Irene turun dari mobilnya dengan masih mengenakan seragam sekolah. Dia berjalan menuju lobby rumah sakit dan berbicara dengan beberapa suster.
“Boleh aku bertanya sesuatu? Dimana ruang rawat Park Chorong??”
“Jjeoseonghamnida. Kami tidak bisa memberitahumu. Dia masih butuh istirahat sementara ini”
“Apa dia masih tidak sadarkan diri??”
“Kami juga tidak bisa memberitahukan tentang hal itu padamu”
“Arasseo..”
Irene mengeluarkan handphonenya dan dari kejauhan dia melihat Hoya berjalan keluar lift..
“Irene’ssi….” Hoya berjalan ke arah Irene
“Eoraenmaniya…”
“Ada apa kau kesini??”
“Aku hanya ingin menjenguk Chorong. Kenapa suster di sini merahasiakan tentangnya? Apa dia mengalami sesuatu yang serius??”
“Kau pulanglah. Aku juga tidak bisa memberitahukan apa-apa kepadamu”
Tiba-tiba Chorong keluar dari lift dan menghampiri Hoya..
“Apa hasil pemeriksaanku mengalami perkembangan??”
“Cho-chorong’ah…” Hoya terkejut dengan Chorong yang sudah ada di sampingnya
“Sepertinya kau terlihat baik-baik saja” Ucap Irene sambil melihat ke arah Chorong
Chorong melihat Irene dengan bingung..
“Dia teman sekelasmu, Irene” Hoya menjelaskan
“Apa kau lupa denganku??” Irene tampak penasaran
“Mi-mianhae… Aku….”
“Kau pulanglah, masih banyak yang harus ku kerjakan” Hoya memotong pembicaraan Chorong dan membawa Chorong menjauhi Irene
Irene terlihat bingung melihat Hoya dan Chorong dari kejauhan..
“Kau tidak boleh berbicara tentang kondisimu di depan orang yang tidak kau kenal, arasseo???”
“Wae??”
“Kau masih harus menjalani masa pemulihan. Kau juga seharusnya tidak meninggalkan ruang rawatmu. Lihatlah jarum infus di tanganmu. Kau masih harus banyak beristirahat”
“Aku…hanya merasa bosan. Bagaimana bisa aku mengenali orang-orang yang ku temui??” Chorong sedikit menundukkan kepalanya
“Mianhae…. Aku tidak bermaksud membicarakan tentang masalah ingatanmu.”
“Aku akan kembali ke ruanganku” Chorong berjalan perlahan menuju lift
“Apa ingatanku akan kembali seperti semula??” Ucap Chorong dalam hati.
Chorong tampak termenung di dalam lift tanpa sadar pintu sudah terbuka..
“Kau tidak keluar??”
“Eo-eoh???” Chorong terkejut dengan suara di depannya
Suho tampak menunggu Chorong di depan pintu lift..
“Cepatlah keluar sebelum pintu tertutup lagi”
Chorong bergegas keluar dari dalam lift dan langsung berjalan ke arah ruang rawatnya. Suho tampak mengikuti Chorong dari belakang..
“A-apa kau mengenaliku?? Kenapa kau mengikutiku??” Chorong berhenti di depan pintu ruang rawatnya
“Beogoshippo, Chorong’ah… Neomu beogoshippo” Suho mengelus lembut pipi Chorong
“A-apa kau Suho?? Suamiku??”
Suho hanya tersenyum dan memeluk Chorong dengan erat.
“Maja…… Aku sudah lama sekali tidak memelukmu seperti ini”
“Mi-mianhae.. Aku tidak mengenali wajahmu” Perlahan air mata Chorong menetes
Suho melepaskan pelukannya dan melihat Chorong menangis.
“Wae?? Kau tidak perlu meminta maaf” Suho menghapus air mata Chorong
“Aku tidak mengenali semua orang.. Aku merasa bersalah.. Dan aku merasa takut….” Air mata Chorong semakin banyak. Isak tangisnya membuat Suho kembali memeluknya dan mengelus lembut kepala Chorong.
“Gwenchana…..” Ucap Suho untuk menenangkan Chorong
---------------------------------------------To Be Continued-------------------------------------------
