home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > ONCE IN BLUEMOON

ONCE IN BLUEMOON

Share:
Author : annisanugra
Published : 13 Oct 2013, Updated : 13 Oct 2013
Cast : JUNG YONGHWA , FUJII MINA, LEE JUNGSHIN
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |959 Views |3 Loves
ONCE IN BLUEMOON
CHAPTER 1 : ONCE IN BLUEMOON

Bandara Incheon, Seoul.

Seorang gadis menarik kasar kopernya yang nampak lebih besar dari tubuhnya yang kurus ramping.  Setelah sekiranya lima belas langkah dari pintu keluar, ia berhenti menurunkan kacamata hitamnya dan mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Mata sipit khas Asia Timurnya langsung membelalak bersemangat ketika seorang laki-laki dengan kaus putih dan kardigan biru melambai ke arahnya.

“YONG!”

Laki-laki yang dipanggil Yong itu langsung berlari kecil menghampirinya dan membawakan koper si gadis yang membuatnya sedikit melambat. Setelah saling bertukar senyum dan sapa, mereka langsung berjalan menuju halaman parkir.

 “Jadi, bagaimana Indonesia?” tanya YongHwa kepada Mina saat mobil mereka sudah keluar dari bandara.

Doebda. Panas sekali.”

YongHwa terdiam sebentar mengira bahwa Mina akan melanjutkan perkataannya. Namun sedetik kemudian ia sudah menemukan Mina menurunkan sandaran kursinya dan setengah berbaring.

“Kau setahun berada disana dan hanya itu jawabanmu?”

“Sungguh, Indonesia benar-benar panas! Memang sih banyak hal indah dan menyenangkan, namun aku tidak bisa mentolerir udaranya yang sangat panas. Percayalah, kau akan butuh banyak sunblock disana!”

YongHwa hanya tertawa kecil mendengar jawaban Mina. Ia ingin sekali bertanya banyak hal mengingat kepergian Mina yang tiba-tiba semenjak ia mengetahui bahwa mantan pacarnya memutuskannya untuk perempuan lain. Tetapi ia langsung mengurungkan niatnya saat melihat Mina yang langsung memejamkan matanya setelah kata terakhirnya diucapkan dari mulut mungilnya yang berwarna merah muda. YongHwa rasa ia akan membiarkan Mina tertidur sebentar.

***

 

JungShin memasuki sebuah kedai kopi yang terletak di pusat kota. Terdengar bunyi denting lonceng ketika pintu kaca yang bertuliskan ‘buka’ ia dorong ke arah dalam. Seorang pelayan tersenyum menyapanya ramah. JungShin langsung memesan Iced Chocolate  dan duduk di sudut ruangan setelah mendapatkan pesanannya. Ia menatap ke luar jendela melihat mobil yang berlalu-lalang.

“Oranye, satu.” gumamnya pelan ketika melihat sebuah mobil sedan berwarna oranye menikung pelan melewatinya yang duduk di dalam kedai.

Sedetik kemudian ia hanya tersenyum getir merasa konyol masih memainkan permainan itu dengan seseorang yang sedang tidak bersamanya sekarang. JungShin bahkan telah mencatat ada seratus lima puluh tujuh mobil berwarna oranye yang melewati kedai ini selama setahun—setidaknya itu jumlah yang berhasil ia hitung—kalau-kalau seseorang itu kembali dan menanyakan permainan yang selalu mereka lakukan. JungShin melamun menatap kosong gelasnya yang masih terisi penuh sambil sesekali mengaduk whipped cream agar tercampur dengan minumannya. Cukup lama ia menyadari bahwa ponselnya telah bergetar dua kali menandakan bahwa sebuah pesan masuk. JungShin membuka pesan itu dan mendapati serangkaian nomor yang tidak ia kenal. Tiba-tiba saja sebuah senyuman mengembang di wajahnya.

 

Aku di Seoul. Temui aku sebentar lagi.

 

***

 

“Terima kasih, Yong telah menjemputku.” ujar Mina saat sampai di depan pintu apartemennya.

“Baiklah, selamat beristirahat. Aku akan ke studio, mungkin aku pulang sedikit larut malam. Jangan menunggu.” balas YongHwa sambil memberikan kunci apartemen Mina yang ia titipkan setahun lalu. “Tenang saja, apartemenmu selalu dibersihkan kok.”

“Sampaikan salamku kepada yang lain!” teriak Mina saat YongHwa sudah berjalan menjauh menuruni tangga. Mina membuka pintu apartemennya dan sedikit terkejut ketika menemukan seorang laki-laki sudah berdiri dihadapannya.

“Shin! Sudah aku bilang berulang kali jangan berdiri di depan pintu saat aku masuk!” ujar Mina sambil menutup pintu rapat.

“Kau sendiri yang bilang ingin menemuiku. Aku tidak melihat mobil YongHwa saat aku datang, jadi kuputuskan saja menunggu di dalam. Kau tidak lupa kan kalau aku juga memegang kunci apartemenmu?”

“Oke, algesseoyo.  Eh, bukankah kau seharusnya latihan? Yong bilang ia akan langsung ke studio.”

“Iya, aku akan kesana setelah bertemu denganmu. Setidaknya aku ingin mendengar kamu mengatakan bahwa aku boleh meceritakan semuanya ke YongHwa dan yang lainnya.”

“Tidak. Aku belum siap.”

“Ya Tuhan, aku bisa gila berpura-pura tidak mengetahui apa-apa sementara yang lain mulai memikirkan hal-hal buruk tentangmu. Biarkan aku berkata bahwa alasan kamu mabuk dan meninggalkan Seoul bukan karena mantan pacarmu itu.”

“Dan kau sudah siap mempertaruhkan semuanya?”

“Ya, walaupun itu membuatku harus mengundurkan diri atau bahkan dikeluarkan dari band.” jawab JungShin melemah sambil membuang muka.

“Aku akan pastikan kau tidak akan dikeluarkan.” Minna berusaha meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja walaupun sebenarnya dia ragu.

“Kau berkata akan mengatakan kepada mereka setelah kau kembali. Jika tidak aku yang akan mengatakannya kepada mereka. Aku tidak ingin bersembunyi lagi, mereka harus tahu tentang kita.”

“Tunggulah beberapa waktu, kau juga sudah berjanji kepadaku. Sekarang kau harus studio bertemu mereka dan bersikaplah seperti biasanya. Mengerti?” lanjut Mina sambil menatap JungShin serius.

“Baiklah, terserah kau saja.”

***

 

Hyung, sudah bertemu Mina noona?” tanya JungShin kepada YongHwa setelah mereka latihan selama lima jam. YongHwa menjawab pertanyaan JungShin dengan anggukan kecil. “Bagaimana keadaannya? Dia baik?”

“Ya, dia baik-baik saja. Dia sama seperti biasanya, walaupun aku masih sedikit khawatir.”

“Aku lega mendengarnya. Aku harap Mina noona benar-benar sudah melupakannya.”

“Ya, aku harap juga begitu.” jawab YongHwa menggantung. “Temui ia esok. Ia pasti juga ingin bertemu denganmu.” balas YongHwa sambil menepuk punggung JungShin.

JungShin hanya mengangguk lemah menahan semua hal yang diketahuinya. Ia hanya diam di tempatnya menatap punggung hyung-nya yang mulai berjalan menjauh.

Hyung!” YongHwa menoleh saat JungShin memanggilnya lagi. JungShin terdiam sebentar menenangkan perang batin yang terjadi di dalam dirinya. Semua kata-kata yang disusunnya selama setahun sudah berada diujung mulutnya. Ia tahu hal ini akan menyakitkan karena YongHwa menyukai Mina. Namun ia harus memberitahukan semuanya. “Sebenarnya aku…aku….”

Tiba-tiba saja YongHwa tersenyum mengangguk. Wajahnya tampak penuh kelegaan melihat usaha JungShin yang ingin memberitahukan sesuatu padanya.

“Aku sudah tahu kok.” balas YongHwa yang dibalas dengan tatapan bingun JungShin. “Tanpa kau memberitahuku, aku sudah tahu.”

JungShin terdiam. Ia ragu apakah yang YongHwa maksud sama dengan yang ada dipikirannya. Namun, ia bisa sedikit lega karena tidak harus menahan hal itu lebih lama.

“Jadi, kau akan tetap menjaga Mina  noona?” tanya JungShin meyakinkan.

“Tentu saja.” balas YongHwa tersenyum sambil mulai berjalan meninggalkan JungShin. YongHwa sudah curiga bahwa Mina dan JungShin menyembunyikan sesuatu darinya. Apalagi hubungan Mina jauh lebih dekat dengan JungShin daripada yang lain. Kali ini  YongHwa menjadi semakin yakin bahwa JungShin menyukai Mina, dan itu berarti YongHwa harus mengalah.

***

 

YongHwa memelankan laju mobilnya saat melewati taman dekat apartemennya. Ia memicingkan matanya memastikan bahwa ia mengenali seseorang yang sedang duduk sendiri di salah satu ayunan. Jam di tangan kirinya menunjukkan pukul sebelas malam. Setelah cukup yakin, YongHwa langsung memarkirkan mobilnya dengan hati-hati dan segera menghampiri orang tersebut.

“Hei, apa yang kau lakukan malam-malam begini?” suara YongHwa yang mengangetkan langsung membuat orang itu segera menoleh ke arahnya. Ia adalah Mina.

“Menunggumu.” balasnya sambil tersenyum.

“Sudah kubilang untuk tidak menunggu.” YongHwa langsung duduk di ayunan sebelahnya yang kosong. Untuk sesaat tidak ada kata yang diucapkan oleh mereka selain suara derit ayunan yang sudah lama tidak diberi pelumas. Mereka menikmati angin yang berhembus lembut menyapu wajah mereka yang lelah.

“Kau sudah istirahat?” tanya YongHwa membuka pembicaraan.

“JungShin bilang hari ini bulannya indah. Aku jadi tidak ingin melewatkannya.” jawab Mina sambil menatap bulan purnama penuh di langit. YongHwa tersedak pelan saat mendengar nama JungShin disebut. Ia semakin yakin bahwa dugaannya benar.

“Kau baik-baik saja?” tanya Mina sedikit khawatir karena mendengar suara YongHwa yang tercekat.

“Bagaimana denganmu? Kau baik-baik saja?”

“Aku yakin kau menunggu seharian ini untuk bertanya pertanyaan itu.” balas Mina sambil tertawa kecil. “Maaf aku menghilang begitu saja dan membuat semuanya khawatir.”

“Tidak apa-apa jika tidak ingin menceritakannya sekarang. Hanya saja aku berharap kau tidak mengulangi kejadian malam itu lagi.”

Alih-alih malu, tawa Mina meledak. “Aku juga tidak menyangka akan seperti itu.”

“Kau membuat khawatir. Pingsan begitu saja setelah menenggak empat botol soju sendirian. Kemudian dua hari setelahnya kamu langsung pergi ke Indonesia tanpa memberi kabar.”

“Kau lupa menyebutkan bahwa aku sempat menangis dan meracau, memarahimu dan JungShin habis-habisan sebelum aku pingsan. Apa saja yang aku katakan pada kalian? Kau masih ingat?”

“Tentu saja aku ingat, aku tidak akan melupakan kejadian malam itu!” YongHwa pun ikut tertawa bersama Mina. “Jadi, apakah kau sudah menemukan orang lain?”

“Ya, sebenarnya ada seseorang. Hanya saja aku tidak tahu apakah aku harus melanjutkannya atau tidak.”

Tawa Mina tiba-tiba melemah. Ia kembali diam dan memainkan ayunannya yang membuat rambut panjangnya sedikit berkibar. Ia tahu semakin lama percakapan ini akan membuka rahasia yang ia telah simpan dengan baik. Dan ia belum siap kehilangan semuanya.

“Seandainya ia belum meninggalkanku untuk perempuan lain, pasti saat ini dia yang berada disampingku. Mereka bilang ini bulan purnama kedua, Bulan Biru, hanya terjadi dua tahun sekali.” ujar Mina tiba-tiba.

“Kau masih belum bisa melupakannya?”

Mina menggeleng, “Sudah, aku yakin aku sudah tidak menginginkannya sejak ia memilih perempuan lain. Maka dari itu  aku langsung menerima tawaran ke Indonesia selama setahun, aku pikir itu baik untuk liburan.” ucapan Mina terhenti. Ia sedikit berbohong. Mina pergi bukan karena mantan pacarnya. Bukan itu juga alasan mengapa ia memilih untuk mabuk sampai pingsan. Mina pergi karena ada seseorang yang menyatakan perasaan kepadanya sebulan setelah ia putus. Mina lebih khawatir hubungan kedua orang itu nantinya jika ia tidak segera pergi saat itu juga.

“Bukankah kau sudah memiliki JungShin?” tanya YongHwa tiba-tiba yang kemudian langsung ia sesali.

Mina hanya tersenyum tipis. Ia tahu ia tidak boleh menyembunyikannya lebih lama lagi. Lelaki disebelahnya sudah menghentikan ayunan kakinya dan menatap ke arah Mina yang menunduk sambil sesekali mencuri pandang ke arah langit. “Saat bersama JungShin aku selalu berusaha menjadi wanita dewasa. Aku jadi bisa memandang semua permasalahanku dengan lebih bijak. Kau salah paham jika berpikir bahwa  aku lebih senang jalan bersama JungShin karena aku menyukainya.”

“Lalu?” YongHwa memaksakan dirinya untuk bertanya lagi walaupun ia merasa ia sudah cukup mengetahui akhirnya.

“Aku menyukai saat kamu berjalan di depan kami. Aku menyukai punggungmu.” Mina menambahkan. “Jujur saja, aku ingin sekali memelukmu dari belakang atau bersandar padamu.”

YongHwa terdiam mendengar pernyataan Mina. Ia menahan senyum malu dan sekaligus senang mengetahui bahwa ia masih ada kesempatan. Perasaan dan pikirannya bercampur aduk, YongHwa merasa masih ada sesuatu yang lain.

“Lalu kenapa kau tidak melakukannya?”

“Aku ini noona-mu! Aku terlalu malu melakukannya.” Mina kemudian menarik nafas panjang dan memutuskan bahwa ini saatnya untuk menceritakan semuanya.  “Maaf Yong, ada yang aku sembunyikan selama ini. Sebenarnya aku….”

Belum selesai Mina berbicara, tiba-tiba saja YongHwa langsung bangun dari kursi ayunannya dan setengah berlutut membelakangi Mina. “Sudah cukup. Kau bilang kau suka punggungku kan? Baiklah, aku akan menggendongmu sampai mobil.”

“Tidak, tidak perlu. Bukan itu maksudku.” balas Mina. Namun YongHwa tetap tidak beranjak dari posisinya. Akhirnya Mina mengulurkan tangannya perlahan ke leher YongHwa. Setelah posisinya sudah benar, YongHwa langsung menggendong Mina di punggung tanpa rasa ragu.

“Kau tidak perlu bercerita jika kau belum ingin menceritakannya.” ujar YongHwa sambil mulai berjalan perlahan ke arah mobil yang ia parkir di pinggir taman. “Kau ini jangan selalu memikirkan perasaan orang lain dengan mengabaikan perasaanmu yang sebenarnya. Kau tidak harus selalu yang mengalah. Aku selalu mendukungmu.” lanjut YongHwa pada akhirnya seakan mengerti apa yang Mina pikirkan.

Keheningan menyelimuti mereka. Masing-masing dari mereka terjebak dalam pikirannya dan saling menjaga ucapan agar tidak menyakiti yang lainnya. Mina mendekatkan kepalanya ke bahu YongHwa dan membiarkan dirinya terpejam sebentar. Ia rasa ia akan membiarkan kesalahpahaman ini untuk sementara. Mina tahu YongHwa berpikir bahwa ia telah menjalin hubungan dengan JungShin. Setidaknya Mina sedikit lega karena JungShin tidak akan dikeluarkan hanya karena hal ini. Masih ada waktu dua bulan lagi untuk menyimpan rahasia ini sebelum akhirnya ia resmi menikah dan menjadi kakak ipar JungShin.

 “Maafkan aku, Yong!”

 

-----

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK