home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > SOMETHING DIFFERENT

SOMETHING DIFFERENT

Share:
Author : munzioezy
Published : 07 Dec 2015, Updated : 05 Jan 2016
Cast : Kim Woo Bin dan Zahra (Karakter Fiksi)
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |709 Views |0 Loves
SOMETHING DIFFERENT
CHAPTER 2 : FIRST TIME

Zahra POV

Jakarta. Beberapa hari sebelum ke Korea Selatan.

"Zah, lo mau kan tukeran sama gue?? Lo yang liputan ke Korea. Gue yang pergi ke Timur Tengah." Pinta Isal saat sore itu di depan meja kerjaku.

Sebelumnya, Pak Hanung, selaku pimpinan redaksi majalah kami, memintaku untuk mencari berita tentang perang konflik Palestina dan Israel. Dan aku siap untuk berangkat ke sana. Tapi, sore ini, Isal memintaku untuk bertukar job. Katanya, jadwal deadlinenya bentrok sama acara pernikahannya.

Iya, teman satu rekan kerjaku itu, dua minggu lagi akan menjadi suami pacarnya yang sudah dipacarinya selama 6 tahun.

"Kalau gue yang ke Korea. Kapan gue nikahnya Zah? Kan waktu nikahnya udah ditentuin, lo juga kan tau, gue udah terlanjur nyebar undangan juga. Masa tanggal pernikahan gue undur lagi cuman gara-gara gue ke Seoul. Sedangkan deadlinenya Pak Hanung minta 2 Minggu lagi. Et dagh... bisa berabe gue. Tapi kalau lo mau tukaran job sama gue, deadline berita timur tengah kan bisa sampe dua bulan. Nah, jadi gue bisa dong punya waktu buat persiapan nikah gue" Jelas Isal lagi.

Aku yang mendengar keinginan pria berbadan gempul itu hanya mendesah saja. Jujur sebelumnya aku sama sekalih belum pernah pergi ke Korea Selatan. Dan lagi seperti yang aku dengar, orang di sana jarang yang bisa berbahasa inggris. Aku tidak seperti Isal, yang mempunyai kemampuan berbahasa Korea.

"Sal, gue pasti nanti kesulitan wawancara narasuber. Gue kan gak kayak lo bisa bahasa Korea..." Kataku memprotes. Bukannya jahat. Tapi pergi ke negeri orang tanpa persiapan matang untuk wawancara membuatku repot juga. Terlebih lagi aku masih terbilang baru menggeluti dunia jurnalistik.

"Alaah, Itu mah gampang! Gue punya kenalan orang asli sana yang jago bahasa Indonesia. Nanti tinggal gue minta dia jadi pemandu wisata lo disana, Zah." Kata Isal duduk di bangku yang bersebelahan denganku. "Dan gue yakin lo pasti naksir dia. Temen gue itu ganteng. Mirip sama pemeran utama di drama korea yang suka lo tonton berkali-kali tuh!" Lanjutnya lagi sambil mengedipkan matanya ke arahku.

Aku mengerutkan jidatku, "Hah? Drama Korea? Yang mana?" Tanyaku keheranan.

Memangnya kapan aku pernah nonton drama Korea? Jujur saja aku ini bukan tipe cewek yang suka nonton drama Korea dan sejenisnya.

"Yang itu tuh Zah. Yang pemeran cowoknya ada empat orang! Yang sering lo tonton sampe lumutan di laptop lo." Sahut Isal menunjuk-nunjuki laptop di depanku. Seperti seakan-akan laptop sebagai barang bukti kalau aku pernah nonton drama dari negeri Ginseng hingga beratusan kali.

"Mungkin itu di mimpi lo kali pernah liat gue nonton drama Korea." Timpalku cepat sambil tertawa.

Lucu saja sih ada yang mengira aku suka drama Korea. Aku saja masih suka tidak hafal nama Li Min Ho sama Jang Gak Suk. Ngomong-ngomong itu udah benar belum sih penulisan nama kedua aktor Korea itu? Aduh gak tahu deh. Bingung.

"Yee nih anak. Serius tahu, gue tuh sering banget liat lo puterin itu dramanya!" Ucap Isal gregetan. "Oh, gue baru ingat sekarang. Nama pemeran utama ceweknya Sancai!" Serunya lagi.

"Tunggu dulu, jadi maksud lo Meteor Garden?" Tanyaku kearahnya.

Isal mengangguk mantap. "Nah! Itu!" Jawabnya.

"Itu bukan drama Korea, Faisal Ilham. Meteor Garden drama Mandarin." Kataku sambil memutarkan kedua bola mataku malas. Masa yang katanya orang jago bahasa Korea gak bisa bedain mana bahasa Korea dan Mandarin? Kan lucu.

Tapi Isal tidak peduli dengan kesalahannya. "Masa bodo. Bagi gue mereka tetap sama-sama dari Asia." Belanya cuek.

"Hayo jangan ngerumpi aja. Gimana perkerjaannya?" Tanya sebuah suara yang datang dari depan pintu kantor. Aku dan Isal menolehkan kepala secara bersamaan ke arah sana.

Pak Hanung tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu, lengkap dengan setelan kemeja lengan pendek birunya. Membuat aku dan Isal langsung terperajat kaget dan berdiri di depan pria berusia 48 tahunan itu. Diantara kami berdua sudah tidak ada yang berani berbicara lagi jika di depan pemred angker seperti Pak Hanung.

"Eh, Bapak. Mau dodol durian asli Thailand Pak?" Tawar Isal basa-basi ke arah Pak Hanung. Kayaknya dia sengaja banget buat ngeluluhin wajah bak penjaga neraka Pak Hanung di depannya.

"Terimakasih. Saya gak doyan durian." Tolak Pak Hanung cepet membuat Isal langsung masam. Usahanya gagal. Muka angker penjaga neraka khas Pak Hanung tidak bisa disuap dengan dodol durian Thailand.

"Yah, bapak padahalkan ini enak lho..." Kata Isal cengar-cengir gak jelas di depan Pak Hanung, tapi langsung mingkem ketika Pak Hanung melotot kearahnya lagi. "Maaf pak." Lanjutnya.

"Jadi gimana persiapan kamu buat ke Seoul?" Tanya Pak Hanung to the point ke arah Isal.

"Oh--- itu a...a...akan saya persiapkan segera Pak!" Jawab Isal ragu-ragu.

"Bagus! Saya gak mau tahu, pokoknya dalam dua minggu hasilnya sudah sampai di email saya yah." Kata Pak Hanung menepuk-nepuk pundak Isal kuat-kuat.

Sedangkan orang yang di tepuk pundaknya oleh Pak Hanung, hanya melirik kearahku. Wajah memelasnya seakan mengatakan seperti ini; Pleasee- tolongin- gue- Zah- gue- bisa- gak- jadi- nikah- nanti!!

***

Cheonggyecheon, Restoran Kebab.

Jadi beginilah, setelah beberapa hari lalu Isal berkali-kali memintaku untuk bertukar job wawancara. Apalagi setelah ia tumben-tumbenya sering mentraktirku makan siang, mau tak mau kuterima juga usulannya; pergi ke Korea Selatan.

Jika saja bukan karena kasihan dengan ibunya Isal yang ikut-ikutan mohon ke aku untuk bertukaran job pekerjaan dengan anaknya, aku mungkin tidak akan pernah ada disini. Duduk di bangku restoran kebab di persimpangan jalan Cheonggyecheon. Bertemu dengan pria tinggi yang sedang duduk menampilkan wajah bingungnya di depanku.

"A...a...anyeong..." Sapaku kikuk mengucapkan bahasa Korea pertamaku yg baru ku pelajari dari buku Paduan Belajar Percakapan Bahasa Korea Untuk Pemula. Membuat pria di depanku ini berhenti menggarukan kepalanya dari tadi.

"Kau bisa ngomong bahasa Korea?!" Tanyanya heboh.

"No. I cant. Sama sekalih enggak bisa" Jawabku menggelengkan kepala.

Ku lihat ia lalu sedikit menghela napas. Mungkin karena kesal aku tidak bisa ngomong pakai bahasa ibunya.

"Yah, udah. Kita mulai ngomong pake bahasa Inggris aja." Katanya sedikit keberatan, "pertama-tama, aku ingin bilang terimakasih karena kau sudah membantuku dari kejaran para fansku. Dan berkat kau juga, aku hem bisa selamat dari pelayan restoran tadi..." jelasnya.

"Well, sama-sama." Kataku tersenyum kearahnya. Ia lalu membalas senyumanku. Saat melihat wajah senyumanya itu, aku jadi teringat kejadian sebelumnya, takala wajahnya begitu pucat saat menghadapi pelayan restoran kebab tadi.

Jadi sebelum kami berdua bisa duduk dengan tenang di meja makan restoran kebab ini, pelayan restoran sempat mengira pria di depanku ini adalah seorang pencuri yang ingin mengambil pot bunga di dalam restoran. Sebab dari tadi ia terus mengumpat di belakang pot bunga.

"Untung aja gue dateng buat nyelamatin dia. Cuman aneh aja, masa cowok ganteng begini dikira pencuri sih sama pelayan restoran? Hha." Pikirku geli sembari memperhatiakan wajah pria di depanku ini, yang sedari tadi masih terus berbicara tanpa ku dengar apa isi obrolannya.

Sedetik kemudian, baru kusadari jika pria yang sedang duduk di depanku benar-benar ganteng banget. Tipikal wajahnya yang maskulin, kalo kata istilah anak sekarang cowok banget mukanya. Rahang wajahnya yang tegas itu sangat kontras saat berpadu dengan jaket merah dongker yang ia kenakan untuk menutupi dada bidangnya yang lebar. Menurutku wajah sepertinya seharusnya sudah mejeng di cover majalah-majalah cowok beken di Korea kan?

"Jadi begitu cerita awal mulanya aku tersesat. Aku---," tiba-tiba saja ia berhenti bercerita dan mulai menatap kearahku keheranan, "apa ada yang lucu?" Tanyanya bingung.

"Hah? Enggak kok." Jawabku.

"Terus, kenapa tadi kau ketawa?"

Apa katanya? Ketawa? Perasaan tadi aku cuman ketawain dia di dalam hati deh. Batinku dalam hati. Dan sudah negatif thinking aja, jangan-jangan ini cowok di depanku bisa baca pikiran??

"Apa kau masih gak percaya juga? Aku denger lho tadi kau ketawa dan bergumam gak jelas pake bahasa yang tidak ku mengerti." Jelasnya. Dan semakin membuatku melongos melihatnya.

Ja..di beneran tadi gue ketawa di depan dia?? Batin ku tidak percaya dan merasa malu sendiri.

"Aku masih ingat kok. Tadi kau ngomong kata-kata seperti," Ia berhenti sejenak untuk berpikir sebentar, "pen...cu...rico...wok...gan...teng." Lanjutnya terbata-bata mengucapkan bahasa Indonesia.

" Ah hahaha itu aku cuma...." Kataku tertawa hambar dan menggaruk kepalaku dengan kikuk di depannya. Meraih buku menu restoran dan menutupi setengah wajahku darinya. Malu banget.

"Aah, yah sudahlah... lagian aku juga tidak mengerti apa yang kau ucapkan tadi." Tukasnya cepat kearahku. "Oh iya, ngomong-ngomong kita belum berkenalan kan?" Tanyanya mengulurkan tangannya kearahku.

Aku menyambut uluran tangannya dan tersenyum kearahnya, "Zahra. Zahra Navisah." Kataku.

"Za...? Maaf bisa kau ulangi?" Tanyanya kebingungan. Sepertinya dia agak kesulitan mengucapkan namaku.

"Zaah-raaa..." Aku memperjelas suaraku.

"Oh, Zahla, nama yang unik."

"Bukan. Zaaah-raa... raa... bukan laaa...."

"Zahlah kan? Aduh, sepertinya aku agak kesulitan nyebut namamu itu. Hehehe." Sahutnya terkekeh-kekeh. "Maaf yah..."

Aku memakluminya, "Gak apa-apa kok. Oh iya aku belum tahu siapa namamu?" Tanyaku kearahnya.

"Namaku?" Ucapnya, ia lalu seperti memperhatikan kesekeliling restoran. "Kim. Kim Woobin," lanjutnya mempelankan suaranya.

"Oh, Kim Woobin?" Ulangku kearahnya.

Agar lebih mendekat, ia lalu mencondongkan badannya kearahku, "Ya, Kim Woobin" Bisiknya pelan.

Aku tak mengerti, kenapa juga ia harus mempelankan suaranya saat nyebut namanya itu. Apa dia itu orang penting banget di Korea sini? Anaknya presiden gitu? Hem, entahlah sepertinya dia agak sedikit menjaga privasinya.

Zahra Pov End-

***

Author POV

"Oh, Kim Woobin?" Tanya turis perempuan yang bernama Zahra itu. Ia sepertinya terlihat tidak mengetahui siapa sebenarnya Si Kim Woobin itu.

"Ya. Kim Woobin" Jawab Woobin berbisik kearahnya.

Tidak seperti kebanyakan turis yang biasa ditemui Woobin sebelumnya, setelah menyebutkan nama, biasanya mereka akan berteriak histeris dan jingkrak-jingrak di depannya untuk meminta photo bersama dan tanda tangannya. Tapi...

Perempuan berkerudung biru di depannya, hanya bersikap biasa saja seperti menganggap Kim Woobin itu orang biasa-biasa saja. 
Masa dia enggak tahu siapa aku ini? Jangan-jangan dia masih gak nyadar juga kalau tadi aku dikejar-kejar oleh fansku sendiri? Seharusnya dia sadar kalau aku ini artis karena tadi dikejar oleh fansku. Pikir Woobin keheranan. Tapi baginya ini adalah sesuatu hal yang baru. Jadi dia gak perlu repot-repot memakai topeng dan bersikap terlalu ramah di depan Zahra seperti layaknya idol kpop lainnya. Cukup seperti dirinya apa adanya. Seperti orang biasa.

Mereka berdua kembali mengobrol layaknya bagaimana orang biasa pada umumnya. Tidak ada acara jerit-jeritan dan fan service segala untuk meminta tanda tangan ataupun photo bareng.  Sampai akhirnya seorang pelayan datang membawakan pesanan kebab mereka, dan meletakannya di atas meja.

"Jujur saja, aku belum pernah makan kebab." Ucap Woobin sambil meraih gulangan kebab di depannya dan mencoba mencicipi rasanya, "ini enak juga  rasanya..." Lanjutnya dengan mulut penuh isi daging kebab di dalamnya.

"Ini memang enak. Aku juga sangat suka kebab." Kata Zahra dan tertawa lucu saat melihat Kim Woobin begitu cepat menghabiskan satu gulungan kebab besar dalam sekejap.

"Kau sangat suka kebab. Apa kau ini sebenarnya dari Turki juga?" Tanya Woobin, ia masih menyangka penutup kepala yang dikenakan Zahra membuatnya seperti turis dari Timur Tengah.

"Bukan. Aku dari Indonesia." Jawab Zahra.

"Ooh, Indonesia! Yah aku pernah kesana sekalih!" Seru Woobin, ia masih ingat saat itu ada acara fanmeeting dan berjumpa fansnya dari Indonesia.

"Ah? Beneran? Kapan kau kesana? Buat Liburan?" Tanya Zahra antusias.

"Eh? Ya. Aku kesana buat liburan dan hem yah untuk berbisnis." Jelas Woobin hati-hati. Ia tidak ingin Zahra mengetahui 'topeng idol kpop' nya lebih awal, kalau sesungguhnya ia berkunjung ke Indonesia untuk menghadiri fanmeeting. Ia tidak mau merusak suasana pertemuannya dengan Zahra yang  langka ini. Ketika ia bisa lebih bebas mengobrol dengan Zahra sebagai orang biasa. Menjadi dirinya sendiri.

"Oh, begitu yah." Zahra hanya mengangguk saja.

"Eheam! Karena kau sudah menolongku tadi. Mau tak mau aku harus membalas kebaikanmu kan?" Tanya Woobin kearahnya. Ia berharap turis manis di depannya ini hanya meminta balasan yang mudah ia lakukan, seperti membayar tagihan kebab pesanan mereka tadi.

"Ah, tidak perlu repot. Aku senang kok menolongmu."

"Jangan begitu. Aku juga harus membalas semua pertolonganmu kan?"

"Hem, baiklah kalau begitu. Bisa aku minta tolong sesuatu denganmu?" Tanya Zahra kearah Woobin. 

"Tentu saja bisa.Apa?"

"Itu, saat ini aku sangat membutuhkan travel guide untuk mencari liputan tentang beritaku." Jawab Zahra.

"Travel guide? Maksudmu kau ingin aku jadi travel guide mu begitu?" Tanya Kim Woobin. Dan langsung dibalas anggukan kepala perempuan manis berkerudung biru di depannya.

Mungkin beginilah resikonya jika Woobin tidak sejujurnya mengatakan tentang siapa dirinya. Zahra kan pasti tidak mungkin seenaknya meminta seorang aktor bintang Hallyu Wave untuk menjadi travel guide, kalau saja dari awal Woobin mengatakan yang sejujurnya. 

"Tidak bisa yah?" Tanya Zahra lagi kemudian.

"Aahh..., enggak kok aku bisa. Tentu saja bisa!" Jawab Woobin akhirnya. Tidak tahu dorongan dari mana membuat ia mau begitu saja menjadi travel guide untuk Zahra.

"Ah serius? Kau mau jadi travel guideku??" Tanya Zahra heboh.

"Iya. Aku mau jadi travel guide mu. Kebetulan bulan ini aku lagi gak ada jadwal apapun dengan perjalanan bisnisku" Jawab Woobin tersenyum. Dan saat itu ia melihat Zahra juga membalas senyumannya begitu manis di depannya. Ada perasaan aneh yang muncul ketika ia bisa menolong turis berkerudung biru yang manis ini di depannya.

Oke. Anggap saja ini perkejaan sambilanku sebagai seorang aktor. Batin Woobin di dalam hati.

Di malam itu Woobin tidak akan pernah tahu dari kejadian malam inilah, semuanya akan mengantarkan perasaan hatinya yang lebih dalam untuk perempuan di depannya. Sebuah kejadian di masa depan yang tidak akan pernah disangka-sangkanya akan terjadi kepadanya.

PART 2 SELESAI-

gimana? semoga suka yah ceritanya... aku lagi senang nulis ff yang beda ini. ^^

di wattpad enu aja ceritana sudah lebih jauh dari disini. nama akun aku di wattpad itu @lamboever, maka dari itu di cover ff ini pakai nama lamboever. kalian bisa juga main ke wattpad  @lamboever aku disana, buat baca kisah-kisah lainnya... ^^

MUENZYOEZY

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK