Coffeeshop yang terletak tak jauh dari gedung FNC entertainment itu tidak begitu ramai, saat Yonghwa melangkahkan kakinya memasuki coffeeshop tersebut. Ukurannya tidak terlalu besar, desain interiornya ala-ala vintage Eropa, dimana kursi dan meja maupun dindingnya terbuat dari kayu yang bertekstur halus. Kusen jendelanya terlihat manis dengan cat putih, tapi sayangnya jendelanya tidak dibuat terbuka, tertutup rapat dengan kaca. entah untuk alasan apa, kecuali memang coffeeshop ini tidak menyediakan tempat smooking area.
Usai memesan café latte ukuran regular dan waffle Belgia, Yong—begitu nama kecilnya, melangkah menuju tempat paling pojok. Meski terletak paling pojok ruangan, tapi memiliki view yang menarik bagi Yong. Setidaknya, tepat disamping kirinya, ia bersentuhan langsung dengan kusen jendela. Dari arah jendela yang memang sengaja di disain dengan kaca itu, di seberang sana, ia bisa dengan jelas melihat gedung yang memberi kebanggaan tersendiri baginya. Gedung yang cukup menarik banyak perhatian karena arsitek bangunannya yang cukup indah. Makhlum, gedung itu dibangun dengan biaya yang cukup fantastik. Yeah, gedung itu salah satu gedung agency cukup terkenal, agency yang banyak memberikannya kesempatan dalam setiap langkah yang ia miliki. Dan ia bersyukur, pada akhirnya menjadi bagian dari keluarga untuk orang-orang yang berada di gedung itu. Yeah, FNC!
Yong, begitu tenang menikmati waffle Belgianya, sesekali ia menyeruput pelan café latte. Matanya, kini mengitari ke ruangan coffeeshop itu. Mengamati beberapa pengunjung coffeeshop kadang memang menyenangkan jika tak ada kerja’an seperti ini.
Matanya lalu terfokus pada dua Yeoja yang asyik mengobrol dari arah pukul 3 pandangannya, bukan karena dua Yeoja itu sangat cantik, tapi karena salah satu logat yang dipakai yeoja itu, mengingatkannya pada kampungnya, Busan. Logat yang kadang-kadang tanpa sadar masih sering ia gunakan, dan ia sering di bully karena logat tersebut. Oh tidak, harusnya Jonghyun yang lebih di bully daripada dia, karena Jonghyun lebih parah darinya, masalah logat kampungnya itu. Tapi kenyata’annya, ia lebih sering. Huh!
“Ya, kau habisi dulu waffle milikmu. Baru aku mau cerita.” Ujar yeoja yang berlogat Busan itu sedikit kesal pada teman dihadapannya. ia tampak nyaman dengan jins pendek yang dipadu cardigan orange kebesaran.
Yeoja yang berambut panjang dan terlihat lebih kalem dari yeoja Busan itu, merengut kesal dan terpaksa buru-buru menghabiskan wafflenya. “Kalau aku tidak ingat kau sedang diet, aku akan marah karena sifatmu tak sopan kadang-kadang. Kau harus ingat, aku lebih tua darimu. Tapi, sudahlah. Aku makhlum, karena sedari tadi kau berusaha menahan air liurmu.” ujar yeoja yang terlihat kalem itu.
Yeoja dengan logat Busan itu melengos kesal. “Sial,” Lalu ia memperlihatkan senyum lebarnya tiba-tiba, dan akhirnya menarik nafasnya. “Dengerin ya, ini imajinasiku tentang bulan.”
Yonghwa yang memperhatikan tingkah dua yeoja itu, mencoba memasang telinganya baik-baik, menguping, meski kini matanya mengalihkan kearah waffle Belgianya yang sudah tinggal separuh.
Ternyata yeoja dengan logat Busan yang kental itu menceritakan mengenai keinginannya untuk bisa ke bulan. Karena terlalu bosan menghadapi Seoul kadang-kadang dan rutinitas yang buat stress.
“Orang menuntut kesempurna’anku. Sifatku yang kadang-kadang keterlaluan, attitudelah yang salah, mannerlah yang dipertanyakan. kecaman datang dari mana-mana.”
“Kau masih bisa terlihat memiliki pribadi yang asyik, Eunji. Walau kadang-kadang kau menyebalkan.” ungkap yeoja yang terlihat kalem itu jujur.
“Iya sih, eonni. Kubilang tadi, ini cuma kekesalanku karena berita nggak penting mengenai aku buang sampah tisu sembarangan. Sial!”
Mereka berdua lalu tertawa terbahak-bahak, entah untuk alasan apa. Tapi, itu buat Yonghwa ikut-ikutan geli melihat tingkah mereka berdua yang tak begitu penting, tapi entah kenapa terlihat kocak.
Kupikir, mereka akan bicara serius tentang bulan. Ternyata, sial!. Rutuk Yonghwa dalam hati.
Minhyuk tiba-tiba memasuki coffeeshop, suprise melihat Yonghwa ada disudut ruangan itu terpaku sendiri. “Hyung,” serunya sembari melewati meja dua Yeoja itu. dua Yeoja itu menghentikan obrolan mereka, mengarah pada Yonghwa dan Minhyuk. Seruan Minhyuk menarik perhatian mereka.
“Ya, Oppa, kau tidak mengenalku?” tiba-tiba yeoja yang berlogat Busan itu ikutan berseru.
Yonghwa yang baru saja menyambut kedatangan Minhyuk, menoleh kearah yeoja Busan itu. ia sedikit mengernyitkan dahi.
“Oppa, apa Seoul melupakan taman di komplek rumah kita di Busan itu? Oh maksudku, melupakanku?” ujar Eunji tak peduli. Ia tetap memandang kearah Yonghwa yang berusaha mengingat.
Jihyun, nama cewek kalem itu yang juga dipanggil Eunji dengan ‘Eonni’ memberi isyarat pada Eunji untuk menghentikan omongannya. Tak usah meladeni orang asing itu. seakan matanya mengatakan itu.
Minhyuk dengan tampang bingungnya, hanya menghempaskan tubuh didepan Yonghwa, menghabiskan sisa waffle yang tinggal sedikit itu.
Suaranya. Ampun! Yonghwa menarik nafasnya sesaat, ia tiba-tiba menyadari bahwa gadis yang sedari tadi menjadi perhatiannya adalah adik teman kecilnya saat tinggal di Busan dulu. “Ouw…” Mulutnya tergangga besar. Ia lalu tertawa lepas, membuat Minhyuk makin bingung.
“Hyung, mereka kan girlband. Aku tahu itu Jihyun dari 4minute dan satunya lagi si Eunji dari Apink.” seru Minhyuk sedikit berbisik.
“Ya, kau disini juga. Laku juga kau jadi girlband.” Seloroh Yonghwa, tak mempedulikan Minhyuk.
“Oh, ternyata kau sudah ingat aku.” Eunji tak menanggapi ledekan Yonghwa. Ia malah bangkit menghampiri Yonghwa. “Oppa, kau begitu sombong. Tapi, aku tak peduli. Aku minta Kakaomu apa?” Eunji lalu mengeluarkan smartphonenya.
Usai menyebutkan Kakaonya, Yonghwa tersenyum sembari mengeleng kepalanya. Soalnya, ia tak menyangka bisa kembali bertemu dengan Eunji, yeoja yang saat kecilnya sangat bawel.
“Aku pamit dulu, oppa.” Eunji lalu kembali ke mejanya, tersenyum lebar kearah Jihyun yang sudah berdiri. "Kita jadi nonton kan, eonni?" tanya Eunji dengan wajah riangnya yang disebut dengan anggukan kalem Jihyun.
Usai sepeninggalan Eunji dan Jihyun, Minhyuk menatap Yonghwa minta penjelasan. Yonghwa malah cuek menyeruput habis café lattenya.
“Kau menjemputku untuk diskusi tentang project konsep kita kan?” tanya Yonghwa memastikan, tanpa peduli dengan tampang Minhyuk yang penasaran minta penjelasan. “Ayuk, cabut.” Ajak Yonghwa sembari bangkit dari tempat duduknya.
“Hyung,” Minhyuk menjejari langkah Yonghwa usai mereka keluar dari coffeeshop itu.
“Kalau kau lebih pintar, kau tahu siapa dia. Logatnya sudah menjelaskan, kalau aku dan dia satu kampung.” ujar Yonghwa cuek.
***
Pertemuannya dengan Eunji, mengingatkannya kembali tentang mimpi dan cerita masa kecil yang mereka bangun disebuah taman yang terletak di dekat komplek perumahan mereka. Saat itu, taman yang memiliki ayunan itu menjadi saksi cerita mereka bertiga. Eunwoo,--kakaknya Eunji yang seumuran dengannya, Eunji yang waktu itu terlalu kecil untuk mengerti tentang cita-cita, hanya sesekali menyelutuk. Makhlum, waktu itu Eunji berumur 6 tahun, sedangkan ia 10 tahun.
Bagi Eunwoo, hidup sederhana adalah keinginan yang bisa ia raih, sementara Eunji hanya bercelutuk, ia ingin tinggal di Bulan. Dan Yonghwa, tak tahu kemana langkahnya, ia menghadapi apa yang ada dihadapannya.Itu yang paling penting. Sekarang, yang bisa ia lakukan adalah bernyanyi dan bermain musik.
“Aku ingin menemani kelinci yang sendirian di Bulan sana,” kata Eunji dengan tampang polosnya saat itu.
“Aku ingin lihat Bluemoon.” kali lain, Eunji berujar dengan mata penuh harapan.
“Aku ingin lihat dimana bulan tiga kali lebih besar dari biasanya,” kali lain pula, Eunji berseru dengan semangatnya.
“Bulan itu keren.” Kadang, Eunji lebih memilih bergumam pelan.
Itulah yang Yonghwa ingat dari Eunji kecil yang terobsesi dengan Bulan. Ternyata kesukaan Eunji tak berubah sampai sekarang. Aish!
“Bluemoon.” Yonghwa tiba-tiba bergumam pelan. Melupakan ingatannya mengenai masa kecilnya dan Eunji. “Bluemoon adalah bulan purnama keempat dalam satu musim, atau bulan purnama kedua dalam satu bulan.” Ia mulai mengeja pelan definisi yang ia dapat di internet lewat smartphone miliknya. “Pengertian lain, Bulan terlihat biru jika kebakaran hutan besar atau gunung meletus yang dahsyat. And it's mean, something that happens once in blue moon almost never happens.” Yonghwa mulai menimang-nimang ide yang dikepalanya. “Hah, whatever masalah Bluemoon definition. For me, it’s cool for project concept.” Serunya tiba-tiba. Ia tersenyum dan mulai merancang idenya.
***
Empat member CNBLUE berkumpul, merembuk konsep yang dimiliki leader mereka, Yonghwa. Yonghwa siap dengan selembar kertas HVS yang isinya sedikit tulisan dari idenya yang sudah dibaca oleh member lainnya. Konsep Bluemoon yang berangkat karena mereka memang berangkat dari kata ‘Blue’. Saat Blue berpadu dengan langit gelap, sama artinya seperti konsep rock pop yang mereka usung. Jika rock mereka artikan warna hitam, maka sentuhan pop mereka tujukan warna blue, lembut.
“World tour kita mengusung nama Bluemoon,” ujar Yonghwa mantap. “Aku akan ceritakan pada manajemen nantinya.” Lanjutnya lagi yang diikuti anggukan oleh Jungshin, Jonghyun, dan Minhyuk.
“Kupikir, mimpi keren itu adalah ketika kita membesarkan sayap kita, menjadi bulan yang lebih besar dari biasanya. “ suara Yonghwa terdengar bijak.
“Aku setuju saja denganmu, Hyung. Kau kadang-kadang keren.” puji Jungshin.
“Hyung, apa ini karena ketemu si Eunji kemarin itu?” celutuk Minhyuk langsung membuat muka Yonghwa memerah.
“Eunji yang dari A pink itu?” tanya Jonghyun.
“Iya. Aku nonton tuh sitkomnya. Busannya kental banget. Cocok denganmu Hyung.” Minhyuk malah menjodohkan Eunji dengan Jonghyun tiba-tiba.
Yonghwa bangkit dari tempat duduknya, meninggalkan member lainnya, mengarah keluar pintu Apartemen. “Dia adik dari teman kecilku,”seru Yonghwa sedikit berteriak. “jadi, kalian jangan pikir macam-macam.” Lanjutnya. “Konsep itu tercipta karena aku memang sedang ingin jalan-jalan.”
Tiga member itu memandang kearah pintu, membiarkan Yonghwa yang sudah menghilang dari balik pintu dorm. Entah kemana Hyung mereka itu pergi, mereka tak peduli.
Sementara diluar dorm Yonghwa tersenyum lebar penuh bahagia, mengingat project konsep yang sudah dihasilkannya. Project yang ingin mereka buat, tapi tidak tahu mau buat apa. Dan berkat pertemuan dengan Eunji dan ingatan singkatnya tentang masa kecilnya, ia berhasil membuat project yang setidaknya membuatnya bisa jalan-jalan.
Setidaknya, pertemuannya dengan Eunji, membawanya kembali pada mimpi sekarang, bahwa ia harus tetap berada di jalur musik yang ia sukai, Ia harus selalu berkarya dan bermain musik. menikmati hidupnya. Yeah, it's my life. seru Yonghwa dalam hati.
Ia lalu mulai mengetik pesan di Kakao. Thanks. Karena ketemu kamu, buat aku menjadi terlahir kembali. (***)