“Saengil chukka hamnida! Saengil chukka hamnida! Saranghaneun uri Jin, saengil chukka hamnida!” “Saengil chukka hamnida, Hyung!”
Gelak tawa dan tepuk tangan memenuhi salah satu restoran kecil di Hongdae malam ini. Ketujuh namja itu tersenyum, tertawa dan bertepuk tangan. Salah satu di antara mereka, Kim Seokjin, baru saja meniup kue ulang tahunnya, baru saja merayakan ulang tahun kecil-kecilan bersama enam ‘adik laki-laki’nya.
Entah alasan apa, mereka menyebut mereka sebagai Bangtan Sonyeondan atau disingkat BTS. Mereka bersahabat sudah sejak lama dan mereka bagaikan keluarga.
“Wuaaa… Gomawoyo,” Jin, the Birthday Boy, berujar di sela-sela kebahagiaannya.
“Wah, kau bertambah tua sekarang,” goda Hoseok.
“Semoga dengan bertambahnya usia, kau tetap tampan seperti biasanya,” Jimin menimpali.
Mereka tertawa, terutama Jin, mengingat bahwa Jin-lah satu-satunya laki-laki di antara mereka yang sangat peduli dengan penampilannya, termasuk ketampanan wajahnya.
“Ada permohonan?” si magnae, Jungkook, berujar.
Jin tertawa sebentar. “Haruskah? Boleh dengan diucapkan? Aku ingin kalian dengar permohonanku.”
Keenam adiknya mengangguk.
Jin menghela nafas dan dia merenung selama beberapa detik sebelum akhirnya dia berkata, “Hyun Ra.”
Keenam laki-laki itu langsung terdiam, senyum mereka memudar begitu Jin menyebut namaku. Mereka tahu apa yang ada di benak Jin, mereka paham betul apa yang Jin maksud hanya dengan menyebutkan namaku.
Tepat setelah itu, pintu restoran terbuka disertai dengan lonceng bergemerincing. Aku masuk ke dalam dan langsung melihat ketujuh laki-laki itu duduk di tempat paling pinggir, dekat dengan kaca. Aku tersenyum sambil berjalan ke arah mereka begitu melihat mereka melambaikan tangan ke arahku.
“Annyeong,” aku menyapa begitu berdiri di dekat mereka.
“Annyeong! Annyeong!” mereka menyambutku gembira.
Aku melayangkan pandangan ke arah Jin, yang sudah menatapku duluan. Aku mendekatinya dan memeluknya. “Saengil chukka hamnida, Jin Oppa,” aku berkata. “Semoga apa yang kamu harapkan dapat kamu raih mulai detik ini.”
Jin memelukku singkat lalu dia mendorongku, menatapku dengan tatapan terkejut. “Hyun Ra?” dia memanggilku. “K… Kamu kenapa ke sini?” pertanyaannya mungkin bagi orang lain membingungkan, namun bagiku dan BTS ini adalah pertanyaan wajar.
“Karena kamu berulang tahun hari ini, masa aku tidak hadir di acara ulang tahun temanku,” jawabku sambil duduk di sampingnya. “Oh, iya, aku juga membawakanmu hadiah,” aku melanjutkan sambil membuka tasku. “Igeo (ini).”
Jin dan BTS terkejut melihat apa yang aku belikan untuk Jin.
“Kau serius membelikan ini untukku?” tanya Jin sambil menerima hadiah dariku.
Aku memberikan Jin sebuah jas hitam lengkap dengan kemeja putih dan dasi hitamnya. “Entah kenapa aku selalu ingin membelikan jas untukmu,” aku berkata. “Mengingat bahwa kamu selalu cocok memakainya.” Aku menepuk bahu lebarnya. “Berkat bahu ini tentunya.”
Jin masih terkejut dengan apa yang kuberikan. “Hyun Ra, aku… Astaga… Kurasa, kurasa ini berlebihan.”
Aku menggeleng sambil tersenyum. “Tidak sama sekali.”
“Hyun Ra,” dia memohon sambil menyerahkan hadiah itu namun aku mengembalikannya lagi kepadanya.
“Oppa, ini hadiah dariku, terimalah,” jawabku. “Jebal.”
Jin menatapku dengan khawatir, begitu juga dengan BTS lainnya. Jin menghela nafas panjang dan akhirnya tersenyum. “Terima kasih banyak.”
Aku melebarkan senyuman dan memeluk lengannya.
Kami pun menghabiskan malam di restoran ini dengan banyak obrolan, canda dan tawa. BTS, ketujuh laki-laki ini sudah menjadi bagian hidupku.
Pertama kali kami bertemu adalah dua tahun lalu ketika kami melakukan tour kecil-kecilan yang diadakan oleh salah satu Lembaga Kebudayaan Korea Selatan menuju ke beberapa tempat bersejarah di Korsel. Aku seharusnya datang dan menikmati tour dengan sahabatku namun tiba-tiba dia sakit dan aku berangkat seorang diri, mengingat bahwa aku sudah membeli tiket dengan harga mahal. Aku menikmati perjalanan namun sangat kesepian. Kemudian aku mendengar suara beberapa orang yang terus menerus cekikikan selama perjalanan di dalam bus. Aku menoleh dan melihat ketujuh laki-laki yang sedang sibuk bercanda.
“Oh? Apa kami mengganggumu?” tanya Taehyung.
“Ummm… Jogeum (Sedikit),” jawabku.
“Aisssh, jeongsohamnida (Kami sungguh minta maaf),” mereka berkata.
Aku tersenyum. “Tidak apa-apa.”
Kemudian kami berkenalan, mereka terdiri dari Kim Namjoon, Jung Hoseok. Kim Seokjin, Kim Taehyung, Min Yoongi, Park Jimin dan Jeon Jungkook. Ketujuh namja ini menemaniku selama tour dan tak terasa sudah menemaniku selama tiga tahun terakhir
“Kamu tidak apa-apa?” tanya Jimin ketika dia melihatku sering mengusap lengan kiriku.
Aku tersenyum dan mengangguk. “Aku baik-baik saja.”