home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Forgotten

Forgotten

Share:
Author : fasyaicha
Published : 09 Jan 2017, Updated : 09 Jan 2017
Cast : UP10TION Kuhn & Oh My Girl Mimi
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |499 Views |0 Loves
Forgotten
CHAPTER 1 : Forgotten

Forgotten

KUHN (No Sooil) POV

25 December 2015

We wish you Merry Christmas and Happy New Year!

Kuhn, I love you.

-Mimi-

Aku membaca kembali kartu ucapan itu.. kartu ucapan yang diberikan oleh gadis itu tepat setahun yang lalu. Aku masih menyimpannya hingga saat ini. Masih dengan amplop putih dan wangi yang khas. Ya, itu adalah wangi dari parfum yang selalu ia gunakan. Parfum dengan wangi rose yang tidak terlalu melekat. Namun aku suka. Sangat suka.

”No Sooil.”

“Ya.”

“Kau melamun lagi.”

“Ah maaf. Aku hanya sedikit lelah. Jadi, sampai mana tadi?”

Aku tidak fokus dengan yang kulakukan akhir-akhir ini karena teringat olehnya.

“Sebaiknya kau istirahat, Kuhn-ah. Nanti kita bicara lagi.” Ucapnya.

Aku hanya mengangguk tanda mengerti. Mungkin aku memang harus istirahat dan tidak terlibat dengan urusanku saat ini.

“Aku minta maaf sudah membuatmu repot.” Ucapku, merasa tidak enak.

“Tak apa. Aku memaklumi itu. Semua memang butuh waktu, Kuhn-ah. Aku yakin, kau pasti bisa.”

Ucapan itu selalu diucapkan padaku jika hal ini terjadi. Sudah kesekian kalinya aku mendengarnya dan kali ini, entahlah. Mungkin ke-seratus kalinya.

“Baiklah. Aku pergi ke kamar dulu.” Pamitku.

Aku memutuskan untuk tidur lebih awal. Ah, tidur lebih awal adalah sesuatu yang sulit aku lakukan dulu, tapi sekarang terasa mudah. Mungkin karena Mimi..

Mimi, bisakah kita seperti dulu lagi?

Tidakkah kau merasa kasihan melihatku seperti ini?

Sepertinya aku benar-benar gila! Mimi, aku membutuhkanmu.

 Mimi.. Mimi..

Kuhn flashback ~

‘Kuhn-ah. Aku ingin bertemu. Ada yang harus kubicarakan’

‘Baiklah. Dimana kau sekarang?’

‘Aku di tempat biasa. Tepat di meja yang selalu kita pesan ya.’

‘Baiklah. Aku kesana 10 menit lagi’

‘Kutunggu.’

3 Pesan masuk dari Mimi

Kuhn, kau dimana?

Kuhn! Cepat! Kemana saja, ini sudah lebih dari 10 menit.

Kuhn, kau menyebalkan.

End flashback

“Mimi-ya!” teriakku.

Aku terbangun dari tidurku. Ah, Mimpi itu lagi. Akhir-akhir ini mimpi itu selalu muncul, membuatku sangat takut dan menyesal. Ya, aku menyesal karena mengingat itu kembali. Kenapa gadis itu selalu membuatku seperti ini. Rasanya sungguh gila!

Tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku, aku merindukannya.

Ini masih pukul 11 malam. Aku baru tidur selama satu jam, tetapi rasanya sudah tidur seperti lima jam. Ada apa denganku, selalu tidur cepat namun bangun dengan cepat pula. Selalu mimpi yang sama. Kenapa gadis itu selalu muncul dipikiranku akhir-akhir ini. Ah, rasanya sangat menyesal.

Aku menyesal telah mengabaikan pesanmu saat itu.

26 December 2016

at U10T Office ; 8 am

“Selamat pagi semuanya.”

“Selamat pagi Pak!”

Aku dapat melihat tatapan heran dari mereka yang melihatku sudah datang pagi-pagi ini. Entahlah, aku pun merasa begitu.

Semalam aku benar-benar tidak bisa tidur. Selepas bangun dari mimpi itu, aku tidak dapat melanjutkan tidurku lagi. Benar-benar malam yang buruk.

Karena hati kecilku meminta untuk tetap terjaga.

Aku berjalan menuju sebuah pintu di sudut ruangan. Pintu itu bertuliskan “No Sooil” . Namaku. Ruang kerjaku. Ya memang ini adalah kantorku, jadi tidak aneh jika aku memiliki ruangan khusus.

“Selamat pagi, ruang kerjaku! Semoga hari ini perusahaan kita mencapai target!” ucapku menyemangati.

Ah, masih terasa asing memasuki ruang kerja lagi. Sudah berapa lama tidak menggunakan ruangan ini. Belakangan, aku lebih suka bekerja di rumah, santai namun pasti. Kursi kerja ini juga masih terasa sama seperti terakhir kali aku tinggalkan. Meja kerjaku, ya warnanya seperti lebih cokelat, tidak seperti saat terakhir kali aku tinggalkan. Laptop, berkas-berkas dan semuanya benar-benar terasa baru.

Mungkin mereka sengaja membiarkannya seperti ini agar aku tidak merasa asing disini.

Knock knock

“Ya, masuk saja.”

“Permisi. Saya mau mengantarkan minum untuk anda, Pak.”

“Oh, ya silahkan. Maaf merepotkanmu.”

“Tidak apa-apa. Ini sudah menjadi pekerjaan saya.”

Office girl itu mengantarkan minum untukku. Secangkir kopi yang masih panas. Benar-benar styleku.

“Terima kasih sekali lagi.”

Aku menikmati secangkir kopi panas pagi ini. Aku, benar-benar menikmati rutinitasku di kantor. Rutinitas yang sempat hilang beberapa bulan ini. Aku merindukannya.

KUHN POV end

”Kau lihat kan tadi?”

“Iya, aku melihatnya. Ia tampak berbeda dari biasanya.”

“Apa mungkin karena kita sudah lama tidak melihatnya.”

“Mungkin saja.”

“Hei, tapi apakah kau tau tentang wanita itu?”

“Kim Mimi? Kekasih Pak Sooil? Memang ada apa dengannya?”

“Kudengar wanita itu...”

Suara langkah kaki terdengar memasuki ruangan para karyawan yang tengah membicarakan boss mereka. Suara-suara itu kemudian berhenti karena kedatangannya.

“Kalian sedang apa? Sepertinya sedang asyik membicarakan sesuatu? Ayo, beritahu bossmu ini.” Pria bernama No Sooil itu membuka suara, ingin tahu.

“Ah, anu Pak. Kami sedang membicarakan diskon akhir tahun di pusat perbelanjaan di Gangnam.” Ucap salah satu karyawannya untuk mengalihkan pembicaraan.

Pria tersebut kelihatannya menanggapai dengan serius, dan tertarik. Ya, boss mereka yang memiliki wajah tampan dan tinggi badan yang ideal memang sangat memikirkan penampilannya. Kegemarannya yaitu berbelanja. Biarpun ia laki-laki, namun ia sangat suka berbelanja dan mendengar adanya diskon akhir tahun pasti membuatnya tertarik untuk pergi kesana.

“Oh ya? Wah aku baru tahu. Mungkin aku harus kesana sepulang kerja nanti.”

“Ah, haha iya benar Pak. Kami pun juga mau kesana besok atau lusa.” Celetuk karyawan yang lain. Mereka benar-benar mengalihkan pembicaraan sebelumnya agar Sooil tidak kepo.

Pria bernama Sooil itu mengakhiri obrolan dengan karyawannya dengan sebuah senyuman.

“Baiklah. Aku harus keluar sebentar. Kalian, tolong selesaikan pekerjaan kalian secepatnya agar bisa menikmati libur akhir tahun. Hwaiting!” ucapnya sambil memberikan semangat kepada mereka.

“Hwaiting..!”

Sooil pergi meninggalkan mereka hingga hilang dari hadapan mereka.

“No Sooil benar-benar berbeda.”

“Aku tidak mengenal bossku yang sekarang.”

“Sudahlah, masih bagus sekarang ia menjadi lebih baik. Kita selesaikan kerjaan kita saja dan menikmati libur akhir tahun.”

~  

“Jadi sampai mana pembahasan kita semalam?” pria itu membuka omongan terhadap seseorang dihadapannya. Terhadap seorang gadis.

“Huh, jadi kau benar-benar tidak memperhatikan apa yang kubicarakan kemarin.”

Sooil hanya terkekeh.

“Ahaha mian. Sepertinya semalam aku benar-benar melamun, bukan begitu?”

Gadis itu hanya tersenyum menanggapi ucapan Sooil. Hanya sebuah senyuman yang ditunjukkan kepada pria dihadapannya.

“Aku lapar, mungkin kita pesan makan dulu.” Gadis itu mencoba mengalihkan pembicaraan sebelumnya.

call! Biar aku yang traktir. Kau ingin makan apa?”

Cream Pasta.

Sooil memanggil pelayan restaurant dan memesan makan.

“satu cream pasta dan –sambil melihat buku menu- hmm aku pesan apa ya, tunggu sebentar.”

Sooil membolak-balikan buku menu, mencari makanan yang belum pernah ia coba.

“pesan satu porsi chicken dan omelete,” ucap gadis itu kepada sang pelayan.

Sooil melihat pada buku menu dan terdapat makanan yang diucapkan gadis itu.

“Wah, -mengacungkan jempolnya- rekomendasi yang bagus. Terdapat banyak tanda jempol pada menu makanan ini. Kau memang hebat. Baiklah, aku pesan itu. Untuk minumnya, air mineral saja.”

Pelayan tersebut mencatat dengan baik pesanan mereka.

“Mohon ditunggu sebentar. Kami akan mengantarkan pesanan kalian dalam waktu 10 menit.”

“Terima kasih.”

Sang pelayan meminta buku menu tersebut, kemudian pergi meninggalkan meja mereka.

“Kau pernah makan kesini sebelumnya ya, sampai hafal dengan menu makanan yang enak. Aku salut.” Sooil masih memuji gadis dihadapannya tanpa terkecuali.

“Tentu dong. Aku sudah hampir mencoba semua menu disini.” Jawab gadis itu tidak kalah semangat.

Sooil menunjukan senyum manisnya terhadap gadis itu, begitu pula sebaliknya.

10 menit berlalu, makanan yang di pesan pun tiba.

“Selamat makan.”

“Selamat makan juga.”

Keduanya makan dalam diam, menikmati hidangan mereka masing-masing.

Sooil sangat menikmati makanannya, sepertinya ia menyukainya.

“Aku tidak tahu ternyata ini sangat enak dan rasanya seperti aku pernah mencobanya. Seperti masakan nenekku.”

Gadis itu hanya tertawa kecil mendengar ucapannya.

“Dasar kau anak nenek.” Candanya.

“Sehabis makan, mungkin aku harus kembali ke kantor. Maaf tidak bisa lama-lama. Kau tahu kan, hari ini hari pertama aku bekerja di kantor lagi.”

“Haha iya aku tahu itu kok. Tidak apa-apa. Masih bisa bertemu dua atau tiga hari lagi.”

“Kau memang sangat mengerti aku.”

Lagi, gadis itu hanya tersenyum.

“Aku sudah selesai dan langsung membayarnya. Sampai bertemu lagi.” Sooil meninggalkan gadis itu, sebelum akhirnya hilang dari pandangannya.

Masih tersisa cream pasta di hadapannya. Ia makan dengan tenang dan diam.

Hiks

Tangannya bergetar, seperti tidak kuat menahan beban garpu yang dipegangnya.

MIMI POV

Bahkan, kau saja lupa dengan makanan kesukaanmu yang biasa kau pesan di restaurant ini.

No Sooil, pria itu. Ah, harus sampai kapan seperti ini. Bahkan, hanya menyebut namanya di dalam hati pun terasa sakit. Sakit sekali.  

Harus sampai kapan Kuhn-ah...

Harus sampai kapan kau melupakan semua memori ingatanmu...

Mungkin aku harus menunggu lebih sabar agar semuanya kembali seperti semula.

No Sooil. Kuhn. Ah, aku lebih suka menyebutnya dengan Kuhn. Nama yang membuat dirinya merasa sangat tampan. Ya, itu yang dikatakannya pada saat pertama kali kamu bertemu.

Mimi flashback ~

December 2012

“Selamat pagi. Perkenalkan nama saya No Sooil. Saya berasal dari Ansan. Salam kenal.”

Saat itu, aku dan Kuhn menjadi teman satu kelompok di kelas penulisan kreatif.

“Hallo. Aku No Sooil. Kau bisa memanggilku Kuhn!”

“Lho? Nama macam apa itu?”

“Huh, aku merasa sangat tampan jika dipanggil Kuhn. Kau bisa memanggilku itu jika mau.”

Aku terkekeh saat itu mendengar penjelasannya. Wajahnya terlihat sangat lugu, padahal ia dikenal sangat sangar di kelas.

“Haha, baiklah Kuhn.”

Sejak saat itu kami mulai dekat dan seiring berjalannya waktu, kami memiliki perasaan nyaman satu sama lain. Hingga akhirnya aku menyadari, aku sangat mencintai pria Ansan itu.

Mimi flashback End

Aku memutuskan untuk tidak langsung pulang ke rumah. Kudengar sedang ada diskon akhir tahun di Gangnam. Untuk mengobati rasa sakitku, berbelanja menjadi obat paling ampuh.

Aku menunggu bus tujuan daerah Gangnam. Sudah lama sekali tidak jalan-jalan menggunakan bus. Bukan sudah lama, tetapi aku menghindari menggunakan bus untuk beberapa bulan. Aku takut.

Mimi, lupakan. Hal itu perlu kau ingat. Sekarang kau harus memulainya dari awal. Beranikan dirimu, Kim Mimi!

Bus yang kutunggu sudah tiba. Aku masih terduduk di halte, memikirkan apa harus naik atau tidak.

“Nona, kau ingin naik atau tidak?”

Aku terdiam hingga tidak sadar dengan teguran sang supir.

“Nona. Kalau kau tidak naik, kami akan berangkat sekarang.”

“Tunggu! Aku naik sekarang.”

Aku memberanikan diriku. Mimi, kau pasti bisa melewatinya. Hanya naik bus saja kok.

Aku memilih duduk di belakang supir. Tidak berani jika harus duduk di dekat pintu. Kejadian itu terus membayangiku. Aku takut...

Saat itu aku benar-benar menyesal.

Kalau saja aku tidak egois, pasti sekarang tidak akan seperti ini.

pemberhentian selanjutnya, Halte Gangnam’

Aku bersiap untuk turun di halte ini.

“Terima kasih. Semoga harimu menyenangkan.”

Sudah lama tidak kesini. Rasanya sedikit berbeda harus pergi belanja seorang diri.

Biasanya ia selalu menemaniku, bahkan ia yang berbelanja lebih banyak.

MIMI POV End

KUHN POV

Kuhn, bangunlah. Aku tidak ingin kau pergi.

Kuhn, ini semua salahku. Kau harus bertahan.

Kuhn, maafkan aku.

Kuhn...

”Hah –dengan nafas yang terengah-engah-“

Aku.. bermimpi lagi ya. Lagi-lagi aku tidur dengan cepat.

Bukan. Lebih tepatnya aku ketiduran di kantorku. Sehabis makan siang bersamanya, aku menjadi ngantuk dan tertidur. Mungkin efek semalam yang kurang tidur.

“Jam berapa sekarang ini..” aku melihat jam di dinding. Sudah pukul 6 sore. Lama juga aku tertidur dan kenapa tidak ada yang membangunkanku.

Aku keluar dari kantorku dan melihat karyawanku yang sedang bersiap untuk pulang.

“Selamat sore pak. Anda sudah bangun rupanya.”

“Maaf kami tidak membangunkan sedari tadi, kami lihat anda sangat lelah. Jadi kami membiarkanmu tidur.”

“AH, tidak apa-apa. Aku memang kurang tidur.”

Kepalaku masih terasa pusing dan badanku sedikit bergetar. Mungkin karena bangun dengan cara kaget.

“Kalian sudah mau pulang?” tanyaku, ya untuk mencari topik pembicaraan saja.

“Iya, Pak.” 

“Ah.. bagaimana dengan pekerjaan kalian? Apa sudah selesai?”

“Hmm, sebagian sudah selesai. Kami akan segera menyelesaikannya hari ini juga Pak!”

Hei hei, kenapa kalian bertingkah seperti itu. Memangnya aku ini boss yang kejam apa.

“Tidak perlu. Kalian bisa pulang sekarang. Lanjutkan besok saja.”

Mereka menatapku dengan aneh dan heran. Memangnya ada yang salah denganku hari ini apa, huh.

“Biar nanti aku yang mengunci kantor. Kalian bisa pulang sekarang.”

“Ah, terima kasih Pak. Semoga harimu selalu menyenangkan.”

Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Mereka sudah menjadi karyawanku selama setahun ini. Lagipula ini sudah akhir tahun, seharusnya mereka kuberi libur saja. Ah tidak. Pekerjaan belum mencapai target, tidak usah libur lebih cepat tetapi  kubiarkan mereka pulang lebih awal.

Tunggu sebentar..?

Apa dulu aku ini seorang boss yang menyebalkan? Ah rasanya tidak.

Sedikit demi sedikit aku mulai mengingatnya.

Walaupun itu masih terasa samar.

Aku merapihkan meja kantornya yang sebenarnya tidak berantakan. Entahlah, karena ini hari pertamaku masuk ke kantor lagi aku sangat bersemangat.

Tidak banyak barang di meja kantorku, hanya barang-barang keperluan kerja saja. Dan di dalam laci mejaku pun hanya ada tumpukan berkas-berkas.

Tunggu, wangi ini..

Aku mencium aroma ini lagi. Sama seperti yang ada di surat dari Mimi.

“Apa ini?” aku mengambil tumpukan berkas dan menemukan sebuah kotak.

Aroma itu berasal dari kotak ini.

Kubuka kotak itu. Isinya..

Hmm, sesuatu yang tidak menarik.

Hanya sebuah frame foto yang terdapat wajahku disana.

Apa aku mulai mengenalinya..

KUHN POV end

Kuhn, ada apa menelfonku?”

“Apa kau bisa ke rumahku sekarang? Jika itu tidak merepotkanmu.”

“Hmm, baiklah. Aku akan kesana 10 menit lagi.”

“Baiklah, kutunggu.”

Mimi, gadis itu cukup terkejut dengan panggilan dari Sooil.

“Ada apa ya. Tidak biasanya memintaku bertemu lagi, padahal hari ini sudah bertemu.”

Karena sangat penasaran dengan apa yang terjadi, Mimi memilih untuk naik taxi agar sampai dengan cepat di rumah Sooil.

Tepat 10 menit perjalanan, Mimi tiba di tempat tinggal Kuhn. Rasanya baru kemarin Mimi mampir ke tempat ini dan malam ini ia harus masuk kesana lagi.

Ting nong

“Siapa?”

“Ini aku.” Jawab Mimi.

“Ah, tunggu sebentar.”

Pintu rumah itu pun terbuka dan pria bernama Sooil itu muncul dihadapannya.

“Silahkan masuk. Maaf aku harus memintamu kesini malam ini.”

“Tidak apa-apa. Kau sudah makan? Mau kubuatkan makanan?”

Sooil tidak menjawab dan pergi ke kamarnya.

“Kuhn-ah, kau mau kubuatkan makanan?” Mimi bertanya sekali lagi, ini sudah waktunya makan malam, jadi wajar saja jika ia bertanya seperti itu.

 Dengan inisiatifnya sendiri, Mimi pergi menuju dapur dan mengambil beberapa bahan makanan dari kulkas.

“Mimi-ya.”

“Hm?”

Sooil kembali dari kamarnya dan membawa sesuatu di tangannya. Kotak yang ia temukan di laci meja kantornya.

“Aku menemukan ini di laci meja kantorku. Mungkin kau bisa menjelaskannya –sambil memberikan kotak tersebut kepada Mimi-

Cukup terkejut dengan sikapnya. Mimi menerima kotak itu dan membukanya.

Ia tersenyum, miris begitu melihat isi kotak tersebut.

“Kau pasti tahu maksud itu.” Tanya Sooil sekali lagi.

Mimi tidak menjawab, dan hanya memandangi frame foto itu.

“11 November 2014 di Namsan Tower. Hari itu kita merayakan ulang tahunmu disana. Dan foto ini diambil saat kau sedang belepotan kue di wajahmu. –terkekeh, sambil menahan tangis- . Kue ini sudah susah payah kubuat, tetapi teman-temanmu malah merusaknya –tertawa pelan- .” Mimi menjelaskan secara detail pada Sooil.

Pria itu kembali menatap frame foto itu. Ia tersenyum.

“Hari itu pasti aku sangat bahagia, bukan begitu Mimi?”

Mimi hanya mengangguk dan menyeka air matanya.

“Kau sudah makan? Mau kubuatkan makanan?” Mimi menanyakan itu sekali lagi.

Sooil terdiam sesaat.

“Kau pasti tahu makan malam apa yang kusuka.”

Keduanya terdiam.

“Bisa kau buatkan makan malam kesukaanku?”

Permintaannya diterima oleh Mimi.

“Hampir semua makanan kesukaanmu adalah telur, jadi kubuatkan telur dadar saja ya.”

“Baiklah, aku akan menunggu di meja makan.”

Sesuai permintaanya, Mimi membuatkan telur dadar kesukaan Sooil. Tidak perlu waktu lama, Mimi pun selesai dan menyiapkannya untuk Sooil.

“Selamat makan.”

“Selamat makan juga, Kuhn.”

Sementara Sooil asik dengan makan malamnya, Mimi beranjak dan masuk ke dalam kamar pria itu. Terdapat sebuah kotak besar dengan banyak barang di dalamnya. Mimi mengambil beberapa barang tersebut dan membawanya keluar.

Sooil yang melihat itu terpaksa  menghentikan makan malamnya.

“Tidak usah. Kau lanjutkan makan saja. Aku hanya ingin mengambilnya saja kok.”

“Ah, seperti itu.” Sooil kembali makan dalam diam.

“Mimi-ya.“

“Ya?”

“Kau tidak keberatan untuk membantuku malam ini, lagi?”

Mimi menggelengkan kepalanya.

“Jika kau yang meminta, ya aku tidak keberatan. Itu kan kemauanmu, Kuhn-ah.”

Sooil sudah menghabiskan makan malamnya. Ia menatap gadis yang ada dihadapannya itu dengan tajam. Seperti ingin mengatakan sesuatu yang pernah diucapkannya, tetapi ia tidak tahu bagaimana harus memulai.

“Ah~ -menghela nafas-“

“Kuhn, kenapa?”

“Maaf, aku masih belum bisa mengingat sepenuhnya. Aku merasa jahat jika terus seperti ini. Aku hanya ingin kembali seperti semula, tetapi aku sama sekali tidak bisa mengingat.”

Mimi hanya diam, kemudian tangannya menggenggam tangan Sooil.

“Kuhn-ah..”

“Aku tahu semua ini butuh waktu. Sudah tiga bulan aku di rumah, kau merawatku, kau membantuku untuk memulihkan ingatanku, dokter bilang juga ingatanku perlahan akan kembali. Tetapi, hingga detik ini aku masih belum bisa mengingat dengan baik.”

Air mata keduanya jatuh, perasaan yang sangat sedih.

“Kuhn-ah.. kau tidak perlu memaksanya untuk mengingat. Aku kan sudah berjanji saat itu, aku akan membantumu hingga kau benar-benar pulih. Kau pasti bisa, Kuhn.”

“Surat yang kau tunjukan kemarin malam saja aku tidak mungkin ingat jika kau tidak memberi tahuku. Foto yang kau jelaskan tadi, aku benar-benar tidak ingat akan momen itu.”

“Pasti kau sangat sedih melihat kekasihmu yang tidak dapat mengingat kekasihnya sendiri.”

Mimi tidak dapat menahan tangisnya, ia benar merasakan sakit dan sedih, tetapi ia lebih sakit jika melihat Sooil yang terus memaksakan diri untuk mengingat semuanya.

Matanya berlinang. Pria itu benar-benar merasakan sedih dan sakitnya. Mimi mengusap pipi pria itu.

“Kuhn-ah. Kau sudah berusaha sejauh ini.”

“Bahkan aku tidak tahu kalau makanan yang kau pesan tadi adalah makanan yang selalu kupesan juga, bukan begitu Mimi-ya?”

Semua butuh proses, Kuhn-ah.

Ini baru tiga bulan, tetapi kau sudah dapat menghafal suaraku.

Aku sudah berjanji padamu kan bahwa aku akan membantumu untuk mengingat.

Walau kau masih tidak mengingat bahwa aku ini kekasihmu, tetapi setidaknya kau selalu menghubungiku terlebih dahulu. Kau selalu menyebut namaku dalam tidurmu. Semua hanya butuh waktu.

“Aku tidak memaksa kau mengingat dengan cepat. Tetapi, kita akan lakukan bersama-sama, kau mengerti?”

Mimi mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan pria itu. Sangat erat.

Sooil menatapnya, “Apa dulu aku selalu menggenggam tanganmu seperti itu?” Mimi menggangguk.

“Sekarang aku yang melakukannya untukmu.”

Setidaknya dengan cara seperti ini, kau sudah dapat mengingatnya sedikit demi sedikit.

Sooil tersenyum. Mencium genggaman tangan gadis itu dengan lembut.

“Aku janji, aku akan kembali seperti dulu lagi.” Ucapnya.

“Aku janji tidak akan membuatmu sakit seperti ini lagi.”

Terima kasih sudah mau membantuku, Mimi-ya.

Terima kasih sudah mau bersabar menghadapiku, Mimi-ya.

Aku janji, aku akan cepat kembali seperti dulu.

 

Tiga bulan yang lalu~

Gadis bersurai panjang itu tengah duduk di sebuah cafe, sambil menikmati minumannya.

“Ah, tidak enak kalau harus minum sendiri.” Gumamnya.

“Apa Kuhn sudah selesai dengan pekerjaannya ya?”

Gadis itu mengeluarkan ponselnya dari tas kecilnya, dan menghubungi pria bernama Kuhn.

‘Hallo’

‘Ya, Kuhn-ah’

‘Hmm, Mimi. Ada apa menelfon?’

‘Kuhn-ah. Aku ingin bertemu. Ada yang harus kubicarakan’

‘Baiklah. Dimana kau sekarang?’

‘Aku di tempat biasa. Tepat di meja yang selalu kita pesan ya.’

‘Baiklah. Aku kesana 10 menit lagi’

‘Kutunggu.’

Perbincangan singkat yang membuat gadis itu tersenyum.

“Ihihi Kuhn terdengar sangat serius tadi. Padahal aku hanya ingin minta ditemani minum saja.”

Sudah lebih dari 20 menit, tetapi pria itu belum datang juga.

Gadis itu terlihat sedikit kesal, raut wajahnya berbeda dari sebelumnya.

“Aish, dimana sih anak itu.”

Mimi mengirim pesan kakaotalk kepada Kuhn

3 Pesan masuk dari Mimi

Kuhn, kau dimana?

Kuhn! Cepat! Kemana saja, ini sudah lebih dari 10 menit.

Kuhn, kau menyebalkan.

“yaish. No Sooil. Aku benar-benar kesal. Kalau memang tidak bisa datang ya bilang saja. Jangan membuatku menunggu seperti ini, huh.”

Gadis itu beranjak dan meninggalkan tempat.

Sepanjang jalan, Mimi terus bergumam kesal karena ingkar janji Sooil.

“Mimi-ya!”

Seseorang berteriak memanggil namanya. Ia menoleh ke arah sumber suara. No sooil. Ah pria itu tidak mengingkari, hanya sedikit telat.

Mimi mengacuhkannya dan terus berjalan.

“Ya. Mimi-ya, tunggu. Aish, kenapa kau meninggalkanku sih.”

Pria itu setengah berlari untuk mengejarnya. Ternyata Mimi cukup cepat juga ya.

Mimi berjalan cepat mengikuti orang-orang yang akan menyebrang jalan. Sementara Sooil masih tertinggal di belakang.

“Bisa-bisanya dia datang disaat aku sudah kesal, huh.”

Sooil mencoba mengejar, namun Mimi terlalu cepat.

Gadis itu menunggu di halte dan bus yang ditunggunya telah tiba. Ia segera masuk ke dalam bus, tanpa melihat kearah Sooil lagi.

“Ya, Kim Mimi! Bisa-bisanya kau meninggalkanku, huh.” Sooil yang saat itu tidak sadar berlari disaat lampu sedang hijau.

BRUK!!

Dan semuanya terasa gelap.

Sirine ambulance berbunyi di sepanjang jalan. Petugas sedang melakukan penyelamatan terhadap pria bernama No Sooil itu.

‘Pria itu tidak melihat lampu penyebrang jalan yang masih merah. Ia berlari begitu saja dan kemudian sebuah mobil menghantamnya’ penjelasan seorang saksi mata.

“Kuhn, bangunlah.” Gadis itu, Mimi memohon kepada pria yang terbaring lemah dihadapannya.

“Kuhn, ini semua salahku. Kau harus bertahan.”

“Kuhn, maafkan aku.”

Isak tangisnya terdengar, sangat sakit.

“Kuhn...”

---

“Terdapat luka yang cukup serius di kepalanya, sehingga jangan terkejut jika ia melupakan sesuatu yang bersifat umum.”

“tetapi tenang saja, ingatannya akan kembali jika kau terus membantunya.”

“Aku harap, kau dapat membantu dengan baik.”

Mimi, sudah tiga hari ini ia berada di rumah sakit, menemani Sooil. Sejak kemarin, Sooil sudah sadar. Namun sesuatu hal yang membuat Mimi sakit..

“Hei nona. Kau siapa? Kau bukan seorang suster kan? Seharusnya yang menemaniku disini adalah suster.”

“Kuhn?”

“Kau memanggilku Kuhn? Sepertinya itu nama yang keren.”

Mimi hanya tersenyum.

“Mulai hari ini, aku akan menjadi suster pribadimu.”

Kuharap ingatanmu cepat kembali, Kuhn.

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK