CHAPTER 2 : Edacity
Bukan Kibum yang membangunkanku pagi itu, aku juga sangat yakin bukan Jonghyun yang mengguncangkan badanku sampai aku tersentak dari mimpi indah surga musim panas dengan Choi bersaudara dan baju renang.
"Auh,"desahku, "ini bahkan belum jam 7." aku menggosok mataku sambil menguap. "Apa yang kau lakukan di sini?"
"Kamu bilang butuh bantuan untuk tugas aljabar?" Seunghee menggelar karpet di ruang kosong di kamarku.
"Aku juga sudah bawa banyak camilan!" Sunbyul yang berjingkrak-jingkrak di atas kasurku membuatku pening.
"Iya, tapi tidak harus sepagi ini 'kan?" aku berusaha bangkit dari tempat tidur meski enggan, kulayangkan pandangan menghujat pada dua orang itu satu-persatu. "Hidupmu akan susah, bung."
Sunbyul menjulurkan lidahnya dan menyeretku ke kamar mandi dengan paksa. Setelah aku yakin telah mengunci pintu kamar mandi, aku duduk di lantai dan melamun untuk beberapa saat. Nyawaku belum sepenuhnya terkumpul waktu mereka memaksaku mandi. Lagipula semalam aku memang kurang tidur, aku berkirim SMS dengan Junhong dan menurutku itu agak gila karena dia tidak berhenti sampai larut malam. Aku sampai harus mematikan ponselku agar tidak ada lagi pesan masuk. Aku berdiri lalu membasuh wajahku di westafel lalu melepas pakaianku sebelum memutar keran pancuran.
Pikiranku melayang kemana-mana saat air dingin mengalir dari ujung kepala hingga kaki. Bayangan wajah Junhong kembali muncul di kepalaku, membuatku teringat ketika aku memergokinya sedang berjalan bersama Choi Seunghyun oppa kemudian menyadari bahwa sebenarnya Junhong adalah adik lelakinya yang baru kembali dari luar negeri. Setelah itu, banyak situasi terjadi yang membuat kami harus terlibat satu sama lain.
Dengan segera kukeringkan rambut menggunakan handuk lalu kukenakan jubah mandi ke tubuhku. Seunghee dan Sunbyul sudah mulai mengerjakan halaman pertama tugas aljabar kami, aku pun duduk bersila di antara mereka dan membuka buku tugasku. Kukerjakan halaman demi halaman dengan arahan Seunghee ketika tiba-tiba ponselku bergetar, kulihat satu pesan masuk dari Junhong.
HEY!
Anjingku bahkan bisa bangun lebih pagi dari Kim Minah!
^^;;
Ya, Tuhan......
Anjingmu telat 56 mnt.
Setelah kupastikan pesanku terkirim kulempar ponselku ke bawah meja, lalu kembali pada tugasku. Sedikit-sedikit kuintip pekerjaan milik Sunbyul.
"Aish! Berusaha sedikit, dong!" Sunbyul menjauhkan pekerjaannya dari hadapanku.
"Seungheeeee...tolong aku dong!"
DING-DONG! Bel berbunyi.
"Biar aku yang buka!"
"YA! Sunbyul!!" pekikan Sunbyul membuatku ikut bangkit mengejarnya, "Kalau yang datang orang penting bagaim-" Sunbyul terlanjur sampai di pintu dan membukanya sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku.
"Oh, hai Minah." tiga orang teman di kelasku muncul di depan pintu..... bahkan Choi Junhong juga ada di sana.
"Aku belum pakai bra."aku berlari kembali ke kamarku sebelum terlambat dan mengunci pintunya."Sial."
"Ada apa?" tanya Seunghee dari balik buku-bukunya. "Kenapa tidak bilang padaku kalian mengundang yang lain juga?" aku terengah-engah karena berlari tadi.
"Lebih banyak orang 'kan lebih baik. Hemat energi."
"Ta..tapi 'kan. Kenapa ada dia juga?!" aku masuk ke kabinet dan mulai memilih pakaian untuk kukenakan. Kuambil blus biru muda pas badan dan kupadankan dengan rok selutut warna khaki. Ah, tunggu. Jangan rok...sepertinya jeans oke oke saja. Kuikat rambutku tinggi di atas kepala lalu kusemprot parfum secukupnya di area tertentu.
Saat aku kembali, semua orang sudah duduk melingkar di meja tempat kami belajar tadi, "Menyingkir, itu tempatku." kujejalkan tubuhku diantara Jinhwan dan Sunbyul.
Junhong duduk tepat di sebrang tempatku duduk, beberapa kali kakinya yang panjang menyentuh kakiku ketika dia meregangkan tubuhnya atau sekedar mengganti posisi duduk. Bukannya hal itu membuatku tidak nyaman, hanya setiap kali kami bersentuhan rasanya pipiku jadi panas.
"Uh. Aku ambilkan camilan dulu, ya." aku bangkit dari tempat duduk lalu pergi ke arah dapur, memindahkan beberapa kantung nachos dan kue beras ke dalam mangkuk besar lalu mengambil enam kaleng jus jeruk dan membawanya ke kamarku dengan nampan.
Jimin membantuku membawakan mangkuk besar berisi nachos dan kue beras lalu menaruhnya di atas karpet. "Aku capek belajar terus." gumamnya, lalu menyalakan stereo dan menyetel volume keras-keras.
"AH! Jimin! PR-ku masih belum selesaaaai!" Minyoung merebut remote control dari tangan Jimin dan mengecilkan volumenya, Jimin merebutnya kembali dan membesarkan lagi volumenya. Jinhwan menginvasi komputerku dan Sunbyul berguling di karpet sambil makan camilan. "Haaah," aku ikut berguling di karpet dengan Sunbyul lalu memasang earphone di telingaku, melodi dari beberapa nada mulai mengalun.
Algo iseo nan geue biae
Amudo anijiman
Ini salah satu lagu favoritku yang bisa menaikan kembali semangatku setelah depresi mengerjakan setumpuk soal aljabar dan trigonometri. Epik High selalu bisa membuat aku merasa nyaman dengan lirik-liriknya yang keren, bahkan lagu paling sedih yang pernah mereka persembahkan sekalipun. Perlahan-lahan mataku terpejam.
"Dari Remapping The Human Soul, ya?" Junhong terbaring di sampingku, membuatku terkejut dan membuka satu mataku, sebelah earphone di telinga kanannya, "aku lupa judulnya."
"Girl Rock, berhasil membuatku jatuh cinta sejak pertama kali mendengarnya." kupejamkan kembali mataku dan merelakan ribuan ciuman kupu-kupu merayapi sekujur tubuhku. Kubiarkan sensasi merinding dari lirik musisi favoritku dan Junhong yang terbaring tepat di sampingku menyerbu. Untuk beberapa saat, aku kesulitan bernapas. Junhong menyentuh tanganku dan menggenggamnya erat, menambah sensasi yang membuat dadaku makin sesak namun tak ingin kutolak. Perlahan tangannya yang satunya menyentuh wajahku dan menyingkirkan beberapa helai rambut dari dahiku. Aku tak bisa bergerak, tak ingin bergerak, takut kalau tiba-tiba dia jadi menghindar karena berpikir gerakanku adalah tindakan perlawanan.
Karena faktanya aku menyukainya.
-
inspiration needed.