“Tell Me, What is Love?”
“Tuhan bisakah waktu kuputar kembali. Aku hanya ingin memulainya dari awal”
----------------------------------------------------
Kubuka lembar perlembar sebuah album foto yang kuambil dari sebuah almari. Kulihat begitu banyak memori yang kuciptakan bersama dia, seseorang yang kuanggap terbaik. Aku ingin mengatakan semuanya, tapi entahlah pengorbanannya terlalu besar dia berikan kepadaku.
Kuputar ingatanku perlahan. Orang tuaku telah berpisah beberapa tahun yang lalu. Semuanya seperti hancur, bahkan aku merasa aku tak bisa menikmati duniaku. Disaat aku merasa bahwa aku sudah tak punya harapan lagi, aku mengenal seseorang yang mampu membuat semua kembali berwarna. Seperti rumput kering di musim kemarau, bukankah dia akan bahagia ketika hujan turun?
“Ah aku ingat, bukankah ini pertama kali kau dapat ijin untuk pergi jauh dan kita melakukan camping?” Aku menunjukkan foto itu padanya.
Dia menatapku diam.
“Kenapa kau mengeluarkan air mata? Apakah ada sesuatu yang terjadi?”
Dia menyadari tangisanku. Kuusap mataku dan kembali menanyakan itu padanya. Sehun, aku mengenalnya tiga tahun lalu tepat saat aku masuk ke sebuah sekolah baru. Dia bukan orang pertama yang aku kenal. Tapi dia selalu jadi orang pertama yang bersiap menolongku.
“Jawab pertanyaanku! Kenapa kau menangis? Kau ingin makan es krim?”
“Bukankah kau yang ingin makan es krim? Yak Oh Sehun! Kau tidak terharu melihat foto-foto lama kita ini?”
“Hanya satu yang aku rasakan setiap melihat foto itu!” Dia menatapku dan memberikan senyumannya
“Apa?”
Dia mendekat dan duduk disampingku.
“Lihatlah, jika kau amati setiap kita bersama pasti akan ada moment yang indah. Jadi aku merasa bahagia. Walaupun sebenarnya aku tak ingin waktu cepat berlalu, aku masih ingin tumbuh bersamamu”
Kutatap matanya, aku tau dia jujur mengatakan itu. Tuhan, ini semakin membuatku bingung.
“Yaaaa! Kenapa kau jadi berlebihan! Aku hanya bertanya soal foto kenapa kau terlalu serius menanggapinya?” Tanyaku
“Bukankah aku selalu serius padamu!” Jawabnya sambal mengacak rambutku
“Yaaak. Oh sehun!”
Ditengah kami bercanda datang seseorang yang mengejutkan.
“Sehun! Kau tau dimana sepatu putih milikku?” Tanyanya
“Ah di belakang pintu. Maaf aku tidak ijin padamu hyung!” jawab Sehun
“Jika kau mau pakai sepatuku katakan, agar aku tak mencarinya. Bukankah aku tak pernah mengambil atau merebut milikmu?”
Percakapan terlihat serius, aku menatap seseorang yang berada di depan Sehun dalam-dalam. Dia memang sangat dingin berbeda dengan Sehun.
“Yaaak hyung, aku kan adikmu tenanglah! Kau sangat baik jika kau mau ambil barangku juga aku akan ijinkan hahahahaha”
“Benarkah? Sekalipun itu sangat berharga untukmu?”
“Ah sudah, segeralah berangkat! Agar kau bisa mendapat gadis impianmu”
Lelaki itu pergi, kutatap punggungnya yang terlihat menjauh.
---------------------------------------------------------
Kulihat koridor sekolah yang sangat ramai, entah perasaanku belum begitu membaik hari ini. Aku ingat aku punya tempat favorit yang bisa membuatku tenang. Kulangkahkan kakiku kesana, sekolah sedang sangat sibuk dengan agenda tahunan. Tapi aku bukan tipe orang yang menyukai keramaian. Lebih baik aku memutuskan pergi dan mencari tempat yang senyap.
Aku pergi ke taman belakang sekolah. Sebuah taman buatan yang cukup indah, hampir tiap hari kutengok bunga-bunga yang ikut kutanam disini.
“Jadi tempat ini masih jadi favoritmu?” seseorang mengagetkanku. Aku menoleh kearahnya.
“Ah….Oppa…Kenapa kau di…di..disini?”
“Kenapa kau terkejut, bukankah kau tau ini juga tempat favoritku”
“Ah…bukan..maksudku kenapa kau ke sekolah ini?”
“Aku mengambil beberapa berkas. Aku perlu untuk mengurus sesuatu”
Kami merasa sangat canggung. Dulu kami tak seperti ini, mungkin ini salahku. Aku mengungkapkan perasaanku padanya terlebih dulu waktu itu. Dia adalah Kai, kakak kandung dari Sehun. Sangat rumit bukan, kenyataan kau mencintai kakaknya namun kau mendapat balasan justru dari adiknya.
“Apa bunga mawar yang kutanam dulu masih segar?” Tanyanya mengejutkanku.
“Aaah iya…lihatlah di sebelah sana”
“Taman ini tak banyak berubah, justru bunganya semakin bermekaran. Bagaimana denganmu?”
“Aku? Apa yang oppa maksud?”
“Apa perasaanmu padaku juga semakin bermekaran?”
Ah ini gila, dia menanyakan hal itu dengan senyumnya yang mematikan. Aku hanya seperti dikubur ribuan salju.
“Kenapa diam? Aku bertanya padamu!”
“Jangan kau tanya itu lagi, aku sudah lupa” Aku menjawab dengan mengalihkan pandanganku
“Kau yakin tak mau mengatakan sesuatu untuk terakhir kalinya?” Dia mendekat dan menarik tangan kananku.
Aku terdiam beberapa menit. Entah aku tak tau apa yang sedang terjadi, aku kacau.
“Tak pernah berkurang sedikitpun. Seperti yang kau bilang semakin bertambah” Aku tak tau kata apa yang keluar dari mulutku. Dia menatap mataku. Kakiku bahkan rasanya sudah tak bertulang.
“Bagaimana dengan Sehun? Kau tak mencintainya?”
Aku terdiam kembali.
“Jawablah!”
“Kenapa kau tanyakan itu. Aku sudah lama ingin katakan padanya tapi kau mencegahku. Semuanya sudah sejauh ini, Sehun sudah banyak melakukan hal untukku. Bahkan untuk meninggalkannya aku tak bisa. Tapi apa aku salah jika aku tak bisa mencintainya. Kau tau kau menyiksaku untuk semua ini! Kau….”
Dia menarikku dan memelukku dalam lengannya.
“Apa kau tau bagaimana tersiksanya aku melihat kalian bersama. Tapi terkadang cinta tak selalu seperti apa yang kita inginkan. Sehun bisa membuatmu bahagia lebih dari aku. Aku tau itu, dia akan lakukan apapun demi kau. Dia rela berkorban apapun”
Aku tak tahan, aku menangis dalam pelukannya. Aku merasa sangat bersalah pada Sehun.
“Jika kau mencintaiku, kumohon berikan kebahagiaanmu padanya. Aku akan bahagia melihatnya. Semua akan terbiasa, ini hanya butuh waktu! Suatu saat kau akan merasakan apa yang dia rasakan. Sedangkan aku butuh waktu untuk melupakan ini semua”
Entah apa maksud dari yang dia katakan. Aku hanya merasa dia juga menangis.
“Oppa…kenapa kau menangis”
“Aku menangis bahagia, aku bisa melepasmu sekarang. Bahagiakan Sehun, kumohon”
Aku melepas pelukannya dan melihat dia menangis. Ini pertama kalinya bagiku melihat dia mengeluarkan air mata.
“Aku akan meneruskan sekolahku keluar negeri, nanti jika aku kembali kau dan sehun harus sudah saling mencintai!” Dia memegang pipiku dan kemudian beranjak pergi. Aku hanya bisa menatapnya semakin menjauh dan dia akan benar-benar jauh.
Aku duduk dan menangis. Kulihat mawar yang dulu dia berikan kepadaku. Dulu mawar itu hanya bibit dan kini berkembang sangat cantik. Seperti yang ia katakan, mungkin cintaku ke Sehun akan berkembang seiring berjalannya waktu. Ya, aku mungkin hanya butuh waktu untuk ini semua.
“Hey! Aku mencarimu ternyata kau disini!”
Sehun membuyarkan lamunanku. Kuhapus air mataku agar dia tak merasa khawatir.
“Apa yang kau bawa?” Tanyaku
“Aku bawakan dua eskrim kau boleh makan keduanya. Kalau tidak satu untukmu dan satu untukku. Mari makan bersama agar moodmu bagus hari ini!”
Kutatap Sehun, aku tak pernah bertemu orang setulus dia. Benar-benar tulus dalam menjaga dan melindungiku. Mungkin jika ditanya apa itu cinta, Sehun adalah jawaban terbaik.
“Sehun, terima kasih untuk semuanya. Maaf jika aku jadi beban untukmu”
Sehun mengarahkan pandangannya kepadaku dan mengatakan,
“Apapun..asal kau bahagia”
“Lalu ijinkan aku sesuatu!”
“Apa?” Tanya Sehun terlihat penasaran.
“Ijinkan aku menuliskan cerita kita ini untuk #FREETIXEXOluXion!”
“Tulislah! Tulis semua yang membahagiakan agar orang tau bagaimana kita!”
-----------------------------------------------------------------------------