home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > NEW WORLD STORY

NEW WORLD STORY

Share:
Author : Dojoon_Park
Published : 24 Oct 2016, Updated : 24 Oct 2016
Cast : Atsushi, Artemis(Chika,Cella,Lisa,Nia,Ester), APINK (All Member), Astrp (All Member), Got7 (All Memb
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |396 Views |1 Loves
NEW WORLD STORY
CHAPTER 1 : Part 1 : Outside The Wall


Suara melenting dari kedua pedang kami yang berbenturan memenuhi ruangan. Kami saling mengayunkan pedang dengan maksud menjatuhkan lawan di depan kami. Secepat mungkin aku melompat keatas saat ia mengayunkan pedangnya ke arah kakiku.

"Hyaaahhh!!" aku mengayunkan pedangku ke arah orang di depanku dengan sekuat tenaga saat kedua kakiku sampai di lantai. Dengan cepat pula orang di depanku menahan seranganku dengan pedangnya.

"Cliiingg!!!" kedua pedang kami berbenturan, mengadu kekuatan dengan posisi saling berhadapan satu sama lain.

" sepertinya kau sudah banyak berkembang Atsushi tapi kau belum cukup kuat.. hyaaahh" orang itu mengayunkan pedangnya keatas membuat pedang yang ku pegang terlempar ke belakang. Ia lalu mengarahkan ujung pedangnya ke arah leherku membuatku tak berkutik.

"seperti yang diharapkan dari komandan tertinggi.. kau hebat ayah.. aku tak tau kapan aku bisa melampauimu.." kataku saat melihat ayahku menyarungkan pedang merah kebanggaannya di pinggang kanannya.

Ayahku adalah salah satu pahlawan sekaligus orang yang paling ditakuti di kerajaan ini. dengan pedang merahnya yang dapat mengeluarkan percikan api saat ditebas. Pedang merah itu merupakan salah satu dari 7 harta karun di kerajaan ini. kerajaan emerald merupakan kerajaan terakhir di bumi ini yang masih berdiri di atas tanah. Disaat segala daratan telah tertutup air dikarenakan Global warming yang mengakibatkan es di kutub mencair memenuhi bumi.

Aku berjalan ke arah pedangku dan langsung menyarungkannya ke pinggangku sambil menatap ayahku yang berjalan ke arah pintu keluar dan berusaha mengikutinya.

"Atsushiiiiiiii!!!!!!" suara melengking terdengar dari arah belakangku dibarengi dengan dua tangan yang muncul di samping telingaku mencoba memelukku dari belakang. Tapi karena latihan yang dari kecil ku lakukan, hanya dengan sekali berjongkok aku berhasil menghindari hal tersebut membuat wanita itu jatuh tepat di depanku.

"Apa yang ingin kau lakukan Namjoo? Sudah kubilangkan aku tidak ingin dipeluk seperti itu." Kataku sambil melihat ke arah Namjoo yang jatuh di depanku. "ngomong-ngomong apa itu pakaian dalam favoritmu?"
Namjoo adalah putri dari kerajaan ini. aku dan dia sudah berteman dari saat kami kecil. bahkan kami mengikuti latihan pedang bersama dari ayahku. Aku sempat heran kenapa seorang putri mengikuti latihan pedang yang hanya ditujukan untuk prajurit kerajaan. Saat aku bertanya pada ayahku dulu beliau hanya mengatakan kalau seorang putri juga harus bisa menjaga dirinya. Aku tidak pernah mengerti dengan apa yang ayah katakan waktu itu. Yang aku pikirkan hanyalah menjadi seorang prajurit kuat hingga bisa melampaui ayahku.

"Yaa!!! Dasar mesum apa yang kau lihat?" katanya sambil mencoba berdiri dengan kedua tangan di depan roknya mencoba merapikan roknya kembali.

"yaah, siapa suruh kamu pakai pakaian seperti itu." Kataku sambil melihatnya. Blouse putih yang dia pakai dipadu dengan rok hitam diatas lutut. rambut coklat yang diikat keatas memakai pita kupu-kupu hitam dan sebagian rambut bawahnya terurai. Pedang kristal di pinggang kirinya selalu menemani setiap langkahnya saat berjalan di sekitar kastil kerajaan.

"Yaa mesum, ayo latihan pedang melawanku.. apa kau sanggup?" kata Namjoo sambil mengeluarkan pedang kristalnya dari sarung yang ada di pinggang kirinya.

"ciihhh,, memangnya kau bisa mengalahkanku? setauku selama ini kau tidak pernah sekalipun menang melawanku.."

aku mencoba melangkah meninggalkan Namjoo yang mengacungkan pedangnya kearahku. tiba-tiba aku membungkukan punggungku saat aku merasakan sebuah pedang mencoba memotong lepas leherku.

"eittss.. tidak sekarang Namjoo yaa.. aku harus melakukan patroli di sekitar kerajaan.."

"benar-benar pria yang tidak seru.." kata Namjoo sambil menyarungkan kembali pedangnya ke pinggang kirinya.

"yaa seperti itulah aku.." kataku sambil berjalan keluar meninggalkan Namjoo di ruang latihan.

Aku berjalan menyusuri koridor kastil sembari melihat keluar melalui jendela berbentuk persegi di sisi kananku. Hal yang selalu mengundang tanya di pikiranku ada di sana. Dinding besar yang mengelilingi kerajaan emerald ini. sebenarnya apa yang ada di balik dinding itu? Karna hampir setiap malam aku bermimpi mengenai kejadian-kejadian aneh. Aku melihat tempat-tempat yang tidak pernah kulihat dimanapun di kerajaan ini. bersamaan dengan pria dan wanita yang ditebas tepat di depan maataku sendiri.

"hai Atsushi.." sapaan yang membuyarkan lamunanku berasal dari arah belakangku.

"Apa yang kau lakukan disini?" Suara wanita yang tidak asing di telingaku.

"ahh,, hai Lisa.. aku adalah pengawal pribadi putri kerajaan.. bukankah sudah seharusnya aku berada disini?" balasku pada Lisa.

Dia adalah pengantar surat yang biasa mengantarkan surat penting kerajaan. Sebuah pedang kecil di bagian belakang, pistol di pinggang kiri dan tas coklat kecil di bagian pinggang kanan tempat ia membawa surat menjadi ciri khasnya.

Dia memasukan kedua tangannya ke dalam tasnya "maksudku apa yang kau lakukan di situ? Menatap keluar dari jendela.. mau sok keren yah?" dia lalu mengeluarkan beberapa lembar surat dan memberikannya padaku. "ini surat untuk kau dan ayahmu.." aku mengambil surat-surat itu dengan tangan kanan

"owh iya lisa.. kemarin aku melihatmu di dekat danau sepertinya kau sed-" tiba-tiba dengan cepat ia mengambil pistol di pinggang kirinya dan menodongkannya langsung ke kepalaku. "bicara lebih dan aku akan melubangi kepalamu.."

"waaw, baiklah maafkan aku.. aku tidak akan bilang ke orang lain kalau kau juga suka danc-" "duaaaarr!!!" suara tembakan menggema di koridor. Asap keluar dari ujung pistol yang dipegang lisa pertanda dia baru saja menembak.

"untung saja aku cepat menghindar.. kalau tidak bisa-bisa akan ada lubang di kepalaku" gumamku dalam hati sambil melihat lubang di dinding yang ada di sampingku

"aku tidak akan meleset untuk yang kedua kali, sekali lagi kau mengatakan hal-hal semacam itu aku tidak akan segan-segan.." "meskipun aku ditugaskan untuk mengantar surat, aku juga jendral kerajaan sama sepertimu.. jangan remehkan aku.." sambung lisa.

aku mengangguk perlahan mengiyakan permintaannya. "baiklah, aku harus pergi karna masih banyak surat yang harus ku antar" katanya sambil menyarungkan kembali pistol yang ia pegang ke pinggang kirinya, dan berbalik meninggalkanku.

"wah wah waahh.. anak itu semakin menakutkan saja.." Aku menggelengkan kepala sambil memeriksa surat-surat yang ditujukan kepadaku. Saat mengangkat surat dari ibuku, sebuah amplop terjatuh ke lantai di depanku. Aku membungkuk mencoba mengambil amplop itu. Gerakanku terhenti saat mataku menatap lambang kerajaan berwarna merah terpampang di amplop itu. Raut wajahku mulai berubah bersamaan dengan butiran-butiran keringat yang mulai muncul di dahiku. Aku tau jika sebuah surat yang ditandai dengan lambang kerajaan berwarna merah menandakan sesuatu yang buruk telah terjadi. Dibawah surat itu tertera nama ayahku dan sahabatnya yang juga merupakan salah satu jendral tertinggi kerajaan. Aku mengangkat amplop itu dan dengan menghela nafas panjang sambil mencoba membukanya.

Tiba-tiba entah dari mana ayahku sudah berada di sampingku dengan wajah geram "APA YANG COBA KAU LAKUKAN ATSUSHI?!!"

aku tersentak hingga membuat seluruh amplop yang ku pegang jatuh berserakan di lantai. Aku selalu tidak bisa mendeteksi kedatangan ayahku bagaimanapun aku mencoba. Aku membalikan badan dan wajahku ke arah ayahku dengan wajah pucat. Aku sering melihat wajah marah ayahku Tapi ini pertama kalinya aku melihat ekspresi ayah yang seperti ini.

"ma.. maaf ayah, aku hanya-" "aku tidak pernah mengajarkanmu untuk mengganggu privasi orang lain.. apalagi ayahmu" ayah memotong perkataanku.

Aku hanya bisa tertunduk dan meminta maaf sampai ayah meninggalkanku.

Setelah ayahku pergi aku mengangkat kepalaku sambil menghela nafas panjang. "hyuuuhh,, aku tau kalian disitu. Keluarlah sekarang.." kataku sambil melihat ke arah tembok tempat Cella dan Chika bersembunyi.

"waah waaahh waahh,, pengawal pribadi putri dimarahi ayahnya.. apa semalam kau tidur telat hyung? Hahaha" Chika mengejekku sambil tertawa.

"saat kau bersama ayahmu kau benar-benar terlihat seperti anak kecil Atsushi oppa.. apakah seperti itu penampilan sebernarnya dari Rival kami?" Cella ikut mengejeku.

Cella dan Chika adalah anak dari sahabat ayahku mereka sudah ku anggap seperti adikku sendiri meskipun mereka menganggapku sebagai rival mereka. Walau terlihat pendiam chika adalah anak yang periang dan mudah tersenyum, terkadang aku juga sering menjahilinya. Sedangkan adiknya Cella terlihat dingin, tapi semakin lama aku mengenalnya aku jadi sadar sebenarnya dia hanya tidak tau cara mengekspresikan perasaannya saja. Makanya aku sering memanggilnya tsundere. Tapi aku sedikit takut dengan anak ini.

Aku menarik nafas panjang dan mencoba duduk di jendela di dinding belakangku.
"yah yaahh.. aku memang tidak bisa melawan ayahku.." aku kembali menarik nafas.

"kau kenapa hyung? Wajahmu terlihat aneh.. ngomong-ngomong kenapa ayahmu bisa jadi semarah itu?" Chika mendekat ke arahku dengan wajah sedikit cemas dan duduk di jendela di samping kananku.

"sebenarnya aku mencoba membaca surat yang ditujukan pada ayahku.."

Cella berjalan perlahan ke arahku dengan berpangku tangan "hmm,, tentu saja ayahmu akan marah.. kau mencoba mengganggu priv-""aku menemukan surat dengan lambang kerajaan berwarna merah.. disana tertulis nama ayahku dan ayah kalian.." aku memotong perkataan Cella.

Mendengar hal itu langkahnya terhenti dengan ekspresi kaget. Matanya terbelalak mengetahui arti dari simbol tersebut.

Tiba-tiba Chika berdiri "apa maksudmu Hyung? Bukankah itu berarti-" "sesuatu yang buruk telah terjadi.." Cella memotong perkataan Chika

"jadi nama ayahku juga ada di situ? Apa ini ada hubungannya dengan apa yang ku dengar waktu itu?"
Aku memalingkan pandangan ke arah Cella dengan wajah penuh tanya "apa maksudmu?"

"aku tidak sengaja mendengar pembicaraan ayahku dengan beberapa orang prajurit.. dan sepertinya itu berhubungan dengan dunia luar"

"Maksudmu dunia di luar dinding?" tanya Chika penasaran. Cella mengangguk pelan mengiyakan.

Mendengar itu aku jadi semakin penasaran dengan apa yang ada di balik dinding itu.

"permisi, apa kalian prajurit kerajaan?" seorang wanita tua datang menghampiri kami.

"anakku sudah sebulan tidak pulang ke rumah.. dan dia tidak pernah membalas suratku.." wanita tua itu mulai menitihkan airmata.

"sebelum dia menghilang, dia bilang padaku bahwa ia telah mendapat kehormatan sebagai prajurit yang akan ditugaskan di dunia luar.. ia tetap pergi meskipun sudah tau bagaimana kejamnya dunia di luar dinding itu.. toloong pertemukan aku dengan anakku.."

Aku tersentak. "Jadi orang-orang yang tinggal di kota juga mengetahui apa yang ada di balik dinding ini? tapi kenapa kami tidak tau?" gumamku dalam hati.

Jendral tinggi Koutaro muncul dari arah belakang wanita tua itu "Permisii nenek.. ada yang bisa kami bantu?" katanya dengan senyuman.

"apa yang kau lakukan disini ayah?" kata Cella.

Jendral koutaro memalingkan wajahnya ke arah anak-anaknya

"aku mendengar ada wanita tua yang mencari anaknya... aku hanya ingin membantu.. ayo nenek ikut denganku.." nenek itu berjalan mengikuti Jendral koutaro "Ohh iyaa kalian bertiga.. apa yang kalian dengar dari nenek itu.. lebih baik tidak usah kalian pikirkan." Kata jendral koutaro tanpa melihat ke arah kami dan langsung melanjutkan langkahnya.

Saat itu dari arah koridor tempat jendral tinggi kotarou dan nenek itu menghilang muncul putri namjoo melangkah ke arah kami.
"apa yang kalian bertiga lakukan disini?" kata namjoo. Chika dan cella menjelaskan mengenai surat dengan lambang kerajaan dan mengenai berita diluar dinding yang tidak pernah sampai ke kerajaan.

"apa maksud kalian? Yang ayahku tau seluruhnya telah usai dan kita telah hidup dengan damai.. itu tidak mungkin" ucap Namjoo sembari menggelengkan kepalanya sedikit.

Perasaanku berkecamuk, aku tau pasti ada yang tidak beres dengan kedua jendral tertinggi kerajaan.

"aku sudah memutuskan.. aku akan mencari tau apa yang sebenarnya terjadi di balik dinding itu.." aku mengepalkan tanganku.

"apa kau gila hyung? Orang tua kita bahkan tidak mengijinkan kita memasuki kota.. apa kau pikir kita bisa sampai disana?" Chika mencoba menyadarkanku.

"seperti yang diharapkan dari rival kami.. kau selalu dapat membaca pikiranku oppa,, aku ikut.." Cella memegang gagang pedangnya. "bagaimana dengamu? Apa kau tidak penasaran dengan apa yang ada di balik dinding itu?" sambung cella mencoba mengajak chika.

Dengan sedikit terpaksa chika menghela nafas panjang dan sedikit mengangguk "baiklah kalau begitu.. aku ikut.."

Menyadari akan rencana gila kami namjoo menggelengkan kepala mengerutkan kening "oioioioi.,, ada apa dengan kalian bertiga.. mau cari masalah dengan ayah kalian yah?" Namjoo menggerutu.

Aku mengangguk ke arah chika dan cella, setelah itu aku berpaling ke arah Namjoo "kalau kau takut tidak usah ikut.. tapi tolong jangan katakan ini pada siapa-siapa"

"baiklah kalau begitu kami tunggu oppa di depan gerbang kerajaan besok pagi.." kata Cella.

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK