home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Just Because

Just Because

Share:
Author : tuanvevo
Published : 05 Feb 2017, Updated : 08 Feb 2017
Cast : Im Jaebum, Kang Seulgi, GOT7 members
Tags :
Status : Complete
6 Subscribes |6692 Views |6 Loves
Just Because
CHAPTER 1 : 1; End

"Eh, Bum, lo dengerin nggak sih?"

Suara nyaring Mark berhasil membuyarkan lamunan Jaebum. "H-hah? Iya, dengerin kok." balas Jaebum yang sepenuhnya bohong, karena dia sama sekali tidak mendengarkan kata-kata Mark barusan.

"Jadi lo ikut atau nggak?" tanya Mark.

"Hah?" Jaebum mengangkat alisnya, dan berhasil membuat Mark menghela napas panjang, lalu memijit pelipisnya karena dari tadi semua yang ia katakan hanya masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri laki-laki bermata kecil itu.

"Year-end party di rumah Joy malem ini," jelas Mark singkat. "Lo ikut atau nggak?" tambahnya.

"Iya, ikut. Yang lain juga pada ikut, kan?" tanya Jaebum, maksudnya adalah kelima teman-temannya yang lain. Mark mengangguk singkat.

"Lo mau bareng gue apa mau sendiri? Gue bawa mobil, nih." kata Mark.

Jaebum mengetukkan jarinya ke meja café, berpikir sebentar. "Emang yang ikut mobil lo siapa aja?"

"Baru Wendy sih. Tapi kalau lo mau nebeng ya nggak apa-apa..." balas Mark, menggantungkan kalimatnya, lalu melanjutkannya setelah beberapa detik. "...kalau mau jadi nyamuk."

"Sial," Jaebum memukul pundak Mark yang sedang tertawa kecil dengan pelan. "Ya udah, gue berangkat sendiri aja. Lebih enak bawa mobil sendiri. Luas." Jaebum memberi tahu Mark setelah tawa laki-laki itu mulai mereda.

Mark menganggukkan kepalanya tanda mengerti. "Gue balik dulu ya, mesti siap-siap." Mark berdiri dan meraih kunci mobilnya di atas meja café setelah mendapat jawaban dari Jaebum. Jaebum hanya berkata 'oke', lalu meneguk kopinya yang sudah dingin. Ia menatap punggung Mark yang menjauh sambil menarik napas panjang.

Ah, sial sekali nasibnya. Ia akan pergi ke pesta akhir tahun sendiri, melihat salju pertama sendiri, dan mengawali tahun baru sendiri.

"Nasib jomblo."

Pasti itu yang akan dikatakan teman-temannya kalau ia bercerita tentang hal itu.

Jaebum tidak mau terdengar menyedihkan dengan menyetir sendiri ke pesta akhir tahun itu, jadi dia meraih ponselnya. Mungkin saja ada temannya yang mau mengisi jok kosong di mobilnya. Walaupun itu Jackson yang berisik sekalipun. Kali ini, ia bisa menerima ocehan Jackson, selama itu tidak menyangkut tentang perempuan.

Saat Jaebum melihat nama teman-temannya yang tertampang di daftar kontak ponselnya, ia mulai berpikir dua kali.

Jackson pasti sudah punya janji dengan Youngji, begitupun Jinyoung yang dari kemarin sudah berceloteh tentang mengajak Nayeon berangkat ke pesta itu bersamanya.

Youngjae? Ah, si laki-laki yang bodoh dalam percintaan itu baru mengumumkan kalau ia akan menggandeng Sejeong ke pesta itu dengan bangga.

"Biar lambat asal selamat." begitu kata Youngjae saat memberitahukan kabar baik tersebut.

Bambam dan Yugyeom sih sudah tidak bisa diganggu gugat. Entah dengan keajaiban apa, mereka berhasil mendapatkan hati dua perempuan alias Lisa dan Tzuyu di kencan buta beberapa bulan yang lalu. Tidak perlu dipastikan lagi, Jaebum sudah bisa membayangkan mereka berdua memamerkan pacar barunya di tengah pesta.

Kalau Mark, yah, seperti yang ia katakan tadi –dia akan berangkat bersama Wendy.

Singkatnya, semua temannya sudah punya gandengan.

Jaebum?

Kebetulan saja, beberapa hari sebelum natal, ia baru saja putus dengan pacarnya yang bernama Seulgi. Dan sekarang, walaupun tidak mau, Jaebum harus memanggil gadis itu mantan pacarnya.

Jaebum bukan tipe laki-laki yang mudah terpuruk, tapi entah kenapa, sejak hari itu perasaannya kacau balau.

Setiap bangun pagi, ia ingat dengan jelas saat perempuan itu berkata kalau ia sudah lelah dengan Jaebum yang terlalu sibuk dan tidak pernah meluangkan waktunya.

Mungkin saja memang Jaebum yang salah, tapi, saat Jaebum sibuk, ia tidak melihat ada usaha sedikit pun dari Seulgi. Jangankan mengajak bertemu, hanya sekedar memberi pesan pun sudah jarang dilakukan oleh gadis itu.

Walaupun Jaebum merasa ini bukan sepenuhnya salahnya, tapi ada sesuatu di hatinya yang terasa tidak benar.

Harus ia akui –ia sangat merindukan Seulgi.

Ia meneguk kopinya sampai habis saat melihat nama gadis itu di daftar kontaknya.

seul

Masih ada sebuah emoji hati di samping nama gadis itu, masih belum ia ganti. Ya, benar. Jaebum masih belum melupakannya.

Sejak mereka berpisah, banyak sekali hal yang mengingatkannya kepada Seulgi.

Jaebum masih menyimpan hadiah ulang tahun yang tadinya akan ia berikan pada Seulgi di bulan Februari, yaitu sebuah boneka beruang yang menurutnya mirip dengan Seulgi. Ia juga masih menyimpan sweater hitam dengan gambar potongan hati berwarna merah. Seulgi juga punya sweater itu, dan Jaebum tidak yakin apa dia masih menyimpannya.

Ditambah lagi, karena mereka sudah lama bersama, jadi tentu saja Jaebum sudah berteman dekat dengan semua teman-teman Seulgi. Tentu saja, walaupun ia tidak ada niat untuk mendengar kabar Seulgi, tapi ia banyak mendengar tentang Seulgi dari teman-temannya yang juga termasuk temannya.

Joy, si perempuan yang menyelenggarakan pesta itu adalah teman dari Seulgi. Ia tidak terlalu dekat dengan Jaebum, begitupun sebaliknya. Alasan Jaebum datang ke pesta itu hanya tiga.

Pertama; daripada ia mati kedinginan karena tidak melakukan apa-apa di kamarnya dengan jendela yang terbuka karena ia terlalu malas untuk menutupnya, lebih baik ia pergi ke pesta itu. Toh tidak ada ruginya.

Kedua; Mark akan memperkenalkan pacar barunya yang bernama Wendy kepada Jaebum di sana. Lagi-lagi, Wendy adalah temannya Seulgi. Tapi karena Jaebum penasaran, apa boleh buat. Lagipula ia sebenarnya masih penasaran apa yang sedang Seulgi lakukan sekarang.

Ketiga; karena ia tahu Seulgi akan pergi ke sana. Kalau begitu, mereka pasti bisa bertemu. Kalau sudah bertemu di sana, Jaebum ingin mengatakan banyak hal pada gadis itu, tapi ia yakin tidak akan ada satu kata yang keluar dari mulutnya.

Ia tidak perlu apa-apa, selama ia bisa melihat senyuman gadis itu dan berada di dekatnya, walaupun hanya satu detik pun sudah lebih cukup darinya.

Karena sekarang, Seulgi sudah bukan lagi miliknya.

Hanya karena kalimat itu, entah kenapa, angin yang menyapu kulit Jaebum terasa lebih dingin.

 

***

Seulgi menatap dress yang sedang dipakainya sambil menyipitkan mata. Ia berputar sebentar, dan senyum di bibirnya mulai memudar. Ia mengacak-acak lemarinya lagi, mencari apakah masih ada dress yang belum dicoba.

Sudah hampir sejam Seulgi mencari dress untuk dipakai ke pesta Joy, tapi masih belum ada yang cocok.

"Jaebum, mending yang ini–"

Seulgi menghentikan kalimatnya, lalu menepuk dahinya kencang-kencang. Apa dia sudah gila? Untuk apa bertanya pada seseorang yang tidak ada di sebelahnya, dan tidak akan pernah ada di sebelahnya lagi?

Seulgi menghela napasnya dan mengambil dress yang bertumpuk di atas kasurnya dengan asal. Ia tidak peduli lagi. Untuk apa ia memakai baju yang cantik? Selain Irene, Joy, Wendy, dan Yeri, tidak ada orang lain yang akan memujinya.

Tiba-tiba ponselnya bergetar, menandakan ada sebuah pesan masuk. Seulgi mengambilnya dengan malas. Sesuai dugaannya, itu adalah pesan dari Yeri.

From: yeriiii <3
seul gue gajadi bareng lu ya tadi diajak jungkook, maaf banget :( bisa sendiri kan? kalau nggak nanti gue jemput deh :( maaf banget yaaa :((((((((

Seulgi mendecak kesal. "Ini sebenernya pesta akhir tahun atau prom sih? Semua aja berangkat bareng cowok. Dikira bocah SMA labil, apa?" keluhnya sebal.

Sebenarnya, ia tidak punya hak apapun untuk berpikir seperti itu. Mungkin ini adalah hal menggelikan yang pernah disebut Wendy sebelumnya; 'faktor patah hati'.

Seulgi belum selesai mengetik balasan untuk Yeri dan menyimpannya di draft. Walaupun ia tidak menjawab pun, Yeri pasti tahu jawabannya.

Gadis itu tertawa miris melihat sederet pesan untuk Jaebum yang terdampar di draft. Mulai dari pesan yang mengatakan kalau ia sangat membenci Jaebum –yang pasti ditulisnya saat sedang mabuk –atau yang berisi tentang modusnya yang ingin mengembalikan couple sweater hitamnya ke Jaebum untuk bertemu dengannya, sampai ke pesan jujur yang mengatakan kalau ia merindukan Jaebum.

Tidak ada satupun yang berhasil terkirim.

Seulgi mengalihkan pandangannya ke sebuah sweater hitam dengan gambar potongan hati merah. Potongan hati yang satu lagi ada di sweater milik Jaebum.

"Waduh, udah jam 5!" Seulgi tersentak saat mengadahkan kepalanya ke jam dinding yang tergantung di kamarnya. "Anjir, gue telat nih!" serunya panik.

Ia mengambil dress warna lavender, yang sering disarankan Jaebum setiap mereka akan pergi ke suatu acara bersama.

Gadis itu tidak memakai make up apapun dan hanya menguncir rambutnya.

Bukan hanya karena buru-buru, tapi karena ia ingat betul Jaebum pernah bilang, "lo lebih imut kalau nggak pake apa-apa. Eh, maksudnya bukan nggak pake apa-apa yang kayak gitu, maksud gue nggak usah pake lipstik atau bedak atau macem-macem. Sipit lo lebih keliatan jadi lebih lucu. Apalagi kalau dikuncir. Gue suka banget."

Sambil tertawa kecil mengingat kata-kata Jaebum itu, ia memakai flat shoes berwarna putih yang dibelikan Jaebum karena ia benar-benar tidak bisa memakai sepatu high heels, tapi ia tidak mungkin memakai sneakers ke acara-acara formal, jadi Jaebum membelikannya sepasang sepatu putih itu.

Selang satu detik setelah membuka pintu, angin yang dingin langsung menyerang kulitnya.

"Ih, bego, udah tau dingin gini malah keluar pake baju ginian doang." Seulgi menghela napas sambil menggelengkan kepalanya, berusaha memfokuskan dirinya. Ia kembali ke dalam kamarnya, untuk mencari jaket untuk dipakai. Orang bodoh mana yang mau berkeliaran hanya memakai sleeveless dress di hari berangin yang dingin seperti ini?

Seulgi mencari-cari apa ada jaket yang bisa dipakai, tapi hasilnya nihil. Kemarin ia memutuskan untuk mencuci gaun-gaunnya terlebih dahulu agar bisa dipilih besok, dan pada akhirnya, ia belum mencuci pakaian lainnya.

Ia mendecakkan lidahnya saat sadar 15 menit sudah berlalu, dan pestanya akan dimulai 45 menit lagi. Rumah Joy memang tidak terlalu jauh, tapi bukan artinya ia bisa sengaja datang terlambat ke sana.

Akhirnya ia memutuskan untuk mengambil sweater hitam itu. Hanya itu satu-satunya baju hangat yang tersisa di lemari Seulgi. Ia sudah tidak pernah lagi memakai sweater itu.

Seulgi mengecek penampilannya sambil berjanji dalam hati kalau ini adalah terakhir kalinya ia berkaca sebelum ia benar-benar telat.

Saat melihat pantulan dirinya di cermin, yang terlintas di pikirannya hanya Jaebum.

Wajah polos tanpa make-up-nya, rambut cokelatnya, flat shoes putihnya, dan dress ungunya yang dilapisi oleh sweater hitam dengan gambar sepotong hati yang kesepian.

Semuanya selalu membawa Seulgi kembali kepada Jaebum.

Seulgi memang bodoh.

Seharusnya, ia tidak pernah berhenti berjuang, padahal ia sudah tahu. Walaupun Seulgi sudah sangat cuek, dan Jaebum sudah sangat sibuk, tetap saja, perasaan mereka masih sama.

Ia tidak seharusnya menyerah duluan.

Saat ia tersadar kalau matanya berkaca-kaca, ia meraih ponselnya untuk memberi tahu Joy kalau ia akan datang terlambat.

Di saat yang sama, ada telepon yang masuk ke ponselnya. Seulgi tidak tahu apa yang harus ia rasakan saat melihat nama si penelepon.

jaebi

Ia menghapus air matanya, lalu mengangkat telepon masuk dari Jaebum –yang nama kontaknya belum diganti –masih belum percaya kalau Jaebum benar-benar meneleponnya.

"H-halo?" sapa Seulgi. Jantungnya berdebar sedikit lebih cepat.

Hening beberapa saat.

"Sorry, salah sambung."

Laki-laki itu menutup telepon sepihak saat Seulgi baru saja akan membuka mulutnya lalu bertanya lagi. Ia menghela napas sambil berpikir, 'apa boleh buat'. Untung saja tadi ia belum berharap apa-apa.

Saat Seulgi sudah melepas sepatunya dengan kesal, sebelum ia membuka sweater hitam itu dan melemparnya ke sudut kamar, ada satu telepon masuk lagi, dari pengirim yang sama.

Seulgi buru-buru mengangkat telepon itu dan berteriak dengan marah ke laki-laki itu dengan suara serak. "Sekarang apa? Salah sambung lagi?"

"N-nggak, maaf, yang tadi boongan. Grogi aja. Nggak siap ngomong sama lo." kata Jaebum, yang kedengarannya kaget mendengar suara Seulgi. "Kata Yeri, lo nggak ada temen buat berangkat bareng, ya?" lanjutnya.

"Iya. Nggak apa-apa kalau telat juga. Gue datengnya pas yang lagi pacaran udah pada pulang aja." balas Seulgi datar.

Jaebum menarik napas panjang sebelum memulai kalimatnya. "Gue juga sendiri. Tadi Yeri juga nanya, ada yang bisa bareng sama lo atau nggak. Habisnya dia kasian kalau lo sendiri. Terus gue juga bawa mobil, jadi..." ucapnya. "... sama gue aja gimana?"

Seulgi mengangkat alisnya. Apa dia tidak salah dengar?

"Berangkat... sama lo?" tanya Seulgi.

"Yaa... kalau nggak mau nggak apa-apa kok."

Kali ini Seulgi tidak mau bertindak bodoh lagi. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan kepadanya sekarang.

"Ya udah. Ayo bareng."

***

"Lama nunggu?" tanya Jaebum setelah ia menghentikan mesin mobilnya di depan rumah Seulgi.

Seulgi yang berdiri di depan pintu menggeleng selagi berjalan ke arah mobil Jaebum. Sebelum ia meraih pintu mobilnya, Jaebum sudah membukakannya untuk Seulgi dari dalam. "Masuk," katanya singkat.

Itu saja sudah bisa membuat Seulgi tersenyum.

"Pake sabuknya." kata Jaebum. Ia tahu ia harus menahan diri agar tangannya tidak berusaha meraih sabuk itu dan memakaikannya. Ia sudah tidak punya hak untuk melakukannya.

"Iya, iya, tau kok, Pak Polisi." ledek Seulgi. Jaebum terkekeh mendengarnya. Sudah lama sekali sejak Seulgi memanggilnya dengan nama panggilan itu karena Jaebum selalu rewel soal keselamatan di jalan dan sebagainya.

Sebelum menyalakan mesin lagi, Jaebum menatap wajah Seulgi sebentar. "Mata lo kenapa?" tanya Jaebum setelah menyadari mata sembapnya.

"Nggak, ini–"

Belum selesai bicara, sudah dipotong oleh omongan Jaebum. "Lo nangis?"

Seulgi menghela napas. "Mending jalan dulu aja." katanya, tidak ingin menjawab. Padahal hatinya sudah berteriak, 'gara-gara lo, bego!'

"Ya udah, kalau nggak mau cerita juga nggak apa-apa." ucap laki-laki itu setelah menyalakan mesin mobilnya.

Seiring mobil mulai berjalan, mereka berdua terdiam, canggung.

"Lo pake sweater yang itu, ya?" Jaebum tertawa melihat pipi Seulgi yang memerah ketika ia mengatakan hal itu. Sebelum Seulgi membela dirinya, ia menunjuk ke jok belakang. "Tadinya gue juga pake. Dingin di luar. Gue juga lagi males nyuci." lanjut Jaebum.

"Bisa sama gitu, ya? Gue juga males nyuci. Cuma ini yang ada."

Seulgi melirik ke kaca di atas dashboard mobil dan tersenyum kecil melihat sweater hitam itu terbaring di jok mobil Jaebum.

"Lo apa kabar?" Seulgi berusaha membuka pembicaraan. "Baik-baik aja. Lo?" Jaebum membalasnya dengan memberi pertanyaan lain.

"Sama. Baik-baik aja."

Usaha Seulgi untuk membuka pembicaraan gagal, karena percakapan mereka berakhir setelah kurang lebih 10 detik.

Tapi tidak apa-apalah. Berada di dekat Jaebum, walaupun tidak melakukan atau mengatakan apapun sudah bisa membuat Seulgi senang, begitupun sebaliknya.

Seandainya mereka berdua tahu kalau yang mereka rasakan masih sama, pasti tidak akan begini ceritanya.

Setelah beberapa menit berlalu pun tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Seulgi maupun Jaebum.

Mata mereka memang tertuju pada satu sama lain, tapi saat mata mereka bertemu, entah Seulgi atau Jaebum pasti akan memalingkan pandangannya.

GPS yang ada di mobil Jaebum menunjukkan kalau rumah Joy sudah dekat.

Keduanya sadar, mereka harus bicara sekarang.

"Seul,"

"Bum,"

Keduanya menatap mata satu sama lain setelah kata-kata itu keluar dari mulut mereka secara bersamaan. Setelah puas tertawa, keduanya kembali terdiam, dan akhirnya Jaebum membuka mulut lagi. Ia tidak mau membuang-buang waktunya lagi.

"Seul," ia memanggil nama gadis yang sedang menatap ke luar kaca mobil untuk mendapat perhatiannya. Setelah Seulgi sudah mengadahkan kepalanya, Jaebum menarik napas. Ia ingin Seulgi mengetahui apa yang dirasakannya.

"Gue kangen sama lo."

Mata Seulgi membulat. Ia tidak menyangka Jaebum akan mengatakan hal itu.

"Maaf kalau selama ini gue cuek banget sama lo," Jaebum mulai bicara lagi tanpa menunggu Seulgi untuk menanggapi perkataannya. "Bisa nggak kita mulai dari awal?" lanjut Jaebum tanpa berpikir panjang. Ia meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya. Dilihat dari wajahnya, jelas Seulgi sangat kaget.

Beberapa detik kemudian, ekspresi kaget Seulgi mulai memudar dan digantikan oleh sebuah senyuman tipis. Sambil membalas genggaman Jaebum, Seulgi menatap laki-laki itu dengan mata hangatnya lekat-lekat.

Jaebum ikut tersenyum melihat senyuman gadis itu. Ia sudah tahu jawaban gadis itu tanpa harus mendengar langsung darinya.

Mulai dari saat ini, semuanya akan berubah –dalam arti yang baik.

Semuanya akan kembali seperti biasa.

Jaebum dan Seulgi kembali mencintai satu sama lain, dan mereka memang tidak pernah berhenti.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK