Genre : Romance, Fantasy
BTS character : SUGA
*****
Hari ini aku mendapat sebuah kotak kado misterius yang tergeletak di depan pintu apartemenku. Kotak itu berwarna biru muda dengan pita kecil yang menghiasi sudut kanan atasnya. Aku tak tau dari mana asal kado tersebut, tak ada alamat bahkan nama yang tertera dari sang pengirim. Karna rasa penasaran ku yang amat besar, akhirnya aku memutuskan untuk membawa kotak itu kedalam kamarku. Aku berniat mencari tau apa yang terdapat di dalam kotak tersebut.
Aku pun mulai membuka kotak kado itu dengan perlahan. Mataku terpana saat melihat cahaya yang berkilauan keluar dari dalam kotak tersebut. Di dalamnya aku mendapatkan sepasang sepatu indah berwarna coklat gelap dengan butiran kerlap-kerlip emas yang menghiasi setiap sisinya. Sepatu yang indah, aku tak pernah melihat sepatu yang seindah ini sebelumnya.
Aku mencoba meraih sepatu tersebut dan ternyata sepatu ini terbuat dari kayu. Tapi aneh kenapa tekstur luar sepatu ini sangat halus tak seperti kayu pada umumnya. Siapa orang yang telah memberikan sepatu kayu nan indah ini padaku?
Tak mau berfikir terlalu panjang, aku pun memutuskan untuk memakai sepatu kayu tersebut. Dan aku kembali terkejut ketika mendapati ukuran sepatu tersebut pas dengan panjang kakiku. Aku merasa nyaman saat memakai sepatu tersebut tanpa merasa sakit sedikitpun. Apakah benar sepatu indah ini di berikan untukku?
Kini aku merasa enggan melepaskan sepatu kayu tersebut dari kedua buah kakiku. Terlalu nyaman sehingga aku tak sadar membaringkan tubuhku di kasur dengan kaki yang masih mengenakan sepatu itu. Mataku semakin mengantuk saat kepalaku menyentuh lembut bantal yang ada di kasur ku. Aku tak bisa melawan rasa kantuk yang tiba-tiba datang ini dan perlahan-lahan mataku mulai terpejam.
Setelah menutup mataku yang ku lihat hanya gelap tanpa cahaya sedikitpun. Aku pun mulai terlelap dalam tidurku.
1...
2...
3...
Mataku masih terpejam namun telingaku mendengar suara-suara aneh. Terdengar dengan jelas suara kicauan burung dan dercikan air sungai yang mengalir dengan derasnya. Kulitku juga merasakan dengan lembut hembusan angin yang berada di sekitarku, terasa begitu dingin.
Merasa ada yang tidak beres dengan keadaanku saat ini, aku pun langsung mencoba membukakan kedua buah mataku kembali. Kemudian mataku menangkap cahaya silau yang berada di atas kepalaku. Sangat terang hingga aku merasa kesulitan untuk membuka kedua mataku ini dengan lebar. Tunggu apa ini, tak mungkin lampu kamarku tiba-tiba seterang ini kan? Lalu cahaya apa ini?
Kini aku telah membuka mataku lebar-lebar, lalu mencermati keadaan yang berada di sekitarku. Dan betapa kagetnya aku, saat mendapati diriku ternyata tengah berbaring di sebuat tempat asing. Di atasku ada langit berwarna biru terang di temani oleh sinar matahari nan cerah. Selain itu aku mendapati banyak pohon-pohon tinggi yang tumbuh di sekitar tempatku berbaring. Di tambah lagi aku juga melihat sebuah sungai di sebelah kananku.
Menyadari dengan ke anehan ini aku pun dengan spontan langsung membangunkan tubuhku yang tengah berbaring di rumput. Aku masih melihat sekelilingku tak percaya.
“Dimana ini?” ucapku dengan bingung.
Aku melangkahkan kakiku mengikuti arah sungai mengalir sambil mencari sesuatu atau lebih tepatnya seseorang yang mungkin dapat memberitahu keberadaanku. Aku baru sadar kalau ternyata sepatu kayu yang ku kenakan sebelumnya masih terpasang di kedua buah kakiku. Sepatu itu yang sebenarnya menuntun jalanku saat ini, alasan kenapa aku tak memilih masuk ke dalam hutan.
Sepanjang jalan yang ku lewati aku melihat banyak pemandangan yang sangat indah. Aku dikelilingi oleh pohon-pohon berdaun hijau nan rindang. Di tambah lagi banyak bunga yang bermekaran warna-warni tumbuh di dekat pepohonan itu. Kupu-kupu juga banyak terbang menghampiri bunga-bunga indah itu. Belum lagi sungai yang berada di sampingku airnya terlihat sangat jernih, aku bahkan dapat melihat ikan-ikan sedang berenang di dalam sungai tersebut.
Aku tak tau tempat apa ini, aku belum pernah datang ke tempat ini sebelumnya. Aku juga tak tau kenapa aku ada disini. Mungkinkah aku sedang bermimpi? Tapi ini nampak nyata, buktinya aku bisa merasakan hal ini di sekujur tubuhku. Begitu jelas, ini pasti bukan mimpi.
Setelah berjalan cukup lama akhirnya aku menghentikan langkahku. Aku mendapati sesosok pria bertubuh tingi tengah berdiri tegap di sebuah batu besar yang berada di tengah sungai. Pria itu kemudian menoleh ke arahku sambil tersenyum. Senyuman yang terasa begitu manis bagiku.
Sosoknya sangat tampan bagaikan seorang pangeran dari sebuah negeri dongeng. Kulitnya seputih susu, bola matanya berwarna hitam kecoklatan dan bibirnya terlihat begitu manis semanis gula. Rambutnya blonde berwarna krem keputihan. Dia mengenakan setelan pakaian berwarna putih di balut sweeter panjang selutut berwarna biru.
“Akhirnya kau datang, aku sudah lama menunggumu,” ucapnya dengan lembut. Aku bingung dengan siapa dia berbicara. Aku menoleh ke sekitarku tapi tak ada orang selain aku. Jadi berarti...
Tiba-tiba pria itu melocat ke arahku dan kini ia berdiri tepat di hadapanku. Dia juga kembali mengarahkan senyum manisnya yang membuatku menjadi gugup.
“Selamat datang Hyerin, senang bisa berjumpa lagi denganmu,” ucapnya sambil menunduk layaknya seorang pangeran yang sedang menyambut tamunya.
Tapi tunggu, barusan dia menyebut namaku. Bagaimana dia tau namaku?
“Siapa kau? Dan... dimana aku sekarang ini?” tanyaku dengan bingung.
Dia malah kembali tersenyum ke arahku. Kemudian arah pandangannya turun menuju kakiku.
“Sepatu itu cocok untukmu, sangat cantik.” Dia kembali memandangku.
“Sepatu?” aku menoleh ke arah sepatu kayu yang sedang aku pakai.
“Kau bisa memanggilku Suga. Ini tempat tinggalku, aku yang mengundangmu kemari,” balasnya dengan suara yang lembut. Dia juga mengulurkan tangannya ke arahku.
“Suga?” aku merasa tak asing dengan nama itu, aku juga seperti pernah melihatnya sebelumnya. Tapi aku lupa siapa dan dimana aku pernah bertemu dengannya.
Aku tersadar akan uluran tangan Suga dan langsung membalasnya.
“Karna kau sudah disini, aku akan mengajakmu berkeliling.” Suga menarik tanganku dan mengajakku untuk mengikuti langkah kakinya.
Dia mengajakku mengelilingi hutan dan menunjukan banyak hal indah yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Tapi selama perjalan dia tak banyak bicara, hanya tersenyum ke arahku.
Sudah lebih dari satu jam aku berjalan bersama Suga. Aku merasa sangat senang dan nyaman saat berada di dekatnya. Dia pria yang baik dan juga tampan, jika ini mimpi aku tak ingin mimpi indah ini cepat berakhir.
“Sudah berakhir...,” ucap Suga terputus.
“Apa?” tanyaku bingung.
“Waktu berlalu begitu cepat, sesuatu yang tadinya utuh perlahan-lahan akan memudar dan lenyap, yang hidup juga pada akhirnya akan mati,” lanjutnya dengan serius. Tapi aku semakin bingung dengan ucapannya tersebut.
Dia kemudian menghadapkan tubuhnya ke arahku. “Walaupun semuanya telah terjadi, aku bersyukur karna bisa bertemu denganmu, Hyerin,” ucapnya seraya tersenyum ke arahku. Aku langsung membalas senyumannya.
Tangan Suga meraih pundak mungil milikku. Kemudian dia mendekatkan wajahnya ke arah wajahku. Semakin dekat dan aku hanya dapat menutup kedua buah mataku.
‘cup’
Bibir manis Suga telah mendarat di bibirku. Dia mengecup bibirku dengan lembut. Aku merasa degupan jantungku yang semakin cepat. Tak ada pemberontakan dalam diriku, aku malah menikmati kejadian yang menimpaku ini.
Setelah menciumku dia kembali memandangku dengan penuh senyuman. Tapi tiba-tiba aku melihat butiran air keluar dari kelopak mata indahnya. Wajahnya berubah sendu. Melihatnya seperti itu entah kenapa hatiku terasa sakit. Air matanya itu kini telah membasahi pipi mulusnya.
Tanpa bersuara Suga langsung mendekapku dalam pelukannya. Aku mendengar dengan jelas isak tangisnya. “Aku harap, aku bisa bertemu lagi denganmu,” ucapnya sambil menangis.
Ia memelukku semakin erat, aku pun membalas pelukan itu dalam. Namun tiba-tiba tubuhku bergerak menjauhinya. Sepatu kayu yang aku kenakan mengarahkan kakiku mundur menjauhi tubuh Suga.
Aku tak dapat mengerakan tubuhku, mulutku pun tak dapat bersuara. Yang aku dapat lakukan hanya menjulurkan tangan kananku berusaha menggapai tangan Suga. Awalnya aku berhasil memegang tanganya, namun makin lama tanganku menjahui tangannya.
Aku melihat Suga yang diam pasrah, dia mengusapkan air matanya dan kemudian tersenyum ke arahku.
“Sampai jumpa.” Itu adalah kata terakhir yang aku dengar darinya.
Tubuhku sampai ditepi sungai. Dan sepatu kayu itu malah mengerakkan kakiku mundur ke dalam sungai. Seluruh tubuhku jatuh ke dalam sungai tersebut. Dalam semakin dalamm, dan pendanganku kabur menjadi gelap. Aku tak bisa bernafas, terasa begitu sesak.
1...
2...
3...
Mataku kembali terbuka lebar. Namun kini aku telah kembali berada didalam kamarku. Tak ada yang berubah dari posisi tidurku sebelumnya. Aku langsung duduk menyadari keadaanku. Mencoba mengingat kejadian tadi. Aku memegangi bibirku, masih terasa ciuman lembut dari Suga. Apa benar itu mimpi? Tapi semuanya terlihat jelas dan aku masih mengingatnya dengan detail.
Kini mataku melirik sepatu kayu yang masih terpasang di kedua kakiku. Aku ingat saat Suga mengatakan sepatu ini cocok denganku. Apa karna sepatu ini aku mengalami mimpi indah itu? Sangat indah sampai aku merasa mimpi itu nyata.
Aku melepaskan sepatu kayu tersebut dari kakiku. Dan bergegas menaruh sepatu tersebut dalam rak-rak sepatu milikku. Aku meletakkan sepatu tersebut sederet dengan sepatu-sepatu kayu yang telah aku miliki.
Ternyata sepatu kayu yang kumiliki sangat banyak. Aku tak ingat dari mana aku mendapatkan sepatu-sepatu itu. Karna kecelakaan 2 tahun yang lalu, aku tak ingat tentang apa yang telah aku lewati selama ini. Dokter bilang aku tak dapat mngembalikan ingatanku. Tapi satu hal yang kuketahui, di salah satu deretan sepatu kayu itu terdapat tulisan “From you'r sugar-Yoongi.”
.
.
.
END