[Chapter 3 – Need Help?]
Daekyung mengambili beberapa nota-nota dari fans atau siapapun itu —yang tertempel di lokernya. Daekyung membuka lokernya dan mengambil sebuah buku disana. Daekyung menutup lokernya dan dikagetkan dengan Luhan yang juga sedang mengecek lokernya —yang berada tepat disebelah kanan loker Daekyung.
Daekyung pun membuang muka —berpura-pura tak melihat dan tidak mengenal Luhan. Daekyung tetap berjalan anggun dan sedikit mengangkat dagunya layaknya ratu yang berkuasa. Yah, itu memang gaya bagi gadis yang cuek.
Sedangkan Luhan memang sengaja mendiamkan Daekyung dan mencoba cuek pada seorang Park Dae Kyung. Yah, Luhan akan yakin, seyakin-yakinnya Daekyung akan membutuhkan dirinya. Entah kapan itu. Luhan melirik tubuh Daekyung yang sudah menjauh pergi.
“Dasar gadis cuek!” gumam Luhan. dia berpura-pura tak melihatnya tadi? padahal jelas-jelas Luhan sudah tahu saat Daekyung sedikit tersentak dengan adanya dirinya —yang juga mengecek lokernya. Luhan mengunci lokernya dan kembali ke kelasnya.
***
“Eh, eh, Luhan Hyung” Sehun menepuk-nepuk penggung Luhan yang tadinya sedang seius menatap papan tulis —mendengarkan apa yang Guru Kim katakan. Sehun menunjuk sesuatu di jendela. Dan Luhan melihatnya. “Itu dia, Park Dae Kyung. Dia sedang berolahraga, giat sekali dia berolahraga. Omo! Dia lari sangat kencang!” takjub Sehun.
Luhan hanya tersenyum miring. Gadis Luhan, pasti sangat spesial dan hebat. Siapa dulu? “Ah, dia” ucap Luhan malas dan kembali menatap papan tulis. Sehun hanya mengerutkan dahinya, biasanya Luhan akan senang, tapi kenapa tidak hari ini?
“Hyung? Kenapa kau begitu? Tidakkah kau senang bisa melihatnya dari atas sini?” tanya Sehun. Ya, kelas Luhan berada di lantai dua.
“Aku berniat untuk menjauhinya” bisik Luhan. dan Sehun pun mendelik tak percaya. Luhan akan menjauhi gadis yang ia scintai? Ah, tidak mungkin. Pasti Luhan akan tidak kuat menahan kakinya untuk diam ketika melihat gadis tersebut.
“M-mwo? Wae?” kaget Sehun.
“Hei, Kalian! Dilarang berbicara di jam saya!” teriak Guru Kim mengagetkan Luhan dan Sehun —yang tadinya asyik mengobrol.
“Xi Lu Han! Kerjakan soal nomer 3!” perintah Guru Kim. Ah, ia sangat malas untuk mengerjakan itu hari ini. Dengan terpaksa Luhan pun berdiri dan segera mengerjakan soal itu.
***
Di jam istirahat siang, Luhan mengajak teman-temannya menuju perpustakaan. Tentu saja teman-temannya sedikit curiga pada Luhan —yang tiba-tiba ingin masuk ke perpustakaan sokolahnya. Jarang sekali , bahkan tidak pernah Luhan mengajak mereka ke perpustakaan. Mereka yakin, Luhan tidak benar-benar membaca buku disana.
Saat masuk ke perpustakaan mereka mendapatkan suasana sunyi disana. Ah, mereka jadi tidak boleh berbicara disini. Tapi ayolah, Luhan dan teman-temannya itu tidak akan kuat menahan untuk tidak berbicara. Karena rata-rata mereka banyak bicara. Kecuali Minseok yang tak terlalu banyak sih.
Xiumin membuka sebuah bungkus yang membungkusi permen. Dan Xiumin mengemutnya. Jongin yang melihat itu, mendelik. Bukankah perpustakaan tidak boleh ada yang ramai dan juga makan didalam ruangan ini?
“Minseok Hyung!” bisik Jongin. Minseok hanya melirik Jongin saja. “Kau gila?! Ini perpustakaan!” bisik Jongin lagi khawatir. Minseok hanya menaikkan sebelah alisnya. Apa salahnya?
Minseok menghentikan acara mengemut permennya. “Lalu kenapa?” tanya Minseok balik. Jdeeerr! Jongin terasa ada petir yang baru menyambarnya. Hyung-nya ini polos atau bodoh sih?
“Bodoh! Artinya tidak boleh makan bodoh!” bisik Jongin penuh penekanan.
“Apa katamu?! Bodoh?!” tanya Minseok tak terima. “Dasar hidung pesek!” Minseok menjambak poni Jongin. Begitupun Jongin membalas menjambak poni Minseok. Eeeng, Apa-apaan ini? Mengapa seorang pria bertengkar dengan cara yang cucok?
Sedangkan Luhan hanya memandang kedua temannya itu jijik. Terlihat cucok sekali mereka berdua. Luhan menengok sana-sini mencari-cari sosok Park Daekyung. Toh, biasanya kan dia membaca buku disini? Luhan menemukan keberadaan Daekyng yang sedang menggapai buku di rak paling atas. Wah, ini suatu keberuntungan.
Luhan berjalan sambil meletakkan tangannya di saku celananya —berpura-pura kebetulan lewat. Luhan melihat buku yang ingin diambil Daekyung. Buku insklopedia? Luhan tersenyum misterius. “Eh? Apa yang kau lakukan?” tanya Luhan. Daekyung menoleh menatap Luhan lalu kembali melanjutkan aktivitasnya yang tadinya terhenti —mengabaikan Luhan dibelakangnya. “Ehem, apa kau butuh bantuan Park Dae Kyung-ssi?” tanya Luhan dengan bahasa formal.
Tiba-tiba seorang pria berbibir sedikit tebal dan bermata tajam lewat. Dan mengambilkan buku yang daritadi ingin Daekyung ambil. Daekyung menatap pria yang baru saja datang dan menolongnya itu. “Kyaaa! Sejak kapan kau disinI, Seokjin? Apa kau pindah sekolah?” tanya Daekyung histeris. Dan pria yang dipanggil Seokjin itu mengangguk. “Kyaaa! Aku rindu padamu!” Daekyung memeluk leher pria itu dan Luhan hanya mematung melihat itu. Siapa pria itu?
“Emm, sepertinya jangan bicara disini. Lihat! Ada hantu dibelakangku” ucap Daekyung sambil mendorong Seokjin. Luhan hanya mengangkat asebelah alisnya. Apa? Hantu? Maksudnya hantu tu adalah dirinya? Hei! Bisa-bisanya Daekyung menyebut Luhan hantu?
***
Luhan sangat kesal. Jam istirahat sorenya harus hapus karena ia harus ulangan susulan Matematika di ruang BK. Bukahkah waktu itu ia dihukum tidak boleh masuk sekolah satu hari? Ya, hari itu adalah hari dimana ia ulangan harian Matematika. Dan sekarang ia harus mengerjakannya. Kenapa harus hari ini? Padahal ia harus menemui Daekyung.
Tiba-tiba ruangan BK terbuka dan datanglah Daekyung. Daekyung sedikit kaget dengan kehadiran Luhan didalam ruangan ini. Dia harus bersama Luhan? Lagi? Oke, ia ingin mati sekarang! “Hai, kita bertemu lagi secara kebetulan” ucap Luhan sambil tersenyum misterius. Daekyung memutar bola matanya dan duduk di salah satu tempat duduk.
“Ini dia pertanyaannya. Jangan sampai kalian saling menyontek, atau aku akan memberikan kalian ulangan yang lebih sulit lagi” ucap Guru Kim memberikan soal-soal Matematika yang amat sulit.
Daekyung menatap Luhan dengan bencinya. Satu meja dengan Luhan? Berhadapan dengan Luhan? Gurunya cukup gila! Seharusnya bkan disni tempat mengerjakan soal Matematika ini! Guru Kim menunggu mereka berdua sambil membuka-buka sebuah buku.
Daekyung menatap soal-soal Matematika tersebut. Oh my! Ada beberapa yang belum Daekyung mengerti. Daaekyung melirik Luhan sedikit, bagimana jika ia menyontek punya Luhan? Oh, tidak! Itu tidak mungkin! Tapi ayolah, mungkn saja Luhan membolehkannya. Luhan kan pintar? pasti dia bisa membantu Daekyung.
Lima belas menit berlalu dan Luhan sudah menyelesaikan ulangannya. Oh my! Cepat sekali pria itu mengerjakannya? Daekyung hanya menatap lembar jawaban Luhan yang sudah terisi semuanya. Luhan yang tadinya akan mengumpulkan lembar jawabannya pun membatalkannya. Daekyung menahanya.
“Luhan” bisik Daekyung. “Jawaban nomer 13 apa? Jebal!” bisik Daekyung sekecil-kecilnya sambil melirik Guru Kim —melihat situasi. Luhan hanya menaikkan satu alisnya memandang Daekyung datar. Luhan hanya diam dan mengabaikan Daekyung. “Yak! Beritahu jawaban nomer 13!” bisik Daekyung lagi.
“Guru Kim” pangil Luhan. Oh my! Apa Luhan akan memberitahu Guru Kim bahwa Daekyung minta jawaban nomer 13? Tidaaak!
“Jangaaan!” teriak Daekyung.
“Anda dipanggil kepala sekolah. Katanya dia tunggu di ruang Guru” ucap Luhan dengan muka datar. Guru Kim hanya menadang Luhan curiga. Apa benar dikatakan Luhan.
“Jinjja?” tanya Guru Kim.
“Ne” jawab Luhan dengan santainya. Dan Guru Kim keluar dari ruang ini —tak lupa memberi ancaman agar Luhan dan Daekyung tidak saling menyontek. Luhan hanya memandang Guru Kim yang semakin menjauh sambil tersenyum puas. “Bodoh!” umpat Luhan. Lalu Luhan menatap Daekyung dan Daekyung langsung menundukkan kepalanya. “Apa kau ingin melihat jawabanku nomer 13, huh?” tanya Luhan.
“N-ne. aku benar-benar tak bisa menemukan jawaban nomer itu” jawab Daekyung sambil membuang muka. Luhan memberikan lembar jawaban itu sambil memasang sebuah senyum. Daekyung menatap Luhan curiga, apa Luhan bersungguh-sungguh? Daekyung mengulurkan tangannya pelan dan berniat mengambil lembar jawaban luhan yang berada ditangan Luhan.
Luhan menarik tangannya kembali. Senyuman yang tadinya terlihat sedikit tulus kini menjadi senyuman jahil. Tidak, apa yang akan Luhan lakukan lagi pada Daekyung. “Kau ingat perkataanmu siang itu?” tanya Luhan.
“Y-yang mana?” tanya Daekyung hati-hati.
“Yang seperti ini” Luhan berdehem sejenak “Yang ini ‘Brengsek! Kau pria brengsek! Jangan lagi sok kenal padaku, berhenti sok perhatian! Dan jangan mengikuti lagi dan membuatku masuk kedalam permainanmu’” ucap Luhan sambil menirukan cara bicara Daekyung yang penuh penekanan.
Daekyung hanya mematung melihat Luhan. Eiyy, ia kan tidak tahu kalau ia akan membutuhkan Luhan nantinya? Ah, bagaimana ini? Daekyung menundukkan kepalanya. Ah, Daekyung sangat malu sekarang. Sedangkan Luhan menatap Daekyung dengan senyum puas. Ia berhasil membuat gadis itu malu.
“Kau boleh melihat jawabanku dengan satu syarat” ucap Luhan.
“Apa itu?” tanya Daekyung hati-hati. Luhan kan jahat, bias saja syarat-syarat itu hal-hal yang sangat mengerikan. Luhan mendekati Daekyung sehingga jarak mereka tinggal beberapa senti saja. Apa yang akan pria ini lakukan?
“Jangan lagi berteriak padaku dan jadilah yeojachingu-ku”
“Mwo? Kau kira aku bodoh?! Tidak! Lebih baik aku mengumpulkan ini sekarang, tak peduli hasilnya jelek!” omel Daekyung sambil mendorong wajah Luhan menjauh dan meletakkan kertas itu dimeja Guru Kim dan keluar dari ruangan tersebut.
“Cih! Dasar gadis!” umpat Luhan.
***
Hari ini ia cukup lelah dan harus berjalan. Demi sang dewa! Kaki-kaki Luhan akan putus sebentar lagi. Linu ia rasakan di bagian lututnya. Bus jurusan ke rumahnya juga tak datang dari tadi.
Luhan benar-benar sial hari ini. Pertama, tadi pagi saat bertemu Daekyung di lorong —dimana loker-loker tiap siswa berjejer disana. Di pagi itu Daekyung mengabaikanya. Kedua, tadi siang ia melihat Daekyung yang sedang berbicara dengan seornag pria dengan senang. Ketiga, sepertinya kejadian tadi sore itu akhir pendekatan dengan Daekyung. Keempat, motornya mogok sehingga ia harus jalan kaki lagi.
Dan sekarang apa lagi?
“Yak! Berhenti mengerjarkuuu!” teriak seorang gadis yang nampak tak asing suaranya. Luhan membalikkan badannya melihat seorang gadis —yang memakai seragam yang sama sepertinya berlari yang dibuntuti seorang pria. Mereka berlari ke sebuah tempat seperti perumahan. Ya, sepertinya gadis itu adalah Daekyung.
Luhan hanya memandang mereka berdua yang terlihat seperti berita-berita di TV. Terlihat seperti penjahat dan korban saja, ckckck. Tiba-tiba Luhan teringat sesuatu. Tunggu, bagaimana jika Daekyung dalam bahaya tadi? Luhan segera berlari ke tempat pemukiman —dimana Daekyung berlari kesana.
***
Daekyung terhenti saat melihat jalan buntu didepannya. Oh my! Seharusnya ia tidak memilih jalan ini! Daekyung menatap kanan-kirinya bingung. Ah, seandainya ada jalan disini. Terdengar suara langkah membuat Daekyung menoleh ke belakangnya. “Jangan mendekat!” teriak Daekyung.
“Uh oh! sepertinya kau sekarang terpojok, manis” ucap pria itu. Dan ia berjalan sambil terhuyung-huyung menuju Daekyung —karena pria itu sedang mabuk. Daekyung semakin mundur sedikit demi sedikit.
Oh my! Ia benar-benar terpojok sekarang. Bagaimana ini? Daekyung menundukkan kepalanya menatap sepatunya dan terlintas sebuah ide di otaknya. “Appa!” ucap Daekyung tiba-tiba sambil melambai-lambai. “Appa! Laporkan pria edan ini ke penjara!” ujar Daekyung.
Pria pemabuk itu terdiam. Ia kaget, bagaimana jika ia dibawa ke penjara lagi? Ia membalikkan badannya secara perlahan. Hanya terdapat angina yang seliweng-seliweng(?) saja disini. Oh shit! Ia di bohongi. Pria itu membalikkan badannya ke Daekyung.
“Apa kau lihat-lihat? Pergi!” teriak Daekyung. BUGH! Dengan hebatnya Daekyung melemparkan sepatunya dan tepat terkena pada kepala pria mabuk itu. Pria itu jatuh ambruk dan Daekyung sesegera mungkin berlari sebelum pria itu mengejarnya lagi.
Daekyung langsung bersembunyi —berjongkok disebuah semak-semak. Ia mengatur nafasnya yang sudah tersendat-sendat. Daekyung memeriksa saku jasnya —mencari-cari ponselnya. “Omo! Ponselku tertinggal! Ah, PABOYA!” Daekyung memberi penekanan di kata terakhirnya.
“Apa kau disini, manis?” terdengar suara pria tersebut. Oh my! Dia disini.
“Kyaaaaa!” teriak Daekyung histeris. Ini perumahan atau kuburan sih? Bahkan pemukin perumahan ini sangat cuek sekali dengan keadaan luar. Apa tidak ada orang lewat disini?
Pria itu mendekati Daekyung dan Daekyung sesegera mungkin meninju pria itu. Untungnya dirinya sedikit bias bela diri. Pria itu menarik tangan Daekyung dan memutarnya sehingga Daekyung sedikit kesakitan. BUGH! Daekyung membalas menendang tulang kering pria itu.
“Kurang ajar!” teriak pria itu dan meninju pipi Daekyung dengan kerasnya hingga Daekyung ambruk jatuh. Bruk! Daekyung merasakan pusing dikepalanya, pukulan itu sangat sakit. Pria itu mendekatinya dan menindihnya. Tercium bau soju yang menyengat.
“Yak! Pergi! Kyaaa!” Daekyung berusaha mendorong kepala pria itu yang semakin mendekat pada wajahnya.
***
Tap. Tap. Tap. Tap. Suara langkah Luhan terdengar keras meramaikan sepanjang perumahan ini.
Luhan terus berlari mencari Park Dae Kyung. Andaikan saja dia anjing, pasti jejak aroma Daekyung tercium olehnya. Luhan terhenti disaan melihat sebuah pertigaan disini. Ini akan sulit! Luhan menatap jalan itu satu persatu —memilih jalan yang tepat untuk menemui Daekyung.
Ting Tung! Massange
Terdengar suara membuat Luhan sedikit waspada. Luhan menatap benda kecil yang berada di salah satu jalan pertigaan ini. Luhan menatap benda kecil itu. Ini kan, ponsel Daekyung? Luhan meremas ponsel itu, rahangnya mengeras. “Aku akan membunuhmu, sekiyaaa!” teriak Luhan dan berlari. Luhan berlari terus hingga pojok jalan ini. Jalan ini buntu, dan Dimanakah Daekyung?
“Menjauh dariku, brengsek! Kyaaa! Tolooong!” terdengar suara gadis. Luhan langsung menuju asal suara tersebut. Terlihat seorang pria dan Daeyung yang.. Luhan kaget akan ini.
“Sekiya! Apa yang kau lakukan?!” teriak Luhan menarik pria itu dan langsung meninjunya berulang-ulang kali. “Kau pria brengsek!” Luhan meninju pria itu lagi. Luhan mendorong pria itu sampai jatuh.
Luhan berlari menuju Daekyung tapi tidak setelah pria mabuk itu membalas meninju Luhan. BUGH! Keluar sebuah darah di ujung bibir Luhan. Luhan hampir goyah karena ia tak siap. Namun dengan cepatnya Luhan meninju pria mabuk itu dan mendorongnya lagi sampai jatuh.
Luhan melepas dasi seragamnya dan membalut dasinya. Bagh! Bugh! Bugh! Bagh! Luhan terus meninju pria itu sampai babak belur. Setelah melihat pria itu tak berkutik —setengah tidak sadar, Luhan pun menghentikannya. Ia sudah cukup puas. “Sekali lagi kau berbuat seperti ini pada gadis-gadis aku akan membunuhmu! Ingat itu!” ucap Luhan.
Setelah itu Luhan menuju Daekyung dan mengambil jas seragam Daekyung yang tergeletak ditanah. Luhan melihat Daekyung yang memeluk lututnya dan menenggelamkan kepalanya. Luhan menepuk punggung Daekyung.
Daekyung yang kaget pun mendongakkan kepalanya dengan sedikit mundur. Melihat Daekyung yang kacau seperti itu, Luhan membuang mukanya dan melemparkan jas seragamnya dengan cara Luhan yang biasanya. Ya, Luhan tak bias bersifat lembut. “Ehm, pertama-tama tutup 4 kancing kamejamu yang terbuka itu” ujar Luhan.
Mendengar itu Daekyung menatap dadanya. Omo! Ia lupa menutupnya! Daekyung langsung mengancing yang terbuka tersebut dan memakai jasnya. Daekyung menundukkan kepalanya. Ia malu untuk menatap Luhan.
To Be Countinued