home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Ma Bad Boy

Ma Bad Boy

Share:
Author : SofiKamila
Published : 24 Jan 2016, Updated : 13 Mar 2016
Cast : Xi Lu Han & Park Dae Kyung (OC)
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |2849 Views |0 Loves
Ma Bad Boy
CHAPTER 1 : Dare?

[Chapter 1 – Dare?]

 

 

Setelah melihat sang anak tidur, semua keluarganya sibuk mempersiapkan persiapan perayaan ulang tahun anaknya ini. Mereka mulai mendekor ruangan tengah dan menyiapkan kue yang daritadi didiamkan didalam mobil mereka. Setelah semuanya siap, sekarang tinggal menunggu jam ini berputar sampai jam 00.00 KST.

 

Setelah detik-detik menuju jam 00.00 ditunggu, akhirnya detik itu berjalan ke angka 12 juga. Seorang wanita paruh baya langsung mengetuk-ngetuk pintu kamar anaknya yang berulang tahun tersebut. Dan tak lama yang didalam pun membuka pintu kamarnya.

 

Cklek.

 

“Happy birthday Park Dae Kyung!” teriak mereka bersamaan membuat gadis yang bernama Park Dae Kyung —yang baru saja bangun tidur tersebut kaget. ia mengucek-ucek matanya. Yah, ini bukan mimpi!

 

“Wahh, gomawo!” Daekyung memeluk leher Ibunya sambil jingkrak-jingkrak senang. Ia bukanlah tipe orang yang lupa akan ulang ahunnya. Ia bukan orang-orang yang biasanya berpura-pura lupa bahwa hari ini adalah ulang tahunnya.

 

“Eh, eh, iya. Jangan begitu! Nanti kuenya jatuh. Sekarang, make a wish!” sahut Ibunya yang sedikit tidak imbang karena anaknya sedang memeluknya sambil jingkrak-jingkrak —apalagi ia juga membawa kue tart.

 

Daekyung menggenggam kedua tangannya dan menempelkan didepan dadanya. Ia memejamkan matanya sambil membuat sebuah permintaan dalam hatinya. Sambil tersenyum, ia membatin. Semoga di umur ini, aku bisa dekat dengan seorang namja. Dan dia sangatlah pintar, sehingga bisa membantuku ke peringkat pertama batin Daekyung.

 

Setelah itu Daekyung meniup lilinnya dengan sekuat tenaga hingga lilin-lilin tersebut mati semua. Jepret! Ia tersenyum setelah lilin-lilin tersebut mati. Dan tiba-tiba Kakaknya menoletkan sebuah krim ke wajahnya. Membuatnya mendengus kesal.

 

Oppa! Hentikan!” teriak Daekyung kesal sambil menggembungkan pipinya.

 

“Kau membuat permintaan apa tadi? Lama sekali” tanya Chanyeol —kakak Daekyung sambil melipat tangannya didepan dada. Daekyung menyipitkan matanya sambil tersenyum sinis. Apa yang akan dilakukan kakaknya ini?

 

“Tumben Oppa ingin tahu, itu rahasia. Week” Daekyung menjulurkan lidah pada Kakaknya dan diberi satu jitakan dari Chanyeol. Saat Daekyung sibuk mengusap-usap dahinya, Chanyeol mengambil kue tart ditagan Daekyung dan memakannya.

 

Oppa! Yak, Oppa! Itu punyaku! Kembalikan!” teriak Daekyung memukul-mukul lengan Chanyeol kesal.

 

“Sudahlah, kau tidur saja! Besok kau masih sekolah, sana!” sahut Chanyeol membawa lari kue tart milik Daekyung tersebut.

 

***

 

Seorang pria keturunan China tersebut tergesa-gesa berangkat sekolah. Ya, ini sudah jam tujuh kurang sepuluh menit. Luhan memang sudah gila! Kemarin ia memang bergadang disuatu diskotik dari pulang sekolah sampai jam satu pagi. Jangan kaget! Luhan sudah sering kesana.

 

Bahkan ia pernah sampai jam tiga pagi disana —Lalu disekolah dihukum karena keterlambatannya. Luhan masih sibuk mencari celana seragamnya. Ya, Luhan sedari tadi masih memakai boxer sambil mencari celana seragamnya itu. Ia melihat celananya tergantung disebuah gantungan baju ia menarik celana tersebut dengan kasar —tanpa memperdulikan suara aneh sejenis robekan dan segera memakainya.

 

Luhan langsung turun menuju meja makan —mengambil roti selai dan diletakkan disela-sela giginya —hanya menggigit rotinya. Setelah itu melanjutkan ke depan rumahnya setelah itu menaiki motornya bersama teman setianya —Oh Sehun yang sedari tadi menunggu diruang tamu.

 

Setelah sampai, Luhan dan Sehun memarkirkan sepeda motornya dan berjalan menuju kelasnya. Tapi tidak, setelah kepala sekolah melihat mereka —yang datang terlambat. Luhan dan Sehun menunduk.

 

Oh my! Lihat mereka, baju kameja yang tidak dimasukkan ke celana, dasi yang kendor, kancing dua kancing yang terbuka dibagian atas, kaos kaki yang tingginya semata kaki. Oh my! Mereka ini siswa atau preman? Kepala sekolah pun tersenyum licik pada mereka berdua.

 

“Terlambat lagi?” tanya kepala sekolah sambil melipat kedua tangannya.

 

Ne, Pak” jawab Luhan dengan suara lantang —yang terdengar seperti anak durhaka.

 

Wae? Kenapa kalian terlambat?” tanya sang kepala sekolah lagi.

 

“Kita—“

 

“Bhaahaha!” tawa sang kepala sekolah terbahak-bahak. Luhan dan Sehun hanya memandang kepala sekolahnya bingung. “Xi Luhan, Xi Luhan. Lihatlah! Apa kau sudah memeriksa celanamu yang sekarat itu?” tanya kepala sekolah sampai cengengesan.

 

Sehun melirik celana Luhan dan ikut tertawa. Sedangkan Luhan hanya mengangkat kedua alisnya. “Hei, Hyung! sepertinya celanamu robek!” ucap Sehun sambil menutupi mulutnya —menahan tawanya. Demi apapun, rasanya seperti habis jatuh ke dalam sumur! Kini wajah Luhan merah seperti tomat.

 

***

 

“Eiyy, jangan bilang kalau celanamu itu baru? Heum?” Minseok mencolek lengan Luhan —dia teman Luhan yang suka menggoda Luhan kapanpun itu. Luhan hanya menatap Minseok dengan datarnya. Untuk apa Luhan menanggapinya?

 

“Eh, apa kalian tidak tahu? Tadi celana Luhan Hyung yang lama— Ah!“ teriak Sehun setelah Luhan tiba-tiba menginjak kakinya dengan kuatnya. Luhan melotokan matanya pada Sehun. Ayolah, jangan diceritakan kejadian tadi! ia sangat malu.

 

“Bisakah kau menutup mulutmu dan jangan ceritakan kejadian memalukan tadi?” Luhan melakukan penekanan pada bait terakhirnya.

 

“Wow! Memangnya kejadian memalukan seperti apa yang Luhan Hyung alami?” tanya Jongin penasaran menatap Luhan jahil.

 

“Jangan ceritakan!” pinta Luhan. baru kali ini Luhan memohon pada Sehun, biasanya Luhan hanya memerintah Sehun dan menjadikan Sehun sebagai budaknya. Yah, karena dia selalu setia padanya. Sehun tersenyum jahil melihat Luhan yang memohon seperti ini. Ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini!

 

“Kalau begitu, Hyung.. aku akan membuat tantangan untukmu!” ucap Sehun tapi Luhan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Hyung! Kalau kau tak mau memenuhi tantanganku, aku akan menceritakan kejadian yang Hyung alami tadi. bagaimana?” tanya Sehun sambil tersenyum jahilnya.

 

Dan akhirnya Luhan menyerah. “Okay! Baiklah! Aku akan terima tantangannya. Tapi tantangan apa itu?” tanya Luhan.

 

“Nanti bukankah akan diumumkan siswa berprestasi ditahun ini di jam istirahat sore? Kau harus mencium siapapun yang menjadi peringkat kedua” ucap Sehun memberi tantangan. Dan disambut meriah oleh teman-temannya.

 

“Bagaimana kalau dia namja?”

 

“Tetap saja”

 

“Kau gila?!” tanya Luhan. ia tak bisa membayangkannya kalau ia akan mencium seorang namja. Ih! Ia sungguh jijik dengan itu semua! “Tapi, kenapa kau tidak memberi tantangan bahwa yang peringkat satu harus kucium?” tanya Luhan pernasaran.

 

“Karena tentu saja peringkat pertama adalah kau Hyung! Kau siswa yang meraih IQ tertinggi. Kau ingat itu?”

 

“Ayolah, itu hanya IQ! Semua orang juga butuh belajar!”

 

***

 

Semua siswa Anyang High School berkumpul menuju papan pengumuman ‘siswa berprestasi’. Tapi tidak, setelah Luhan masuk untuk melihatnya juga. Mereka melonggarkan tempat untuk Luhan lewat. Sedangkan para wanita di Anyang High School memanggil-manggil nama Luhan histeris.

 

Yah, siapa yang tidak kenal dengan pria setampan Luhan? Rugi sekali kalau tidak mengetahui tentang Luhan. Luhan melihat peringkat kedua dan menghela nafasnya lega. Untung saja dia seorang yeoja!

 

Biar Luhan lihat dulu, foto gadis ini. Dia mempunyai eyesmile yang terbentuk melengkung, dia terlihat narutal, rambutnya bewarna hitam legam dan dikuncir kuda. Cantik, tapi.. tubuhnya —tubuh yang Luhan benci. Dia bukan gadis yang sexy.

 

“Aww, kau akan mencium gadis ini men!” bisik Jongin sambil menunjuk foto gadis itu. Luhan hanya menggaruk tengkuknya. Yah, Jongin benar. Gadis itu tidak sexy! Sama seklai tidak! Tiba-tiba seseorang mendorong Luhan dengan kuatnya —sehingga Luhan hampir jatuh. Untung saja ada Xiumin yang memeganginya.

 

“Ugh! Kenapa kalian lama sekali sih? Aku ingin melihat juga tahu!” omel gadis itu mengerucutkan bibirnya lucu. Mendengar omelannya, seperti mendengar omelan Donal Duck —di salah satu tokoh film Disney yang terkenal.

 

Hyung, sepertinya gadis yang mengomel itu gadis yang mendapat peringkat dua. Cium dia Hyung! Atau akau akan membocorkannya” bisik Sehun tak sabar melihat tontonan dari Luhan. Luhan membelalakkan matanya, gadis itu. Kini ada tepat pada depannya! Ah, apa ini? Apa harus Luhan menciumnya disini? Ah, itu terlalu.. Hei! Apa salahnya sih? Ini hanya tantangan, untuk apa merasa malu?

 

Luhan menarik tangan gadis itu tiba-tiba. Sedangkan gadis itu hanya menatap Luhan bingung. Luhan menyelipkan sehelai rambut gadis itu ke belakang telinganya. Setelah itu Luhan menempelkan bibirnya pada bibir gadis itu. Melumatnya bagaikan lolipop. Jantung Luhan berdebar begitupun jantung gadis itu. Dengan lancangnya Luhan melingkarkan tangannya ke pinggang gadis itu. Sensasi ciuman ini sungguh membuatnya ketagihan untuk bermain mulut.

 

“Oh my God! Oh my God, oh my! Apa yang kita lihat? Kyaa! Luhan mencium gadis itu!” teriak para gadis Anyang High School histeris. Tentu saja mereka iri pada gadis ini.

 

“Wah, ini bagus jika di potret” Jepret! Salah satu gadis memotret mereka yang sedang berciuman.

 

“Wow! Daebak!”

 

Sedangkan gadis itu hanya mengerutkan dahinya bingung. Tapi disaat Luhan mulai melumat bibirnya, gadis itu merasakan panas entah darimana asalnya. Rasanya ingin gadis itu membalas ciuman Luhan, tapi ia masih sadar jika ini salah. Ia masih tetap berpegang teguh pada janjinya! Ia merasakan tangan Luhan melikar di pinggangnya, sekujur tubuhnya merinding memang. Cukup! Pria ini kurang ajar! Dengan sekuat tenaga gadis itu mendorong Luhan.

 

Tidak! ia sangat malu! Tadi ia menjadi tonotonan disini. Memalukan!

PAAAK! Gadis itu menampar pipi Luhan dengan keras. “Kurang ajar! Apa yang kau lakukan tadi? Berani-beraninya kau  menyentuh bibirku?” teriak gadis itu marah. Luhan yang diperilakukan seperti itu pun tak terima. Luhan menarik kerah baju gadis itu.

 

“Dan kau berani-beraninya kau menamparku, huh? Menampar XI LUHAN —PEMIMPIN GENG YANG PALING DITAKUTI —PENGUASA KOTA INI?!” Luhan memberi penekanan pada kalimat terakhirnya. Luhan melototkan matanya, jangan kaget. Luhan akan menikam —membuat babak belur orang-orang yang berani menyakitinya siapapun itu. Gadis itu hanya tertawa mengejek.

 

“Lalu? Apakah aku harus tunduk dan akan menuruti semua keinginanmu? Sadarlah Xi Luhan! kau bukan walikota ataupun duta besar, dan juga kau bukan seorang presiden!” sahut gadis itu tak mau kalah. “Kau bodoh Xi Lu Han! Bodoh! Kau masih sangat kecil bagi presiden bahkan bagi walikota” tambah gadis itu sambil menatap Luhan sinis.

 

“Yak! Sekiya! (Brengsek!) Aku akan membuatmu mati sekarang juga!” teriak Luhan akan melemparkan sebuat tinjuan pada gadis itu. Tapi tidak setelah Minseok menarik Luhan menjauhkan Luhan dari gadis itu. “Yak! Urusanku belum selesai! Kemari, sekiya!” teriak Luhan berusaha menyingkirkan tangan teman-temannya yang sedang menariknya —menjauhkannya dari gadis itu.

 

“Kau.. pergilah! Luhan benar-benar marah saat ini” Minseok melihat nametag gadis itu sejenak. “Pergilah atau kau akan dibuat babak belur olehnya, Park Dae Kyung-ssi”ujar Minseok memanggil nama gadis itu —sambil masih menahan tubuh Luhan.

 

“Yak! Urusanku dengan gadis ini belum selesai. Heeei!” teriak Luhan saat melihat gadis itu meninggalkan tempat ini.

 

***

 

Daekyung membasuh mukanya —terutama bagian bibirnya berkali-kali. Menghilangkan bekas ciuman kurang ajar yang ia dapatkan dari pria tadi yang tak lain adalah Luhan. Pria itu, ia pikir Luhan masih mempunyai tata krama —mengingatnya dia mempunyai IQ yang tinggi.

 

Daekyung menatap bayangan dirinya dikaca. Lalu menggebrak kaca itu dengan kerasnya —melampiaskan segala amarahnya saat ini. ia menggertak dan mengeratkan tangannya sendiri. Sekiya! (Brengsek!) Apa tadi itu ciuman pertamaku? Dia sudah merebutnya?, batin Daekyung kesal.

 

My birthday. Ah, seharusnya ia bahagia di hari ulang tahunnya tapi kenapa malah mendapatkan sebuah kesialan? Daekyung memukul-mukul kaca tersebut berkali-kali.Kenapa harus dia? Mengapa dia merebutnya?, batin Daekyung.

 

“Oh? Bukankah dia gadis beruntung yang di cium oleh Luhan tadi?” ucap seseorang. Daekyung membalikkan badan —melihat siapa yang mengatakan perkataan bodoh tadi. Gadis beruntung ingusmu! Malah ini suatu kesialan.

 

“Apa yang kau katakan tadi?” tanya Daekyung sambil berjalan mendekati gadis berkepang itu —yang mengatakan bahwa ia beruntung dicium Luhan. “Gadis beruntung katamu? Bahkan itu sebuah kesialan bagiku. Apa kau belum pernah mendapatkan tamparan dariku?” tanya Daekyung menatap gadis berkepang tersebut.

 

“Hei? Bukankah itu benar, hah? Semua gadis disekolah ini banyak yang ingin berpacaran dengan Luhan —terutama beciuman dengannya dan—“

 

“DIAM DAN TUTUP MULUT SAMPAHMU ITU!” teriak Daekyung menarik kerah baju gadis berkepang tersebut.

 

***

 

Luhan berjalan kesal menuju kedalam kelasnya dan duduk dikursi —tempat dimana ia duduk.  Luhan memijit kepalanya sambil memejamkan matanya. Ia tak habis pikir dengan gadis tadi, seharusnya gadis itu senang. Bukankah ia tampan? Bukankah ia juga pintar? Apa kurangnya sih?

 

“Kau butuh minum—” Sehun memberikan sebotol air putih dari dalam tasnya. Belum selesai Sehun bicara, Luhan sudah mengambil botol itu dan meminumnya dengan cepat sampai habis. Luhan memeras botol itu dan membuangnya sembarangan.

 

Luhan melonggarkan dasinya dan membuka satu kacing di bagian atas. Luhan menghela mulai mengatur nafasnya —berusaha untuk sedikit membuang amarahnya yang kini sudah sangat memuncak.

 

“Wah, pertunjukkanmu sangat menyenangkan tadi. kau terlihat sangat liar saat mencium gadis itu tadi. Siapa namanya tadi? Park Dae- Dae..” Minseok mengingat-ingat nama gadis tadi.

 

“Hyung! Kumohon jangan membahas itu. Aku sedang muak membahas tentang gadis itu” pinta Luhan dengan nada tidak suka. Mendengar itu, Minseok langsung diam.

 

Luhan memikirkan ciuman tadi, ah ciuman pertamanya. Ya, pertama kalinya ia mencium seorang gadis. Tunggu dulu, jika mengingat bibir gadis itu rasanya seperti melumat sebuah lolipop. Ah, bibir gadis itu manis sekali, batin Luhan sambil memegangi bibirnya sendiri.

 

Hyung! Ada sebuah keributan di toilet wanita! Gadis yang tadi kau cium sedang berkelahi dengan Suni!” teriak Kai tiba-tiba. Mendengar itu semuanya bangkit dan berlari menuju toilet wanita.

 

***

 

“Dasar kau gadis sombong! Mengapa kau terlalu gengsi dan selalu angkuh? Oh, apa karena orang tuamu seorang polisi?” tanya gadis berkepang itu sambil berkacak pinggang.

 

“Tutup mulutmu!” teriak Daekyung melayangkan tamparan pada gadis berkepang itu. Tapi tidak setelah gadis itu menangkap tangan Daekyung. Bukan hanya menangkap tapi ia mencengkram tangan Daekyung dengan sangat erat. “Lepaskan! Aku bilang.. LEPAS!” dan akhinya Daekyung bisa menepis tangan gadis itu.

 

“Kau mau menamparku hah? Lakukan jika bisa!” teriak gadis berkepang itu dan menjambak rambut Daekyung —hingga karet yang Daekyung gunakan untuk menguncir rambutnya putus.

 

“Berhenti berbuat kekanakan, bodoh!” teriak Daekyung dan menjambak poni gadis itu. Oh tidak, sepertinya mereka akan berkelahi sampai jam istirahat selesai. Luhan yang melihat itu tak bisa diam lagi. Entah dorongan darimana, tiba-tiba Luhan keluar dari gerombolan penonton dan masuk kedalam area perkelahian. Dia masuk ke kamar mandi wanita. Wow!

 

“Hentikan!” teriak Luhan mendorong gadis berkepang itu. “Berhenti melukai dia dan—“ Luhan menarik kerah baju gadis berkepang.

 

“Luhan, dia mengatakan bahwa ciuman darimu adalah suatu kesialan. Bagaimana pendapatmu? Apa kau marah?” kata gadis berkepang itu.

 

“Yak! Hentikan omong kosongmu dan diamlah!” teriak Daekyung menarik tubuh Luhan menjauh dan segera memberikan tonjokkan pada gadis itu.

 

“HENTIKAN! APA YANG KALIAN LAKUKAN HAH?!” teriak seorang pria lantang. Ketiganya menolehkan kepalanya pada asal seuara tersebut. Oh my!

 

***

 

“Jadi, siapa orang pertama yang berbuat keributan tadi?” tanya Kim Songsaenim sambil membenarkan kacamatanya yang tadinya sedikit merosot.

 

“Dia! Dia!” Daekyung menunjuk gadis berkepang itu. “Dia duluan yang menyerangku!” tuduh Daekyung.

 

“Heh! Bukankah kau yang menarik kerahku duluan?! Dia yang melakukan duluan, Pak!” gadis itu membenarkan. “Benar, kan Luhan?” tanya gadis berkepang itu tiba-tiba pada Luhan.

 

Luhan yang tak tahu apapa pun kaget, tapi gadis berkepang itu menatap Luhan —dan mengisyaratkan untuk mengatakan ‘Ya’. “N-ne, memang dia duluan yang menyerang Suni” jawab Luhan sambil menunjuk Daekyung tanpa menatapnya.

 

“Mwo? Mengapa kau begini?! Kau tak tahu apa-apa!” Daekyung membenarkan.

 

“Aku sanksinya! Aku melihat bahwa kau yang memulai duluan!”

 

“Dusta!”

 

“Hentikan!” teriak Guru Jang. “Ah, sulitnya menjadi guru konseling” Guru Jang menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal. “Jika Luhan berkata begitu, aku percaya karena kau juga telah memukul kepala Suni” jelas Guru Jang sambil menghela nafas. Gadis Berkepang yang dipanggil Suni tersebut mengembangkan senyum kemenangan dan mengangkat dagunya sambil melirik Daekyung.

 

“Mwo?! Tapi—“

 

“Tapi Luhan bukanlah sanksi disini” lanjut Guru Jang. Luhan mengerutkan dahinya. Berpikir apa yang akan dikatakan Guru Jang. Mengapa tiba-tiba dirinya salah? Apa kesalahannya? “Aku sempat melihat Luhan akan membela Daekyung sehingga ia mendorong Suni dan menarik kerah Suni. Sayangnya Daekyung menarik tubuh Luhan untuk menyingkir lalu Daekyung memberi tonjokkan pada Suni” jelas Guru Jang.

 

“A-aku juga… bersalah?” tanya Luhan shock.

 

“Jadi kalian berdua mendapatkan point pelanggaran. 10 point untuk seorang siswa yang mencelakai temannya sendiri apalagi temannya itu juga siswa disekolah ini” Guru Jang mulai menuliskan sesuatu disebuah buku. “Kalian tidak boleh mengikuti jam pelajaran penuh besok. Dengan kata kalian tidak diperbolehkan masuk ke sekolah besok” lanjut Guru Jang.

 

“Mwo?” kaget Daekyung dan Luhan bareng.

 

***

 

Daekyung mengambil tas sekolahnya dikelas. Ia menggendong tasnya dan berjalan cepat menuju gerbang sekolah. Ia masih memikirkan apa yang dikatakan Guru Jang. Ia tidak boleh masuk sekolah besok? Apa yang akan dikatakannya pada orangtuanya besok?

 

Apakah ia harus mengatakan sebenarnya? Tidak! Jangan! Itu semua bukan suatu ide bagus. Ia akan dihukum tidak boleh keluar rumah jika seperti itu. Tidak adakah cara lainnya? Daekyung mengacak-acak rambutnya frustasi.

 

“Park Dae Kyung” sebuah panggilan membuat Daekyung menoleh pada asal suara tersebut. Luhan? ah, kenapa ia harus bertemu dengan pria jahat itu lagi? Daekyung mengalihkan pandangannya —berpura-pura tidak dengar ataupun melihat. “Hei! Aku memanggilmu!” Daekyung masih diam. “Hei! Jangan begitu!” Daekyung membuka tasnya dan berpura-pura membaca bukunya.

 

Cup! Luhan mengecup bibir Daekyung singkat. Reflek Daekyung membelalakkan matanya kaget. Apa yang tadi pria ini lakukan? Sangat tidak sopan! “Yak! Apa yang kau lakukan? Dasar anak tidak sopan!” teriak Daekyung kesal.

 

“Itu hukumannya karena kau tidak memperdulikanku!” jawab Luhan santai. Apa katanya hukuman? Pria ini anak siapa sih? Apa Ayah-Ibunya tidak memberikan ceramah tentang sopan santun? Dan, bisa-bisanya dia seenaknya sendiri pada Daekyung?

 

“Kurang ajar! Kau!” Daekyung melayangkan sebuah tonjokkan pada Luhan. Tapi tidak setelah Luhan mencengkram tangan Daekyung kuat. Daekyung menarik tangannya kembali tapi Luhan terlalu kuat mencengkram tangannya.

 

“Kau tahu kan bahwa aku bukanlah sanksi melihat pertengkaran kalian berdua. Jawabanku saat di ruang BK tadi memang sebuah dusta, itu hanya balasanku karena kau menamparku saat jam istirahat tadi sore” jelas Luhan dan berhenti mencengkram tangan Daekyung dan meletakkan tangannya di saku celananya. “Ehem, apakah kau mendapatkan sepuluh point? Bukankah itu menakjubkan?” tanya Luhan santai.

 

“Menakjubkan ingusmu! Aku jadi tidak bisa mengikuti ulangan harian Matematika karenamu!” Daekyung menendang tulang kering Luhan menyebabkan Luhan memegangi kakinya kesakitan.

 

“Akh! Mengapa kau menendang kakiku?” tanya Luhan. “Apa yang kukatakan salah?” tanya Luhan sok polos. Demi apapun, Daekyung ingin membunuh pria ini sekarang juga!

 

“Itu adalah balasan karena kau sudah membuatku memperoleh point” jawab Daekyung sambil mengangkat dagunya.

 

“Hei! Mengapa kau selalu membalas apa yang kulakukan? Apa kau punya rasa dendam dihatimu?” tanya Luhan membuat Daekyung tutup mulut. “Emm, tapi mengapa kau tak pernah membalas jika aku memberikan sebuah ciuman padamu? Seharusnya kau membalasnya, gadis pendendam” lanjut Luhan yang sudah berhasil membuat Daekyung mencapai puncak amarahnya.

 

“Tutup mulutmu itu! Gara-gara kau aku tidak bisa masuk sekolah besok. Untung saja, orangtuaku tidak dipanggil kalau saja dipanggil mungkin aku akan di—“ Daekyung menghentikan kata-katanya. Tidak, mengapa terdengar seperti curhatan? Hei! Bukankah ini sebuah perdebatan bukan sebuah curhatan?

 

“Kalau begitu ayo kita berbuat keributan lagi sampai orangtua kita dipanggil” sahut Luhan sambil tersenyum jahil.

 

“Lupakan!” Daekyung berjalan meninggalkan Luhan.

 

“Hei! Apa kau akan pulang sendirian malam-malam begini?” Luhan berlari mengejar Daekyung.

 

***

 

Daekyung mengeluarkan buku-bukunya dan memasukkan beberapa buku lagi kedalam tasnya —buku yang akan dibawa untuk jam pelajaran besok. Daekyung menghentikan aktifitasnya. Oh ya, bukankah ia tidak diperbolehkan masuk sekolah besok? Ah, benar-benar!

 

Daekyung meloncat menuju kasurnya dan memeluk bantalnya. Ia memikirkan apa yang harus ia lakukan besok. Bagaimana jika Ayah dan Ibunya menanyakan mengapa ia tak sekolah besok? Apa ia harus menjawab bahwa ia bertengkar dengan seorang gadis dan masuk BK karena berkelahi tentang hal sepele?

 

Bodohnya ia! Seharusnya Daekyung tidak meladeni omongan gadis berkepang yang bernama Suni itu. Bo-doh! Kalo ia cuek dengan apa yang dikatakan Suni waktu itu, ia tidak akan terbawa emosi dan masuk BK dan terlebih lagi, ia tidak akan mendapatkan hukuman semacam ini. Daekyung memukuli kepalanya sendiri.

 

“Pabboya! Pabboya!” gumam Daekyung sambil memukuli kepalanya sendiri.

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK