the nightmare that always make me remember all about you…
▲▲▲
Salju mulai turun di hari malam Natal tahun 2013 ini. Seluruh jalan raya tidaklah sepi untuk hari itu dari pagi hingga munculnya pagi lagi, orang berlalu-lalang disana dengan pakaian bermacam-macam warna dengan tekstur yang tebal. Memang di kota kelahiran Byun Baekhyun tidak pernah panas pada hari Natal di setiap tahunnya.
Semua orang berjalan dengan orang-orang terdekat dengan canda dan tawa yang menghiasi pertemuan mereka. Tapi semua itu tidak berlaku untuk Baekhyun. Laki-laki ini malah membuka matanya cepat dari tidurnya dan langsung melirik jam alarm di meja sebelah kanannya. Disana tertuliskan 03:00 AM. Berarti masih sangat pagi dan sepertinya ia mempunyai mimpi buruk.
Mimpi buruk yang selalu menghantuinya jika malam Natal akan berakhir. Pada jam yang sama dan tanggal yang sama yaitu 24 Desember. Jika didengar, tanggal itu tidak ada artinya bagi kalian, tapi bagi Baekhyun tanggal itu sangat mengandung makna dan menyimpan segala peristiwa dalam hidupnya. Ya, pada tanggal 24 Desember tahun 2012 lalu ia telah resmi ditinggal oleh kekasihnya yang sangat ia cintai dan sayangi. Rasa cinta itu masih tergores jelas di hatinya dan tak bisa ia lupakan.
>>> FLASHBACK <<<
{ Now Playing: My Turn To Cry by EXO }
{ 22 Desember, 2012 }
Sepasang kekasih sedang berjalan mengitari kota Seoul dengan sepeda motor berwarna hitam dan helm berwarna senada yang menutupi kepala mereka. Sepeda motor itu berhenti di depan kedai kopi yang pada tengah malam masih buka dan masih banyak orang yang datang juga. Mereka turun dari atas sepeda motor dan perempuan yang tadi duduk di belakang laki-laki bersurai light brown duduk di salah satu kursi kedai. “Kau tunggu sini, aku ingin membeli kopi.” Kata laki-laki dan perempuan itu menganggukkan kepalanya. “Hey! Tunggu!” teriak perempuan itu yang membuat sang laki-laki menoleh. “Jangan lupa. Cppucinno dengan extra creamer.” Kata perempuan itu. “Aku tidak pernah melupakan itu.” Jawab laki-laki dan kembali berjalan masuk ke dalam kedai.
10 menit kemudian……
"Jika ada bintang jatuh pada malam ini, aku akan mengatakan permintaanku pada bintang itu." kata Baekhyun pada seorang gadis berambut panjang di sebelahnya. Mereka sedang duduk di bangku taman dekat kedai kopi. Baekhyun adalah nama laki-laki tadi, ia meninggalkan sepeda motornya di parkiran kedai kopi dan para pegawai disana mengizikannya.
"Kau ingin meminta apa?" tanya gadis itu cepat.
"Aku ingin agar hubungan kita terus berjalan dengan lurus dan awet sampai kapanpun. Aku tau, permintaanmu juga seperti itu kan?"
"Tentu saja. Kau kan tau, seberapa besar rasa cintaku padamu selama ini." kata perempuan itu dan menaruh kepalanya pelan di pundak Baekhyun dan mengalungkan kedua tangannya di lengan Baekhyun. "Aku harap, kita tetap seperti ini untuk selamanya.." kata Baekhyun dan mengecup puncak kepala gadisnya lembut. "Ya.. Ku harap begitu.." jawab gadisnya dan menutup matanya untuk merasakan nyamannya di pundak kekasihnya itu.
{ 23 Desember, 2012 }
Sepertinya salju di depan rumah orang-orang sudah mulai menumpuk tebal dan membuat yang berjalan disitu bisa terpeleset. Baekhyun memikirkan hal bodoh itu sendirian di balik tirai jendela kamarnya dengan segelas wine yang menemaninya malam itu. Bagaimana kalau membersihkan salju-salju itu? Itu hal yang bagus - pikir Baekhyun.
Baru saja ia ingin berputar dan turun ke bawah, sepasang tangan telah melingkar sempurna di pinggang hingga perutnya. Baekhyun tersenyum dan menaruh wine yang ia minum ke meja belajarnya. "Kau bisa masuk ke kamarku lewat lubang tikus yang mana, sayang?" tanya Baekhyun seraya mengenggam kedua tangan itu. Yang dipanggil 'sayang' oleh Baekhyun hanya bisa tertawa dan menyandarkan kepalanya di punggung hangat Baekhyun. "Apa kau lupa kalau aku tau password pintu rumahmu? Kau yang memberitahuku dua hari yang lalu.." kata kekasih Baekhyun dengan suara yang sedikit sumbang.
Baekhyun yang menyadari bahwa suara kekasihnya itu terdengar agak aneh, ia memutarkan tubuhnya dan menatap kekasihnya dalam. "Kau sakit?" tanya Baekhyun khawatir dan menangkup wajah kekasihnya di telapak tangan lebarnya. "Ti..tidak.." jawab gadis itu tapi matanya tidak menatap mata Baekhyun karena takut. "Kau berbohong lagi padaku." kata Baekhyun dengan wajah serius. "Baiklah aku mengaku bahwa aku sakit." jawab kekasihnya dan menatap mata Baekhyun. "Kenapa kau bisa sakit? Tadi sudah ku sarankan tidak usah pergi keluar karena wajahmu sudah terlihat tidak sehat, tapi kau malah memaksaku untuk menemanimu keluar.." omel Baekhyun panjang lebar dan gadisnya hanya bisa menghela napas. Ia menaruh jari telunjuknya di bibir Baekhyun agar bisa diam, "Aku hanya bosan di rumah dan ku pikir di hari selanjutnya kita tak bisa bertemu kembali karena kita ada acara keluarga masing-masing.." jawab gadisnya lalu menggenggam kedua tangan Baekhyun yang sedang menangkup pipinya. "..jadi tak usah mengkhawatirkanku karena aku tidak apa-apa." lanjut gadis itu dengan tatapan sayu.
Baekhyun yang mendengar itu semua hanya bisa memeluk kekasihnya erat tanpa memberi jarak di antara mereka. "Maafkan aku.. Aku hanya takut kau sakit." kata Baekhyun yang memecahkan keheningan di antara mereka. Gadisnya mengangguk, "Aku mengerti. Ibu dan ayah juga seperti itu jika aku sedang sakit, omelannya tidak ada koma dan titik." jawab kekasihnya dan Baekhyun hanya tersenyum hangat.
Suara isakan terdengar jelas di telinga Baekhyun. Laki-laki yang gemar mengoleksi sepatu itu mengangkat wajah kekasihnya dan menghapus air matanya, "Kau kenapa menangis? Ada masalah? Apa aku mempunyai kesalahan padamu?" tanya Baekhyun beruturut-turut yang membuat gadisnya hanya bisa menggeleng lemas. "Lalu kenapa?" tanya Baekhyun khawatir. "Aku.. Aku hanya takut di hari Natal selanjutnya kita tak bisa berpelukan seperti ini lagi.." jawab gadisnya yang membuat Baekhyun bingung. "A-apa maksudmu tidak bisa berpelukan lagi?" tanya Baekhyun yang semakin bingung dengan kata-kata yang dituturkan kekasihnya. "Aku..Aku mempunyai penyakit kanker darah selama dua tahun terakhir.." jawab kekasihnya yang air matanya tambah mengalir banyak di pipinya.
"Kenapa kau tidak memberitahu aku??" tanya Baekhyun sambil menahan air matanya. "Aku hanya takut kau menjauhiku dan memandangku lain dengan perempuan-perempuan yang lain di dunia ini.." jawab gadis itu yang tangisannya semakin menjadi. "..Kau ini berbicara apa!!" seru Baekhyun dan kekasihnya menggelengkan kepala, "..Semua yang ada di tubuhku ini palsu! Rambut palsu, darah palsu, senyum palsu dan ekspresi palsu!! Semuanya palsu!! Semuanya ku lakukan untuk membuatmu senang dan tidak menangis lagi semenjak kejadian ayahmu mengusir kakak laki-laki yang dekat denganmu dari rumah!" jawab gadisnya dengan tangisan yang kencang. "Tidak.. Kau pasti sedang ber-acting 'kan denganku??" tanya Baekhyun dan gadisnya itu hanya bisa menangis. "Semenjak kita berkenalan di rumah sakit Seoul, tepatnya tujuh bulan yang lalu.. Kau menanyakan padaku sedang apa aku duduk sendirian di lobby utama rumah sakit dengan sebotol air putih di tanganku.." kata kekasih Baekhyun yang mulai memutarbalikkan pengalaman mereka. "..aku bilang, aku hanya menunggu ibu dan ayahku yang sedang menebus obat sakit demam untukku. Padahal itu adalah minggu ke enam untuk diriku yang sedang menderita kanker darah.." lanjut gadis itu yang masih menatap mata Baekhyun.
"..rambutku sudah mulai rontok karena efek dari cemotheraphy yang aku jalani dua minggu sekali. Pada saat kau menanyakan aku sakit apa, aku langsung menutupi kepalaku dengan topi dari jaket merahku karena... karena aku malu mempunyai penyakit seperti itu. Wajahku lusuh tapi aku tetap menunjukkan senyuman untuk orang-orang yang menyapaku tiap harinya. Rumah sakit itu telah menjadi rumah kedua bagiku." gadis itu mengakhiri ceritanya dengan helaan napas. "Jadi, ku pikir ini adalah hari terakhir kita berpelukan, Baekhyun-ah.." kata gadisnya dan mengecup bibir Baekhyun dengan lembut. "Tidak mungkin.. Ini tidak mungkin!!"
"Semuanya mungkin, Baekhyun.. Apa yang aku ceritakan tadi adalah kisah nyata di antara kita berdua!!" seru kekasihnya itu dan ia pergi meninggalkan Baekhyun sendirian di kamarnya dengan air mata yang menggelinang di kedua pipinya.
{ 24 Desember, 2012 }
Baekhyun bangun dari tidurnya dan matanya terlihat sangat bengkak dan wajahnya juga sembab akibat menangis semalam. Ia bangkit dari kasurnya dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka lalu menggosok gigi. "Wajah macam apa ini, Byun Baekhyun.." gumam Baekhyun sendirian di depan kaca—tepat di atas wastafel. Ia mengeringkan wajahnya lalu menyisir rambut sebentar lalu pergi ke ruang makan untuk menyantap sarapannya bersama keluarganya.
Ia menuruni tangga dengan langkah yang malas-malasan dan membuat suara sandal rumahnya berbunyi nyaring. "Baekhyun, angkat kakimu jika sedang berjalan." teriak ibunya dari dapur seraya menaruh berbagai macam makanan di meja makan. Baekhyun hanya diam saja dan duduk di depan ayahnya. "Selamat pagi, anakku." sapa ayahnya yang duduk di seberang Baekhyun dan wajahnya di halangi oleh koran. "Hmm.." jawab Baekhyun santai dan meminum susu full cream-nya terlebih dulu. "Kau ini kenapa, Baekhyun? Wajahmu lusuh sekali." tanya kakak laki-laki Baekhyun yang dulu sempat di usir oleh ayahnya, tapi kini ia telah kembali. "Sesuatu hal buruk telah terjadi dalam kehidupanku." jawab Baekhyun lalu melahap Soft Taco buatan ibunya. "Bagaimana rasa Soft Taco nya? Ibu membuatkan itu spesial untuk kalian semua." tanya ibu Baekhyun seraya duduk di sebelah suaminya. "Soft Taco nya sangat lezat, bu! Berbeda dengan Soft Taco yang seminggu lalu ibu buat juga." jawab kakak laki-laki Baekhyun dan menyesap kopi susu hangatnya. "Kalau menurutmu bagaimana?" tanya ibu Baekhyun pada Baekhyun. Anak itu hanya menatap ibunya malas, "Biasa saja." jawabnya dan pergi ke kamar untuk tidur lagi. "Dia kenapa?" tanya ibunya pada anak pertamanya yaitu kakak laki-laki Baekhyun yang bernama Byun Baek Beom. "Entah. Sepertinya sedang berkelahi dengan kekasihnya." jawab Baekbeom dan ibunya hanya mengagguk mengerti.
▲▲▲
{ 24 Desember, 2012 }
21.00 PM
Ponsel Baekbeom; kakak Baekhyun berbunyi. Ponsel itu selalu menganggunya di saat-saat melegakan seperti ini. Baekbeom membersihkan closetnya dengan air dan pergi keluar kamar mandinya untuk mengangkat telpon. Kau tentunya tau sedang apa Baekbeom tadi.
"Halo?" sahut Baekbeom sambil mengeringkan tangannya dengan sehelai tisu.
"Baekbeom hyung!!" seru seseorang di seberang sana dan Baekbeom langsung mengenali suaranya. "Eoh? Ada apa, Sehun-ah?" sahutnya seraya duduk di depan televisi dan menyalakan benda tersebut. "Dimana Baekhyun hyung?" tanya Sehun di seberang sana.
"Ia ada di kamarnya. Mengapa kau tidak menghubunginya langsung?" jawab Baekbeom dan meminum obat diarenya. "Sudah ku hubungi tapi ponselnya tidak aktif, jadi ku putuskan untuk menghubungimu.." kata Sehun yang sepertinya ingin menyampaikan sesuatu. "Kalau begitu, kau ingin menyampaikan apa?" tanya Baekbeom ketika ia sudah menelan semua obat diarenya dengan air putih hangat.
"Kekasih Baekhyun hyung sedang berada di rumah sakit, ia sudah ada disana selama tiga jam yang lalu dan sekarang ia sedang di UGD untuk di periksa. Tolong sampaikan pada Baekhyun hyung untuk segera datang ke rumah sakit. Ku tutup telponnya ya, terima kasih hyung!" Baekbeom yang sedang duduk manis di atas kasurnya, langsung berdiri tanpa sadar ketika mendengar kabar duka cita ini. "Apa? Bagaimana bisa?" gumam Baekbeom sendirian dan langsung pergi ke kamar Baekhyun untuk memberitahu adik kandungnya itu.
“Baekhyun-ah!!! Baekhyun-ah!!!” seru Baekbeom sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Baekhyun dengan keras. “Baekhyun-ah!!! Buka pintunya!!! Kekasihmu masuk rumah sakit!!!” teriak Baekbeom akhirnya agar adiknya mau membukakan pintu untuknya. Dan benar saja terdengar langkah tergesa-gesa dari dalam kamarnya yang tentu saja itu lah Baekhyun. “Apa?? Kau bilang apa tadi, hyung??” tanya Baekhyun dengan nada yang sangat rendah dan air mata yang sudah tertahan di kelopak matanya. “Kekasihmu masuk rumah sakit… “jawab kakaknya sambil menerawang mata Baekhyun dengan dalam. “…kau harus menjenguknya sekarang, pergilah ke rumah sakit dan aku akan mengizinkanmu dengan ibu dan ayah.” Kata Baekbeom kepada adiknya itu.
“Aku tidak peduli lagi dengannya.” Jawab Baekhyun santai dan menutup pintu. Baekbeom yang melihatnya langsung membuka pintu kamar adiknya lagi dan pergi menyusulnya, “Aku tak mau tau apa kau masih peduli atau tidak padanya, tapi tolong jenguklah dia. Dia… dia membutuhkanmu!” jawab kakaknya yang mungkin bisa merubah pikiran adiknya. Memang dia tak tau ada masalah apa antara adiknya dan kekasihnya itu, Baekhyun terdiam di depan lemari pakaiannya dan membuka pintunya, “Beritahu aku dimana rumah sakitnya dan nomor berapa kamarnya. “ kata Baekhyun tiba-tiba sambil mengganti baju dan celananya. “K…kau ingin menjenguknya?” tanya Baekbeom seraya berdiri di samping adiknya itu. “Cepat beritahu aku, hyung. Ini sudah malam.” Jawab Baekhyun dengan nada dinginnya.
Kakaknya langsung mencatat alamat rumah sakit dan nomor kamar kekasih adiknya itu, “Ini… Pergilah dan hati-hati di jalan.” Kata Baekbeom sambil mendorong adiknya keluar dari kamar dan ia tersenyum, “Maybe this is the last time of you and her, my little brother.” Kata Baekbeom yang sedang bergumam sambil melihat adiknya yang sedang berjalan keluar rumah dan menyiapkan mobilnya.
***
{ Now Playing: 1004 (Angel) by B.A.P (reff) }
At Hospital
Baekhyun berlari di koridor rumah sakit dengan tergesa-gesa. Ia telah tiba di depan kamar kekasihnya yang di depan kamar itu sudah ada Sehun, Suho dan Tao; ketiga sahabatnya. Walaupun di antara tiga orang itu tak ada yang seumuran dengannya, tapi mereka sangat dekat bahkan sudah seperti adik-kakak.
“Dimana kekasihku??” tanya Baekhyun dengan napas yang terengah-engah pada ketiga sahabatnya itu. “Di dalam bersama kedua orang tuanya.” Jawab salah satu di antara mereka yang paling tinggi; Tao. “Kenapa ia bisa masuk ke rumah sakit?” tanya Baekhyun yang terlihat sedang panik setengah mati. “Ada orang yang menabraknya dan tidak mau tanggung jawab.” Jawab salah satu dari mereka yang kulitnya putih dan rambut berwarna blonde ; Sehun. “Sialan…” gumam Baekhyun dan langsung masuk ke dalam kamar kekasihnya tanpa memberikan salam yang sopan pada orang tua kekasihnya.
“Annyeonghaseyo…” sapa Baekhyun yang sebenarnya masih ingat tata karma oleh orang yang lebih tua dari padanya. Kedua orang tua kekasih Baekhyun pun berdiri dan menyambut Baekhyun dengan tangisan dan senyuman memaksa. “Akhirnya kau datang juga, Baekhyun-ah…” kata ayah kekasih Baekhyun sambil menepuk pundak Baekhyun. “Apa yang terjadi padanya?” tanya Baekhyun dan kedua orang tua kekasihnya hanya bisa menatapi anak perempuannya terbaring tak berdaya. “Dia baru saja pulang dari toko baju yang katanya ingin diberikan padamu sebagai hadiah natal, tapi seseorang ada yang menabraknya di kawasan penyebrangan pejalan dan tak mau menanggung semuanya. Untung saja di halte bus ada Sehun dan Tao yang ingin pergi ke toko buku dan mereka melihat anakku sudah tertabrak dengan kondisi seperti ini…” ibu kekasih Baekhyun menceritakan semuanya dengan isak tangis yang makin menyedihkan dan mengundang air mata Baekhyun untuk keluar dari kelopak matanya.
Baekhyun menangis. Air matanya bergelinang deras di kedua pipinya. “Apa dokter melakukan tindakan insentif untuknya, ahjumma?” tanya Baekhyun dan ibu kekasihnya mengangguk. “Segala cara sudah dilakukan oleh dokter dan inilah hasilnya. Mereka melakukan operasi luar dan dalam dengan kualitas yang sangat bagus, tapi dokter berkata, kita hanya bisa menunggu kemajuan dari diri anakku sendiri. Jika ia memang di takdirkan untuk menjalani kehidupan, ia pasti akan cepat pulih.”
Air mata Baekhyun makin turun deras ketika mendengar kata-kata paling tersakit yang pernah ia dengar. Kehidupan gadisnya hanya terletak di hidup dirinya sendiri, di diri gadisnya. Seorang Byun Baekhyun yang biasanya jam segini masih mengeluarkan banyolan lucunya, tingkah lakunya yang sangat energik, tapi sekarang hanya bisa menangis. Tentu saja menangisi seseorang yang tidak menangisinya.
"Bantulah anak kami dengan doamu, Baekhyun..." kata ayah kekasih Baekhyun seraya menepuk-nepuk pundak Baekhyun dengan lembut dan Baekhyun menganggukkan kepalanya mantap. "Pasti, ahjussi.. Aku pasti akan mendoakannya agar cepat sembuh." jawab Baekhyun dengan mata bengkaknya yang makin terlihat bengkak/?
Kedua orang tua kekasih Baekhyun memilih untuk keluar dari situ dan duduk di ruang tunggu lalu membiarkan Baekhyun menjaga anak mereka. Baekhyun mengenggam tangan yang dingin milik gadisnya yang dulu selalu membalas genggaman tangannya jika Baekhyun menggandengnya.
tapi sekarang?
Ia hanya melebarkan telapak tangannya dan berbaring lemah.
Baekhyun menundukkan kepalanya di atas punggung tangan gadisnya. Aroma parfum elegan-nya sudah berubah dengan aroma obat bius. “Kenapa ini semua bisa terjadi…” Baekhyun berbicara dalam tangisannya. Apa… Apa ini semua salahnya? Apa ini semua karenanya? Apa gadisnya masih memegang janjinya untuk tetap di sisinya?
Semua pertanyaan “apa” sedang memutari otak pikiran Baekhyun dengan cepat dan membuatnya semakin pusing akan kehidupannya.
▲▲▲
{ Now Playing: Gone by JIN }
Beberapa payung berwarna hitam terbuka di atas kepala orang-orang disitu untuk melindungi mereka dari air hujan. Hujan yang terus-menerus turun dengan deras tetap memaksa mereka untuk menghentikan acara yang sedang mereka jalani, tapi tetap saja orang-orang disitu tidak mau menghentikannya dan berjalan terus sampai ke tempat yang ditujui.
Suara isakan tangis berlomba-lomba dengan suara air hujan yang turun. Dua jenis air sedang turun bersamaan dengan tempat asal yang berbeda; air mata yang turun dari kelopak mata dan air hujan yang turun dari langit gelap.
Semua orang disana menundukkan kepala dan merapatkan kedua mata mereka karena suasana sedih yang menyambut mereka pada hari ini.
Keluarga Byun dan keluarga Shin sedang berduka cita hari ini. Salah satu anggota keluarga di antara mereka telah meninggal dunia dengan saat-saat terakhir yang membuat orang-orang terdekat menjadi shock, pingsan, menangis dan tidak bisa menerima kenyataan.
“…semoga anak ketiga dari keluarga Shin ini diterima dan diberikan tempat yang layak oleh Tuhan…”
Ketika kata-kata itu terucap, peti pun di masukkan ke dalam galian tanah dengan perlahan. Dan pada saat itu juga, semua orang disana menangis sejadi-jadinya. Seorang laki-laki dengan tuxedo hitamnya juga menangis oleh karena kematian kekasih tercintanya.
“Terima kasih atas semuanya selama ini dan aku mencintaimu sepanjang hidupku…” Baekhyun bergumam dengan air mata yang tak kunjung berhenti dan perihnya rasa di hati karena ditinggal oleh orang yang dicintainya. Ia kembali mengangkat sebuah kertas dengan tulisan tangan di dalamnya. Ia membaca surat itu lagi dengan hati yang sakit dan tertusuk.
{ Now Playing: Love Song by BUMKEY }
“Baekhyun-ah!^^ Aku tau kau akan memarahiku jika kau sudah selesai membaca suratku ini karena kau pergi keluar sore-sore untuk mencari hadiah untukmu hehe^^
Tidak terasa, sekarang adalah hari natal ke empat yang sudah kita lewati bersama. Ahhh… Aku sangat ingin mengulanginya setiap waktu walaupun kita sering bertemu…
Aku tau, kau masih sibuk dengan urusan kuliahmu dan aku sedang sibuk dengan urusak pekerjaanku di café menjadi seorang manager muda J jangan lupakan kesehatanmu ketika kau sudah sibuk dengan skripsimu. Ingat, tiga bulan lagi kau akan wisuda^^ selamat menjadi sarjana palong tampan ya! Aku bangga denganmu~~ Seandainya saja aku bisa menemanuimu wisuda besok, tapi entah rasaku tidak enak sekarang. Apa aku masih bisa berdiri di sisimu sebelum kematian menjemputku?
Ah iya, aku membelikan baju bergambarkan boneka salju ini di Myeongdeong. Ku harap kau menyukainya dan menggunakannya~ Aku akan sangat senang jika kau memakai baju ini, kau juga senang kan jika melihatku senang?
Sampai sini dulu suratku, jangan menangis ketika kau sudah selesai membacanya hehe^^
I LOVE YOU
Sincerely,
Shin.”
▲
“Kau menyuruhku untuk tidak menangis, tapi aku melanggarnya karena kau sudah tidak ada di sisiku sekarang…” Baekhyun berbicara dengan pelan dan memeluk surat itu. Di bagian bawah surat itu juga da satu foto Polaroid kekasihnya dengan bandana kucing di kepalanya dan senyum manis ditampilkannya. Senyum yang akan ia rindukan selamanya…
“Selamat tinggal, Shin… Semoga kau beristirahat dengan tenang disana.”
>>> FLASHBACK END <<<
{ Now Playing: Black Glasses by ERU }
Baekhyun meneteskan air matanya dan saat itu juga ia langsung menghapusnya kasar. “Aku tidak bisa melupakanmu…” gumam Baekhyun seraya berjalan ke arah jendela kamarnya. “…apa yang sedang kau lakukan disana? Apa kau beristirahat dengan tenang?”
“…aku sudah menjadi sarjana sekarang dan telah bekerja menjadi manager di salah satu perusahaan Jepang. Kau senang kan melihatku? Kau juga akan senangkan jika aku senang?”
“…aku selalu menjaga kesehatanku dan tak pernah telat makan. Kehidupanku berubah 180 derajat dan tidak seperti dulu lagi.”
“…andaikan saja kau masih ada di sampingku sekarang. Kau pasti akan bahagia denganku dan kau akan kujadikan wanita yang menemaniku selamanya dan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini.”
“…aku selalu menjadikan kata-kata tadi menjadi komitmen hidupku, tapi kau malah meninggalkanku. Sekarang, komitmenku sudah berubah. Kau mau tau apa?”
“…komitmenku yang sekarang adalah… aku tidak akan melupakanmu jika nanti aku sudah punya teman hidup karena engkau adalah… mimpi buruk yang terindah bagiku.”
~the end~