Author POV
Seperti hari-hari sebelumnya, Woohyun masih saja menganggur seperti biasanya.
BRAK , “Sial! Kalau seperti ini terus bisa habis tabunganku.” Kesal Woohyun sambil menendang kursi.
Woohyun adalah seorang detektif yang dulunya sangat disegani oleh warga kota. Tapi sejak kejadian itu, dia tidak dapat dipercaya lagi oleh warga kota.
“Woohyun Oppa!” terdengar teriakan seorang gadis dari balik pintu ruang kerja Woohyun.
“Ya! Apa maumu? Kenapa kau selalu datang setiap hari?” Bentak Woohyun seraya membukakan pintu.
“Kau akan mati kelaparan jika tak mau makan oppa. Memangnya ada orang lain yang mau mengantarkan makanan gratis untukmu selain aku?” Tekan gadis itu.
“iya iya, terima kasih Eunji.” Jawab ketus Woohyun.
Author POV END
Woohyun POV
Kalau saja aku kaya seperti dulu, aku takkan mengemis makanan padamu Eunji.
“Eh Oppa, kau sudah bisa menemukan kesalahpahaman warga kota kepadamu dulu? Daripada kau mencari pekerjaan yang tak jelas, mendingan cari tahu sana!” Celetuk Eunji semakin membuatku menjadi-jadi. Kenapa gadis ini selalu saja membuat stres tak karuan. Harusnya dia marah sejak orangtuanya mati gara-garaku. Mungkin bukan gara-garaku juga sih.
“kenapa kau selalu membelaku hah?” Tegasku.
“Membela? Siapa? Aku? Kapan aku pernah membelamu oppa. Aku hanya yakin saja kalau memang bukan kamu yang membunuh orangtuaku. Orang-orang saja yang asal bicara. Memang sudah takdirnya kalau orangtuaku akan meninggal.”
Aku sudah tak bisa menjawab kata-kata Eunji lagi, dia terlalu menganggap aku benar. Dia terlalu menganggap aku selalu menjadi lelaki yang terbaik.
Sudah 3 jam Eunji berada di kantorku, dia membersihkan seluruh ruanganku. Hingga tak ada debu sedikitpun dari sana. Kenapa dia sebaik ini? Aku bingung melihat tingkah lakunya.
“Hei! Woohyun! Keluar kau, kau apakan Eunji hah? Keluarkan Eunji sekarang juga!” apalagi sekarang? Teriakan di luar kantor benar-benar membuatku semakin stres.
“Eunji, ayo keluar! Jangan bilang kau tak mengatakan apa-apa pada sepupumu itu.” Aku menyeret Eunji dari ruang kerjaku. Aku membawanya keluar, mengembalikannya pada sepupunya yang selalu saja membuat keributan.
“Hei Sunggyu! Kau pikir aku yang membawa Eunji kemari hah? Kau tanyakan sendiri padanya, apa aku yang memaksanya kemari. Eunji bicaralah!” aku sedikit memaksa Eunji untuk bicara sambil mendorongnya ke Sunggyu.
“Sunggyu oppa, Eunji sendiri yang ingin kesini. Kenapa oppa selalu tidak percaya pada Eunji? Bukan Woohyun oppa, Woohyun oppa tidak salah apa-apa. Aku yang harusnya disalahkan.” Jelas Eunji pada Sunggyu.
“Sudahlah Eunji, kau pasti sudah dicuci otak oleh dia. Aku akan mengantarkanmu ke rumah sakit. Dan kau Woohyun, awas kalau adikku kau ambil lagi.” Tanpa menjawab omongan Sunggyu, aku meninggalkannya di teras kantor. Aku capek mendengarnya, apalagi warga kota sudah mulai muncul di depan rumahku.
-~-
Hari sudah mulai gelap, aku bergegas pergi keluar, ke tempat dimana orangtua Eunji dibunuh. Dibunuh oleh orang-orang gila darah tak punya otak yang membunuh tanpa rasa kasihan.
Kutelusuri ruang demi ruang, tempat ini tak berbeda dari pertama kali aku melihatnya. Melihat orang tua Eunji yang telah berlumuran darah, BRAK.
Aku terkaget mendengar suara itu, suara itu muncul dari ruangan sebelah. Ruangan dimana aku melihat sekilas pembunuh itu. Kulangkahkan kakiku dengan suara yang sangat pelan, sangat pelan hingga semut pun takkan menyadari kehadiranku.
Saat aku sudah berada di ruang itu, aku tak melihat siapapun. Aku tak melihat adanya hawa hidup di dalamya.
“Kau mencari apa, detektif?” suara lelaki muncul dari balik punggungku. Aku menoleh, tapi tak mendapat seorang pun disana. Suara siapa itu, kenapa tidak ada.
“Kau mencariku? Harusnya kau bisa menyadari kalau aku ada disini.” Tiba-tiba dia turun dari atap. Atap yang tinggi, jauh dari jangkauan tangan manusia biasa. Tapi kenapa tadi suaranya sangat dekat sekali.
“Siapa kau? Kenapa kau ada disini? Apa yang kau malam-malam begini? Apa maksud kedatanganmu kesini? Pasti kau punya maksud tertentu kan.” tanyaku cepat, aku tak mau jadi sasarannya jika benar dia pembunuh.
“Waw, pertanyaan yang lumayan panjang juga. Tapi, bagaimana ya detektif? Bukankah itu pertanyaan untuk dirimu sendiri? Pertanyaan yang harusnya kau jawab dengan mulutmu itu.”
Sial! Siapa sebenarnya dia. Bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah membelit-belitkan omongannya sendiri.
“Detektif, bukannya orang yang telah membunuh orang harusnya masuk penjara? Tapi kau? Hahaha, hebat juga ya. Kau untung sekali menjadi anak dari kepala kepolisian di kota ini, kau takkan pernah merasakan dinginnya penjara, jika ayahmu itu belum mati.”
“kalau urusanmu hanya ingin mengatakan ini padaku, lebih baik kau bicara saja pada ayahku. Mungkin dengan perkataanmu, dia akan segera memenjarakan aku. Mudah kan? Apalagi, kau sama sekali tak punya aura kehidupan, mudah saja bagimu untuk masuk ke dalam kantor kepolisian itu.” Setelah mengatakan itu semua, aku pergi meninggalkannya. Bukan karena aku tak berani dengannya, hanya saja aku punya perasaan tidak nyaman saat berada satu ruangan dengannya. Aku bergegas menuju pintu keluar, tapi...
“Kau mau kemana? Pembicaraan kita belum selesai. Kenapa? Kau takut padaku? Kenapa harus takut? Aku tidak akan menyentuh darah yang sama denganku.” Dia muncul di hadapanku dengan cepat, hingga aku hampir tak dapat mengendalikan keseimbangan tubuhku. Tapi apa katanya? Darah yang sama, siapa? Aku dan dia?
“apa maksudmu dengan darah yang sama? Aku tak pernah mengenal orang gila sepertimu. Kau gila jika mengatakan aku adalah saudaramu. Pembunuh sepertimu tak mungkin mempunyai darah sepertiku.”
“begitukah Woohyun? Tapi, aku tidak pernah mengatakan padamu jika aku adalah seorang pembunuh. Kenapa kau menyangka bahwa aku adalah pembunuh, Woohyun?” Dia benar-benar membuatku semakin tidak nyaman, kata-katanya membuatku semakin tak bisa menjawabnya. Siapa dia sebenarnya? Kenapa aku merasa takut padanya? Dari dalam hatiku, aku benar-benar merasa tak bisa mengatakannya.
Hampir 10 menit dia menatapku, matanya membuatku mengingatkan sesuatu. Sesuatu yang sudah sangat lama. Sesuatu yang membuatku mengingat sesuatu.
-~-
“Hyung, jangan tinggal aku. Aku takut, hyung.” Teriakku ketakutan.
“Ya, Woohyun. Sebagai seorang laki-laki kau tidak boleh takut. Apalagi kau adalah adikku, kau harus kuat. Kau harus bisa mengatasi semuanya. Jika tidak, jangan berharap kau akan menjadi adikku.” Kutatap dalam-dalam matanya, mata yang selalu membuatku bangga, tapi juga takut untuk membantahnya.
-~-
BRAK, aku jatuh dari sofa. Aku sudah ada dikantor? Siapa yang membawaku kemari? Bukankah kemarin aku... HYUNG!!! Teriakku dalam hati. Aku langsung bergegas, berdiri dari tempatku terduduk. Ketika aku benar-benar tersadar, aku melihat Eunji sedang menata makanan di meja.
Sekarang, aku tak peduli padanya. Aku sedang tidak mood untuk mengurusinya. Aku pergi meninggalkan dia. Saat kubuka pintu.....
“Hai Woohyun.”
“Hyuu.. oh, kenapa kau ada disini? Apa yang kau lakukan?” tanyaku terbata-bata, aku bingung. Kenapa Donghae malah datang ke tempatku dengan santainya.
“Wow, Woohyun. Ternyata kau sudah besar ya. Tak kusangka kau sudah punya pacar ternyata. Aku saja masih jomblo-jomblo aja.” Saat aku menyadari bahwa Eunji akan menggangguku, aku langsung menyeret Eunji keluar. Kujelaskan padanya bahwa aku akan mendapat pekerjaan sehingga dia mau mendengarkanku dan dia mau pulang secepatnya.
“Eh? Kenapa kau suruh pulang? Bukankah..” sebelum dia selesai mengucapkan sesuatu, aku seret dia masuk ke dalam ruang kerjaku. Kututup semua pintu dan gorden.
“Hyung, apa maksudmu? Kenapa kau ada disini? Bukankah kau sudah...”
“Hei hei hei, Woohyun. Kau ingin aku mati secepat itu. Mana mau aku mati waktu itu hah? Kalau kau sih udah pasti mati kalau diculik kawanan pembunuh waktu itu.”
“Tapi hyung, maksudku bukan. Kenapa kau ada disini?” sial, aku bingung harus bilang apa di hadapan Donghae hyung.
“Bukankah harusnya kau tetap sembunyi saja daripada kau harus kembali ke kota ini. Kau tahu reputasiku sudah jelek. Ayah juga tak peduli dan membuangku. Kenapa kau masih mau saja kembali kesini?” terusku.
10 menit berlalu, Donghae hyung masih saja tidak mau menjawab pertanyaannya. Apa maunya? Apa yang dia mau dariku? Saat kusadari badanku capek menahan bebanku, aku duduk di kursi.
“Hei Woohyun! Apa selama ini kau bahagia? Apa selama aku tidak ada, kau menjadi kuat?”
“Donghae hyung, apa maksudmu? Kenapa kau tanya hal itu? Harusnya kau tahu, saat ayah bilang kau sudah mati. Aku benar-benar tidak terima. Aku benar-benar merasa bahwa aku akan... akan benar-benar...”
“jadi Woohyun, apa memang menjadi detektif adalah pilihanmu? Apa kau hanya merasa bersalah padaku? Merasa bersalah karena tak bisa menyelamatku waktu itu?”
“Bu bukan hyung, aku memang...” aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Aku bingung, aku tak tahu harus berbicara apa pada kakakku yang ternyata masih hidup dan sekarang ada di hadapanku ini.
“Woohyun, malam ini kau datanglah kembali ke tempat itu. Meskipun seharusnya aku tak boleh mengatakan ini. Tapi aku tak mau jika harus melibatkanmu. Jadi, datanglah malam ini! Aku akan menunggumu.” Tiba-tiba saja Donghae hyung menghilang dari hadapanku. Entah sejak kapan pintu depan sudah terbuka. Siapa dia? Siapa Donghae hyung yang belum aku kenal ini.
Woohyun POV END
-~-
Author POV
Malam ini, Woohyun pun siap-siap berangkat ke tempat itu. Dia masih belum tahu kira-kira hyungnya akan mengatakan apa padanya nanti. Tapi dia yakin hyungnya akan mengatakan sesuatu yang sangat penting. Yang mungkin berhubungan dengan kematian orangtua Eunji karena Donghae ingin mengatakannya di tempat itu.
Kini Woohyun berada di depan tempat itu, dia merasakan aura yang berbeda di dalam tempat itu. Dia berpikir mungkin saat ini Donghae sedang tidak sendirian.
Saat memasuki tempat itu, bulu kuduk Woohyun mulai merasakan aura yang berbahaya.
“Donghae, kau yakin kau akan mengatakannya pada adikmu. Hei! Sesayang-sayangnya kau padanya, setidaknya biarkan saja. Masih lebih baik adikmu tidak masuk penjara, jika kau mengatakannya kau yang akan mati di tangan bos. Kau pikir bos akan memaafkanmu? Apalagi perempuan itu ada disana. Didekat adikmu, bos akan lebih murka lagi jika kau mengatakannya.” Kata seorang lelaki yang sedang bersama Donghae. Untungnya Woohyun sudah sangat jeli dengan hal ini, sehingga dia bisa menghilangkan aura kehadirannya.
“Hei Eunhyuk!kau pikir aku tak pernah memikirkan apapun apa? Sudah tentu aku sudah memikirkannya mulai awal. Kalau memang bos akan marah, itu sudah jadi takdirku. Kalaupun mati, toh adikku masih hidup.” Donghae masih tetap pada pendiriannya untuk mengatakan sesuatu pada adiknya, dia tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Yang hanya ia inginkan adalah keselamatan adiknya.
“Kalau kau mati, adikmu sendiri yang akan balas dendam. Dia pasti akan semakin mencari tahu siapa yang membunuhmu. Nantinya juga kalian akan mati bersama. Bukankah seperti itu? Dasar manusia otak udang. Aku ini lebih berpengalaman dibandingkan kau. Jadi jangan sok tahu.” Donghae kembali memikirkan sesuatu, sesuatu yang mungkin akan menjad kemungkinan kedua itu.
Woohyun bingung dengan percakapan antara kakaknya dengan seseorang itu. Apa maksudnya? Kenapa harus dibunuh? Siapa itu bos? Perempuan yang ada di dekatku? Siapa? Pertanyaan demi pertanyaan muncul di otak Woohyun. Dia pun mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Donghae. Dengan terburu-buru, dia pergi meninggalkan tempat itu. Dia tak ingin terjadi sesuatu dengan Donghae, kakak yang sudah lama ia anggap mati dan sekarang ternyata masih hidup.
Author POV END
-~-
Woohyun POV
Apa yang dibicarakan Donghae hyung tadi. Apa maksudnya jika dia menyelamatku, kemungkinan dia akan mati? Lalu perempuan? Siapa perempuan yang dimaksud? Bukankah aku tak pernah dekat dengan seorang perempuan, kecuali dengan... EUNJI. Jadi Eunji? Jadi dia yang dimaksud. Jadi bos yang dimaksud itu ada di dekat Eunji. Tapi siapa? Sunggyu? Mana mungkin Sunggyu, dia tidak akan berani. Melihat ayam yang dipotong saja dia takut. Mana mungkin kalau dia adalah bos yang dimaksud Donghae hyung.
Semalaman aku memikirkan ini, sampai-sampai aku tak sadar pagi sudah datang. Biasanya ini sudah jamnya Eunji datang kesini. Aku harus memanfaatkannya untuk memecahkan masalah ini. Aku tak mau ini selesai dengan tak jelas seperti ini. Mana mungkin aku mau seumur hidup dianggap pembunuh yang tak masuk penjara karena pangkat orangtuanya. Apa aku kelihatan seperti anak yang manja hah.
“Op...” saat kudengar suara Eunji dari balik pintu aku sudah membukakan pintu untuknya.
“Eh oppa. Kok tumben? Biasanya kau tak mau membukakan pintu untukku. Biasanya aku yang langsung masuk tanpa menunggumu. Kau sedang menungguku ya?”
“kenapa aku harus menunggumu, aku hanya tidak ingin kau teriak-teriak di depan kantorku. Sepupu tak jelasmu itu akan tahu kamu ada disini. Kalau mau masuk, cepat masuk atau aku tutup pintunya sekarang.”
Sekarang Eunji sudah ada di dalam, menyiapkan sarapan seperti biasanya. Aku hanya diam melihatnya. Aku tidak akan tanya secara langsung. Aku akan menunggu waktu yang tepat untuk menanyakannya.
“Oppa, siapa lelaki yang kemarin ke sini? Rekan kerjakah? Apa dia menawarkan sesuatu yang bagus untukmu?” tanya Eunji tiba-tiba.
“Ah iya, begitulah kira-kira. Tapi aku tak tahu, akan meneruskannya atau tidak.”
“Eh, kenapa? Kau kan tak punya uang lagi oppa. Terima saja.” Aku pun menceritakan kebohongan pada Eunji, aku bilang padanya bahwa pekerjaan ini akan dilakukan di luar negeri sehingga aku tidak akan pulang cepat, paling cepat pun 6 bulan. Eunji yang mendengar ceritaku antara bingung. Dia ingin aku cepat-cepat punya uang. Tapi dia tak mau aku pergi terlalu lama.
“Oh ya Eunji, di rumah itu kau tinggal dengan siapa saja?”
“Rumah mana oppa?” dasar Eunji nggak sensitif, pertanyaan seperti ini saja masih ditanyain lagi.
“Ya rumah sepupu oonmu itu.”
“oh itu, disana Cuma ada aku, Sunggyu oppa, tante, oom sama beberapa pembantu. Ada juga sih adik perempuan Sunggyu oppa. Tapi aku sendiri tidak begitu kenal dia. Dia Cuma pulang hampir sebulan sekali saja.”
“Oh begitukah? Oh ya Eunji, aku mau pergi. Mendingan kamu pulang saja. Mungkin 2 hari lagi aku baru bisa pulang. Oke? Jadi jangan sekali-kali ke kantorku selagi aku nggak ada. Udah sana cepet pulang.” Aku menggeret Eunji keluar kantor agar ia cepat-cepat pulang.
Sekarang apa yang harus kulakukan? Di tempat Eunji hanya ada 4 orang. Kalau wanita, kemungkinan tidak mungkin. Tapi ada juga kemungkinan seperti. Ayah si Sunggyu bukan tipe orang seperti itu. Lagipula yang aku tahu dia kerja jadi bawahan ayah. Semakin nggak mungkin lagi. Kalau Sunggyu, dia terlalu bodoh untuk dijadikan tersangka. Yang aku tidak tahu, dia sedang beradu drama atau memang seperti itukah sifatnya.banyak sesuatu yang belum aku tahu tentang mereka. Aku harus cari cara. Tapi bagaimana? Partner kerjaku sudah banyak yang tidak mau dekat denganmu. Melewati depan kantorku saja mereka tidak mau. Apalagi harus bekerja sama denganku.
Kalau Donghae hyung. Mungkin dialah poin utamaku. Tapi aku tak mau melibatkan Donghae hyung. Kalau dia sampai mati karena mau menceritakan sesuatu padaku, aku takkan pernah memaafkan diriku sendiri. Jadi aku akan memecahkan masalah ini sendiri. Karena itu aku harus pergi meninggalkan tempatku, agar Donghae hyung tidak mencariku lagi.
-~-
Sudah hampir 3 hari aku menginap di hotel kota sebelah. Aku telah menemukan beberapa petunjuk dalam masalah Eunji. Eunji adalah anak satu-satunya sehingga orang tuanya sangat sayang padanya, jasad ibunya ditemukan telah termutilasi di ruang dimana aku bertemu dengan Donghae hyung. Tapi jasad ayahnya tidak ditemukan, hanya ditemukan banyak darahnya yang menempel pada jendela dekat jurang di tempat itu. Kemungkinan ayahnya jatuh jadi jurang dan hilang di sungai yang mengarah ke laut. Masalah ini ditutup di persidangan karena ayah tidak ingin mendapat malu karena aku dianggap tersangka utama. Tapi ada sesuatu lagi yang harusnya warga kota tahu, aku dijadikan tersangka agar warga kota tidak tahu bahwa di kota ini ada kawanan pembunuh bayaran. Kepolisian tidak ingin hal tersebut disebarluaskan, sehingga akulah yang terkena imbasnya.
3 hari ini aku mencari tahu, apakah kawanan pembunuh ini juga berada di kota yang kusinggahi sekarang ini. Tapi aku tak kunjung menemukannya. Kepolisian kota ini juga kehilangan jejak mereka saat mengurus masalah ini. Yang mereka dapat adalah, bahwa kawanan pembunuh ini akan selalu berpindah tempat ketika sudah mendapat bos baru di kota yang mereka singgahi.
Kota ini juga yang menjadi tempat dimana Donghae hyung hilang. Jadi aku berpendapat bahwa Donghae hyung juga merupakan salah satu dari mereka. Salah satu dari pembunuh itu.
Aku akan kembali ke kota, aku akan segera menyelesaikan masalah ini. Kalau aku tidak segera menyelesaikannya aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Kalaupun aku minta bantuan dari ayah, itupun akan jadi hal yang tak berguna yang hanya membuang-buang waktuku saja.
-~-
“Woohyun oppa...” teriak seorang wanita. Kulihat dari jauh, kusipitkan mataku. Eunji sedang ada di taman. Aku pun menghampirinya.
“Apa yang kau lakukan disini? Kalau sampai Sunggyu mu itu mencari-carimu, apa kau mau tanggung jawab?”
“Tanggung jawab apa oppa?”
“Tanggung jawab sama orang-orang kalau dia bakalan bangunin anak bayi, ngepecahin kaca-kaca rumah karena suara teriakannya itu. Gitu aja kamu nggak tahu.”
“Ih, Woohyun oppa mah gitu. Sunggyu oppa kan nggak seburuk seperti yang oppa pikirkan.”
“Iya iya, terserah kamu saja.” Saat ini aku seperti menemani anak kecil saja. Dari tadi Eunji hanya terus-terusan main tak jelas.
Saat kutanya kenapa, dia hanya menjawab tak apa-apa. Dasar cewek itu nggak ada yang jelas pikirannya. Kuhabiskan 2 jam bersama Eunji, aku langsung pergi meninggalkannya untuk mencari dimana Donghae hyung berada. Tapi, aku tak mau ke tempat itu lagi, mendingan cari tempat lain saja. Kali aja ketemu.
Saat kulewati 2 rumah besar, aku mendapati Donghae hyung berjalan sendirian. Saat aku akan memanggil dia, tiba-tiba dia langsung menarikku ke sela-sela dari 2 rumah tadi.
“Apa yang kau lakukan disini hah?”
“Apa? Aku kan hanya lewat saja hyung. Kenapa kau kebingungan?”
“Kau kan tak pernah lewat sini?” aku bingung dengan sikap Donghae hyung saat ini. Apa maksudnya? Apa aku tak boleh lewat kesini hah?
“Aku tidak pernah lewat sini karena aku memang jarang keluar hyung. Kau kenapa sih?”
“Sekarang kau cepat pulang, jangan pernah lagi kamu lewat sini. Ngerti?” aku hanya bisa menganggukkan kepalaku, karena aku tahu sebagai seorang adik, aku harus patuh pada kakakku.
Saat aku melewati rumah hitam yang terlihat seperti penjara itu, aku melihat seseorang dari balik jendela. Tapi karena dia tahu aku sedang melihatnya, dia langsung menghilang dari jendela itu.
Woohyun POV END
-~-
Author POV
“Ireon nal deugo o o, gandago o o, beoseonel su eobseo. Cause You’re my destiny.” Woohyun sedang membaca-baca buku petunjuknya sambil menyenandungkan lagu dari infinite. Saat ia sedang sibuk-sibuknya membaca. Ada yang mengetuk pintu. Woohyun dengan malas, membukakan pintu.
“Ayah.” Betapa kagetnya Woohyun saat tahu yang datang adalah ayahnya. Ia pun mempersilahkan masuk ayahnya.
“Apa yang kau lakukan Woohyun a? Apa yang sedang kau selidiki?”
“Apa maksud ayah? Memangnya aku terlihat seperti orang yang sedang sibuk hah?” Woohyun hanya menjawab ayahnya dengan seadanya saja.
“Kau tak perlu berpura-pura. Apa yang kau lakukan di kota sebelah selama 3 hari hah? Kau pikir ayah tak tahu. Ayah tahu apapun yang kau lakukan Woohyun. Jadi jangan sampai kau macam-macam mencari hal yang tak perlu kau tahu. Kalau memang kau ingin tetap hidup, kau harus dengarkan apa kata ayah.”
Sebelum Woohyun bisa menjawab kata-kata ayahnya. Ayahnya sudah pergi meninggalkannya. Woohyun semakin bingung dengan semua hal yang ia ingin tahu. Sepertinya apapun yang ingin Woohyun banyak sekali yang ingin menghalanginya.
Author POV END
Donghae POV
“Hei Donghae! Apa yang mau kau lakukan hah? Kau mau mengatakan apa ke adikmu yang bodoh itu hah?”
Hugh, badanku sudah sakit semua. Aku hampir tak bisa bergerak lagi. Seharian ini aku hanya bisa menahan sakit saat bos tahu kalau aku menemui Woohyun diam-diam.
“Donghae, kenapa tak kau jawab hah? Apa kau mau Eunhyuk temanmu itu ikut kena getahmu hah?”
“Jangan! Aku tak pernah mengajak Eunhyuk, dia hanya tak sengaja tahu saja. Jangan!”
“berani sekali kamu menjawabku hah?” Bos berkali menendangku, aku benar-benar tidak bisa bergerak sekarang. Aku tak tahu, apa yang harus aku lakukan. Jangan sampai Woohyun ikut kena juga. Woohyun harus cepat-cepat keluar dari tempat ini, tempat ini sudah tidak aman lagi.
Donghae POV END
Woohyun POV
Aaaaaahhhh, aku capek. Badanku kaku semua. Sudah lama aku tak bergerak, aku mau cari udara segar sekarang. Aku harus segera menyelesaikan ini, jangan sampai ayah tahu lagi.
“Eunji!” teriakku saat melihat Eunji tapi dia tak mendengarku. Saat kudekati dia, dia sedang bersama Sunggyu, sedang apa mereka. Aku perhatikan mereka dari kejauhan. Tiba-tiba saja ada lelaki, ah dia orang yang bersama Donghae hyung waktu di tempat itu. Sunggyu dipukul, ditendang. Aku harus menyelamatkan Eunji.
Tapi tunggu dulu, siapa tahu ini akan membawaku ke pemecahan masalah ini. Aku akan ikuti dia, lagipula dia tak terlihat memaksa Eunji, hanya saja Eunji mau mengikutinya. Mungkin karena takut kurasa.
Lelaki itu membawa Eunji ke 2 rumah itu, rumah dimana aku bertemu Donghae hyung terakhir kali. Sedang apa mereka kesini? Lagipula apa ini tempat kawanan pembunuh itu.
Aku masuk lewat sela-sela rumah tersebut, aku telusuri sela itu dan mendapati pintu kecil yang sepertinya menuju rumah besar itu. Mungkin ini pintu untuk buang sampah saja, pikirku. Aku berhasil masuk ke rumah ini, aku melihat sekeliling. Cukup ngeri berada disana, aura membunuhnya benar-benar sangat terasa melebihi rasa takutku pada kakak.
Kulihat Eunji sedang dipaksa masuk, mereka berdua masuk kamar. Diam-diam aku ikut masuk dan langsung bersembunyi di lemari terdekat.
“Kau diam saja disini, aku akan segera kembali.” Kata lelaki itu.
10 menit berlalu, aku keluar dari lemari, melihat Eunji sedang menangis.
“Eunji.” Eunji menatapku dan langsung memelukku, aku tahu dia pasti ketakutan berada disini. Akupun meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja. Jadi aku menyuruhnya untuk tetap ada di ruang ini. Aku pasti akan menyelamatkannya saat masalah sudah selesai semua.
Aku meninggalkan Eunji, aku pergi ke tempat yang dituju lelaki tadi, aku beruntung punya penciuman lebih dibanding orang kebanyakan. Aku lihat dia masuk ke ruangan dengan pintu yang sangat besar.
“......... iya bos, sekarang dia sedang ada dikamar.” Kata lelaki tadi.
“Bagus, sekarang kau kembali saja kesana. Bawa Donghae ke penjara bawah tanah.”
“Ba baik bos.”
Apa? Donghae hyung? Kulihat Donghae hyung sedang terkapar di lantai. Lelaki itu sedang menggotong Donghae hyung. Kuikuti mereka berdua. Aku ingin melihat keadaan Donghae hyung. Apa yang sebenarnya terjadi?
“Kau bodoh Hae, aku kan sudah bilang jangan macam-macam dengan bos. Kenapa kau selalu saja tak mendengarkan aku. Sudah, biarkan saja adikmu itu. Kau mau mati menggantikan dia apa?”
“Apa? Adikku akan mati? Apa maksudmu?” aku akan mati? Kenapa? Aku pikir lelaki yang bersama Donghae hyung itu bukan orang yang jahat. Hanya saja, mungkin dia tak bisa membantah bosnya.
“aku tak tahu detailnya Hae, sepertinya banyak faktor yang membuat adikmu jadi sasaran. Mungkin karena dia sudah terlalu banyak tahu. Kau tahu sendiri kan? Adikmu itu pergi ke kota sebelah beberapa waktu lalu. Waktu itu ada yang melihatnya dan melaporkannya pada bos.”
Semakin lama suara kakak dan lelaki itu tak terdengar karena sudah hampir kedalam tanah. Aku terus saja mengikuti mereka. Aku tak tahu apa aku akan mati nanti. Yang penting sekarang aku akan menemui kakakku dulu. Tiba-tiba saja ada seseorang yang menyekapku dari belakang, saat kulihat siapa mereka. Itu kakak dan lelaki teman kakak itu.
“apa yang kau lakukan disini? Kau mau setor nyawa hah?” tanya Donghae hyung.
“hyung, kenapa tiba-tiba ada disini? Bukankah tadi?” aku bingung melihat kakak memergokiku.
“Aku ini pembunuh Woohyun, sudah pasti aku tahu cara-cara seperti ini. Yang ingin hyung tahu, apa yang kau lakukan disini hah?”
“Aku hanya, hanya ingin mencari hyung, salah?”
Donghae hyung hanya bisa mendengus saja. Dia tahu aku orang yang sangat keras kepala. Jadi dia hanya diam saja melihatku. Mungkin sudah capek sekali. Apalagi, seluruh tubuhnya sudah babak belur. Akhirnya Donghae hyung dan Eunhyuk hyung yang sudah kutahu namanya mengajakku pergi ke bawah tanah.
Donghae hyung menyuruh Eunhyuk hyung kembali ke tempat bos agar bos tidak marah atau keberadaanku disini akan diketahuinya.
“Apa yang ingin kau ketahui Woohyun?”
“Apa benar sekarang kakak pembunuh? Lalu siapa dibalik semua ini? Yang aku tahu hanya bos itu adalah orang yang dekat dengan Eunji? Benar kan kak?” aku tak henti-hentinya menanyakan semuanya pada Donghae hyung. Kalau memang ini semua terjadi hingga aku akan dibunuh. Aku ingin aku tahu semuanya sebelum aku mati.
“Kenapa kau bertanya banyak sekali Woohyun, kau pikir hyungmu ini menjawab semuanya sekaligus hah? Hahaha” kenapa kakak tertawa? Harusnya dia merasa bahaya, bukan hanya aku yang akan mati, kakak juga akan mati jika bos itu tahu kakak yang membawaku kesini.
DOR, suara tembakan yang sangat keras menggema didalam ruang bawah tanah ini. Ku lihat tubuh kakak sudah berlumuran darah. Aku tahu Donghae hyung sudah tidak dapat bergerak lagi. Aku menoleh melihat siapa orang yang telah menembak kakak. Betapa kagetnya aku saat tahu yang menembak adalah...
“Tuan Jung? Ke kenapa anda bisa??” aku sungguh tidak percaya, kenapa tuan Jung bisa ada disini? Bukankah dia sudah mati?
“Hahahaha, apa kabar detektif ternama Woohyun? Kenapa kau kaget begitu? Apa yang telah membuatmu tak percaya?” Tawa itu berbeda, berbeda dengan tuan Jung yang kukenal dulu. Kenapa? Apa dia yang kakak sebut bos?
“Sudahlah bos, kenapa kau membuatnya kaget seperti itu. Apa yang sebenarnya kau lakukan disini Woohyun?” kali ini jantungku benar-benar mau berhenti, sudah tuan Jung yang kulihat, sekarang... Ayah. Apa yang ayah lakukan disini? Kenapa ia terlihat akrab dengan tuan Jung?
“A ayah? Kenapa ayah ada disini?”
“Oh, jadi Donghae belum ngomong apa-apa ke kamu. Sayang sekali dia harus terkena tembakan.”
“A apa yang ayah katakan? Cepat katakan sekarang yah!” tanpa kusadari aku sudah mengacungkan pistolku ke arah ayah dan tuan Jung. Aku benar-benar sudah tak dapat memikirkan apapun tentang apa yang sedang terjadi disini. Aku sudah kehilangan akal.
“Ternyata pistol itu masih kau bawa kemana-mana, ayah kira kau tak berani menggunakannya. Haruskah pistol yang kuhadiahkan untukmu itu kau acungkan padaku? Harusnya kau berterima kasih pada ayah karena mencabut masa tahananmu.” Ayah mengatakan hal yang benar-benar membuatku muak. Aku muak dengan ayah sepertinya.
“Hei yah! Apa kau pikir aku orang yang gampang dibodohi hah? Kau pikir aku akan dengan mudahnya mengatakan bahwa aku adalah pembunuh? Takkan yah, takkan kubodohi diriku sendiri.” Kutarik pelatuk pistolku. Kutembakkan pada ayah lalu tuan Jung. Dan sialnya peluruku hanya bersarang di lengan kiri tuan Jung. Kulihat ayah sudah tak dapat bergerak lagi. Aku sudah tidak peduli, ayah matipun aku takkan peduli padanya.
Kucari pistol yang lain, dan aku menemukannya di saku Donghae hyung. Saat sekali lagi aku akan menembak Tuan Jung. Tuan Jung pun tak mau kalah, kulihat dia mengarahkan pistolnya padaku. DOR...
-~-
“Agh,” aku terbangun, saat aku berusaha bangun. Badanku terasa sangat sakit, aku hampir tidak menggerakkan badanku. Apa yang terjadi? Dimana ini?
“kau sudah sadar Woohyun? Apa kau ingin makan sesuatu? Kau sudah tidur selama 3 hari.”
“Donghae hyung? Kau masih hidup? Ayah? Dimana ayah? Apa yang sebenarnya terjadi?”
“Sudahlah Woohyun, jangan kau pikirkan hal itu dulu. Kau harus memikirkan keadaanmu terlebih dahulu.”
Aku berusaha untuk memaksa Donghae hyung menceritakan semuanya. Mulai dari hilangnya Donghae hyung sampai sekarang.
Donghae hyung menceritakan bahwa ayah telah membawanya ke sarang pembunuh itu demi menjadikannya seorang pembunuh. Tujuan ayah hanya satu, dia hanya ingin jabatannya tidak turun. Dia tidak ingin ada seorang pun yang mengambil jabatannya, sehingga hampir semua musuh politik ayah sudah terbunuh di tangan Donghae hyung. Donghae hyung tak punya cara lain selain mengikuti apa kata ayah, karena Donghae hyung diancam, jika dia tidak menuruti apa kata ayah, aku akan dibunuh.
Sekarang aku sadar, betapa sayang nya kakakku satu-satunya ini padaku. Tentang Tuan Jung juga, sebenarnya dia adalah bos pembunuh sejak lama, karena dia bosan dengan hidupnya. Dia membunuh istrinya sendiri dan pura-pura mati sebagai orang baik.
Saat Eunji diculik pun, sebenarnya dia ingin sekali lagi memainkan Eunji sebagai boneka kelincinya. Saat dia sudah bosan dengan Eunji, pasti dia akan membunuhnya. Syukurlah Eunji sekarang sudah selamat dan dapat kembali ke rumah pamannya.
-~-
2 tahun berlalu sejak kejadian itu, sekarang aku adalah seorang detektif terkenal yang tidak pernah kalah di pertarungan analisis. Sudah hampir 20 kali aku bisa memecahkan kasus pembunuhan di banyak kota sebelah. Sekarang kakak telah menjadi kepala kepolisian baru. Kepala kepolisian yang dulunya adalah mantan pembunuh. Meskipun hanya aku dan Eunhyuk hyung yang tahu hal itu. Tapi tak pernah sekalipun, kulihat Donghae hyung gagal dalam mengurus kejahatan di kota ini. Kota ini sekarang menjadi aman, kota yang sangat nyaman dengan warga kotanya yang sudah dapat saling mempercayai sesamanya. Dan sekarang, Eunji telah menjadi anak buahku, anak buah yang bisa membantuku. Membantu mengurus semua kebutuhanku, kebutuhanku untuk menganalisis dan juga kebutuhankun akan cinta. Aku tak tahu, apa memang ini takdirku untuk hidup, takdirku yang aneh. Hidup diantara banyak bahaya. Tapi, aku senang menjalaninya, aku menikmatinya. Bukan brarti aku suka, tapi karena “This is My Destiny”