Gadis kecil berkuncir dua melempar batu kerikil kepada gadis seumurannya di hadapannya. Gadis kecil itu kesal karena seorang itu merusak istana pasirnya. Jadilah yang di lempari kerikil itu menangis dan berlari, seorang anak lelaki melihat itu dari balik pohon kemudian dia muncul di depan gadis berkuncir dua itu.
“Ahra-ya, aku akan bilang pada ibumu kalau kau membuat Ahyoung menangis!” kata lelaki itu, Park Chanyeol.
“Diam kau telinga lebar!” seru Kim Ahra tak kalah galak dari Chanyeol. Gadis kecil itu kemudian meninggalkan istana pasirnya yang hancur dan juga Chanyeol bersama Ahyoung. Tak lama kemudian guru TK mereka datang dan menenangkan Shin Ahyoung, sementara Chanyeol kecil menyerapah tak jelas karena kesal dengan sikap teman sekaligus tetangganya itu.
*
Ahra dan Chanyeol selalu berada di sekolah yang sama sampai sekolah menengah atas ini. gadis bersurai hitam dengan tubuh mungil itu selalu benci jika harus bertemu Chanyeol. Apalagi jika Chanyeol melihat sesuatu yang sedang dilakukan oleh Ahra. Seperti misalnya siang ini di kantin ketika Ahra tidak menghabiskan makan siangnya.
“Aku kenyang!” seru Ahra, menyisakan nasi dan daging beserta sayuran yang masih menumpuk. Padahal gadis itu baru makan dua suap.
Chanyeol, yang duduk di sebrang meja Ahra dan teman-temannya, menyeletuk, “aku akan bilang pada ibumu kalau kau makan sedikit hari ini, kau bisa kelaparan sampai pulang nanti lho!”
Ahra membulatkan matanya kepada Chanyeol, gadis itu membayangkan ibunya yang akan marah-marah kalau tahu Ahra makan sedikit. Ahra pun dengan segera menghabiskan makan siangnya dan Chanyeol pun tersenyum puas.
.
“Aku akan bilang pada ibumu kalau kau meninggalkanku di sekolah dan membuatku setengah mati mencarimu,” celetuk Chanyeol yang tiba-tiba saja muncul ketika Ahra sedang menunggu bus di halte.
Gadis itu sengaja meninggalkan Chanyeol untuk pulang bersama seperti biasa. Ahra malas karena Chanyeol selalu menunggu kekasihnya, Lee Gyuri, keluar dari kelas untuk sekedar bertemu. Dan Ahra malas menunggu Chanyeol untuk hal itu, apalagi Chanyeol tergolong lelaki lemot dalam hal apapun. Dan hari ini pertama kali Ahra meninggalkan Chanyeol karena ada drama kesukaannya sebentar lagi akan mulai. Ahra tidak bisa membayangkan jika harus ketinggalan menonton si tampan Seo In Guk muncul di layar televisinya.
Ahra hanya diam, tidak mau menanggapi omong kosong dari seorang Park Chanyeol. Ahra asik berkutat dengan ponselnya. Chanyeol menghela napas kesal, ia tidak suka jika seseorang tidak menanggapi perkataannya.
“Yasudah ayo pulang, busnya sudah tiba,” ucap Chanyeol seraya menarik lengan Ahra.
*******
“Aku sudah dengar lho, kalau kamu berpacaran dengan Kim Jongin si namja pervert itu, bagaimana jika ibumu tahu ya kalau anaknya sudah berani pacaran?” Padahal Ahra baru saja masuk kelas pagi ini dan Chanyeol langsung menyeletuk seperti itu lagi? Dari nada bicaranya, Chanyeol seperti menyindir Ahra.
Ahra menatap Chanyeol kesal, dari taman kanak-kanak sampai di SMA ini Chanyeol selalu menyeletuk kepadanya semacam itu. Ibunya saja tidak pernah menyeletuk macam Chanyeol. Dasar Anak aneh! Pantas saja banyak gadis di sekolah ini yang ilfiel dengan Chanyeol, ya sekalipun Chanyeol itu tampan.
Tapi, memangnya pacaran itu hal yang salah? Ahra sudah besar sekarang, dan lagi Chanyeol pun bahkan juga berpacaran dengan Lee Gyuri.
“Stop Chanyeol, aku sudah besar sekarang, bilang saja pada ibuku! Lagi pula ibuku bahkan menyetujui hubunganku dengan Jongin!” Seru Ahra kesal. Ia menuju bangkunya lalu membanting tasnya kesal. Teman sebangku Ahra, Shin Jihyun, nampak heran dibuatnya. Ada apa dengan gadis imut ini?
Chanyeol terdiam, wajahnya tiba-tiba saja muram. Ia memandang Ahra yang duduk di bangku paling belakang, gadis itu malah tertidur di bangkunya. “Dasar tidak peka!” gerutu Chanyeol.
*
Lima tahun berlalu. Ahra tetaplah gadis galak tetapi memiliki senyum yang manis dan Chanyeol tetaplah si lelaki lemot. Tetapi ada banyak sekali perubahan sekarang, mereka tidak lagi bersama. Chanyeol memilih untuk melanjutkan sekolah di negeri sakura sedangkan Ahra tetap berada di Seoul. Awalnya Ahra senang karena tidak ada lagi lelaki yang menyeletuk macam-macam tentang dirinya tapi akhirnya gadis itu merindukan sosok telinga lebar yang selalu menempel dengannya.
Ahra dan Chanyeol sama-sama sudah putus dari kekasih mereka masing-masing. Alasan Ahra memutuskan Jongin adalah karena Jongin menyukai gadis lain saat hubungan mereka hampir menginjak satu tahun. Begitu lulus Jongin dan Ahra memutuskan hubungan mereka dengan baik dan berjanji tidak akan bermusuhan. Sedangkan Chanyeol, Gyuri tidak ingin mempunyai hubungan jarak jauh jadi gadis itu dengan kejamnya memutuskan Chanyeol.
“Bu, aku pergi dulu!” teriak Kim Ahra dari depan pintu rumahnya.
“Kau mau kemana?” tanya Nyonya Kim pada anak semata wayangnya itu.
“Aku ingin ke toko buku,” jawab Ahra.
“Jangan lupa pakai mantelmu. Ah iya, belikan kue brownis untuk perayaan natal kita malam ini,” kata Ibunya.
“Iya, Bu!” Ahra mengambil mantel hangatnya yang tergantung dekat pintu tak lupa ia memakai sepatunya. Karena sudah pamit tadi, jadi gadis itu lekas pergi dari rumahnya.
.
Ahra menggerutu kesal di depan sebuah toko kue. Banyak orang yang mengantri di sini sampai antriannya mencapai luar toko. Usai membeli buku tadi, gadis itu buru-buru berlari ke toko kue, takut-takut antrian bertambah panjang, dan benar saja.
“YA! Ahjumma! Jangan seenaknya menyerobot! Kau tahu sudah berapa lama aku menunggu, hah?” Seru Ahra pada Ahjumma yang menyerobot anterian di depan Ahra. Tanpa mau mendengar ocehan dari gadis galak macam Ahra, ahjumma itu tetap di posisinya. Ahra meniup poninya kesal.
Setelah berjam-jam menunggu, Ahra akhirnya mendapatkan kue yang dipesan ibunya. Ia menarik napas lega. Gadis itu segera pulang karena cuaca bertambah dingin.
Lima langkah lagi ia sampai di rumah, tiba-tiba saja sebuah suara yang sangat dikenalnya memberhentikan langkah.
“Aku akan bilang pada ibumu, kalau kau memarahi ahjumma tanpa sopan santun sedikitpun,” kata suara itu.
Ahra membulatkan matanya. Gadis itu buru-buru menoleh, dan benar saja itu adalah lelaki yang sering mengatakan hal itu padanya.
“Chanyeol? Bagaimana kau tahu aku memarahi ahjumma? Oh, kapan kau pulang?” kata Ahra melontarkan pertanyaan bertubi-tubi pada Chanyeol. Ahra begitu merindukan sosok ini, sosok yang selalu berada tak jauh dari pandangannya.
Chanyeol tersenyum. “Aku mengikutimu tahu dari toko buku tadi, kau saja yang tidak sadar!”
“Benarkah?” Gadis itu tertawa dan diikuti oleh senyum Chanyeol.
“Aku akan bilang pada ibumu,” Chanyeol menggantung perkataannya.
“Bilang apa lagi?” tanya Ahra malas tanpa penasaran sedikitpun.
“Kalau aku mencintai anaknya sejak dulu dan ingin menikahinya.” Chanyeol melanjutkan kata-katanya yang mengantung tadi.
“MWO?”
END