasih karena mau menungguku", Ucap Jinyoung.
Tamat..