Aku tidak menyangka keputusan yang aku pilih telah membawaku bertemu dengan tujuh cowok dari boyband populer ini. Dan cowok berkulit putih dengan rambut cokelat yang berdiri tepat dihadapanku ini sedang tersenyum. Tapi tunggu dulu, sekarang ia malah menari! “Cowok tengil.” itulah kesan pertamaku tentangnya.
20 jam sebelumnya…
“Kau harus memakai sepatu itu.” cewek dengan piyama putih yang sedang duduk di tepi tempat tidur menunjuk sebuah kotak berwarna pink dengan merk ternama di atasnya. Aku mengambil kotak tersebut dan membukanya.
“Ya! Kau mau mati? Berapa centimeter tingginya high heels ini?” aku shock melihat tingginya sepatu di dalam kotak tersebut, karena biasanya aku hanya memakai sandal atau sepatu kets. Tapi aku akui sepatu ini sangat cantik. Berwarna putih dengan hiasan bunga-bunga kecil berwarna-warni.
Cewek piyama dengan bola mata berwarna cokelat itu terkekeh dan membuat angka tujuh dengan jemari tangannya. Aku hanya bisa melongo. Dia memberikanku sepatu high heels dengan tinggi tujuh centimeter. “Kau memang sudah gila.” aku hanya bisa menggelengkan kepala sambil menatap sepatu high heels yang saat ini sedang aku pegang.
Flashback end.
Udara pagi ini begitu segar. Beberapa cowok berbadan atletis sedang jogging di taman. Sementara tidak jauh dari kolam air mancur ada muda-mudi yang sedang bercanda riang, sepertinya mereka sepasang kekasih. Aku dan cowok tengil ini berjalan menyusuri jalan di bawah pepohonan yang rindang. Kami mulai memperkenalkan diri satu sama lain, ia banyak berbicara tidak seperti aku. Walau kami sedikit kikuk tapi cowok tengil ini berusaha untuk mencairkan suasana.
“Na Seol, kau terlihat tidak nyaman dengan sepatumu.” pernyataannya yang secara tiba-tiba di tengah obrolan kami membuatku kaget. Sedari tadi aku memang berjalan dengan tidak nyaman karena sepatu ini terlalu tinggi untukku.
“Ah, aniyo.” elakku sambil tersenyum dan melanjutkan langkah yang tadi sempat terhenti.
“Lihat hiasan bunga di sepatu sebelah kirimu saja copot. Apa hatimu tidak berbunga-bunga saat ini? Kau sedang bersamaku lho!” cowok tengil itu menunjuk dirinya sendiri seperti berkata “Hei, aku ini cowok paling tampan di dunia!” aku mulai memperhatikan sepatu sebelah kiriku dan benar saja aku tidak menyadari kapan hiasan bunga-bunga kecil itu copot.
“Ah, memalukan.” aku mengusap leher bagian belakangku dan mempercepat langkah kakiku.
“Kau bisa bertukar sepatu denganku kalau kau mau.” perkataan cowok tengil itu membuatku menoleh kebelakang kearahnya. “Jinjja?” tanyaku yang di balas dengan tawa terbahak-bahaknya.
“Bagaimana? Nyaman tidak?” ia berlutut didepanku mengecek sepatu kets berwarna hitam yang sedang aku kenakan.
“Ini nyaman.” kami berdua tersenyum dan melangkah ke arah kasir toko sepatu ini.
Sebelumnya kami berdua berdebat soal siapa yang akan membayar sepatu kets hitam ini. Aku merasa harus membayarnya karena aku yang memakainnya. Tapi cowok tengil ini berkata “Biarkan aku membelikan sepatu ini untukmu sebagai hadiah pertemuan pertama kita.” aku di buat kagum dengan kebaikannya padahal hari ini kami baru mulai kenal satu sama lain.
19 jam sebelumnya…
“Kau akan terlihat cantik mengenakan dress berwarna merah muda itu.” cewek piyama menunjuk dress yang aku keluarkan dari lemari di sudut ruangan.
“Bukankah dress ini terlalu pendek untukku? Dan lihat bagian belakangnya, bukankah ini terlalu terbuka?” aku mulai mengkritik dress dengan hiasan pita dipinggangnya itu.
“Dress itu yeppeo. Kau yang sungguh terlalu mengkritik dress pilihanku.” cewek piyama itu melanjutkan mengupas jeruk dan memasukan ke dalam mulutnya.
Flashback end.
Aku merasa sedari tadi ada sepasang mata yang memperhatikanku dari seberang tempat dudukku. Aku menoleh dan menemukan seorang ahjussi berkemeja hitam memperhatikanku dari atas ke bawah. Dan ia tersenyum genit! Mataku sampai terbelalak melihatnya. Aku berusaha menurunkan dress untuk menutupi sedikit pahaku yang terbuka tapi hal itu tidak dapat membantu. Sementara ahjussi tadi masih saja melihat kearahku.
“Ice americano satu untukmu dan satu untukku.” cowok tengil itu menaruh dua gelas ice americano di meja dan dengan cepat ia melepas jaketnya untuk menutupi pahaku.
“Ahjussi, tolong jaga pandanganmu.” tiba-tiba cowok tengil itu menghampiri meja ahjussi yang sedari tadi memperhatikanku.
“Aigoo, apa maksudmu anak muda?” ahjussi itu kini berdiri.
“Aku perhatikan sedari tadi ahjussi melihat kearah temanku.” cowok tengil itu menoleh kearahku.
“Hahaha… Apa katamu? Apa kau pikir temanmu itu sexy mengenakan pakaian seperti itu? Wajahnya saja tidak cantik.” ucap ahjussi merendahkanku.
“Mwo? Ahjussi kau sungguh tidak sopan.” aku mehampiri meja ahjussi tersebut. “Ahjussi bilang aku tidak sexy? Aku tidak cantik? Padahal ahjussi sedari tadi memang memperhatikanku. Akui saja.” ocehku.
“Minta maaflah kepadanya.” cowok tengil itu berkata pelan tetapi terlihat serius.
“Shireo.” ahjussi itu mulai mendekatkan tubuhnya ke arah cowok tengil yang berjarak hanya beberapa centimeter saja darinya.
“Ahjussi minta maaflah padanya. Kau membuatnya tidak nyaman.” cowok tengil itu juga mendekatkan tubuhnya ke ahjussi. Ahjussi terlihat kesal dan mulai mencengkram kemeja putih polos yang cowok tengil itu kenakan. Pengunjung café lainnya mulai membuat lingkaran di antara kami.
“Kau berani padaku!” ahjussi hampir saja melayangkan tinjunya ke wajah cowok tengil itu sampai akhirnya beberapa orang menahannya.
“Bambam!!!” Teriakan seorang cewek yang memakai seragam sekolah membuat cowok tengil didepanku ini menjadi sorotan orang-orang yang sedari tadi menonton kami.
“Oppa! Kau sungguh keren!” cewek itu mulai mendekati cowok tengil, membuat cewek-cewek lain di sekitar kami ikut berkerumun.
“Mianhae… Mianhae…” salah seorang oppa yang memegang handy talky berbicara kepada kerumunan orang-orang. Dan beberapa bodyguard melindungi cowok tengil yang sebenarnya adalah Bambam member GOT7 dari kerumunan cewek-cewek yang sudah seperti mengantri diskon besar-besaran di sebuah pusat perbelanjaan.
Salah seorang bodyguard menarik tangan Bambam dan berusaha menyelamatkannya dari kerumunan fans. Aku sendiri mencoba keluar dari kerumunan fans yang semakin membludak. Mungkin fans ini mempunyai grup dan saling menginformasikan satu sama lain dimana keberadaan Bambam saat ini karena pengunjung café semakin dipadati oleh cewek-cewek berseragam sekolah yang terus meneriakan namanya.
Mobil van sudah menunggu di depan pintu coffe shop. Bambam baru saja masuk kedalamnya, sementara aku masih berjuang untuk keluar dari pintu masuk.
“Ahjumma, apa yang tadi kau lakukan bersama Uri Oppa?” seorang cewek berambut keriting sebahu menarik lenganku saat aku hendak masuk ke dalam van.
“Kami hanya…” belum selesai aku menjawab pertanyaannya, cewek lain yang berada tepat di belakang cewek tadi menyiramku dengan segelas penuh es kopi. Aku kebasahan. Sementara sekumpulan cewek itu tertawa melihat keadaanku.
“Ya! Apa yang kalian lakukan padanya!” seorang noona berteriak dari kerumunan pengunjung café. Bodyguard yang tadi menarik Bambam, langsung menarikku masuk ke dalam van.
Aku duduk dan masih tidak menyangka kejadian apa yang baru saja aku alami. Bambam yang duduk di sebelahku, mulai melepas masker dan topi yang sedari tadi ia kenakan.
“Mian membuatmu dalam kesulitan.” Bambam menghembuskan napas berat.
“Ani.” Aku berusaha meyakinkannya kalau hal ini tidak membuatku sulit.
“Mianhe noona acara ini jadi berantakan.” Bambam meminta maaf kepada salah satu staf yang berada di dalam van bersama kami.
“Gwenchana. Hal ini tentu sudah biasa mengingat kamu adalah idol terkenal.” Hyun Ri noona -staf variety show- yang tadi berteriak di antara kerumunan pengungjung café berusaha menenangkan Bambam.
“Sebagai seorang namja aku bahkan tidak bisa melindungimu.” Bambam terlihat menyesal melihatku yang kebasahan.
“Ini bukan salahmu. Bukankah fans akan cemburu saat melihat idolanya bersama dengan cewek lain?” aku menatap Bambam lekat-lekat.
"Apa kau juga akan seperti itu saat melihatku dengan cewek lain, Na Seol?" aku hanya bisa diam mendengar pertanyaan Bambam. “Aku tidak membawa handuk saat ini. Tapi setidaknya sapu tanganku ini bisa sedikit membantumu.” Bambam mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya dan mengelap wajahku. “Ini bersih kok.” lanjutnya membuat kami berdua tertawa.
Saat ini aku dan Bambam sedang mengikuti sebuah variety show bernama Got Love yang diadakan oleh salah satu stasiun televisi. Variety show Got Love berisikan tentang kencan satu hari antara idola dan fans yang terpilih. Untuk memenangkan hadiah dari variety show Got Love, fans GOT7 atau lebih di kenal dengan IGOT7 harus berkompetisi dengan membuat sebuah video dengan tema 100% IGOT7.
Acara Got Love ini di rekam dengan kamera tersembunyi oleh beberapa staf yang mengikuti kami dan bodyguard yang berjaga-jaga apabila terjadi hal yang tidak diharapkan. Member GOT 7 memakai topi dan masker untuk mengelabui fans tapi rupanya mata fans seperti elang. Begitu mudah untuk mengenali idola mereka.
Langit mulai menunjukan perubahan warnanya menjadi kejinggaan. Aku dan Bambam memasuki sebuah restoran khas makanan Korea yang telah di sewa variety show tersebut. Jaket Bambam yang tadinya aku gunakan untuk menutupi pahaku, kini aku kenakan untuk menutupi sebagian dress-ku yang basah terkena es kopi. Di sana sudah ada enam member GOT7 lainnya bersama fans yang beruntung, sebelumnya kami sudah bertemu di taman pagi hari ini. Jaebum menanyakan apa yang terjadi padaku ke Bambam tapi ia memilih untuk meyakinkan hyung-nya itu kalau semua baik-baik saja.
GOT7 duduk berhadapan dengan IGOT7. Pelayan restoran mulai menyajikan yoongeum jorim sebagai hidangan pembuka. Kami mulai bercerita satu sama lain tentang apa yang kami lakukan hari ini. Jaebum dan Lee Ki Ah menghabiskan waktu dengan menonton bioskop, Mark dan Park So Ra ternyata punya hobi yang sama dan mereka memilih untuk bermain skateboard, Jackson mengajari Maria nge-rap, Youngjae dan Kim Ah Young karaoke bersama, Yugyeom dan Han Tae Ni bersepedaan di taman, sementara aku dan Bambam menyelamatkan diri dari kerumunan fans Bambam.
Hidangan utama sudah mulai disajikan. Bambam memperlakukanku dengan baik. Penilaianku di awal tentang Bambam sedikit demi sedikit berubah. Aku pikir Bambam adalah cowok tengil yang hanya bisa melebarkan bibirnya untuk tersenyum dan tertawa, ternyata ia adalah cowok dengan hati yang baik.
Nada dering handphone-ku memecah obrolan kami, aku mengecek nama yang tertera di layar dan segera mengangkat telepon tersebut.
“Yoboseyo. Mwo? Aku akan segera ke sana.” aku menutup handphone dan bergegas pergi di tengah syuting Got Love. Bambam meraih tanganku dan bertanya, “Kau mau kemana?”
“Aku harus ke rumah sakit. Sekarang juga.” Aku berlari keluar restoran dan memberhentikan taxi yang lewat di depan restoran. “Im Na Seol, bertahanlah.” Aku mengenggam kedua tanganku berusaha untuk menenangkan diri. Aku menunduk dan memperhatikan sepasang sepatu kets hitam yang aku kenakan, “Sepatu ini sangat membantuku. Terima kasih.” batinku.
Lift rumah sakit mengantarkanku menuju lantai tiga. Setelah terbukanya pintu lift aku langsung berlari menuju ruang operasi. Perasaanku semakin tak menentu setelah mendengar perkataan seseorang di seberang telepon tadi.
“Halmeoni!” teriakanku membuat nenek berkacamata yang sedang duduk perlahan mulai berdiri. “Bagaimana keadaan Na Seol-ah, Halmeoni?”
“Kita harus berdo’a untuk kelancaran operasi Na Seol-ah.” Halmeoni menggenggam kedua tanganku.
“Halmeoni, aku akan pergi ke toilet sebentar.” aku berusaha untuk menahan air mataku yang sebentar lagi akan menetes.
Di dalam toilet, otakku terus saja memutar kenangan tentang Im Na Seol. Tentang mimpinya untuk menjadi seorang idol seperti yang diharapkan oleh mendiang orang tua kami. Sedari kecil Na Seol suka menari dan menyanyi, ia memilih jurusan seni di perguruan tinggi. Sedangkan aku memilih jurusan film, agar aku dapat mengabadikan dengan baik kenangan-kenangan yang aku alami. “Apa impiannya dapat terwujud?” aku menenggelamkan wajahku di antara kedua telapak tanganku.
“Hei, dari tadi aku memanggilmu. Apa kau tidak mendengarnya?” kudapati Bambam sekeluarnya dari toilet. Dibelakangnya ada beberapa staf variety show dan bodyguard yang hari ini menemani kami. Raut mukanya menunjukan kebingungan melihatku menangis. “Im Na Seol, apa yang terjadi?” Bambam memegang pundakku.
“Aku harus memberitahumu satu hal penting.” ucapku sambil terisak.
Aku dan Bambam duduk bersebelahan di luar ruang operasi menonton sebuah video di handphone-ku melalui earphone.
“Cewek yang menyanyi lagu Just Right dan menari menggunakan kostum kodok di video itu bukanlah aku.” Bambam terlihat bingung. “Dia adalah adikku, Im Na Seol.” lanjutku.
“Lalu kamu?” pusat perhatian Bambam beralih dari layar handphone ke wajahku sekarang.
“Yi Seol. Im Yi Seol. Kami kembar identik.” jelasku.
“Saat aku merekam video untuk Na Seol, aku memintanya untuk tidak memaksakan diri. Tapi Na Seol tetap dengan pendiriannya untuk melakukan yang terbaik. Na Seol-ah bilang selain karena ia IGOT7, ia juga ingin mempersembahkan video ini untuk mendiang orang tua kami. Na Seol-ah, anak kecil itu ingin membuat mendiang orang tua kami bangga.” aku menghapus air mata yang masih berlinang di pipiku. “High heels dan dress yang aku kenakan hari ini adalah punya Na Seol. Ia sudah membeli semua itu bahkan sebelum pengumuman pemenang.” aku tertawa kecil mengingat tingkah bodohnya itu.
Aku menunjukan video lain di hanphone-ku pada Bambam yang aku rekam saat Na Seol berlatih bernyanyi dan menari mempersiapkan video yang akan ia ikuti untuk kompetisi Got Love. “Saat Na Seol-ah mulai di rawat di rumah sakit untuk persiapan operasi amandelnya yang semakin parah, ia memintaku untuk menggantikan dirinya mengikuti variety show Got Love. Karena kami kembar identik tentunya staf variety show tidak akan curiga.” aku mengingat keputusanku untuk mengiyakan permintaan Na Seol. “Aku memberanikan diri mengikuti variety show ini demi Na Seol. Aku bahkan bukan penggemar GOT7 atau boyband lainnya. Aku harus menghafal nama dan wajah kalian dalam waktu dua hari sebelum syuting Got Love di mulai. Mianhe.” ungkapanku ini tentu akan membuat Bambam kecewa tapi aku merasa bersalah kalau aku tidak berkata jujur. “Tapi nama dan wajahmu yang paling pertama aku ingat.” aku tersenyum mengingat kenangan saat aku melihat foto Bambam untuk pertama kali dan dengan mudah mengingatnya.
“Yi Seol-ah, aku yakin Na Seol akan baik-baik saja.” Bambam memegang tanganku. Genggaman tangan pertama kami ini... Mengapa aku merasa sangat nyaman didekatnya?
***
“Jadi bagaimana kencan kalian?” setelah tujuh hari keluar dari rumah sakit, Na Seol kini sudah mulai dapat berbicara dengan baik walau pelan-pelan.
“Menyenangkan.” jawaban Bambam sukses membuatku melongo.
“Jinjja Oppa? Apa yang kalian lakukan?” Na Seol mulai antusias.
“Kami berlari. Berlari dari kerumunan fans dan berlari menemuimu.” ucapan Bambam sukses membuat kami tertawa.
“Mianhe eonni membuat kencanmu berantakan.” Na Seol menatapku sedih.
“Ya! Ini seharusnya kencanmu, bukan kencanku.” Aku menjitak pelan kepala Na Seol. “Percayalah Na Seol adalah 100% IGOT7.” aku mengalihkan pandangan ke arah Bambam.
“Halmeoni harusnya tidak perlu memberi tahu eonni kalau aku menangis saat memasuki ruang operasi. Kencannya jadi berantakan.” Na Seol memasang wajah cemberut.
“Bagaimana aku tidak memberitahu Yi Seol-ah? Kau terus saja menangis dan berteriak memanggil namanya, membuatku panik.” halmeoni mencubit pinggang Na Seol pelan, di balas dengan pelukan hangat dari Na Seol.
“Kamu tidak akan kehilangan mimpimu untuk menjadi seorang idol. Kamu masih bisa berlatih bernyanyi dan menari. Jangan pantang menyerah. Fighting!” Bambam menyemangati Na Seol dengan tulus.
“Ya, eonni apa saja yang sudah kamu ceritakan kepada Bambam Oppa sampai ia tahu mimpiku menjadi idol?” Na Seol menatapku penuh selidik.
Aku mulai panik dengan tatapan Na Seol. “Apa kamu mau tambah minum lagi?” tanyaku kepada Bambam untuk mengalihkan pertanyaan Na Seol.
“Ani. Sebaiknya aku pulang. Besok pagi aku dan member GOT7 lainnya ada syuting video clip terbaru. Cepat sembuh Na Seol-ah” Bambam pamit pulang kepada Na Seol dan halmeoni.
Na Seol menahan tanganku saat aku akan mengantar Bambam keluar, “Eonni, mulai sekarang perhatikanlah dirimu sendiri. Aku dan halmeoni akan baik-baik saja, tenanglah.” bisiknya. Selama ini Na Seol dan halmeoni adalah prioritas untukku. Aku akan melakukan apa saja untuk kebahagiaan mereka. “Eonni, kau sadar tidak kalau sedari tadi Bambam Oppa tidak melepaskan pandangnnya kepadamu? Aku 100% IGOT7 dan 100% aku akan mendukung kalian.” aku tersenyum mendengar pernyataan Na Seol.
“Jadi Yi Seol-ah kamu itu 0% IGOT7?” Aku terkekeh mendengar pertanyaan Bambam. Ia masih saja ingat mengenai pengakuanku yang bukan merupakan fans sebuah boyband.
“Terima kasih sudah menemaniku di rumah sakit saat itu dan menjenguk Na Seol di rumah. Kau bahkan masih sempat menghubungiku di tengah-tengah kesibukanmu.” Aku menghentikan langkah di depan pintu gerbang. Aku bersyukur operasi Na Seol berjalan lancar dan aku dapat berkenalan dengan cowok baik seperti Bambam.
“Aku senang bertemu denganmu di acara variety show Got Love. Aku bahkan segera meminta nomor handphone-mu kepada Hyun Ri noona sepulangnya dari rumah sakit. Apa yang telah kita lakukan benar-benar menyenangkan.” Bambam membalikan tubuhnya dan membuat kami saling menatap satu sama lain. “Tapi aku ingin lebih mengenalmu. Bolehkah Yi Seol-ah?” ungkapan Bambam secara tiba-tiba membuatku mengusap leher belakangku, kebiasaanku saat aku merasa malu.
“Kau ingin mengenalku sampai kapan?” mata kami saling bertatapan.
“Sampai 100% I get you.” aku tertawa mendengar rayuannya.
“Yi Seol-ah, apa yang nanti akan kita lalui tidak semuanya akan berjalan baik. Tapi aku ingin semakin mengenalmu sehingga aku tahu bagaimana cara membuatmu bahagia saat bersamaku.” Bambam berkata tulus.
“Arraseo.” aku menunduk membiarkan rambut cokelat lurusku menutupi wajahku yang tentunya sudah memerah seperti udang rebus.
“Hei, kau tidak pernah memanggil namaku bukan?” Bambam ternyata menyadari bahwa aku tidak pernah memanggil namanya dari awal kami bertemu. “Kenapa kamu tidak pernah memanggil namaku, Yi Seol-ah?” Bambam menatapku penuh selidik.
“Cepatlah masuk ke mobil.” aku mendorong tubuhnya pelan menuju mobil.
“Jawab dulu pertanyaanku.” Bambam berhenti melangkah dan mebuat tubuh kami bertabrakan pelan.
“Karena aku tidak ingin memanggil namamu. Kau sudah tahu kan kalau aku bukan fans-mu.” Aku tertawa kecil.
Bambam membalikan tubuhnya dan raut wajahnya terlihat kecewa.
“Tapi mulai sekarang aku akan memanggil namamu dengan sebutan Oppa.” aku tersenyum malu-malu.
“Lihat kau bahkan sekarang melakukan aegyo?” Bambam mengusap rambutku lembut.
“Apa kalian berdua sekarang dating? Aku harus menjual foto kalian ke Dispatch dengan harga yang sangat mahal!” Na Seol menunjukan kameraku yang ia gunakan untuk memfoto kami sedari tadi dan halmeoni berteriak dari teras “Berbahagialah kalian.”
“Saranghae.” Bambam berbisik ke telingaku.
“Saat ini mungkin aku 0% IGOT7. Tapi tidak untukmu.” aku membalas bisikan Bambam.
“Berapa nilai yang kamu berikan untukku?” Bambam semakin mendekatkan wajahnya.
“1%!” seruku sambil mencubit hidungnya.
“Ya! Itu kecil sekali!” Bambam menggelitik pinggangku dan aku tidak bisa menyembunyikan tawa bahagia.
-FIN-