Siang yang begitu cerah. Hayi tak ingin menyia-nyiakan cuaca yang bersahabat, mengambil seekor kuda kesayangannya -Arcady, lalu menunggangnya menuju hutan. Awalnya, Hayi berpikir dia dapat menaklukan hutan –yang memiliki nuansa misterius dengan cahaya yang sukar menembus dan batang pohon-pohon besar menjulang tinggi . Tapi, pemikiran itu tak berlangsung lama. Hayi merasa bahwa saat ini dia tersesat. Sudah ketiga kalinya, Hayi bersama Arcady hanya berputar-putar di area yang sama.
Netra Hayi teralihkan pada suatu jalan setapak yang ujungnya terlihat berkilau. Hayi memutuskan untuk mencoba jalan itu dan berharap dia dapat keluar dari hutan. Perlahan tetapi pasti, derap langkah Arcady menyusuri jalan setapak. Namun, perjalanan itu tak berjalan lancar karena Hayi merasa ada sesuatu yang mengikutinya. Hayi lalu menghentikan Arcady dan turun dari punggungnya.
Tangan Hayi telah siap sedia mencabut pedang yang tersampir di kanan pinggangnya. Iris Hayi tak bisa menangkap langkah kilat seseorang hingga dia melihat sebuah wujud sudah berdiri di belakangnya.
“Kalau aku menjadi kau. Aku tak akan melanjutkan perjalanan ke ujung jalanan ini. Kau akan memasuki wilayah terlarang.”
Hayi menoleh ke arah sumber suara tersebut dan mengenali wujud yang berucap adalah Kim Hanbin –makhluk terhebat ciptaan ayahnya. Akan tetapi, baru kali ini Hayi melihat Kim Hanbin secara dekat. Dia tak menyangka bahwa wujud Kim Hanbin adalah sebuah tengkorak yang dibalut jubah gelap.
“Kau mengejutkanku! Bisakah kau muncul dengan bentuk normal?” pinta Hayi pada Kim Hanbin. Kim Hanbin merespon keinginan Hayi dengan menunjukan wajah manusianya. Hayi terkesiap saat melihat ketampanan yang terpancar dari wajah Kim Hanbin.
“Astaga! Bagaimana mungkin kau bisa memiliki bentuk se-indah itu?” tanya Hayi dengan polos.
“Bentuk ini adalah pemberian dari penciptaku.” Mendengar bahwa ayahnya yang merancang wujud Kim Hanbin membuat Hayi menghela nafas.
“Oh, pemberian dari ayahku ya. Syukurlah!”
Kim Hanbin melihat raut wajah Hayi yang berubah, mendorongnya untuk berinisiatif membantu Hayi keluar dari hutan. Hayi jelas tak menolak penawaran Kim Hanbin. Mereka kemudian berjalan beriringan seraya Hayi tetap membimbing Arcady. Di tengah perjalanan, kedua manik Hayi menangkap sesuatu. Ya, sebuah taman indah dimana bunga-bunga surga tumbuh disana. Hayi meninggalkan Arcady dan Kim Hanbin, bergegas menuju taman itu. Kedua tangannya berusaha menangkup kelopak-kelopak bunga surga yang tengah berguguran.
“Bunga-bunga itu adalah bentuk dari jiwa-jiwa yang menderita. Mereka gugur dan terbang menuju purgatori untuk menemui Dewa Surga.” Penjelasan Kim Hanbin membuat Hayi menganggukan kepala.
“Ah, kau baik sekali, Kim Hanbin. Kukira pekerjaanmu hanya menghancurkan jiwa-jiwa yang jahat.” tukas Hayi.
“Tidak. Ini bukanlah sebuah kebaikan. Jika aku mencabut rasa sakit pada kematian orang-orang, akan banyak orang yang menyerah untuk hidup.”
“Oh begitu. Setidaknya bunga-bunga ini indah. Dan, kelopaknya seperti salju.”
..........
Ketika Kim Hanbin beserta Hayi telah tiba di ujung hutan, Hayi mempercepat tungkainya untuk segera meninggalkan hutan. Kim Hanbin berusaha untuk menghentikan pergerakan Hayi. Hayi melihat lengan kanan Kim Hanbin yang ingin meraih pundaknya lalu berhenti dan mencoba menangkap lengannya. Tapi, Kim Hanbin malah menurunkan tangannya dan membiarkan Hayi terus berjalan.
###