Yong Hwa mengernyitkan dahi, lalu ia tersenyum. “Tentu saja! Kau ini kenapa sih? Seperti curiga kepadaku,” katanya.
Jung Shin, Jong Hyun, Min Hyuk, dan sang manajer saling menebar pandangan yang entah berarti apa. Hal itu sempat membuat Yong Hwa jadi bingung.
“Tapi kau belum menjawab pertanyaan kami soal Rimma itu!” lanjut Min Hyuk.
Yong Hwa terkekeh. Wajahnya terlihat lebih santai, “Ah, jinjja! Kalian benar-benar penasaran dengannya? Sekarang belum waktunya. Nanti akan kuceritakan, tenang saja! Netizen tidak akan mengendus soal ini kalau diantara kalian tidak ada yang membocorkannya.”
Mereka menatap Yong Hwa bingung.
“Ah, ya sudahlah kalau begitu, ayo kita pulang!” kata Jong Hyun bangkit seraya merapikan baju dan menyoren tasnya.
* * *
Seluruh member band beranggotakan 4 orang itu sedang beristirahat di dorm. Mereka baru akan menggelar latihan di studio seperti biasa nanti sore. Yong Hwa memilih tidur siang untuk memulihkan staminanya, sedangkan Jung Shin dan Min Hyuk menghabiskan waktu dengan battle di Play Station. Sementara itu Jong Hyun asyik menelaah kunci-kunci gitar di Ipad-nya sambil tiduran di sofa.
“Jung Shin-ah, apa yang kemarin kau maksud itu ada hubungannya dengan soal Yong Hwa Hyung tadi?” tanya Min Hyuk pelan ditengah-tengah permainan.
“Ne! Menurutmu bagaimana? Apa Yong Hwa Hyung sekarang telah memiliki kekasih dan dia adalah gadis bernama Rimma itu?” jawab Jung Shin sambil terus konsentrasi menghadap televisi.
Mata Min Hyuk mengerling, “Aku tidak tahu! Sebenarnya aku tidak mau menduga-duga, aku ingin mendengar benar atau tidaknya itu dari Yong Hwa Hyung sendiri,” katanya.
Jung Shin lalu mem-pause-kan permainannya, “Aku juga begitu, tapi bagaimana caranya supaya dia mau langsung berbicara kepada kita dan tidak menunda seperti ini? Supaya kita tidak penasaran dan bertanya-tanya terus!”
Min Hyuk berpikir, sementara itu Jong Hyun yang menyadari suara permainan PS The Kids tidak terdengar lagi dan hanya ada suara bisik-bisik, segera mematikan Ipad-nya. Secepat kilat ia bangkit dan bergabung bersama mereka. “Ya, kalian membicarakan soal apa? Sepertinya begitu rahasia?” katanya kemudian ingin tahu sambil mendekatkan wajahnya.
“Yong Hwa Hyung!” jawab Jung Shin langsung. “Menurutmu, hubungan dia dengan gadis itu bagaimana?”
Jong Hyun diam. “Hmm.. Molla~! Eh, kau melihat wajah gadis itu kan? Aku ingin melihatnya, bukankah kau merekamnya?”
“Tentu!” Jung Shin kemudian mengambil HP-nya dan mengotak-atiknya. “Ini dia!” katanya siap memperlihatkan video hasil rekamannya. Namun ketika video itu diputar, hanya gambar hitam dan suara grasak-grusuk tak jelas disertai seruan dari Jung Shin yang berkata: DIA KEMBALI. Melihat hasil video seperti itu, Min Hyuk dan Jong Hyun memasang muka capek deh sambil menatap Jung Shin hampir ke puncak kekesalan.
Sementara itu Jung Shin hanya bisa nyengir sambil mengucapkan kata maaf dan mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V. Tampaknya Jung Shin baru menekan tombol record setelah ia berlari panik karena Yong Hwa akan kembali ke meja setelah bercakap-cakap dengan gadis bernama Rimma itu.
“Ah, kau ini babo atau apa? Payah!” keluh Jong Hyun. “Sudah sekarang siap-siap, sudah waktunya latihan. Tolong bangunkan Yong Hwa-ssi!” katanya lagi seraya berjalan menuju kamar mandi.
“Babo!” Min Hyuk pun menambahkan. “Matikan PS-nya, aku akan membangunkan Yong Hwa Hyung!” ia pun bangkit dan berjalan menuju pintu kamar Yong Hwa.
Jung Shin menghela napas panjang, ia lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Babo! Memang babo!” gumamnya dan kemudian segera mematikan PS.
***
Sejurus kemudian dorm pun disibukkan dengan persiapan pergi ke studio yang tak begitu jauh dari sana. Yong Hwa sudah kelihatan rapi dan siap berlatih.
“Hyung, aku dan Jung Shin pergi duluan ke studio ya! Kami tidak yakin studio dalam keadaan yang baik-baik saja!” kata Min Hyuk.
“Min Hyuk-ah, maksudmu kau akan mengajakku membereskannya?” tanya Jung Shin tak terima.
“Tentu! Bukankah ini sudah biasa kita lakukan? Kajja !” Min Hyuk membuka pintu keluar sambil menarik Jung Shin. Mau tak mau, Jung Shin pun mengikutinya.
Sepeninggal Min Hyuk dan Jung Shin. Tinggal duo gitaris saja di dorm. Yong Hwa yang sudah siap berangkat, menunggu Jong Hyun yang masih bersiap-siap. “Jong Hyun-ah!” panggilnya ketika Jong Hyun sedang sibuk memakai sepatu.
“Ne?” ia mengangkat wajahnya.
“Hmm… bagaimana seandainya, jika ada seorang gadis yang bukan sekedar menjadi fansmu, tapi dia ingin lebih dari itu denganmu walaupun hanya sebentar?” tanya Yong Hwa tiba-tiba.
“Mwo?! Apa maksudmu?” Jong Hyun terkekeh dan menatap Yong Hwa heran.
“Ani! Aku hanya ingin tahu pendapatmu saja!”
“Tunggu, apa ini ada hubungannya dengan soal Rimma dan dirimu?” Jong Hyun balik bertanya.
Mata Yong Hwa membelalak. “Ne?! Ani-ani!” Yong Hwa mengelak sambil tersenyum salah tingkah. “Kau punya jawabannya?”
Jong Hyun berpikir, “Hmm… untuk saat ini tidak! Ah, sudahlah! Ppalli-ppalli! Kajja!” Jong Hyun bangkit dan siap keluar. Ia bahkan tak menunggu Yong Hwa yang sedari tadi justru menunggunya supaya bisa berangkat bersama.
Setelah Jong Hyun pergi, Yong Hwa hanya bisa menghela napas panjang. Ia pun segera memakai sepatunya untuk menyusul lead gitaris bandnya itu. Namun ketika ia membuka pintu ia dikejutkan dengan kehadiran seorang gadis yang tidak lain adalah Rimma.
“Omo?! Rimma-yah, apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya kaget dan agak marah.
“Yong Hwa-yah, sudahkah kau lakukan itu?” ia bertanya dengan ekspresi memelas.
“Mwo? Asshh, Rimma-yah, sekarang aku mau latihan dulu. Tenang, nanti pasti kulakukan. Aku pasti akan memberikannya dan berbicara langsung…”
“Ppalli, Yong Hwa-yah! Ppalli~!” katanya hampir menangis.
“Asshhh… kau jangan menangis di sini! Sudah, sekarang kau pergi dulu! Nanti setelah aku latihan, kita bertemu di coffee shop biasa. Jika orang lain melihatmu di sini, mereka akan curiga. Cepat pergi dulu!”
“Kau juga mau keluar kan? Ya sudah, bareng saja denganku!”
Yong Hwa menghela napas panjang. Ia kemudian menutup pintu dorm dan menguncinya, lalu berjalan mendahului Rimma yang masih berdiri di depan pintu. “Kajja!” katanya kemudian. Rimma pun mengikutinya. Mereka berpisah tepat di halaman dorm. Yong Hwa menuju studio latihan, sementara Rimma menjauh menuju jalan raya. Sementara itu, dari jendela studio. Jung Shin, Min Hyuk, dan Jong Hyun memperhatikan kebersamaan mereka.
“Wah, bahaya! Dia sudah berani mengunjungi Yong Hwa Hyung ke dorm,” kata Jung Shin panik.
Jong Hyun menghela napas, “Sebenarnya, siapa gadis itu? Benarkah dia yang bernama Rimma?” gumamnya.
“Aku yakin, gadis itu pasti orang yang bernama Rimma!” kata Min Hyuk seraya duduk dibalik drum-nya.
Sepuluh menit kemudian, pintu studio terbuka. Yong Hwa datang dan langsung meraih gitarnya dan berdiri dihadapan stand mic. “Ayo langsung kita mulai!” ajaknya.
Jong Hyun, Jung Shin, dan Min Hyuk saling pandang heran, namun mereka langsung memenuhi ajakan sang leader. Seperti biasa, lagu Geek In The Pink dari Jason Mraz pun menjadi pembuka latihan mereka.
Usai latihan, Yong Hwa tidak langsung pulang ke dorm. Ia justru pamit pergi, katanya ada janji dengan seseorang. Hal itu membuat member lain curiga, tapi mereka tidak bisa melarang karena itu adalah hak setiap setiap member jika memiliki waktu senggang seperti ini.
“Aku ingin tahu apa yang dilakukan Yong Hwa Hyung!” kata Jung Shin. “Aku ingin mengikutinya, aku ingin menjadi paparazzi lagi!”
“Ya! Kau ini! Biarkan saja! Sudah kubilang, jika sudah waktunya dia pasti akan bicara pada kita. Aku yakin ini ada alasannya dan aku rasa dia tidak bermaksud menutupi!” ujar Jong Hyun.
Jung Shin pun hanya bisa diam, begitupula Min Hyuk.
* * *
Rimma menunggu kedatangan Yong Hwa dengan wajah yang terlihat sedih. Ia menggenggam sebuah foto dan menatapnya lekat. Sedang begitu tiba-tiba saja Yong Hwa sudah hadir dihadapannya dengan napas yang sedikit terengah-engah.
“Maaf menunggu lama. Kau tidak apa-apa?” tanyanya cemas.
Rimma menatap Yong Hwa kesal, “Bagaimana aku bisa tidak apa-apa kalau kau belum melakukan hal itu? Hanya memberikan benda itu saja kau sulit sekali! Kau tahu waktu hidupku…”
“Pssstt! Hentikan!” Yong Hwa menaikkan jari telunjuknya tepat di depan muka Rimma. “Aku tahu! Lagipula, mengapa kau selalu saja berkeliaran? Hal itu membuatku cemas!”
“Karena kau belum mengabulkan keinginanku! Sedangkan aku memintamu melakukan itu sejak aku kembali dari Kanada sebulan yang lalu! Kau jahat!” mata Rimma berkaca-kaca.
Yong Hwa menghela napas panjang, ia mengusap mukanya. “Mianhae! Baiklah, akan kulakukan itu sekarang. Ikutlah denganku ke dorm, aku akan mengatakannya lalu kau berikan benda itu langsung padanya dan kau pun bisa mengatakan hal yang ingin kau sampaikan pada kami!”
Mata Rimma membelalak, “Jinjja?!” Yong Hwa melipat mulutnya lalu mengangguk pelan. Raut muka Rimma langsung berubah ceria, ia bangkit dari duduknya, mendekati Yong Hwa dan merangkulnya bahagia sambil terus mengucapkan terima kasih.
Bersamaan dengan itu, seseorang mengabadikan pemandangan tersebut dan langsung mengunggahnya ke internet disertai dengan tulisan yang meyakinkan bahwa leader itu kini sudah memiliki kekasih. Foto dan artikel itu diberi judul Yong Hwa and The Girl Hugging at Coffee Shop. Who’s The Girl?! dan berbagai komen dari para netizen serta fans pun bermunculan di halaman itu.
Di dorm, Min Hyuk yang sedang asyik berselancar di dunia maya dengan laptopnya, terhenyak kaget melihat foto dan judul artikel itu. Ia lalu membuka dan membacanya. “Apa ini? Diunggah beberapa menit yang lalu? Ya Tuhan, apa yang dilakukan Yong Hwa Hyung?” gumamnya. “Ya, Jung Shin-ah! Jong Hyun Hyung! Lihat ini! Cepat ke sini! Ppalli!” teriak Min Hyuk tak santai.
Jong Hyun dan Jung Shin pun langsung mendekati Min Hyuk, dan ketika melihat gambar yang dimaksud Min Hyuk mereka begitu shock dan tidak mempercayainya.
“OMO! Ini benar Yong Hwa Hyung? Bukankah, ini gadis yang tadi sore kita lihat bersamanya sebelum latihan?” ujar Jung Shin tak habis pikir.
“Geurae! Itu gadis yang tadi. Bajunya pun sama. Baju Yong Hwa juga!” tambah Jong Hyun.
“Iya benar! Yong Hwa Hyung memang tidak mengganti bajunya setelah latihan tadi. Apa gadis itu memang benar-benar Rimma ?” tukas Min Hyuk lagi.
Mereka bertiga kemudian saling tatap seraya menduga-duga. Tiba-tiba kekagetan itu pecah saat Yong Hwa datang dengan senyum yang menunjukkan sisi yang menjadi daya tariknya selama ini yaitu side teeth. Namun suasana di dorm kelihatan tak biasa, pandangan misterius terhadap dirinya ditunjukkan para member. “Ada apa ini? Mengapa kalian menatapku seperti itu?” tanyanya kemudian.
“Kemari Hyung! Kau tampaknya perlu menjelaskan sesuatu kepada kami!” ujar Jung Shin. Yong Hwa mengernyitkan dahi, ia lalu berjalan mendekati ketiga member. “Jelaskan soal foto dan artikel ini!” lanjut Jung Shin sambil menunjuk layar laptop Min Hyuk.
Yong Hwa membelalak kaget, ia buru-buru duduk dan membaca apa yang ditampilkan pada layar komputer jinjing itu. “Ah, jinjja! Apa-apaan ini?” keluhnya kemudian.
“Itu benar gambar dirimu kan? Dan perempuan itu, kami melihatnya tadi sore sebelum latihan. Dia, keluar dari gedung ini bersamamu. Diakah Rimma?” Jong Hyun bersuara.
Yong Hwa menghembuskan napasnya kencang sambil mengusap rambutnya. “Tunggu sebentar!” katanya. Ia kembali menuju pintu utama dorm. Sesaat kemudian ia kembali masuk dan seorang gadis mengikutinya.
Jong Hyun, Jung Shin, dan Min Hyuk terkejut melihat orang yang berada di belakang Yong Hwa. Mulut mereka menganga, mata mereka membelalak. Mereka tak percaya dengan yang Yong Hwa lakukan, mengajak seorang gadis datang ke dorm. Yong Hwa dan gadis itu kini sudah ada dihadapan mereka.
“Mianhae! Selama ini, aku tidak bermaksud menyembunyikan hal ini dari kalian. Soal artikel yang baru saja beredar di internet itu, aku harap kalian bisa segera melupakannya karena kalian akan tahu cerita yang sesungguhnya.” Yong Hwa kemudian melihat Rimma. Rimma masih tertunduk malu. Ia menyentuh bahu Rimma dan menyuruhnya berdiri sejajar dengannya sambil berkata, “Perkenalkan, ini Rimma. Dia sahabatku dan baru pulang dari Kanada, karena studi-nya sudah selesai .”
Rimma lalu menyapa mereka seraya membungkukkan badan meskipun belum berani mengangkat wajah sepenuhnya, “Annyeong haseyo! Choneun Rimma-imnida. Bangapseumnida!” katanya dengan senyum simpul.
Jong Hyun dan The Kids sedikit salah tingkah, mereka pun membalas sapaan hangat dari Rimma. Mereka menatap Yong Hwa bingung. “Hyung, benar dia sahabatmu?” Min Hyuk ragu.
Yong Hwa terkekeh, “Geurae! Aku minta maaf! Sebenarnya aku ingin mengatakan ini sejak lama, tapi karena aku lebih fokus terhadap single yang sedang kita garap jadi aku menunda memberitahukan hal ini kepada kalian. Jong Hyun-ah, tadi aku sempat bertanya sesuatu padamu kan?”
Jong Hyun sedikit terperanjat. Ia diam berpikir sejenak, “Ah, ne! Waeyo?”
“Hmm… Ya, jadi sebenarnya, Rimma… dia, dia adalah fans beratmu, Jong Hyun-ah!” lanjutnya sedikit tersendat.
“MWO?!” seluruh member kompak terkejut.
“Naega?!” Jong Hyun tak percaya. Rimma tersenyum sambil menatap Jong Hyun. Sementara Jong Hyun merasa tak percaya dan tiba-tiba saja rasa malu menyusupinya. “Ah, gamsahamnida!” katanya kemudian sambil membalas senyuman Rimma meskipun masih sedikit canggung.
“Tapi, seperti yang aku tanyakan padamu tadi sore. Bagaimana seandainya, ada gadis yang bukan sekedar menjadi fansmu, tapi dia ingin lebih dari itu walaupun hanya sebentar?” Yong Hwa mengulang pertanyaannya tadi sore.
Jong Hyun justru kebingungan, terlebih Jung Shin dan Min Hyuk. “Tapi, aku tak mengerti dengan maksudmu ini.”
“Ne-ne, aku mengerti! Aku akan menjelaskannya. Begini, Rimma adalah sahabatku sejak kecil. Dia tinggal di Seoul, tapi selama ini dia sekolah di Kanada dan karena telah selesai maka dia kembali ke Korea. Bisa dikatakan, Rimma adalah Boice. Karena dia memang selalu mendukung band kita ini, selalu membeli setiap album yang kita rilis, dan tentunya dia memiliki salah satu member yang paling disukainya. Dan itu adalah kau Jong Hyun-ah!”
“Tapi, mengapa kau tidak memberitahu kami sejak awal kalau Rimma ini sahabatmu? Kalau kami tahu sejak awal, tentu kecurigaan dan dugaan-dugaan kami terhadapmu dan Rimma-ssi tidak akan klimaks seperti ini!” sela Jung Shin kemudian.
“Mianhae! Aku tidak mengatakannya karena aku rasa ini tidak penting, tapi setelah tahu bahwa Rimma mengalami sesuatu yang sangat menyakitkanku, aku baru menyadarinya. Sayangnya, karena kesibukan kita menggarap single sejak sebulan yang lalu aku pun sedikit melupakannya. Puncaknya, saat Rimma menitipkan ini padaku!” Yong Hwa mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku jaketnya. “Ini untukmu Jong Hyun-ah! Maaf aku belum sempat memberikannya padamu. Ambillah!”
Jong Hyun heran, perlahan ia pun menerima kotak itu dari Yong Hwa. “Oh, gamsahamnida… Hmm… Rimma-ssi!” katanya.
Rimma kembali tersenyum dan tak hentinya menatap Jong Hyun. “Jong Hyun-ssi, Jung Shin-ssi, Min Hyuk-ssi. Mianhae! Karena aku, Yong Hwa telah membuat kalian cemas dan curiga membuat skandal yang bisa merusak popularitas grup kalian. Kalau saja waktuku masih lama ada di dunia ini, aku tidak akan membuat Yong Hwa pusing dengan permintaanku yang sebenarnya tidak seberapa ini,” katanya.
“Aku memiliki leukemia. Aku tak tahu aku bisa berdiri di bumi ini sampai kapan. Maka ketika Yong Hwa akan mengabulkan permintaanku yang sudah kuutarakan sejak aku datang ke sini sebulan lalu, aku sangat senang dan tak menyangka karena kebahagiaanku itu bisa menimbulkan berita yang cukup membuat kalian gerah. Di sisa aku membuka mata, aku ingin bertemu langsung dengan Jong Hyun-ssi. Memberi dan melihatnya mengenakan kalung yang kuberikan. Kalau pergi bersama ke suatu tempat hanya berdua saja tidak memungkinkan. Cukup pelukan hangat saja selama sepuluh detik. Hanya itu permintaanku,” Rimma mulai berkaca-kaca.
Yong Hwa mengusap-usap pundak sahabatnya itu. Jong Hyun menatap Rimma sedih disertai bingung dan perasaan lain yang bercampur. Jung Shin dan Min Hyuk pun menyaksikan yang ada dihadapannya tak percaya. Jong Hyun melirik Yong Hwa, Yong Hwa memberi kode kepadanya supaya segera membuka benda yang dipegangnya.
Jong Hyun paham, ia lalu membuka kotak yang Yong Hwa berikan padanya tadi. “Rimma-ssi, terima kasih kau telah menjadi fansku. Aku merasa tersanjung. Dan, aku paham perasaanmu. Sebagai ucapan terima kasihku itu, aku akan mencoba mengabulkan keinginanmu.” Jong Hyun tersenyum.
“Tapi aku harap, itu bukan karena kau kasihan padaku!” ujarnya lagi disertai derai air mata.
“Tentu tidak! Itu kulakukan sebagai ucapan terima kasih dan karena kau adalah sahabat Yong Hwa-ssi. Menyenangkan hatimu berarti menyenangkan hati Yong Hwa pula. Hmm… Min Hyuk-ah, tolong abadikan prosesi ini!” Min Hyuk dengan cepat mengambil kamera pocket yang tergeletak di dekat laptopnya. “Pakaikan ini padaku!” katanya kemudian sambil menyodorkan kotak terbuka yang berisi kalung itu kepada Rimma. Rimma menatap Jong Hyun ragu, tapi tatapan dan senyuman Jong Hyun meyakinkannya. Ia pun segera memakaikan kalung darinya kepada Jong Hyun.
“Bolehkah aku memelukmu?” tanyanya kemudian usai memakaikan kalung itu.
“Tentu!” jawab Jong Hyun tersenyum.
Rimma pun langsung memeluknya cepat dan menangis sesegukan dipelukan Jong Hyun. “Gomawoyo! Gomawoyo! Gomawoyo Jong Hyun-ssi!”
“Ne! Be calm! I’m with you, now!” bisik Jong Hyun lirih.
Rimma semakin menguatkan pelukannya kepada Jong Hyun. Yong Hwa, Jung Shin, dan Min Hyuk pun ikut senyum bahagia meskipun dibalik itu ada kepiluan yang menjulang tinggi.