-Ji yong-
“kamu mau kemana? Jangan pergi lagi, tetaplah disini” kata ku sambil menahan tangan perempuan berambut gelap yang sejak awal berada disamping ku, menemani menikmati deburan ombak di bibir pantai yang aku sendiri tidak tahu pantai mana yang ku didatangi dengan perempuan yang selalu memegang tangan ku tanpa melepaskannya sedikitpun hingga perempuan itu meninggalkan ku sendiri tanpa menjelaskan kemana ia akan pergi.
“kita akan bertemu lagi, sabarlah menunggu ku” perempuan yang menggunakan semi dress berwarna putih tersenyum kemudian melepaskan tangan ku dan berlalu meninggalkan ku di pantai yang sepi dengan segala kesedihan yang menyatu dengan pasir-pasir disekeliling ku.
*****************
“Ji yong-ah bangun kau, ini sudah pukul 9 pagi dan kau punya jadwal kegiatan yang padat hari ini” kata Jun, manager dan hyung untuk ku sejak awal aku debut di dunia hiburan korea.
“ji yong, bangun.....” kali ini Jun hyung menepuk pundak ku agak keras.
“hmmmmmm” aku membuka mata dan menemukan Jun hyung sudah berada dihadapan ku dengan tangan terlipat di depan dadanya.
“ayo bangun, kau hari ini ada wawancara dengan media kemudian tampil untuk program talkshow di SBS. Ayo bangun Ji Yong-ah, jangan membuat ku emosi hanya karena membangunkan mu”
“iya...aku bangun...hyung, perempuan itu datang lagi di mimpi ku dan dia membuat jantung ku berdetak cepat karena dia meninggalkan ku begitu saja. Aku dapat merasakannya hyung, rasa sesak di dada ku” kata ku menatap Jun hyung yang sedang mencari sesuatu di meja kerja ku.
Aku tidak langsung bergegas pergi mandi tetapi duduk di kursi kerja ku sambil meminum hot chocolate kesukaan ku yang selalu disediakan Jun hyung di setiap paginya.
“ayo cepat mandi, kau lanjutkan ceritanya di dalam mobil saja. Waktu mu bersiap-siap tidak banyak, setengah jam lagi kita harus sudah berangkat ke kantor media. Cepat......” kata Jun hyung sambil melangkahkan kakinya meninggalkan kamar Ji yong.
*******************
“hyung, apa aku terlalu berlebihan? hampir setiap malam aku harus bermimpi bertemu dengan perempuan itu. Bahkan sampai saat ini aku tidak pernah tahu siapa namanya? Tapi aku merasa sudah mengenalnya lama dan membuat ku nyaman. aku bisa merasakannya bahkan ketika ia meninggalkan ku, dada ku terasa sesak dan ketika aku terbangun aku masih dapat merasakannya” kata ku kepada Jun hyung yang sedang melajukan mobilnya menuju kantor media untuk wawancara album solo pertama ku.
“bagaimana rupanya? Apa begitu mengagumkan hingga setiap hari pula aku harus mendengarkan kau bercerita tentang mimpi mu seperti saat ini.” Jun Hyung melirik ku sebentar kemudian kembali fokus menyetir.
“perempuan itu di setiap mimpi ku tidak pernah berubah sama sekali, tidak berubah sedikitpun, sungguh....Dia hanya menggunakan dress putih dan membiarkan rambutnya terurai, rambutnya hitam, matanya besar, dan kulitnya putih bersih” kata ku sambil membayangkan sosok perempuan yang menemani di dalam mimpi ku.
“mengagumkankah? Bagaimana dengan Dara? Allice? Victoria? Apa perempuan itu tetap lebih menganggumkan dibanding mereka?” suara Jun hyung yang terdengar menggoda ku.
“hyung......sudahlah....” kata ku kesal mendengar ucapan Jun hyung yang membandingkan perempuan itu dengan dara, allice dan victoria yang sedang dekat dengan ku saat ini.
Sepertinya dalam hati ku tidak terima mendengar perempuan berambut panjang itu dibandingkan dengan wanita-wanita yang sedang dekat dengan ku. Ada perasaan aneh yang ku rasakan setiap membicarakan bahkan memikirkan perempuan yang selalu bertelanjang kaki.
“hahahaha....playboy seperti mu harus kebingungan karena mimpi padahal di kehidupan nyata mu, kau sudah punya 3 perempuan yang sangat luar biasa, sudahlah...itu hanya mimpi” kata Jun hyung menyadarkan ku bahwa perempuan itu hanya ada dalam mimpi.
“sudah cukup hyung. Tidak perlu dibahasnya lagi. Seungri semalam menghubungi ku, namun aku terlalu lelah untuk mengangkat telepon darinya. Tolong kau hubungi dia untuk kembali menelepon ku”
“YAAAAA, kau lah yang harus menghubunginya. Aku manager mu yang sedang mengantarkan mu ke kantor media dan kau menyuruh ku untuk menelepon seungri. Ji yong-ah masa urusan telepon untuk diri mu sendiri saja kau masih saja menyuruh ku”
“kau ini kenapa hyung? Sejak membangunkan ku sudah marah-marah?” bentak ku melihat Jun hyung yang sepertinya keberatan untuk melakukan tugasnya sebagai manager ku.
Jun hyung tidak menjawab pertanyaan ku dan itu membuat aku juga ikut terdiam membuat suasana di dalam mobil terasa panas, padahal ac di dalam mobil sudah ku putar ke bagian paling dingin.
Handphone ku berbunyi dan ku lihat nama yang tertera di layar ponsel dan dengan cepat aku mengangkatnya.
“sayang...kau lagi dimana?” kata Victoria di seberang sana.
“aku sedang dalam perjelanan menuju kantor media, aku ada wawancara. Kamu sedang dimana?” kata ku dengan lembut.
“aku ada pemotretan hari ini sampai nanti malam.” Kata Victoria melemah
“pasti melelahkan bukan sayang? Tapi kau semangat ya, kamu bisa melakukannya dengan baik. Makan yang banyak ya sayang”
“baiklah, aku akan melakukannya dengan baik. Kamu hati-hati sayang, kau harus tetap menghubungi ku ya sayang”
“pasti, sarangheyo...annyyeong” kata ku menutup teleponnya.
***********************
Jadwal ku hari ini selesai, aku memutuskan untuk kembali ke apartement ku. Badan ku terasa lelah dengan semua kegiatan ku untuk promosi album solo ku yang baru release satu bulan yang lalu.
Aku menjatuhkan tubuh ku ke tempat tidur di kamar tidur yang cukup luas dengan semua furniture yang aku desain sendiri sehingga kamar ini mampu membuat ku nyaman untuk aku berada di dalamnya. Aku meletakkan meja kerja ku di dekat jendela yang menghadap keluar, sebenarnya itu tidak benar-benar meja kerja seperti biasanya, di meja ini berantakan dengan kertas dan menyatu dengan komputer tapi di meja inilah karya-karya ku berhasil dibuat, sambil menatap pemandangan di jendela yang hanya terlihat awan dan ketika malam bintang bisa terlihat dari meja kerja ku.
Apartement ku berada di lantai 25 dan nomor apartement 25, aku tidak tahu mengapa memilih lantai 25 dan nomor 25 untuk menjadi tempat tinggal ku ketika aku tidak tinggal bersama member Big Bang di dorm. Di apartement ini terdapat dua kamar, satu kamar utama tempat untuk ku dan satu kamar lagi kadang digunakan Jun hyung.
Kadang aku berfikir, akan tinggal disini dengan istri dan anak ku nanti dan aku mempersiapkan semua ini dengan sebaik mungkin. Walaupun aku tidak tahu kapan aku akan menikah dan dengan siapa? Yang pasti masih banyak yang harus aku capai di karir ku dan usia ku masih 22 tahun, terlalu muda untuk memikirkan menikah tapi secara tidak sadar aku sudah mempersiapkan itu dari sekarang.
Pintu terketuk, aku bergegas membuka pintu dan Allice sudah berdiri di depan pintu dengan pakaian mini yang selalu ia kenakan. Tanpa aku persilahkan masuk, Allice sudah masuk dan langsung memeluk ku.
“kamu, kemana saja?” kata Allice tanpa melepaskan pelukkannya
Aku melepaskan pelukkan Allice kemudian menutup pintu, menggandeng tangan Allice untuk masuk ke dalam apartement.
“kamu dari mana? Hari ini latihan balet?” tanya ku sambil berjalan menuju dapur untuk mengambil soda di dalam lemari es dan memberikannya kepada Allice.
“aku tidak ada latihan hari ini, bagaimana wawancara mu?” Allice berbalik bertanya kepada ku sambil melingkarkan tangannya ke leher ku.
“baik, semua lancar. Bukannya kau akan ada kontes balet sebentar lagi, kapan itu sayang?” kata ku sambil melepaskan tangan Allice dari leher ku.
“Bulan depan dan minggu ini aku harus berangkat ke Jepang untuk berlatih disana dengan eonni”
Aku memeluk Allice, perempuan yang sudah dekat dengan ku sejak 2bulan lalu akan berlatih ke Jepang untuk mempersiapkan kontes balet.
“aku pasti akan merindukan mu sayang...”kata ku sambil berbisik di telinga Allice.
“kamu tidak bisa menemani ku di Jepang ketika kamu tidak ada kegiatan?” tanya Allice melepaskan pelukkan ku dengan wajah sedihnya.
“kalau aku tidak ada jadwal, aku akan menemui mu. Jangan sedih ya, ayo tersenyum...aku akan tersiksa kalau melihat mu sedih seperti ini. Kau tidak kasihan melihat ku tersiksa” kata ku sambil menundukkan kepala ku.
Allice mendekatkan wajahnya ke wajah ku, bibirnya mungilnya menyetuh bibir ku. Tangan ku mulai memeluk tubuh Allice dan membalas ciuman Allice.
**
Melihat Allice tertidur di samping ku, aku memutuskan untuk keluar dari kamar dan pindah ke kamar yang biasa Jun Hyung tidur. Malam ini Jun hyung tidak tidur di apartement karena ia sedang ada kencan.
‘malam ini ada Allice di apartement, jadi kau tidak perlu membangunkan ku. Besok aku ada jadwal jam berapa?’
Aku mengirimkan pesan kepada Jun hyung. Namun tidak ada balasan sama sekali, mungkin karena ini pukul 3 pagi dan Jun hyung sudah tertidur. Aku menenggelamkan kepala ku di atas bantal dan mencoba untuk tidur.
************************************
“oppa, bangun...aku sudah membuatkan sarapan untuk mu. Ayo bangun”
Terdengar suara perempuan yang sangat familiar, aku membuka mata dan melihat perempuan bermata besar itu ada dihadapan ku sambil tersenyum. Aku melihat kesekeliling ku dan aku mengetahui ini adalah kamar ku.
“kau pasti sangat lelah, sampai aku harus membangunkan mu sejak tadi, ayo bangun oppa...aku sudah membuatkan roti dengan selai cokelat dan hot chocolate untuk mu”
Perempuan itu memberikan tangannya kepada ku dan menuntun ku menuju meja makan yang berada di dekat dapur. Aku bisa melihat dengan jelas punggung dari perempuan yang membuat ku selalu nyaman. Aku duduk di meja makan melihat ia menyiapkan roti untuk ku dan menaruh roti di piring dihadapan ku.
“ayo dimakan oppa”
“terima kasih” aku mulai memakan roti yang dibuatkannya, sangat enak bahkan aku tidak pernah merasakan roti seenak ini selama 22 tahun ini dalam hidup ku.
“enak sekali roti buatan mu. Terima kasih....”
Perempuan yang memakai gelang di tangan kanannya itu tersenyum kepada ku sambil memberikan tissu untuk menghapus sisa cokelat dibibir ku.
“oppa, kamu mau mandi kapan? Biar aku siapkan pakaiannya atau oppa mau pilih pakaiannya sendiri?”
“boleh kalau kamu ingin memilih pakaian untuk ku, aku akan berterima kasih”
“baiklah aku akan memilihkan pakaian untuk oppa, tapi oppa harus memakainya ya...janji” kata perempuan itu sambil memeluk ku dari belakang.
“aku boleh memanggil mu queena” kata ku menahan tangannya yang hendak pergi menuju kamar.
Perempuan berambut panjang itu kemudian duduk di samping ku sambil mamandang ku dengan wajah keheranan.
“kenapa queena?”
Aku menahan tawa melihat ekspresi mukanya yang keheranan mendengar aku memanggilnya queena.
“kenapa oppa?kenapa queena?”
“karena kamu sudah menjadi ratu, ratu di sini” menunjuk ke bagian dada ku
“kenapa queena bukan queen saja?”
“menggunakan akhiran ‘na’ dalam kata queen lebih membuat nama itu terlihat lebih cantik seperti kamu”
“terima kasih oppa” Perempuan itu memeluk ku dan mencium pipi ku.
**********************
“Ji yong-ah bangun, aku harus pulang sekarang. Aku ada janji dengan teman ku jam 10” kata Allice sambil menggoyangkan tubuh ku yang masih tertidur di kamar Jun hyung.
“hmmmmm.....kau sudah mau pergi?”
“ayo bangun, buka mata mu...aku sudah membuatkan sarapan untuk mu. Kita sarapan bersama setelah itu aku pulang.”
“kamu membuat sarapan apa sayang?” kata ku sambil merubah posisi ku menjadi kepala ku berada di pangkuan Allice.
“aku sudah membuatkan roti dengan selai cokelat dan hot chocolate untuk mu, ayo bangun....” kata Allice menepuk pipi ku
Aku terkejut dan langsung terduduk mendengar selai cokelat dan hot chocolate. Aku ingat sesuatu tentang selai cokelat, hot chocolate, dan....
“siapa ya?quuuu....queeena” kata ku pelan mencoba mengingat sesuatu bagian yang hilang.
“apa sayang?” kata Allice mencondongkan tubuhnya mendekati aku.
“tidak...ayo kita sarapan” kata ku sambil menarik tangan Allice menuju meja makan.
Allice terlihat sibuk membuatkan roti bakar dengan selai cokelat dan membuat pikiran ku melayang dan mengingat queena yang membuatkan roti untuk ku.
“ini, ayo dimakan”
Aku mulai mengunyah roti buatan Allice untuk ku, rasanya tidak sama dengan yang dibuat queena untuk ku. Roti buatan Allice terasa hambar tidak manis seperti yang dibuat queena.
Aku terdiam dan fokus memakan roti sambil berusaha mengingat rasa roti yang dibuatkan queena untuk ku. Allice sibuk memainkan handphonenya dan membuat suasana sarapan pagi ini terasa tidak menyenangkan.
“aku sudah selesai. Aku akan mandi, kamu mau berangkat kapan?” kata ku kepada Allice yang masih sibuk memainkan handphonenya.
“baiklah, aku berangkat sekarang.” Allice bangun dari duduknya dan mencium pipi ku lalu bergegas meninggalkan ku.
“hati-hati”
*****************